Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Vaksinasi Rabies | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DINAS PETERNAKAN TIMOR TENGAH UTARA KEMBALI LAKUKAN VAKSINASI RABIES

Vaksinasi, Salah Satu Upaya Pengendalian Rabies
(Sumber : Istimewa)

Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara telah melakukan vaksinasi terhadap 4.596 ekor HPR di Kabupaten TTU. Cakupan vaksinasi tersebut terdata sejak bulan Januari hingga Bulan April 2024. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTU, Trimeldus Tonbesi saat diwawancarai oleh wartawan, Senin, 22 April 2024.

Ia menjelaskan, jumlah HPR yang telah divaksinasi ini tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten TTU. Kecamatan yang telah menjadi sasaran vaksinasi yakni Kecamatan Mutis, Bikomi Tengah, Bikomi Selatan, Noemuti, Noemuti Timur, Insana, Miomaffo Timur, Miomaffo Tengah, Miomaffo Barat, Kecamatan Kota Kefamenanu dan Kecamatan Musi.

Trimeldus menambahkan, pada tahun 2023 lalu, pihaknya melakukan vaksinasi HPR pada 6 kecamatan di Kabupaten TTU. Lima kecamatan ini yakni; Kecamatan Insana, Noemuti Timur, Noemuti, Miomaffo Tengah dan Miomaffo Barat. Dengan demikian, sebanyak 12 kecamatan telah menjadi sasaran vaksinasi HPR.

Saat ini, tim Dinas Peternakan Kabupaten TTU sedang melakukan vaksinasi secara masif terhadap HPR .Sebanyak 8 tim dikerahkan untuk melakukan vaksinasi di wilayah tersebut. Menurutnya, satu tim akan menangani vaksinasi di satu desa hingga tuntas. Dengan demikian, setiap hari akan dilakukan vaksinasi HPR di 8 desa di Kabupaten TTU.

"Jadi satu kecamatan itu, semua tim masuk vaksinasi di situ sampai selesai baru pindah ke kecamatan lain,"ujarnya.

Ia mengimbau kepada para pemilik hewan peliharaan anjing agar tidak takut memvaksinasi hewan mereka. Pasalnya, di lapangan ada sejumlah masyarakat yang takut memvaksinasi hewan peliharaan mereka.

Mereka takut jika hewan peliharaan akan mati jika divaksinasi. Hal ini merupakan sebuah kekhawatiran yang keliru. Justru, kata Trimeldus, Hewan Anjing ini divaksin agar tahan terhadap penyakit.

Para pemilik hewan peliharaan Anjing, lanjutnya, agar membantu menangkap atau mengandangkan anjingnya agar petugas bisa memvaksinasi HPR tersebut.

"Termasuk kepada aparat desa/kelurahan di Kabupaten TTU agar mohon kerja samanya mempersiapkan masyarakat sehingga kami dari Dinas Peternakan bisa menjangkau lebih banyak hewan peliharaan Anjing bisa divaksin lebih banyak,"ungkapnya.

Ia menuturkan, pasca kasus kematian akibat tertular rabies beberapa hari yang lalu, pihaknya semakin meningkatkan jumlah vaksinasi HPR. Selain melakukan vaksinasi terhadap HPR, ucap Trimeldus, pihaknya juga memberikan sosialisasi langsung kepada setiap masyarakat yang dikunjungi saat melakukan vaksinasi. (INF)



4000 HEWAN PENULAR RABIES TELAH DIVAKSIN SELAMA 2024 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Petugas Dinas Peternakan Kabupaten TTU Melakukan Vaksinasi HPR 
(Sumber : Istimewa)

Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara telah memvaksinasi sebanyak 4000 ekor Hewan Penular Rabies (HPR) pada tahun 2024. Jumlah tersebut didata sejak Bulan Januari hingga Selasa, 19 Maret 2024. Pelaksanaan vaksinasi pada tahun 2024 ini telah dilakukan di 7 kecamatan dan 32 Desa di Kabupaten TTU, Provinsi NTT.

Dikutip dari Pos-Kupang.com pada (20/3) yang lalu, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi mengatakan, sasaran vaksinasi HPR pada 7 kecamatan ini mencakup Kecamatan Kota Kefamenanu, Mutis, Miomaffo Timur, Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, Miomaffo Tengah dan Kecamatan Musi.

Ia menambahkan, pada tahun 2023 lalu, pihaknya melakukan vaksinasi HPR pada 6 kecamatan di Kabupaten TTU. Lima kecamatan ini yakni; Kecamatan Insana, Noemuti Timur, Noemuti, dan Miomaffo Barat. Dengan demikian, sebanyak 12 kecamatan telah menjadi sasaran vaksinasi HPR.

Menurutnya, satu tim akan menangani vaksinasi di satu desa hingga tuntas. Dengan demikian, setiap hari akan dilakukan vaksinasi HPR di 8 desa di Kabupaten TTU.

"Jadi satu kecamatan itu, semua tim masuk vaksinasi di situ sampai selesai baru pindah ke kecamatan lain,"ujarnya.

Ia mengimbau kepada para pemilik hewan peliharaan anjing agar tidak takut memvaksinasi hewan mereka. Pasalnya, di lapangan ada sejumlah masyarakat yang takut memvaksinasi hewan peliharaan mereka.

Mereka takut jika hewan peliharaan akan mati jika divaksinasi. Hal ini merupakan sebuah kekhawatiran yang keliru. Justeru, kata Trimeldus, Hewan Anjing ini divaksin agar tahan terhadap penyakit.

Para pemilik hewan peliharaan Anjing, lanjutnya, agar membantu menangkap atau mengandangkan anjingnya agar petugas bisa memvaksinasi HPR tersebut.

"Termasuk kepada aparat desa/kelurahan di Kabupaten TTU agar mohon kerja samanya mempersiapkan masyarakat sehingga kami dari Dinas Peternakan bisa menjangkau lebih banyak hewan peliharaan Anjing bisa divaksin lebih banyak,"pungkasnya. (INF)


SUDIN KPKP JAKARTA PUSAT GELAR VAKSINASI RABIES GRATIS DI BEBERAPA TITIK

Salah satu kucing milik warga yang divaksin rabies
(Foto : CR)

Senin (14/8) Suku Dinas Ketahanan Pangan Perikanan dan Kelautan (KPKP) Jakarta Pusat bersama stakeholder lain yang bergerak di bidang kesehatan hewan menggelar vaksinasi rabies gratis di RPTRA Anggrek, Cempaka Putih. 

Menurut salah satu perwakilan Sudin KPKP Jakpus, Hasmauna, acara tersebut digelar lantaran tingginya kasus rabies di beberapa kota di Indonesia serta menurunkan risiko angka kejadian rabies di DKI jakarta, dimana diketahui bersama bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi yang bebas rabies.

Selain itu masih menurutn Hasmauna program ini juga dilakukan dalam menyambut hari rabies sedunia yang diperingati setiap tanggal 28 September. Dengan adanya program ini diharapkan pemilik hewan kesayangan lebih meningkatkan kewaspadaannya terhadap rabies, mengingat rabies merupakan penyakit zoonosis yang tergolong mematikan bagi hewan dan manusia.

Ia juga berkata bahwa Sudin KPKP Jakarta Pusat juga akan melakukan kegiatan serupa pada 21,30, dan 31 Agustus 2023 di Lapangan Futsal Koramil Cempaka Putih dan Kantor Kelurahan Rawasari Jakarta Pusat. Antusiasme masyarakat juga cukup tinggi, tercatat lebih dari 20 ekor hewan yang terdiri dari anjing, kucing, dan musang didaftarkan oleh pemilik hewan peliharaan.

Seperti salah satunya yang diungkapkan oleh Diana, salah satu pemilik kucing asal Salemba. Ia mendapatkan info mengenai acara ini dari komunitas pecinta kucing, sehingga ia langsung membawa 2 ekor kucing miliknya ke lokasi.

"Menurut saya acara ini sangat bagus, selain mendapatkan vaksinasi secara gratis kita juga bisa berkonsultasi dengan dokter hewan terkait kondisi kesehatan kucing. Sudah gitu Alhamdulillah dapat bingkisan yang isinya pakan kucing, sering - sering deh bikin acara begini," tutur Diana. (CR)

DISBUNNAK SULTENG DISTRIBUSIKAN 7000 DOSIS VAKSIN RABIES KE KABUPATEN

Vaksinasi, Salah Satu Langkah Pencegahan Rabies

Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulawesi Tengah mengimbau warga untuk melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan mereka guna mencegah penularan penyakit Rabies.

"Bagi masyarakat yang punya hewan kesayangan atau peliharaan seperti anjing atau kucing untuk melakukan vaksinasi secara rutin sehingga terhindar dari rabies," kata Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Disbunnak Sulteng Dandy Alfita di Palu, Senin (17/7/2023).

Dandy menjelaskan, Sulawesi Tengah termasuk daerah endemik penyakit Rabies, dan cuaca ekstrem dapat mempengaruhi virus yang menyerang Hewan Penular Rabies (HPR) seperti anjing, kucing, dan kera.

Hal itu dapat membuat hewan terganggu dan meningkatkan risiko mereka menggigit manusia.

Rabies adalah penyakit menular yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas.

Penyakit itu disebabkan virus Rabies yang ditularkan melalui saliva atau air liur saat hewan yang terinfeksi menggigit atau mengenai luka terbuka.

"Jika tergigit anjing, pertolongan pertama adalah cuci bekas gigitannya langsung dengan sabun dan air mengalir, dan segera ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan vaksin,” jelas Dandy Alfita.

Dandy menekankan pentingnya memeriksa kondisi kesehatan hewan peliharaan secara berkala dan memberikan vaksinasi yang tepat waktu. 

Anjing dan kucing adalah hewan pembawa Rabies, dan vaksinasi merupakan langkah yang efektif untuk melindungi mereka dan mencegah penyebaran penyakit.

Selain itu, warga juga diminta untuk memberikan perawatan yang baik pada hewan peliharaan mereka, termasuk memberikan makanan yang sehat, memberikan perhatian yang cukup, dan tidak membiarkan hewan mencari makan sendiri yang dapat mengganggu orang lain.

Disbunnak telah mengalokasikan 7.000 vaksin untuk hewan yang akan didistribusikan ke setiap kabupaten dan kota. Langkah itu diharapkan dapat membantu dalam pengendalian penyakit Rabies.

Dandy juga menekankan pentingnya tindakan pertolongan pertama jika tergigit oleh anjing, yaitu dengan mencuci bekas gigitan menggunakan sabun dan air mengalir, serta segera mencari perawatan medis di puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan vaksin dan perawatan yang diperlukan.

Meskipun hingga saat ini belum ada laporan kasus gigitan pada manusia sepanjang tahun 2023, Dandy tetap mengingatkan warga agar tetap waspada dan memperhatikan kondisi hewan peliharaan dengan baik.(INF)


LANGKAH DARURAT PEMERINTAH RESPON PENINGKATAN KASUS RABIES

Vaksinasi rabies digeber untuk merespon peningkatan kasus. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) merespon peningkatan kasus rabies di beberapa daerah, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan mengambil langkah darurat penyediaan vaksin rabies tambahan, peningkatan kapasitas petugas, dan kampanye kesadaran masyarakat tentang rabies.

Hal tersebut disampaikan Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin dalam keterangan tertulisnya Minggu (18/6/2023). “Tahun ini Kementan telah mengalokasikan vaksin rabies senilai Rp 6,92 Milliar secara nasional,” kata Nuryani.

Kendati demikian, Nuryani bilang jumlah vaksin yang disiapkan belum mencukupi, sehingga pihaknya tengah berupaya mengakses vaksin rabies dari World Organisation for Animal Health (WOAH) dengan total 400 ribu dosis yang akan dikirimkan secara bertahap.

“Untuk respon darurat kita kirimkan tambahan vaksin rabies ke daerah yang kasusnya meningkat seperti di NTT,” jelasnya  “Fokus utama vaksinasi di desa tertular dan dilanjutkan di desa-desa lain di wilayah tertular. Minimal 70% populasi anjing di wilayah tertular harus divaksinasi.”

Ia mengungkapkan bahwa vaksinasi tidak hanya melindungi hewan dari ancaman rabies, namun juga agar siklus rabies di hewan berhenti dan masyarakat terlindungi dari ancaman rabies.

“Saya harap kerja sama dan peran aktif masyarakat mendukung kegiatan vaksinasi ini dan saya juga minta masyarakat memastikan anjingnya dikandangkan atau diikat dulu,” imbuhnya.

“Kami juga telah menggandeng kerja sama kemitraan untuk ketahanan Kesehatan Indonesia-Australia (AIHSP) untuk mendukung pengendalian rabies, khususnya untuk peningkatan kapasitas petugas, pengujian laboratorium, dan KIE.”

Peningkatan kasus rabies pada hewan dan manusia disebut merupakan dampak dari adanya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan penurunan kegiatan vaksinasi rabies dalam tiga tahun terakhir.

Sebagai informasi, sebelumnya juga telah dilaksanakan pelatihan kepada 35 petugas vaksinator di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) NTT. Pelatihan serupa juga akan dilaksanakan di wilayah tertular lainnya. “Untuk pelatihan pengendalian rabies secara daring akan dibuka untuk seluruh Indonesia,” tambahnya.

Selain itu, untuk bisa menuntaskan rabies di daerah tertular, pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta Kementerian Kesehatan terkait kemungkinan penggunaan dana siap pakai (DSP) melalui penetapan tanggap darurat wabah rabies ataupun siaga darurat rabies.

“Ini segera kita lakukan pembahasan karena beberapa kabupaten telah menetapkan kejadian luar biasa, bahkan ada yang telah menetapkan tanggap darurat wabah rabies,” ucap Nuryani.

Pihaknya juga akan mendorong pembahasan terkait potensi penggunaan sumber pendanaan lain, seperti dana desa untuk mendukung pengendalian rabies. “Ada beberapa contoh desa yang berhasil menggunakan dana desa untuk mendukung pengendalian rabies, sehingga harapannya jika di semua desa tertular bisa mengakses dana ini, saya yakin akan lebih mudah mengendalikan dan memberantas rabies,” tandasnya. (INF)

VAKSINASI MASSAL TEKAN RABIES DI TIMOR TENGAH SELATAN

Vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), melakukan vaksinasi masal terhadap hewan anjing di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, pasca penetapan kejadian luar biasa wabah rabies.

Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan, Nuryani Zainuddin, melalui keterangan tertulisnya, Minggu (4/6/2023), mengatakan Kementan telah bergerak cepat memantau langsung pendataan di wilayah penyebaran virus rabies.

“Kami telah mengalokasikan 15 ribu dosis vaksin rabies untuk Provinsi NTT dan saat ini juga memberikan bantuan tambahan sebanyak 5 ribu dosis vaksin untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan,” kata Nuryani.

“Kamis hingga Sabtu kemarin berturut-turut kita laksanakan vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan ini akan terus berlanjut hingga target vaksinasi tercapai.”

Nuryani membeberkan, Kementan telah menjalankan program pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, antara lain melalui vaksinasi di wilayah tertular atau wilayah bebas yang terancam, surveilans, pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR), manajemen populasi HPR, dan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka penanganan kasus gigitan yang terjadi.

Ia menyebutkan terdapat delapan provinsi bebas rabies, meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan 25 provinsi lainnya di Indonesia menjadi endemik rabies.

Ia juga katakan Kementan telah mengirim tim pusat untuk pelaksanaan vaksinasi dan melakukan diseminasi informasi dan edukasi yang benar tentang rabies, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan semua pihak.

Sementara Bupati Timor Tengah Selatan, Egusem Pieter Tahun, mengatakan adanya bantuan vaksin dan kehadiran tim vaksinator secara langsung ke lokasi sangat membantu mempercepat pengendalian wabah rabies.

“Kondisi saat ini sudah 128 orang dengan lokasi penyebarannya  di 11 kecamatan, 37 desa, dan kami sudah ke sana sudah tertata dengan kesiapan tenaga medis dan petugas dari peternakan” ujar Egusem.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, Dianar Ati, mengatakan vaksinasi massal rabies ini merupakan tonggak awal untuk terus dilakukannya vaksinasi terhadap seluruh hewan anjing yang ada di daerah ini.

“Mulai hari ini dan seterusnya vaksinasi harus selalu dilakukan, tadi bapak Bupati berpesan agar setiap hari harus melaporkan ke beliau seberapa banyak capaian pada hari tersebut,” kata Dianar.

“Saat ini sebanyak 2.500 dosis akan kami fokuskan di Kecamatan Kota Soe, kemudian kami juga mengarah ke kecamatan yang saat ini dikategorikan zona merah.” (INF)

UAR GELAR WEBINAR INTERNASIONAL DAN SOSIALISASI VAKSINASI RABIES ORAL

UAR Selenggarakan Webinar Rabies

Menyusul diakuinya vaksin peroral pertama untuk anjing yang digunakan untuk melawan rabies, forum United Against Rabies (UaR) menyelenggarakan webinar pada hari selasa (9/5). Untuk pertama kalinya, webinar ini merupakan salah satu bentuk upaya percepatan pemberantasan rabies yang dimediasi oleh anjing sebagai salah satu tujuan forum ini dibentuk pada tahun 2020 oleh kolaborasi “tripartite” FAO, WOAH, dan WHO.

Thomas Muller, kepala laboratorium referensi WOAH dan WHO untuk rabies dari Friedrich-Loeffler-Institute (FLI) Jerman, pada awal sesi di webinar ini mempresentasikan dokumen terbaru tentang vaksinasi oral rabies yang akan diresmikan pada bulan Juli ini.

Pada satu-satunya presentasi di dalam webinar ini, ia menyebutkan bahwa vaksinasi anjing secara massal untuk mempertahankan kekebalan kelompok populasi anjing menggunakan vaksin parenteral dapat menghadapi banyak tantangan, terutama pada negara di mana banyak anjing berkeliaran bebas dan mempunyai sumber daya terbatas.

“Oleh karena itu penggunaan Vaksin rabies oral merupakan tindakan pelengkap yang menjanjikan untuk dapat menjangkau populasi anjing yang berkeliaran”, tambahnya

Tiga panelis lain berbagi pengalaman tentang apa yang sudah mereka lakukan berkaitan dengan program pilot dan studi vaksin oral dari wilayahnya masing-masing.

Beatrice Shikongo, staf lapangan dari bidang kesehatan hewan di wilayah Zambezi – Namibia, membagikan pengalamannya terkait aspek rantai dingin vaksin rabies oral yang dilakukan di negaranya. Ia menegaskan bagaimana vaksin rabies oral dapat dengan mudah digunakan untuk vaksinasi anjing yang agresif.

“Kami bahkan dapat dengan mudah melakukan vaksinasi anjing agresif dengan penanganan yang minimal, atau tanpa penanganan sama sekali”, sebutnya.

Wahid Husein, panelis lainnya dari FAO ECTAD Indonesia, menambahkan bahwa metode vaksinasi rabies oral mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode vaksinasi menggunakan jaring.

“Vaksin rabies oral lebih cocok untuk vaksinasi anjing yang sulit dijangkau dan mengurangi stress pada tim vaksinasi dan hewan”, terangnya. Selain itu, dia juga berbagi pengalamannya terkait aspek keamanan untuk spesies non target, termasuk manusia.

Sedangkan aspek efektivitas dan efisiensi biaya, serta bagaimana penandaan anjing yang sudah divaksin dijelaskan oleh panelis terakhir, Ryan Wallace yang merupakan kepala tim epidemiologi rabies CDC Amerika Serikat.

“Hanya sedikit pertanyaan tentang vaksin rabies oral untuk anjing yang belum terjawab. Sekarang, semua terserah pada masing-masing negara untuk memulai menggunakannya atau tidak”, tambahnya. 

Pada sesi akhir webinar, moderator, Richard Chipman yang merupakan koordinator program manajemen rabies nasional USDA, mendorong sekitar 150 orang peserta yang hadir secara global untuk mengakses daftar pertanyaan yang sering diajukan atau frequently asked questions (FAQs) tentang vaksin rabies oral yang sudah tersedia pada website UAR. (WF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer