Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Romindo | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MERDEKA DARI PENYAKIT PERNAPASAN

Infeksi mikoplasma dapat menyebabkan air sacculitis dan dapat menyebar melalui transovarial atau penularan secara vertikal dari induk ke anak ayam. (Foto: Istimewa)

Kesehatan saluran  pernapasan ayam sangat penting untuk mencapai target produktivitas pada ayam pedaging maupun petelur. Ayam yang dipelihara dalam lingkungan terbatas membutuhkan faktor pendukung ideal untuk pertumbuhan optimal, sehingga dapat berproduksi maksimal.

Faktor pendukung tersebut adalah udara, air, dan pakan. Bila ketiga faktor itu dapat terpenuhi secara ideal, kemampuan bibit penyakit dalam menimbulkan penyakit berkurang, apalagi bila biosekuriti dilakukan secara optimal. Tulisan ini mengulas mengenai kesehatan saluran pernapasan dan chronic respiratory disease sebagai penyakit penting saluran pernapasan beserta pencegahannya.

Kesehatan saluran pernapasan harus selalu mendapat perhatian serius untuk mencapai puncak kemampuan genetik ayam. Karena dampak dari semakin tingginya produktivitas, ayam menjadi semakin sensitif terhadap perubahan lingkungan dan ancaman penyakit, sehingga membutuhkan manajemen kesehatan saluran pernapasan yang lebih baik.

Fungsi utama saluran pernapasan ayam adalah menyediakan oksigen dalam jumlah cukup, mengeluarkan CO2 dan membantu proses tanggap kebal. Syarat memenuhi fungsi pernapasan tersebut adalah ketersediaan udara bersih dan saluran pernapasan yang sehat.

Karakteristik saluran pernapasan ayam antara lain saluran pernapasan relatif panjang dibanding dengan tubuh, dalam proses pernapasan paru-paru tidak ekspansif dan memiliki kantung udara, serta tidak memiliki diafragma. Konsekuensi karakteristik saluran pernapasan ayam tersebut adalah infeksi kantung udara menjadi sering muncul dan dapat meluas, serta menyebar ke organ lain.

Saluran pernapasan memiliki berbagai sistem pertahanan tubuh terhadap agen infeksius. Silia yang dapat menangkap agen infeksi dan epitel saluran pernapasan merupakan sistem pertahanan struktural. Makrofag dan netrofil merupakan sistem pertahanan selular non-spesifik. Sedangkan sistem kekebalan spesifik pada saluran pernapasan dapat bersifat humoral dan selular. Mukus pada saluran pernapasan termasuk sistem pertahanan sekretorik.

Di dalam saluran pernapasan dapat terjadi interaksi antar mikroorganisme penyebab penyakit. Sangat sering terjadi infeksi gabungan mikroorganisme penyebab penyakit, misal antara virus dengan virus, virus dengan bakteri, bakteri dengan mikoplasma, dan lain sebagainya. Infeksi gabungan antar mikroorganisme dapat memberikan efek sinergistik.

Penyakit saluran pernapasan selain menimbulkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

KUALITAS AIR BERMASALAH, PENYAKIT MERAJALELA

Air mempunyai pengaruh besar terhadap performa dan pertumbuhan ayam. (Foto: Dok. Infovet)

Air merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan ayam, karena air sangat penting dibutuhkan oleh ayam untuk menunjang kehidupan dan produktivitasnya, dimana hampir 80% unsur yang terdapat dalam tubuh ayam terdiri atas air.

Air harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan ternak dan memenuhi syarat dari segi kualitasnya. Air yang kualitasnya kurang baik secara tidak langsung dapat memengaruhi kesehatan ternak.

Pada hampir sebagian besar lokasi peternakan ayam yang ada di Indonesia, dilaporkan sumber airnya mengalami masalah pencemaran kuman patogen dan logam berat. Selain itu pada beberapa daerah dikeluhkan pula oleh para peternak bahwa sumber air yang mereka dapatkan pHnya ada yang rendah (cenderung asam) dan ada juga yang terlalu tinggi (cenderung alkalis). Juga dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh peternak, kebanyakan sumber air yang ada di lokasi peternakan tercemar kuman E. coli.

Kriteria Air Minum yang Baik untuk Ayam
Air mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan program vaksinasi dan pemberian obat-obatan untuk ayam, yang mana baik vaksinasi maupun pengobatan dalam pemberiannya mengunakan air sebagai media untuk bisa membawanya masuk ke dalam tubuh ayam.

Ada tiga kriteria penting yang dipersyaratkan untuk air yang layak diberikan pada ayam guna mendukung pertumbuhan, kesehatan dan produktivitasnya, yaitu:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2022.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021-8300300

KOMBINASI APIK PROBIOTIK, PREBIOTIK, SINBIOTIK

Kenali manfaat dari penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik (Sumber: pixabay.com/WikiImages)

Kesehatan saluran pencernaan sangat berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan produktivitas ayam, karena kondisi pencernaan akan mempengaruhi proses pencernaan pakan, penyerapan nutrisi dan kekebalan terhadap kasus penyakit.

Sistem pencernaan berawal dari paruh, mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus (duodenum, jejunum, ileum), sekum, usus besar, colon dan berakhir di kloaka. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan usus dan performanya pada unggas.

Kualitas pakan dan air memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan. Kontaminasi bakteri terhadap pakan dan/atau air dapat merusak saluran pencernaan, menyebabkan respon peradangan di dalam usus yang menuntut peningkatan energi yang digunakan bersamaan dengan penurunan waktu transit untuk proses pencernaan di usus, sehingga ketersediaan nutrisi berkurang.

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik, ataupun mikroba. Proses mekanik terdiri dari penelanan makanan ke dalam mulut dan gerakan peristaltik alat pencernaan karena kontraksi otot usus.

Sementara proses enzimatis atau kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan sel-sel kelenjar dari bagian alat saluran pencernaan, berupa getah-getah pencernaan. Disamping itu, enzim dapat pula dihasilkan oleh mikroba usus yang dapat berasal dari ransum.

Keasaman bagian-bagian alat pencernaan mempunyai efek terhadap kehidupan mikroba pencernaan yang erat sekali hubungannya dengan produk enzim pencernaan maupun enzim produk mikroorganisme dari ransum. Faktor utama yang menentukan populasi mikroba adalah pH. Komponen ion H+ dapat bersifat membunuh bakteri patogen ditambah dengan suasana pH yang rendah.

Mikroflora yang menyokong kesehatan hewan terdiri dari berbagai macam spesies mikroorganisme seperti Lactobaccilus, Bifidobacterium dan Bacteroides yang sebagian besar merupakan mikroorganisme yang predominan. Kelompok lainnya yang merupakan bakteri patogen adalah Enterobactericeae, Enterococcus dan Clostridium. Dalam kesehatan saluran pencernaan ayam, rasio jumlah mikroorganisme pada kelompok bakteri tersebut adalah penting.

Faktor yang mempengaruhi kolonisasi mikroorganisme dapat dikelompokan menjadi: 
• Faktor yang berhubungan dengan inangnya, meliputi suhu tubuh, pH dan tingkat potensi oksidasi reduksi, asam lambung, enzim dan antibodi.
• Faktor yang berhubungan dengan interaksi mikroba, meliputi efek antagonistik, bakteriofag, bakteriosin.
• Makanan dan faktor lingkungan seperti fruktooligosakarida, manosa, laktosa dan karbohidrat lainnya dan/atau serat makanan serta faktor stres lingkungan.


Kriteria pencernaan yang sehat adalah…
Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021 8300300

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN TOKSIN PADA PAKAN

Kemampuan mengetahui keberadaan mikotoksin dalam bahan baku pakan ternak ayam menjadi hal yang sangat penting saat ini. (Foto: Dok. Infovet)

Toksin merupakan hasil metabolit sekunder jamur, disintesis dan dikeluarkan selama pertumbuhan jamur tertentu, pada saat di ladang (field toxin) maupun pada saat penyimpanan di gudang (storage toxin). Ketika pertumbuhan jamur berhenti, saat itu juga produksi mikotoksin berhenti, tetapi mikotoksin yang sudah terbentuk dan tersimpan tetap ada dan tidak hilang, karena merupakan bahan kimia yang stabil, tahan terhadap temperatur tinggi dan dalam proses pembuatan pakan. Bersifat residif, tertimbun dan terakumulasi, terutama pada hati, ginjal, otot dan telur terutama yolk. Pada dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya imunosupresi (gangguan pembentukan kekebalan tubuh) dan bersifat antimikrobial sehingga menimbulkan terjadinya feed passage (bentuk feses masih menyerupai bentuk pakan utuh).



Jamur yang memproduksi toksin dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan tempat proses tumbuhnya, yaitu Field Fungi (contoh fusarium) dan Storage Fungi (contoh Aspergillus sp. dan Penicillium sp.).

Pada masa tanam, kandungan jamur semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman jagung. Mikotoksin yang dihasilkan jamur pun semakin meningkat, hal ini didukung oleh kondisi iklim, manifestasi serangga, variasi kualitas bibit, maupun tingkat kepadatan tanaman.

Pada proses panen, pembentukan mikotoksin antara lain karena tingkat kematangan tanaman, kadar air biji tanaman dan praktik manajemen pertanian. Kemudian pada saat penyimpanan pembentukan mikotoksin dipengaruhi oleh kandungan air, serangga dan penambahan bahan pengawet. Selain itu, distribusi bahan baku pakan juga berpengaruh terhadap pembentukan mikotoksin, seperti kondisi proses saat pengapalan.



Kemampuan mengetahui keberadaan mikotoksin dalam bahan baku pakan menjadi hal yang sangat penting saat ini. Kemampuan ini wajib dimiliki semua pihak yang terlibat dalam industri perunggasan, terutama para QC (quality control) pabrik pakan dan penanggung jawab kesehatan di farm.

Analisis mikotoksin dengan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) biasa digunakan untuk memeriksa bahan baku pakan asal biji-bijian. Kemampuan diagnosis mikotoksikosis berdasarkan gejala klinis pada saat bedah bangkai juga harus dimiliki oleh setiap petugas lapangan. Kedua macam pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai “pisau analisa” permasalahan yang terjadi di lapangan dan dapat digunakan sebagai dasar-dasar tindakan pencegahan.

Strategi Pengendalian Toksin
• Pastikan bahan baku pakan mempunyai kualitas terbaik. Misalnya jagung dengan… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2021)

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021 8300300

EVALUASI DAN PREDIKSI PENYAKIT 2020 KE 2021

Selain penyakit viral, penyakit bakterial pada unggas juga masih mendominasi kejadian penyakit di lapangan. (Foto: Istimewa)


Hari berganti, tahun berlalu. Tanpa terasa sudah berada di penghujung tahun 2020. Semua yang diperjuangkan di Tahun ini, mari menganalisis dan evaluasi demi kemajuan diwaktu yang akan datang, di tahun 2021.

Pada 2020, dari laporan pemeriksaan kasus oleh para dokter hewan lapangan PT Romindo di seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa kasus penyakit ND (Newcastle Disease), IBD (Infectious Bursal Disease), CRD, NE, Coryza dan Kolibasilosis kejadiannya selalu tinggi setiap bulannya. Selain itu, penyakit Mikotoksikosis juga dilaporkan terjadi di semua wilayah.

Seperti diketahui bersama bahwa penyakit ND adalah salah satu penyakit pernapasan dan sistemik yang disebabkan oleh virus, bersifat akut dan sangat mudah menular dan menyerang berbagai jenis unggas terutama ayam. Pada 2020, gejala klinis ND yang muncul bersifat akut yang berupa pendarahan dan nekrosis pada saluran pencernaan dengan angka kematian tinggi (velogenic viscerotropic). Ada pula dengan gejala klinis pada saluran pernapasan dan syaraf, tanpa perubahan pada saluran pencernaan dengan angka kematian tinggi (velogenic neurotropic). 

Pada 2020 dilaporkan adanya peningkatan jumlah kasus IBD dibanding tahun sebelumnya dan kasusnya tersebar merata. Ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan penyakit ini masih belum optimal dan aman, artinya program vaksinasi IBD, baik aplikasinya maupun pemilihan strain vaksin IBD. Pemakaian vaksin IBD live dengan strain intermediate dan intermediate-plus, kadang kala diberikan pada anak ayam baik broiler, layer maupun breeder. Hal ini akan menyebabkan terjadinya atropi bursa fabrisius sebagai organ limfoid primer yang berakibat terganggunya proses pembentukkan kekebalan secara umum.

Selain penyakit viral, penyakit bakterial juga masih mendominasi kejadian penyakit di lapangan. Yang terbanyak ditemukan adalah penyakit CRD, CRD komplek, Kolibasilosis, NE dan Coryza. Kasus penyakit bakterial ini jumlahnya lebih dari setengah keseluruhan kasus yang ditangani oleh tim Romindo di lapangan. Hal ini dikarenakan masih mengedepankan tindakan pengobatan terhadap penyakit daripada pencegahan. Ketika ayam terlihat gejala klinis sakit saat itulah diberikan produk antibiotika. Padahal kalau dicermati, kasus penyakit bakterial ini sifatnya lebih rutin dan terpola. Jadi mestinya dapat dilakukan program pencegahan penyakit, pada saat ayam masih terlihat sehat.

Untuk itu, perlu dipertimbangkan program lain, yaitu vaksinasi terhadap Mycoplasmosis (MG dan MS), terutama pada ayam layer dan breeder, agar ayam mendapatkan kekebalan lokal MG dan MS sejak awal pemeliharaan hingga afkir. Hal ini karena kuman MG dan MS ini selalu ada di lapangan dan menginfeksi ayam setiap saat. Sehingga dengan memberikan kekebalan lokal sejak awal, maka kondisi tubuh ayam selalu siap menghadapi serangan bakteri Mycoplasma dari lapangan. Efek positif lainnya adalah pemakaian antibiotika misalnya golongan tylosin sebagai pencegahan MG dan MS dapat dikurangi bahkan dihilangkan, sehingga dapat menghemat biaya pengobatan.

Penyakit Coryza atau Snot, pada 2020 ini semakin bandel dan susah dikendalikan. Hal ini terjadi karena ada penyakit lain yang secara diam-diam “membukakan pintu” bagi masuknya bakteri Haemophilus spp. ke dalam tubuh ayam. Penyakit ini adalah AmPV (Avian Metapneumovirus), dengan gejala klinis swollen head syndrome atau kebengkakan di daerah kepala bagian atas. Ketika terjadi outbreak Coryza, perlu dilakukan pemeriksaan serologis terhadap APV, karena meskipun ayam tidak divaksin APV tetapi hasil serologisnya biasanya positif terhadap APV. Ini menunjukkan bahwa ayam sudah terinfeksi APV dan berlanjut menjadi outbreak Coryza. Sering kali APV berjalan tanpa gejala klinis, apabila tidak ada infeksi sekunder yang menyertai.

Helminthiasis atau cacingan, baik karena cacing gilig maupun cacing pita kejadiannya cukup menggangu di lapangan. Pengobatan terhadap cacingan biasanya cukup berhasil tetapi pada beberapa kasus, kejadian cacingan kambuh kembali dalam waktu singkat. Hal ini dimungkinkan karena penanganan kasus cacingan tidak disertai dengan penanganan vektor pembawa, misalnya lalat. Oleh karena itu, penanganan cacingan yang optimal harus dibarengi dengan meminimalkan populasi lalat di lokasi farm.

Mikotoksikosis, adalah penyakit yang disebabkan karena adanya cemaran Mikotoksin dalam pakan. Pada 2020, kasus Mikotoksikosis ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, baik pada broiler, layer maupun breeder. Tingkat keparahan bervariasi mulai dari hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, penurunan kualitas telur, kerusakan organ-organ dalam tubuh dan sebagai imunosupresan menurunkan sistem kekebalan dan mendukung munculnya kasus penyakit lain. Hal ini karena Mikotoksin dapat menghambat penyerapan asam amino dan menghambat penyerapan mineral khususnya Ca dan P. 

Lebih jauh lagi, pencemaran multi-mikotoksin dosis rendahlah yang paling banyak ditemui di lapangan. Padahal multi-mikotoksin ini dapat menimbulkan dampak aditif maupun sinergistik pada ayam. Oleh karena itu, tidak ada level aman untuk Mikotoksin.

Prediksi Penyakit 2021
Pada 2021, diprediksi penyakit ayam cenderung muncul... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2020

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA.
Telp: 021-8300300

PERKEMBANGAN KASUS AVIAN INFLUENZA DAN SOLUSINYA

Vaksinasi masih menjadi andalan dalam mencegah AI. (Sumber: Istimewa)

Kasus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) masih banyak terjadi di dunia. China merupakan negara yang paling banyak mengalami wabah yang disebabkan oleh beberapa strain virus HPAI (H5N1, H7N9, H5N6 dan H5N8) dengan penyebaran yang semakin luas pada unggas dan juga korban pada manusia.

Di Indonesia, hingga saat ini kasus Avian Influenza (AI) pada unggas telah menyebar keseluruh provinsi. Berdasarkan laporan dari Team Veterinary Representative PT Romindo Primavetcom, kasus AI masih terjadi di Kalimantan (dua kasus), Medan (tiga kasus), Jawa Timur (dua kasus) dan Tangerang (satu kasus).

Penyakit AI dilaporkan pertama kali muncul di Indonesia pada 2003 silam, penyakit tersebut disebabkan oleh HPAI strain H5N1 clade 2.1. Sampai saat ini Kasus AI telah menyebar di seluruh provinsi, dan dikarenakan dampaknya yang merugikan, maka AI dimasukan dalam 25 penyakit hewan menular strategis berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 4026/Kpts/OT.140/4/2013.

Virus AI dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu bentuk akut yang disebut dengan HPAI dan yang bentuk ringan disebut Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Virus pada unggas yang mempunyai subtipe H5 atau H7 telah diketahui mempunyai hubungan erat dengan penyakit yang bersifat patogenik, sebaliknya banyak juga virus influenza A subtipe H5 atau H7 yang bersifat tidak patogen (Tabbu, 2000).

Sebagian besar ahli penyakit unggas menyatakan penanggulangan AI masih sulit mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa hal yang menjadi hambatan untuk bebas dari penyakit AI diantaranya sistem pemasaran unggas yang sebagian besar belum tertata dengan baik. Dengan sistem pemasaran yang ada saat ini, ayam afkir yang diduga terjangkit AI dapat mencemari tempat penampungan di pasar tradisional dan mencemari alat transportasi yang berasal dari pasar tradisional tersebut. Sehingga pada saat kembali ke peternakan, alat-alat transportasi tersebut akan mencemari peternakan karena tidak melalui proses sanitasi dan desinfeksi yang baik.

Vaksin inaktif AI saat ini sering menjadi “kambing hitam” kegagalan program penanggulangan penyakit. Perdebatan penggunaan vaksin yang efektif masih sering didiskusikan.

Program vaksinasi pada peternakan petelur komersial dan peternakan ayam pembibit saat ini sudah berjalan dan terprogram dengan baik. Namun, masih ada empat kelompok unggas yang belum melakukan vaksinasi terhadap AI, yaitu kelompok ayam broiler (pedaging), ayam pejantan (jantan jenis ayam petelur), ayam kampung dan jenis unggas lain (bebek, angsa, puyuh). Hal tersebut mengakibatkan kurang efektifnya program vaksinasi terhadap AI karena jumlah populasi ayam terbesar di Indonesia adalah populasi ayam broiler, ayam kampung dan unggas lain dibandingkan dengan populasi ayam petelur komersial dan ayam pembibit.

Penanggulangan AI dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan di peternakan, yaitu tatalaksana peternakan yang optimal, vaksinasi dan biosekuriti.


Karakteristik Patologi Anatomi AI.

Program Vaksinasi AI
Perlu dipahami bahwa pemberian vaksinasi AI tidak dapat serta-merta secara langsung menghilangkan tantangan virus dan memberikan jaminan bahwa ayam bebas dari penyakit AI.

Tujuan vaksinasi terhadap AI adalah untuk mengurangi gejala klinis, mengurangi gangguan produksi telur, menurunkan mortalitas yang disebabkan virus AI, mengurangi populasi ayam yang rentan dan mengurangi pencemaran/shedding virus di lokasi peternakan.

Prinsip dasar pemakaian vaksin AI adalah antigen vaksin harus dapat memberikan stimulasi kekebalan yang optimal sebelum virus asal lapang menginfeksi tubuh ayam. Kemudian, vaksin harus homolog dengan sub tipe H atau subtipe H dan N virus asal lapang. Karakteristik vaksin AI yang ideal (menurut Suarez, 2000) vaksin dapat meransang respon kekebalan humoral (HMI-humoral mediate immunity) dan kekebalan seluler (CMI-cell mediate immunity), sehingga perlindungan terhadap ayam cepat terbentuk.

Vaksin AI juga harus aman untuk unggas dan aman untuk diproduksi. Master seed berasal dari virus LPAI, serta waktu yang diperlukan untuk stimulasi kekebalan singkat sehingga cocok  digunakan pada ayam pedaging.

Kriteria lain yang diharapkan pada vaksin AI adalah harga relatif tidak mahal, mudah diberikan pada ayam, perlindungan efektif dan dapat dicapai dengan dosis tunggal untuk ayam semua umur.

Pencegahan penyakit terhadap AI umumnya sudah dilakukan oleh peternak. Program standar yang telah dilakukan peternak ayam petelur adalah dengan melakukan vaksinasi dengan vaksin inaktif sebanyak minimal tiga kali. Bahkan di beberapa wilayah padat peternakan, vaksinasi inaktif telah dilakukan 3-4 kali pada periode grower dan 1-2 kali pada periode bertelur. 

Pelaksanaan Vaksinasi AI
Teknik alias cara pemberian vaksin juga mempengaruhi hasil vaksinasi. Pemberian vaksin dengan reaksi stres yang minim dapat meningkatkan ransangan kekebalan yang tinggi. Selain itu metode vaksinasi, program vaksinasi, vaksinator dan peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan ayam, meliputi umur/variasi umur dan status kesehatan, kesemuanya memegang peranan dalam keberhasilan penanggulangan AI.
Untuk mengurangi... (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020)


Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264
JAKARTA. Telp.021 8300300

Roadshow Seminar PT Biomin Indonesia di Tiga Kota

Dari kiri: Dr Neil Gannon, Dr Hilde Van Meirhaeghe
dan Dr Justin Tan saat sesi tanya-jawab.
PT Biomin Indonesia bekerjasama dengan PT Romindo Primavetcom kembali mengadakan roadshow seminar tentang bagaimana meningkatkan kesehatan saluran pencernaan di era bebas AGP saat ini. Seminar berlangsung selama tiga hari berturut-turut di tiga kota besar, yakni Surabaya, Jakarta dan Medan, mulai 10-12 April 2018.

Menurut Managing Director PT Biomin Indonesia, Yatie Setiarsih, penyelenggaraan seminar ini merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan, dengan mengangkat tema Improving Gut Performance in AGP free Animal Production. “Kali ini kita bahas mengenai bagaimana meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang handal dibidangnya,” kata Yatie saat menyambut peserta seminar di Jakarta, Rabu (11/4).

Menyambung sambutan Yatie, Kepala Cabang PT Romindo Primavetcom, Indryasnowo Priowasono, turut menyampaikan, topik yang disajikan dalam seminar kali ini sangat menarik. “Kami berharap dari seminar ini peserta mendapat pemahaman yang lebih jelas dengan solusi yang tepat dan lengkap dari Biomin dan Romindo. Karena itu juga yang merupakan komitmen kami untuk mengedepankan complete customer solutions,” ujarnya.

Usai mendengar sambutan, kegiatan yang dimulai sejak pagi ini langsung memasuki pemaparan materi yang dipandu oleh Simon Ginting selaku moderator. Sebagai presentasi pembuka menampilkan Dr Hilde Van Meirhaeghe, Poultry Consultant for Vetwork, Academic Adviser Faculty of Veterinary Medicine, University of Ghent, yang juga President of the Belgian Hatcheries Association, mengenai antimikrobial resisten pada industri unggas dan peran performa kesehatan usus.

Dilanjutkan dengan presentasi dari Dr Justin Tan selaku Regional Sales and Marketing Director, Biomin Asia, soal peran sinbiotik sebagai pemacu kesehatan usus dan penyampaian materi oleh Dr Neil Gannon, Regional Product Manager, Gut Performance, Biomin Asia, tentang solusi dari Biomin untuk produksi unggas yang bebas AGP.

Foto bersama usai acara.
Usai pemaparan ketiga narasumber, seminar setengah hari ini juga diisi dengan sesi tanya jawab antara pembicara dan peserta yang berjalan sangat dinamis. Antusiasme peserta juga terlihat saat mengikuti kegiatan kuis berhadiah yang menjadi penutup rangkaian seminar di Jakarta. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer