Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini RPA | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

RPA TRADISIONAL YANG MENGHIDUPI

RPA skala kecil di daerah Kota Pemalang. (Foto: Dok. Kholis)

Hanya menggunakan peralatan sederhana, rumah pemotongan ayam (RPA) skala kecil ini tak pernah berhenti menerima pelanggan. Para pelanggan bebas memilih, beli ayam di tempat atau membawa ayam sendiri.

Pada pagi hari suasana pasar tradisional Bantarbolang, Kota Pemalang, Jawa Tengah, yang bersebelahan dengan hutan jati milik Perhutani, sudah dipadati para pedagang dan pembeli. Apalagi ketika menjelang momentum hari-hari besar, atau masyarakat sekitar Pemalang menyebutnya “Prebegan” atau pasar raya, jelang hari raya.

Di saat Prebegan ini, kios-kios yang ramai pengunjung adalah kios sembako dan lapak penjualan ayam potong serta penyedia ayam kampung. Di Pasar Bantarbolang, terdapat tiga kios khusus menyediakan jasa pemotongan ayam. Saat Prebegan, kios-kios tersebut dipadati orang-orang yang akan menyembelih ayam.

Kios Potong Ayam Indra, salah satu kios yang kerap dipadati orang-orang. Rata-rata mereka membawa ayam sendiri. “Di sini biasanya banyak yang bawa ayam kampung. Ada juga yang bawa ayam pedaging,” tutur Suhindra, pemilik Kios Potong Ayam Indra kepada Infovet.

Kios milik Suhindra buka setiap hari, mulai pukul 06:00 hingga pukul 14:00. Di luar momen Prebegan, dalam sepekan Pasar Bantarbolang memiliki dua hari yang ramai pengunjung, yakni Minggu dan Rabu. Pedagang di sini menyebutnya hari “Pasaran”. Pada dua hari ini kios potong ayam milik Suhindra selalu ramai pengunjung.

Ongkos jasa potong ayam di kios Suhindra cukup terjangkau. Hanya dengan membayar Rp 7.000/ekor, pelanggan sudah menerima daging ayam dalam bentuk potongan. Proses pemotongan ayam hingga selesai dicacah, hanya membutuhkan waktu 10 menit.

Untuk mempercepat proses layanan, Suhindra menggunakan mesin pencabut bulu otomatis bertenaga listrik. Setelah dipotong, ayam dimasukkan ke dalam air panas, lalu dimasukan ke dalam mesin putar pencabut bulu ayam. Hanya dalam dua menit, ayam sudah menjadi karkas bersih dan siap dicacah sesuai permintaan pelanggan. “Ongkosnya murah, cuma Rp 7.000, yang penting bisa dapat pelanggan setiap hari,” ujar Shindra.

Selain melayani jasa potong, kiosnya juga menyediakan ayam broiler hidup. Per ekor harganya bervariasi, antara Rp 50.000-70.000/ekor. “Mau beli ayam di saya boleh, mau bawa ayam sendiri juga boleh. Tergantung selera pelanggan,” ucapnya.

Adapun kios lain yang melakukan “praktik” serupa. Hampir sama dengan Suhindra, di kios potong ayam ini juga menyediakan ayam broiler hidup. “Kalau soal biaya potong di pasar ini semua sama Rp 7.000/ekor. Sudah bersih dan dicacah,” kata Rustam pemilik kios tersebut.

Baik Rustam maupun Suhindra mengaku, omzet yang mereka dapat dalam sebulan tidak menentu. Dalam sehari, kadang bisa melayani jasa potong antara 10-20 ekor ayam. “Tapi kalau lagi sepi bisa di bawah 10 ekor sehari,” ucap Rustam.

Hanya saja, Rustam dan Suhindra mengatakan kadang beruntung jika ada pesananan untuk hajatan. Bisa mencapai 50 atau 100 ekor sekali pesan. Tapi pesanan dalam jumlah banyak seperti ini jarang. Bisa jadi, pembeli sudah membeli di pedagang ayam yang sudah dalam bentuk karkas.

Di Tengah Sawah
Beda orang, beda cara menggaet pelanggan. Suwandi, yang juga membuka usaha RPA skala kecil tidak memilih kios di pasar sebagai tempat usahanya. Ia justru memilih di tengah persawahan sebagai tempat usahanya. Lokasinya sekitar 2 km dari Pasar Bantarbolang. Jauh dari pemukiman warga.

Dengan bangunan sederhana dari kayu, berukuran 3x5 meter, RPA milik Suwandi melayani setiap pembelian ayam dan layanan jasa potong. Lokasinya hanya sekitar 30 meter dari jalan raya. Spanduk bertulisan Ayam Potong menjadi penanda tempat tersebut. Meski sendirian di tengah sawah, namun RPA sederhana ini cukup dikenal warga. Akses yang mudah dijangkau pelanggan, menjadikan RPA milik Suwandi banyak diminati pelanggan.

Saat Infovet berkunjung, terlihat cukup ramai pelanggan di RPA Suwandi. Berbeda dengan di kios potong ayam yang di dalam pasar, rata-rata pelanggan di RPA ini membeli ayam langsung di tempat. “Pelanggan bebas pilih ayam, ada broiler, ayam kampung dan ayam Abang (ayam petelur afkiran-red),” ujar Suwandi.

Harga dan biaya jasa potong yang ditawarkan Suwandi juga tak jauh beda dengan tempat pemotongan di pasar. Per ekornya dikenai biaya Rp 7.000 hingga sampai cacah. “Kalau harga ayam tergantung besar kecilnya dan tawar-menawarnya,” tambahnya.

Tetap Menghidupi Keluarga
Usaha yang dijalani Suhindra, Rustam dan Suwandi terbilang sederhana. Mereka bukan peternak, tapi justru menikmati omzet dan keuntungan di tengah gejolak harga unggas. Mereka tak membutuhkan keahlian teknik beternak, tapi cukup memiliki tempat usaha dan mau bekerja keras untuk mendapatkan pelanggan.

Dari usaha yang dijalani bertahun-tahun, mereka bisa eksis dan menghasilkan uang untuk menghidupi keluarga. “Meski tidak sebesar usaha peternakan ayam, tapi saya tetap bersyukur. Yang penting usaha bisa lancar, walaupun kecil,” ujar Suwandi.

Hal yang disyukuri mereka adalah tidak terbebani oleh naiknya harga pakan, merosotnya harga telur, maupun harga ayam broiler hidup. Bagi mereka jika memang harga broiler yang dipasok oleh peternak naik, maka mereka tinggal menaikkan harga jualnya. Namun jika harga sedang turun, mereka tetap masih menangguk keuntungan menjual ayam.

“Usaha saya ini beda dengan peternak. Saya enggak pusing mikirin naiknya harga pakan atau penyakit ayam. Harga telur atau ayam naik-turun, itu tidak terlalu berpengaruh. Kalau susah pasokan ayam broiler, orang yang datang bisa ganti dengan ayam kampung, harganya lebih stabil,” jelas Suhindra.

Dari penelusuran Infovet, usaha mereka memang sederhana. Namun dari sisi kebersihan masih kurang diperhatikan. Kandang yang kotor dan bau menyengat feses ayam bercampur limbah bulu kerap membuat pelanggan tidak nyaman. Namun, tampaknya itu sudah menjadi hal yang biasa. (AK)

TATA RUANG RUMAH PEMOTONGAN AYAM

Proses pencucian ayam hingga disiapkan menjadi karkas. (Foto: Dok. JAPFA)

Infovet beberapa waktu lalu berkesempatan melihat-lihat Laboratorium Pasca Panen milik PT Ciomas Adisatwa, anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA). Berlokasi di Yogyakarta, area laboratorium kerjasama JAPFA dan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, di dalamnya terdapat bangunan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang mampu menampung 28 ribu ekor ayam per hari, serta memiliki storage dengan kapasitas 200 ton daging.

Kebutuhan daging ayam yang terus meningkat mendesak industri perunggasan, khususnya industry RPA untuk siap menyediakan karkas berkualitas secara kontinyu. RPA yang memenuhi persyaratan higiene-sanitasi dan manajemen pemotongan ayam yang benar akan menghasilkan karkas berkualitas baik.

Penanggung Jawab RPA PT Ciomas Adisatwa, Dody Agung Prasetiyo, memandu awak media saat berada di lokasi. Dijelaskannya, RPA adalah sebuah bangunan dengan desain khusus dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong unggas untuk konsumsi masyarakat. Selain itu, RPA merupakan unit pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Pembagian ruang bangunan utama RPA terdiri dari daerah kotor dan bersih. Daerah kotor meliputi penurunan ayam hidup, pemeriksaan ante-mortem dan penggantungan ayam hidup, pemingsanan (stunning), penyembelihan (killing), pencelupan ke air panas (scalding tank), pencabutan bulu (defeathering), pencucian karkas, pengeluaran jeroan (evisceration) dan pemeriksaan post-mortem, serta penanganan jeroan.

Sedangkan daerah bersih meliputi pencucian karkas, pendinginan karkas (chilling), seleksi (grading), penimbangan karkas, pemotongan karkas (cutting), pemisahan daging dari tulang (deboning), pengemasan dan penyimpanan segar (chilling room) (SNI, 1999).

Bangunan utama RPA harus memenuhi persyaratan, yaitu tata ruang harus didesain searah dengan alur proses dan memiliki ruang yang cukup, sehingga seluruh kegiatan pemotongan unggas dapat berjalan baik dan higiene. Tempat pemotongan harus didesain sedemikian rupa, sehingga pemotongan unggas memenuhi persyaratan halal, besar ruangan disesuaikan dengan kapasitas pemotongan, adanya pemisahan ruangan yang jelas secara fisik antara daerah bersih dan daerah kotor (SNI, 1999).

Proses Pemotongan
Pemingsanan (stunning) merupakan tahap awal dalam teknik pemotongan ayam. Petugas yang melayani proses stunning ayam harus paham tugasnya, termasuk cara penyembelihan yang benar dan baik sesuai syariat Islam.

Proses kepedulian tentang sisi kehewanan atau animal welfare suatu proses pemingsanan dengan daya listrik tertentu, agar ayam pingsan sementara sebelum dilakukan penyembelihan.

Penggunaan automatic slaughtering machine dioperasikan oleh petugas berkompeten, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kepastian bahwa arteri carotid telah ikut terpotong.

Pemotongan ayam yang dilakukan secara halal dan baik (halalan-thayyiban) serta memenuhi persyaratan higiene-sanitasi akan menghasilkan karkas utuh atau karkas potongan yang ASUH.

Proses pemotongan ayam meliputi penerapan kesejahteraan hewan sebelum pemotongan, pemeriksaan ante-mortem, penyembelihan ayam, pemeriksaan post-mortem, penyelesaian penyembelihan dan karkas/daging ayam (Ditjennak, 2010).

Pasca Pemotongan
1. Pencelupan air panas (scalding)
Ayam dicelupkan ke dalam air panas setelah ayam disembelih bertujuan untuk mempermudah pencabutan bulu. Lama pencelupan dan suhu air pencelup tergantung pada kondisi ayam. Menurut Hadiwiyoto (1992), bahwa proses pencelupan dalam air hangat, tergantung pada umur dan kondisi unggas.
2. Pencabutan bulu (defeathering)
Menurut Ditjennak (2010), pencabutan bulu dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam, yaitu menggunakan mesin (plucker) dan secara manual menggunakan tangan.
3. Penyiapan karkas
Menurut Ensminger (1998), persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah hati/jantung (1,50%), rempela (1,50%), paru-paru (0,90%), usus (8%), leher/kepala (5,60%), darah (3,50%), kaki (3,90%), bulu (6%), karkas (60,10%), serta air (9%). Bobot karkas yang telah dipisahkan dari bulu, kaki, leher/kepala, organ dalam, ekor (kelenjar minyak) yaitu sekitar 75% dari bobot hidup ayam.
4. Pemotongan karkas (castling)
Tahap terakhir adalah pemotongan karkas, pencucian dan pencemaran karkas.  Pencucian karkas menggunakan air suhu 5-10°C dengan kadar klorin 0,5-1 ppm, hal ini untuk menghindari dan menekan pertumbuhan bakteri, sehingga mutu dan keamanan karkas ayam tetap terjaga (Abubakar, 2003).  
5. Pengemasan dan pelabelan produk (packaging and labeling).
Pengemasan bertujuan untuk melindungi karkas terhadap kerusakan yang terlalu cepat, baik kerusakan fisik, perubahan kimiawi, maupun kontaminasi mikroorganisme, serta untuk menampilkan produk dengan cara yang menarik (Abubakar, 2009).  
6. Pendinginan dan penyimpanan produk
Teknik pendinginan karkas ayam yang baik menggunakan ruang dengan temperatur 4-5°C dengan waktu pendinginan yang dibutuhkan 15-20 menit dan dalam waktu tidak lebih dari 8 jam setelah penyembelihan, sehingga kondisi fisik, kimia dan mikrobiologi karkas ayam tetap baik (Abubakar dan Triyantini, 2005).

Penyimpanan beku bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi karkas dari berbagai kontaminan berbahaya, mutu fisik dapat dipertahankan, mutu gizinya tetap baik dan dapat menekan pertumbuhan bakteri, sehingga dapat memperpanjang daya simpan 1-3 bulan (Abubakar et at, 1995). Suhu maksimum di dalam ruang penyimpanan beku adalah -20°C (SNI, 1999). (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer