Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Domba | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KEMENTAN LAKUKAN PERCEPATAN VAKSINASI PMK JELANG RAMADAN

Tim vaksinator memberikan vaksinasi PMK pada sapi. (Foto: Istimewa)

Sebagai upaya mencegah munculnya kembali penyakit mulut dan kuku (PMK) jelang Ramadan, Kementerian Pertanian (Kementan) didukung FAO ECTAD Indonesia melakukan percepatan vaksinasi PMK.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di delapan kabupaten pada lima provinsi, yaitu Kabupaten Indragiri Hulu di Riau, Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat, Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan, Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pati, Rembang, dan Wonogiri di Jawa Tengah.

“Akselerasi vaksinasi ini kita lakukan di daerah padat ternak, daerah yang merupakan produsen ternak, dan juga tinggi lalu lintas ternaknya” ujar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Lebih lanjut dijelaskan, vaksinasi tidak hanya dilakukan di daerah-daerah tersebut, namun dilaksanakan juga di wilayah lainnya di daerah tertular PMK.

Dalam program percepatan vaksinasi ini, pihaknya meminta dinas kabupaten menyiapkan tim vaksinator di setiap lokasi target untuk memetakan target wilayah vaksinasi, hewan, dan jumlah ternak yang akan divaksin, hingga merencanakan kegiatan edukasi ke peternak.

“Saya berharap bahwa dari kegiatan ini dinas dan tim vaksinator, serta semua pihak yang dilibatkan untuk berkomitmen bersama dalam memacu vaksinasi PMK di Lapangan,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Tim Pusat Darurat FAO ECTAD di Indonesia, Luuk Schoonman, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendukung program pemerintah dalam pengendalian PMK. Dengan dukungan pemerintah Australia yang telah mengalokasikan anggaran khusus untuk hal tersebut termasuk dukungan percepatan vaksinasi.

Menurut Luuk, vaksinasi merupakan salah satu kunci pengendalian PMK dan diperlukan kolaborasi untuk mempercepat vaksinasi di berbagai wilayah di Indonesia.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menyampaikan bahwa hingga saat ini kasus PMK masih terus dilaporkan dari beberapa provinsi. Munculnya PMK menandakan bahwa virus masih terus bersirkulasi sehingga potensi penularannya tetap mungkin terjadi.

“PMK disebabkan oleh virus yang sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif, sehingga langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah pencegahan dengan vaksinasi secara periodik, yaitu setiap enam bulan” kata Nuryani.

Ia menambahkan bahwa hasil pemetaan untuk kegiatan percepatan yang dilakukan dalam lima hari tersebut dengan total target vaksinasi diperkirakan akan mencapai 73.247 ekor dengan target jenis hewan sapi, kambing, dan domba.

Kegiatan percepatan vaksinasi direncanakan akan terus dilakukan secara bertahap di wilayah potensial hingga menjelang Idul Adha. Hal tersebut penting menurutnya, mengingat 1-3 bulan menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, lalu lintas ternak sapi, kambing, dan domba akan tinggi untuk persiapan kebutuhan daging di hari raya tersebut.

“Kami tidak ingin ada lonjakan kasus PMK yang dapat menyebabkan kerugian bagi peternak akibat ternak sakit menjelang masa panen di hari raya, sehingga penting bagi kami untuk terus mengampanyekan vaksinasi dan mendorong dinas bersama tim vaksinator untuk terus meningkatkan capaian vaksinasi,” pungkasnya. (INF)

TIPS PEMELIHARAAN DAN PENGGEMUKAN DOMBA AGAR PETERNAK UNTUNG

Agar cepat gemuk maka harus memberi pakan yang terbaik, berikan domba asupan karbo yang cukup. (Foto: Istimewa)

“Teknik pemeliharaan agar domba cepat gemuk akan berkorelasi pada cara memberi dan meracik pakan yang bergizi untuk hewan,” jelas Husain Fata Mizani, peternak domba dan Manajer BUMMas Jetis Berdaya, pada webinar Desaku BerQurban: Pemeliharaan dan Penggemukan Domba, yang diselenggarakan oleh Desa Berdaya.

“Ada dua pilihan sebenarnya gemuk lemak atau gemuk daging. Yang harus dipahami adalah karbohidrat ketika masuk dalam tubuh itu akan menjadi lemak, sedangkan protein kalau masuk dalam tubuh akan diolah menjadi protein, artinya menjadi daging.”

Pakan Terbaik
Agar cepat gemuk maka harus memberi pakan yang terbaik. Berikan domba asupan karbo yang cukup tinggi. Cukup tinggi bukan berarti tinggi, karena kalau terlalu tinggi ternak akan oksidosis dan itu tidak bagus. Sedangkan kalau asupan proteinnya tinggi bisa terjadi terlalu mahal di pakan.

Jadi disarankan domba diberikan karbohidrat yang cukup banyak dan diimbangi dengan serat yang cukup. Sumber serat bisa berasal dari kangkung kering, rumput dan sumber serat lainnya.

Patokan serat diberikan sebanyak 30%, karbohidrat 40% dan protein 30%. Sebenarnya hitungan protein cukup 12-13% untuk standar domba. Husain mengatakan, dibuat 30% karena tidak menghitung secara laboratorium, maka menggunakan estimasi sederhana.

Domba yang hanya diberi rumput akan susah gemuk. Dalam tiga bulan paling bagus penambahan bobotnya berkisar 1,5-2 kg. Karena kekurangan hijauan menyebabkan nutrisinya tidak seimbang, maka jika hanya mengandalkan hijauan akan sulit mencapai target.

Salah satu sumber karbohidrat yang bisa diberikan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023. (NDV)

RAPAT KERJA DAN GATHERING PENGURUS DPP HPDKI

Rapat Kerja dan Gathering pengurus DPP HPDKI. (Foto: Istimewa)

Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (DPP HPDKI) menggelar Rapat Kerja dan Gathering di Cabinite Pangalengan Jawa Barat, pada 1-3 Februari 2023. Kegiatan diisi dengan pleno perumusan agenda strategis dan pleno program kerja DPP HPDKI, serta rafting & tracking.

Menurut Ketua Umum DPP HPDKI, Yudi Guntara Noor, program strategis yang akan dilaksanakan di 2023 yaitu korporasi peternakan berbasis klaster melalui Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Pertanian dan Red Meat and Cattle Partnership (RMCP), serta peningkatan sumber daya peternak melalui Silaturahmi Nasional (Silatnas).

Disamping itu juga penguatan kelembagaan organisasi melalui kartu digital dan koperasi, serta sistem perbibitan ternak berbasis budaya melalui Piala Presiden 2023. “Piala Presiden merupakan amanah Munas HPDKI yang akan digelar September tahun ini di Bandung bersamaan dengan digelarnya Silatnas (Farmers National Conference) dan Rakernas HPDKI,” ujar Yudi, Kamis (2/2/2023).

Dalam kesempatan ini dilakukan pemaparan kerja sama antara HPDKI dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Juga kerja sama HPDKI dengan RMCP.

Koordinator Ruminansia Potong Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian, Muhammad Imron, mengatakan kasus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang memukul industri sapi tanah air mendorong pemerintah membuat kebijakan pengembangan populasi sumber protein lain. “Pemerintah tahun ini membuat program pengembangan komoditas domba, kambing dan unggas sebanyak 10 juta ekor,” ungkap Imron.

Sementara, Team Leader ASG-IARMCP, Irfani Darma, menyampaikan bahwa kerja sama dengan HPDKI sebagai upaya memajukan peternakan nasional sekaligus mendukung agenda pemerintah dalam peningkatan populasi ternak. “Domba dan kambing diharapkan bisa memberikan kontribusi keamanan pangan,” kata Irfani.

Adapun Presiden Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia (Aspaqin), Fahmi Thalib, menjelaskan kebutuhan pasar saat ini cenderung menyukai domba dan kambing dengan berat di kisaran 7-8 kg.

“Menyikapi perkembangan ini, peternak didorong mulai membuat usaha pembibitan domba dan kambing untuk mengantisipasi kebutuhan pasar. Kami pun mendorong kolaborasi antara Aspaqin dan HPDKI guna membuat roadmap pengembangan pembibitan domba dan kambing menyikapi kebutuhan pasar ini,” katanya. (INF)

RAHASIA PERAWATAN DOMBA EFEKTIF DAN EFISIEN

Perhatikan manajemen kandang, pakan dan manajemen kelompok jika ingin beternak domba efektif dan efisien. (Foto: Istimewa)

“Ada tiga hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, masalah manajemen kandang. Kedua, sedikit masalah pakan. Ketiga, manajemen kelompok. Tiga hal itu yang menentukan keberhasilan,” kata Manajer BUMMas Jetis Berdaya, Husain Fata Mizani, mengawali webinar Rahasia Perawatan Domba Efektif dan Efisien yang diselenggarakan Desa Berdaya Foundation. “Saya ingin sharing kegagalan dan keberhasilan membangun BUMMas Jetis seperti apa.”

Manajemen Kandang
Husain berbagi tips dan pengalamannya memanajemen kandang penggemukan domba. Pada waktu Idul Adha 2020, dirinya pernah mengalami kematian domba penggemukan cukup banyak, sekitar 5% dari 2.500 ekor domba.

Menurutnya, pertama kali yang harus dilakukan dalam loading domba adalah identifikasi. Sebab biasanya kematian domba banyak terjadi di bulan pertama akibat penyakit. Sedangkan di bulan-bulan berikutnya penyakit cukup mudah dikondisikan.

Jadi yang pertama harus dilakukan adalah mengidentifikasi kondisi kesehatan dan penyakit domba. Terutama untuk domba yang didatangkan dari luar kota, karena cukup resisten terhadap kematian di satu bulan pertama.

Dijelaskan, setelah identifikasi segera dilakukan pengobatan apabila ada penyakit yang dicurigai. Lalu Husain menyarankan agar domba diinjeksi dengan antibiotik diikuti dengan injeksi vitamin B kompleks.

“Kalau memang domba benar-benar kondisinya capek kita kasih minuman isotonik sebanyak 1 liter dicampur dengan 10 liter air, lalu kita berikan kepada ternak itu cukup baik untuk pengkondisian loading ternak,” kata Husain yang juga menjabat Ketua HPDKI Madiun.

Kemudian sebelum dimasukkan ke kandang koloni, domba bakalan yang baru saja dating harus dimasukkan ke kandang karantina selama sehari. Sebelum masuk ke kandang penggemukan juga dilakukan pemberian obat cacing. Husain menyarankan selama proses penggemukan selanjutnya domba setiap satu bulan sekali diberikan obat cacing.

Untuk menjaga kesehatan diberikan vitamin B kompleks cair dalam air minum 2-3 hari sekali. Dari pengalamannya, Husain mengatakan hal tersebut cukup efektif mengurangi risiko penyakit pada domba.

Tips Pakan
Pakan yang ideal adalah pakan yang efektif dan ekonomis. Untuk menentukan itu bisa dilakukan perhitungan. “Semua itu bisa dihitung, meskipun demikian saya meyakini namanya hewan ternak yang hidup itu pasti ada titik dimana perhitungan matematis tidak 100% benar. Tapi itu bisa dihitung di awal sebagai parameter kita untuk menentukan benar atau salah, tepat atau tidak,” kata Husain.

Secara umum, pakan kering direkomendasikan Husain untuk peternak yang fokus pada penggemukan agar mendapatkan kualitas daging yang baik. Tapi harus diperhatikan apakah tujuan penggemukan akan dijual untuk keperluan Idul Adha, akikah, atau dijual dagingnya.

Pada Idul Adha 2020, Husain pernah mengalami kekurangan domba dan membuatnya mengambil ternak dari koleganya. Domba itu gemuk namun setelah dipotong ternyata lemaknya sangat banyak. Tidak masuk untuk perhitungan daging, bahkan jika untuk keperlukan akikah pasti akan ditolak.

Kontinuitas produk keluar, keberlanjutan peternakan, pasti akan terganggu jika kualitas produk tidak sesuai ekspektasi. Karena itu setiap kali Husain mengirim domba ke pemotongan, ia menanyakan hasil dagingnya. Jika terdapat banyak lemaknya ia akan melakukan evaluasi pakan.

Manajemen Kelompok
Kemudian Husain menceritakan pengalaman menarik selama menjadi Manajer BUMMas (Badan Usaha Milik Masyarakat) Jetis Berdaya, di Desa Jetis, Madiun. Menurutnya, keberhasilan atau kegagalan pemberdayaan masyarakat dalam hal peternakan, dikarenakan pemberdayanya sendiri bukan peternak. Sehingga tidak berpengetahuan memadai tentang masalah-masalah peternakan. Berikutnya adalah tidak adanya pendampingan yang baik.

BUMMas yang dikelola Husain menggunakan model bottom up. Apa yang dimiliki BUMMas dan masyarakat butuh bisa untuk mengambilnya. Misal BUMMas memiliki 10 ekor domba bakalan, jika ada masyarakat yang mau mengambil untuk dipelihara diperbolehkan.

Namun Husain menegaskan bahwa jangan pernah memberikan domba begitu saja. Sebagian besar warga desa yang diberi domba tanpa pendampingan gagal dalam beternak. Karena domba cenderung dijual dan kegiatan beternak tidak diteruskan.

Hal itu kemungkinan bukan karena warga desa malas beternak. Tapi karena mereka tidak mendapatkan pendampingan yang baik dan ternak terpaksa dijual untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena itu Husain akhirnya merumuskan formula dan ternyata menuai hasil baik. Masyarakat yang menerima bantuan domba didampingi dalam beternak dan dibantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. “Peternak atau orang yang bakal diberdayakan itu kita selesaikan dulu masalah perutnya, masalah dapurnya, selesaikan dulu masalah keluarganya baru kita arahkan,” jelas Husain.

Cara yang ditempuh Husain adalah dengan mempekerjakan orang yang diberdayakan pada BUMMas. Setengah hari bekerja mereka digaji Rp 40-50 ribu yang cukup untuk kebutuhan sehari keluarganya. Lalu setengah hari sisanya mereka gunakan untuk memelihara domba mereka sendiri.

“Jadi seperti halnya mereka dapat gaji sehari kerja itu Rp 80 ribu. Kalkulasinya Rp 50 ribu untuk makan, Rp 30 ribu disimpan,” kata Husain. “Karena Rp 30 ribu kalau berbentuk uang itu rata-rata masyarakat desa ini juga bakal habis. Kalau berbentuk ternak maka uang tersebut inilah yang nanti akan menjadi simpanan, bisa diambil saat mereka perlu.”

Husain berkaca pada pengalaman klasik yang ada di peternak. Banyak pemberian ternak dari dinas-dinas terkait maupun NGO tidak lama setelah diberi, dalam jangka 3-4 bulan akan dijual. Dengan berbagai macam alasan seperti sakit, ternak tidak mau makan, ternak akan mati dan sebagainya. Jika yang diberi bantuan 10 orang dan yang berhasil beternak hanya dua itu sudah termasuk bagus.

“Faktanya seperti itu, apalagi bantuan dalam bentuk kambing. Kalau sapi lebih aman meskipun kadang ternaknya tidak karuan bentuknya. Kualitasnya tidak sebanding dengan ekspektasi pemberinya. Tapi kalau kambing itu yang jadi tidak karuan tempatnya, yaitu sudah dijual ke pasar,” ucapnya.

Maka Husain menyarankan agar para pendamping peternak yang belum beternak mulai untuk lebih mengenal ternak. Karena jika tidak begitu, peternak maupun pendampingnya akan sampai pada titik jenuh. (NDV)

HATI-HATI! ENTEROTOKSEMIA SEBABKAN KEMATIAN KAMBING DAN DOMBA

Enterotoksemia merupakan penyakit penting karena menimbulkan kerugian besar bagi peternak kambing dan domba di seluruh dunia. (Foto-foto: Istimewa)

Satu bulan terakhir penulis mendapat cukup banyak pertanyaan terkait kematian mendadak pada kambing. Rekan sejawat penulis dari Kabupaten Pesawara Lampung menanyakan kematian seekor cempe Peranakan Etawa bersamaan dengan kondisi induknya yang tiba-tiba ambruk. Beberapa informasi terkait pakan yang diberikan adalah rumput dan ampas tahu.

Adapula peternak kambing perah di Bogor yang memberikan informasi bahwa terjadi kematian beberapa ekor dalam kurun waktu satu minggu. Gejala klinisnya meliputi ternak semula sehat, kemudian menunjukan gejala tidak mau makan, pada cempe terkadang diikuti diare dan mati mendadak.

Gambaran perubahan pasca kematian menunjukan adanya kerapuhan pada hati, ukuran membesar, hati dan paru mengalami adhesi/menempel pada tulang rusuk, keluar cairan bening ataupun cairan kemerahan hingga berbentuk gelatin dari rongga perut, serta menciri pada perdarahan/hemoragik pada lumen usus ataupun pada lapisan serosa.

Kejadian yang sama juga dilaporkan kerabat dokter hewan di Provinsi Jambi, yang membuka usaha breeding kambing Jawarandu. Ia mengeluhkan kejadian kematian kambingnya secara mendadak. Dalam satu minggu telah terjadi kematian dengan gejala klinis seperti di atas sejumlah empat ekor indukan. Masa inkubasi penyakit sangat cepat, dari mulai tidak mau makan, kejang dan kaku otot pada cempe, diare berakhir kematian.

Adapula yang melaporkan kejadian di Kabupaten Purworejo, Jawa tengah. Terjadi peningkatan laporan kasus kambing atau domba sakit dengan gejala klinis sama seperti di Lampung, Bogor dan Jambi. Disampaikan kejadian terjadi di beberapa Kecamatan di Purworejo, dengan mortalitas cukup tinggi serta penanganan dengan antibiotik yang hasilnya belum memuaskan.

Berdasarkan informasi di atas, penulis membaca beberapa referensi jurnal dan buku terkait kematian pada kambing dan domba. Jurnal terbaru 2020 berjudul “The Challenges of Diagnosis and Control of Enterotoxaemia Caused by Clostridium perfringens in Small Ruminants” oleh Rajveer Singh Pawaiya dkk. Hasil kesimpulan sementara bahwa kematian tersebut disebabkan penyakit yang dikenal sebagai enterotoksemia, pulpy kidney disease, atau juga dikenal over eating disease.

Enterotoksemia merupakan peristiwa terjadinya toksifikasi pada alat pencernaan (usus) yang diserap oleh pembuluh darah dan terdistribusi ke seluruh tubuh. Enterotoksemia dapat disebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2022.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Medik Veteriner, Balai Veteriner Lampung
Koresponden Infovet daerah Lampung

UP DAN HPDKI KAMPAR GELAR KONTES TERNAK KAMBING 2021

Rektor UP Tuanku Tambusai, Prof Dr H Amir Luthfi, saat memberi sambutan pada Kontes Ternak Kambing 2021. (Foto: Infovet/Sadarman)

Universitas Pahlawan (UP) dan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Kampar menyelenggarakan Kontes Ternak Kambing 2021. Acara dilaksanakan di pelataran parkir UP, Selasa (28/12/2021), mengangkat tema “Upaya Melestarikan Kambing Lokal dan Meningkatkan Nilai Jual untuk Menumbuhkan Gairah Masyarakat Beternak Kambing”.

Ketua HPDKI Kampar, Kurnia Mutaqin, menyampaikan, “Event pertama untuk kontes ternak, meskipun tagline-nya untuk Kabupaten Kampar, namun peserta juga datang dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Riau.”

Sementara Pembina Program Studi Peternakan Fakultas Life Sciences UP, yang juga Wartawan Infovet Daerah Riau, Dr Ir Sadarman SPt MSc IPM, menyebut bahwa kontes ternak pada dasarnya ajang pencarian atau penjaringan kambing berkualitas baik, unggul dari sisi genetik untuk dikembangbiakan peternak.

“Kegiatan yang sangat baik, memberikan nilai positif pada usaha peternakan kambing lokal yang dipelihara peternak, khususnya di Kabupaten Kampar dan peternak lainnya di luar Kabupaten Kampar. Diharapkan dapat meningkatkan nilai jual kambing lokal, sehingga pendapatan peternak juga meningkat,” kata Sadarman yang juga Dosen Tetap Program Studi Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Rektor UP, Prof Dr H Amir Luthfi, menyambut baik atas terlaksananya kontes ternak. Ia sampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang mendukung acara ini.

“Saya memberikan apresiasi positif kepada para penggagas dan panitia pelakasana, baik dari UP maupun HPDKI Kampar. UP akan terus berkomitmen memajukan usaha peternakan, terutama peternak lokal yang harus bisa menghasilkan uang, tidak lagi beternak secara tradisional namun mereka mampu mengubah pola usaha peternakan ke arah modern, sehingga pendapatan mereka bisa meningkat,” kata mantan Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada kontes tersebut ditetapkan pemenang dari empat kategori, yaitu jantan lokal, betina lokal, umum dan eksibisi. Dewan juri menetapkan pemenang kategori jantan lokal dari SIS Jaya Farm (I), Aan Farm (II) dan AJR Farm (III). Sementara kategori betina lokal diraih Hanif Farm (I dan II), serta Uwai Makmur Farm (III). Kategori umum dimenangkan Berkah Salo Farm (I), Devan Farm (II) dan Fadila Farm (III). Lalu kategori eksibisi diberikan kepada Fatur Farm (I), Azka Farm (II) dan Lukiy Farm (III). Sedangkan kategori favorit peserta dan pengunjung menetapkan kambing kacang milik Hanif Farm sebagai kambing paling disukai dan berhak membawa pulang hadiah satu ekor domba. (Sadarman)

MAHASISWA UGM KEMBANGKAN SUPLEMEN PAKAN RUN

Tim mahasiswa UGM yang mengembangkan inovasi suplemen pakan RUN untuk ternak domba. (Foto: Istimewa)

Rumen Undegradable Nutrient (RUN) merupakan suplemen pakan ternak ruminansia yang dikembangkan menggunakan teknologi proteksi, sehingga tidak didegradasi atau dicerna oleh mikroba rumen. Nutrien atau bahan yang digunakan sebagai penyusun RUN adalah lemak yang berasal dari crude palm oil (CPO) dan asam amino (arginin, metionin dan lisin).

Inovasi suplemen pakan RUN dilakukan oleh tim mahasiswa UGM dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaam, Riset dan Inovasi 2021.

Inovasi ini dilakukan dengan melihat fakta bahwa pakan memiliki peran besar dalam produktivitas ternak. Hanya saja, sebagian besar pakan yang diberikan kepada ternak ruminansia berasal dari limbah pertanian dengan kualitas rendah, karena tinggi serat dan rendah protein. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia, menyebabkan kandungan serat dalam hijauan pakan ternak menjadi tinggi, sehingga sulit dicerna ternak. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan nutrien tidak terpenuhi, sehingga produktivitas ternak kurang optimal.

Mahasiswa UGM yang terdiri dari Muhammad Evan Magistrama, Rizqi Rahadian Pramana, Jason Saut Hamonangan Siregar dan Almas Aufar Zhafran Romala Nabila, melakukan inovasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menghasilkan RUN tersebut.

Ketua tim peneliti, Muhammad Evan Magistrama di Yogyakarta, Selasa (14/9), menyampaikan penggunaan asam lemak dari CPO dapat menjadi sumber energi. Hal ini didukung dengan keberadaan asam amino. Arginin merupakan asam amino potensial dalam metabolisme kreatin untuk pembentukan otot. Selain itu, metionin dan lisin berperan dalam metabolisme energi untuk mendukung produktivitas ternak.

“Analisis ekonomi yang telah kami lakukan menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi RUN dapat meningkatkan keuntungan 50% lebih besar dibanding perlakuan kontrol. Hal ini didapat karena terjadi peningkatan efisiensi dari budi daya domba yang dilakukan, yakni PBBH yang signifikan dengan konversi pakan yang rendah,” kata Evan.

Ia menambahkan, apabila domba yang dipelihara berjumlah 100 ekor, penggunaan RUN dalam waktu 21 hari mampu meningkatkan keuntungan lebih besar, yakni 6-7 juta dibandingkan tanpa penambahan RUN.

“Teknologi RUN dapat menjadi salah satu upaya meningkatkan keuntungan peternakan rakyat. Diharapkan hasil penelitian ini tidak sekadar menjadi penelitian semata, akan tetapi perlu dikembangkan menjadi inovasi bernilai ekonomi yang dikemas dalam bentuk start-up mahasiswa,” pungkasnya. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer