Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Peternak Sapi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PERCEPATAN ADAPTASI TEKNOLOGI DI PETERNAKAN SAPI HARUS LIBATKAN SWASTA

Peternak Sapi Indonesia, Masih Didominasi Peternak Tradisional

Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Ibnu Budiman mengatakan, pelibatan sektor swasta mempercepat adopsi teknologi pada peternakan sapi, yang salah satu dampaknya adalah meningkatkan produktivitas susu.

"Pelibatan swasta dapat mempercepat adopsi teknologi pada peternakan sapi karena mereka memiliki metode kemitraan yang bersifat jangka panjang, ada kontinuiti pada program tersebut. Program kemitraan dengan swasta juga memberikan kesempatan kepada peternak untuk meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan, melalui transfer pengetahuan dan teknologi," jelas Ibnu dalam siaran resminya diterima di Jakarta, Rabu (21/9).

Ibnu melanjutkan, saat ini produksi susu segar Indonesia hanya mampu memenuhi 22 persen kebutuhan susu nasional. Dengan meningkatnya konsumsi susu dan target nasional untuk memenuhi setidaknya 60 persen kebutuhan nasional dari produksi dalam negeri pada tahun 2025, peningkatan produktivitas peternakan sapi perah menjadi penting.

Untuk itu, lebih banyak adopsi teknologi, teknik dan praktik manajemen peternakan terbaik oleh peternakan sapi perah untuk meningkatkan produktivitas susu sapi sangat dibutuhkan. Namun, karena sebagian besar peternak sapi perah adalah petani kecil, berinvestasi dalam teknologi merupakan tantangan karena biaya, skala produksi yang kecil, dan kurangnya informasi dan motivasi.

Pendekatan sektor swasta lebih efektif untuk memastikan adopsi teknologi karena mereka memahami masalah yang dihadapi peternak terkait kualitas susu dan manajemen peternakan dari interaksi sehari-hari. Pendekatan ini terbukti mampu meningkatkan adopsi teknologi dan produksi susu sapi peternak.Dengan bekerja sama dengan koperasi susu dalam membantu peternak membeli teknologi melalui pemberian pinjaman, pendekatan kemitraan berkontribusi untuk mempertahankan adopsi yang berkelanjutan dan mencegah perilaku disadopsi atau adopsi semu yang biasanya terjadi dalam penyediaan teknologi gratis.

"Penting bagi Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memfasilitasi peran sektor swasta dalam transfer teknologi dan pengetahuan. Hal ini dapat dicapai dengan terlebih dahulu memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan target spesifik dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementan berikutnya," ungkapnya. Ibnu juga menambahkan, Kementan juga perlu merevisi dan melaksanakan Permentan Nomor 13/2017 tentang Kemitraan Usaha Peternakan untuk melaksanakan alih teknologi dan ilmu pengetahuan sebagai kemungkinan skema kemitraan antara perusahaan dan peternakan.

Pemetaan transfer teknologi yang ada dari sektor swasta, donor, dan pemerintah daerah juga diperlukan untuk memastikan intervensi yang diberikan tepat sasaran. Intervensi dari pemerintah sendiri dapat melengkapi dan memfasilitasi para peternak melalui pendekatan berbasis pasar.

Penelitian terbaru CIPS yang berjudul Technology and Knowledge Transfer to Dairy Farms: Private Sector Contribution to Improve Milk Production merekomendasikan beberapa hal untuk meningkatkan adopsi teknologi pada peternakan.

Yang pertama adalah meningkatkan kemitraan antara peternakan dan pelaku usaha untuk penyerapan susu dalam negeri. Permentan Nomor 33/2018 memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan transfer teknologi dan harga yang lebih baik untuk mendorong kualitas dan produksi susu yang lebih tinggi.Sementara itu, Perpres 10/2021 juga mendorong kemitraan melalui pemberian tax allowance bagi investor yang menjalin kemitraan dengan petani. Kementan, dengan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dapat lebih mendorong transfer teknologi melalui insentif untuk bisnis, misalnya, insentif pajak yang terkait dengan penyediaan teknologi kepada petani lokal atau jumlah susu segar dalam negeri yang digunakan dalam produksi. (INF)

PETERNAK SAPI MENOLAK TERNAKNYA DIVAKSIN PMK

Petugas Dinas Pertanian dan Pangan Bermediasi Dengan Peternak Agar Ternaknya Mau Divaksin

Sebagian peternak di beberapa desa di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, selalu menolak hewan peliharaannya divaksin sehingga menyulitkan  capaian vaksinasi penyakit mulut dan kuku hewan di daerah itu.

Penolakan warga terhadap vaksin hewan diungkapkan Tim Vaksinasi Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kayong Utara.

“Masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau ternaknya divaksin dan masih ada ternak yang tidak diikat tali sehingga menyulitkan petugas vaksinasi," kata  Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kayong Utara, Ludi Nurmala.

Menurutnya, program nasional vaksinasi PMK sudah memasuki pemberian vaksin tahap II untuk sejumlah wilayah di Indonesia.

Sedangkan di Kayong Utara, katanya, wilayah yang sudah memasuki vaksinasi PMK tahap II baru dimulai pada Kecamatan Simpang Hilir yaitu terdiri dari Desa Penjalaan, Rantau Panjang, Medan Jaya, Melano, Sei Mata-mata, Batu Barat dan Desa Pemangkat.

"Jumlah sapi yang divaksin selama dua hari mencapai 180 ekor.  Setelah semua kecamatan di Kabupaten Kayong Utara nanti sudah mendapatkan vaksinasi PMK tahap II,  maka akan dilanjutkan dengan vaksinasi tahap III dengan jangka waktu enam bulan dari vaksinasi tahap II," terangnya.

Sedangkan Kecamatan Sukadana dan Seponti baru memasuki vaksinasi PMK tahap I untuk ternak sapi. Untuk Kecamatan Sukadana yang sudah menerima vaksin tahap I ini baru dua desa yaitu Desa Gunung Sembilan dan Desa Harapan Mulya dengan total 100 vaksin yang telah diberikan.

"Kecamatan Seponti sendiri dalam dua hari sudah menerima vaksin tahap I sebanyak 300 dosis yaitu untuk ternak sapi pada Desa Telaga Arum, Seponti Jaya, dan Wonorejo. Selanjutnya Dispangan menargetkan vaksinasi tahap I untuk Kecamatan Teluk Batang dan Pulau Maya," kata dia.

Menurut dia, syarat ternak yang divaksin adalah semua jenis sapi yang sehat dan mulai berumur dua minggu atau lebih. Sapi yang sudah divaksin tidak boleh disembelih dalam waktu dekat.

“Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan penyakit mulut dan kuku. Oleh karena itu masyarakat dihimbau agar turut berpartisipasi dan mensukseskan kegiatan vaksinasi penyakit mulut dan kuku yang dilaksanakan di Kabupaten Kayong Utara” harapnya. (INF)

DEDDY F. KURNIAWAN, ENTREPRENEUR SAPI YANG GEMAR MENEBAR ILMU

Deddy F. Kurniawan

“Keinginan saya saat menjelang kelulusan kuliah, ingin bekerja di tempat atau di perusahaan terbaik di bidang sapi.” Pernyataan ini tercetus dari pria pemilik nama lengkap Drh H Deddy Fachruddin Kurniawan, di tengah-tengah wawancara dengan redaksi Infovet.

Dalam perjalanan menuju kelulusannya menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Hewan IPB, founder Dairy Pro Indonesia dan CEO Sapimoo ini banyak mengikuti program magang di bidang persapian.

Saat itu, bekerja di Greenfields adalah impian setiap dokter hewan. Oleh karenanya dia sangat bersyukur sesudah resmi menyandang gelar dokter hewan, dia langsung diterima sebagai pegawai tetap di perusahaan susu terbesar di Asia Tenggara dan Indonesia itu.

“Berkat doa bapak juga pasti, setelah lulus langsung bekerja,” tutur ayah empat anak ini. Ada sebuah perjalanan hidup yang kemudian diungkapkan Deddy kepada Infovet.

Pria kelahiran Kota Batu, Malang ini mengaku kurang bisa fokus belajar di semester awal mengikuti perkuliahan di kedokteran hewan. “Dulu malah sibuk demo dan aktif di organisasi sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Saya sama sekali enggak belajar meski nilai ujian semester tetap bagus. Sampai akhirnya ada kakak tingkat yang mendatangi saya dan memberi nasihat,” ungkapnya.

Deddy masih mengingat dengan persis kakak kelasnya mengatakan bahwa “Mau tidak mau, suka tidak suka kita pada sesuatu, akan tetapi karena sudah menjadi pilihan kita bagaimanapun harus dipertanggungjawabkan.”

Memasuki semester lima, passion Deddy muncul untuk berkarir di bidang sapi. “Ketika ada orang bertanya kok kenapa sapi, saya jawab ya suka aja sama sapi,” kata Deddy diselingi tawa.

Impian terbesar Deddy adalah suatu hari jika ada orang yang berbicara tentang sapi, harus mengenal namanya sebagai trainer andal dari sisi edukasi. Motto simple action for significant improvement menjadi pegangannya, karena untuk menghasilkan perkembangan yang signifikan diperlukan tindakan sederhana agar mudah dilaksanakan dan justru tidak menjadi hambatan.

Jam Terbang
Berbagai pengalaman dan jam terbang yang dimiliki Deddy mengantarnya menjadi seorang konsultan dengan mendirikan Dairy Pro Indonesia. Sebuah perusahaan konsultan yang mengkhususkan layanan profesional di bidang manajemen dan bisnis peternakan sapi perah.

Cerita-cerita berkesan pun disampaikannya kepada Infovet. Pada 2004-2008, Deddy pernah dipercaya mengelola bagian reproduksi di Livestock Improvement Corporation, New Zealand. Selanjutnya di 2008-2010, Deddy mendapat tawaran menjadi konsultan peternakan sapi di Pakistan. Di sana ia dipercaya sebagai farm manager dan bertanggung jawab merancang konsep perencanaan farm serta melatih tenaga kerja.

Ada pengalaman sewaktu melatih tenaga kerja di Pakistan yang sampai saat ini masih melekat di ingatan Deddy. “Waktu itu staf saya 90% orang Pakistan, 10% dari Filipina. Karena mereka tidak mengerti bahasa Inggris, saya menempuh cara lain untuk dekat dengan mereka. Setiap pagi saya kumpulkan semua, selama kurang lebih 30 menit saya nyerocos saja dalam bahasa Inggris campur bahasa Indonesia, mereka paham atau tidak saya lepas aja,” cerita Deddy.

Selama tiga bulan Deddy melakukan kegiatan tersebut di Pakistan. Sampai Deddy dan stafnya merasakan kedekatan dan mereka memahami apa yang dia ajarkan. Menurut Deddy, keterampilan dan kepandaian saja tidak cukup untuk menjadi leader dan konsultan.

“Selain mumpuni dalam suatu bidang, kita harus secara terus-menerus atau konsisten mengajarkannya kepada orang lain,” tandas Ketua PDHI Jawa Timur ini.

Nothing to Lose 
Dalam berbagi ilmu atau transfer knowledge kepada orang lain, Deddy juga menerapkan prinsip nothing to lose atau tanpa berharap lebih.

“Kewajiban saya menyampaikan ilmu dengan berpegang teguh pada konsistensi. Kalau kita melakukan sekali dua kali tidak kena, karena chemistry terbentuk dengan dilakukan berulang sampai interaksi terjalin natural,” tambah penggemar lagu-lagu Coldplay ini.

Penulis buku “Fundamental Dairy Farming” ini menambahkan, di dalam kehidupan sering ditemui orang dengan bermacam karakter. “Dari berbagai acara seminar maupun kegiatan penyuluhan saya mengetahui pentingnya kontak mata dan intonasi saat berbicara di hadapan peserta. Misalnya, ketika mereka cuek atau kurang fokus, saya mesti bagaimana, dari situlah saya belajar,” jelas dia.

Integrated Business System
Dairy Pro Indonesia didirikan Deddy pada 2012, kini telah berkembang pesat dan dikenal sebagai perusahaan konsultan yang kompeten di bidang penggemukan sapi dan persusuan. Mengusung konsep integrated business system, Dairy Pro mengedepankan farm entrepreneur.

Seperti di negara-negara maju, peternak sapi terlibat pada tahap pengolahan dan pemasaran produk. Peternak sapi menjadi bagian dari pabrik pengolahan dengan mempunyai saham, jadi ketika pabrik pengolahan untung, peternak pun langsung menerima keuntungan juga.

“Indonesia masih berbeda karena masih terdapat pengepul, koperasi dan pabrik yang dimiliki pihak lain. Jadi masih ada saling menggencet, yang menjadi sasaran empuk pasti peternak sehingga kesejahteraan mereka masih jauh dicapai,” ujarnya.

Pada intinya, peternak harus dapat memahami secara teknis serta bisnis. Deddy pun memulai semua dari nol. Mulanya beternak sapi kecil-kecilan, membeli pedet umur satu minggu dan berpindah-pindah tempat karena belum memiliki lahan memadai. Populasi sapi di peternakannya mulai meningkat dengan tetap menjalankan peran sebagai konsultan.

Kini sukses hingga membangun obyek wisata edukasi Kampung Sapi Adventure terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Imbuh Deddy, Dairy Pro fokus dengan sistem SOP, mengukur performa serta pembenahan manajemen. Masa-masa pandemi COVID-19 tidak memengaruhi bisnis konsultan yang dijalankannya. Karena sejak awal dirintis, digital marketing telah dibentuk dan pengembangan website sudah dilakukan.

“Kita sudah fokus di sosial media sejak dulu, jadi di saat pandemi seperti sekarang saya dan tim rutin mengadakan pelatihan secara online dalam kemasan Farminar (Farm Management Online Seminar). Nama ini sudah kita patenkan,” pungkasnya. (NDV)

REVOLUSI MENTAL PETERNAK SIGI

Prof Muladno. (Foto: Infovet/Ridwan)

Tepatnya pada 6 Maret 2021, Komunitas Sosio Bisnis (KSB) LEMBU KARTINI SEJAHTERA yang bermarkas di Kota Kediri, Jawa Timur, bermitra dengan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) IPB ANUTAPURA yang bermarkas di Desa Bulubete, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kemitraan yang dilakukan adalah usaha penggemukan sapi selama 4-5 bulan dengan total nilai mencapai Rp 200 juta. Hadir dalam penandatanganan kemitraan tersebut dari beberapa unsur yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Sigi, LPPM Institut Pertanian Bogor (IPB), LPPM Universitas Tadulako (Untad), SASPRI-N (Solidaritas Alumni SPR Indonesia-Nasional), camat dan kepala desa setempat, jasa asuransi, serta tamu undangan. Surat perjanjian kerja sama ditandatangani oleh Ketua KSB, Ir Saptowo Salimo dan Ketua Dewan Perwakilan Pemilik Ternak SPR, Arfan.

Bagi LPPM-IPB, SPR merupakan yang pertama di Sulawesi Tengah dan didirikan sekitar akhir 2018 lalu setelah ditandatangani kerja sama antara Bupati Sigi dan Rektor IPB. Komunitas peternak rakyat di sini berasal dari suku-bangsa Kaili dan merupakan suku bangsa kelima yang ikut SPR. Komunitas peternak lain yang bergabung di SPR berasal dari suku-bangsa Jawa, Sunda, Batak dan Ende. Budaya dan kebiasaan sehari-hari menjadi faktor penting dalam melaksanakan pembelajaran partisipatif dan pendampingan di SPR-IPB selama ini. Masing-masing memiliki karakter yang khas dengan logat yang juga berbeda. Sangat menarik dan ini merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa.

Isu penting yang ingin diangkat dalam tulisan ini adalah adanya kerja sama investasi antara dua komunitas berbeda yang lokasinya berjauhan, suku bangsa dan adat kebiasaan berbeda, tidak kenal satu sama lain secara individu dan tidak adanya jaminan dalam bentuk apapun untuk melakukan kemitraan tersebut. Ini semua dimungkinkan dan akhirnya dapat terjadi karena adanya program SPR dengan spirit kebersamaan dan berjamaah.

SPR hanya dapat didirikan di kawasan sentra peternakan sehingga beternak sudah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi warga masyarakat. SPR mulai dapat dilaksanakan setelah ada perjanjian kerja sama dengan Bupati Sigi dan Rektor IPB, sehingga dua pemimpin ini mengetahui betul apa yang telah, sedang dan akan terjadi di komunitas peternak melalui program SPR tersebut. Dua pemimpin tersebut yang sebenarnya dapat mempertemukan komunitas akademisi IPB dan komunitas peternak rakyat Sigi. Bersatu-padunya dua komunitas yang masing-masing bersandar pada dua pemimpin tersebut membuat komunitas sosio-bisnis percaya dan tidak punya keraguan sedikitpun dalam menginvestasikan uangnya.

Melalui interaksi intens antara akademisi dan peternak yang difasilitasi oleh seorang manajer muda baru lulus sarjana, banyak perubahan terjadi pada komunitas peternak SPR ANUTAPURA. Beberapa perubahan mencolok yang dapat dilihat adalah kandang baru mulai dibangun dan kandang lama diperbaiki sehingga membuat sapi lebih nyaman; lahan tidur tak produktif diolah menjadi lahan rumput pakan sapi, pencacahan rumput sebelum diberikan ke ternak sapi dan penggunaan mesin pencacah rumput (chopper), kemudian adanya penimbangan ternak secara berkala untuk mengetahui tumbuh kembang sapi dari waktu ke waktu, perubahan orientasi beternak untuk bisnis sudah berjalan dan pikiran untuk maju dan mandiri-berdaulat dengan kekuatan berjamaah makin berkembang, serta perubahan wawasan yang tercermin dari substansi diskusinya.

Perubahan tersebut masih terjadi di sekitar tokoh peternak penggerak SPR yang berada dalam DPPT tadi dan saat ini “virus kebaikan” terus merebak ke peternak lainnya. Para peternak bergotong-royong dalam kegiatan yang berorientasi bisnis melalui SPR. Setidaknya lebih dari 3 hektare lahan sudah terolah atas jerih payah mereka sendiri. Rumput gajah telah ditanam dan telah pula dipanen. Gerakan tanam pakan dimulai dengan kesadaran sendiri karena di depannya ada harapan besar. Sapi yang dari dulu dikelola secara asal-asalan dan dipercayakan kepada alam saja, kini telah disadari sebagai mesin pencetak uang mulai mendapat perhatian lebih serius.

Adanya perubahan besar tersebut diakui oleh semua unsur yang hadir dalam acara penandatanganan kerja sama tersebut di atas, termasuk para akademisi Universitas Tadulako yang delegasinya dipimpin Wakil Kepala LPPM, Dr Ramlan. Pengakuan tersebut telah dibuktikan dengan penandatanganan kerja sama tridharma perguruan tinggi antara Rektor IPB dan Rektor Untad. Melalui kerja sama ini, maka pengembangan SPR di Sulawesi Tengah selanjutnya lebih baik ditangani oleh Untad. Dengan demikian upaya memberdayakan dan mencerdaskan komunitas peternak rakyat di sana menjadi lebih efisien, efektif dan produktif.

Diperlukan waktu minimal 2-3 tahun untuk dapat mengubah banyak hal di komunitas peternak rakyat yang salah satunya dicontohkan di Kabupaten Sigi melalui program SPR-IPB. Ini merupakan pekerjaan membuat fondasi mental dan karakter komunitas peternak. Fondasi selalu berada di bawah permukaan tanah, tidak terlihat, bahkan ketika bangunan di atasnya telah berdiri megah, fondasi tersebut tetap tak terlihat. Terbukti bagus fondasinya apabila bangunan tersebut tidak roboh dihantam tsunami atau digoyang gempa bumi berkekuatan besar sekalipun. Senada, fondasi mental dan karakter yang dibangun melalui SPR tercermin dalam sikap dan prinsip yang kuat serta tak tergoyahkan oleh kekuatan pengaruh luar dari manapun asalnya. Kita tunggu bukti kokohnya fondasi mental dan karakter mereka setelah lulus SPR nanti.

Saat ini LPPM IPB sedang dan telah membangun fondasi 52 SPR di seluruh Indonesia. Sebanyak 17 diantaranya telah dinyatakan lulus. Mereka yang sudah diwisuda bergabung ke Perkumpulan Solidaritas Alumni SPR Indonesia (SASPRI) yang akan didampingi lebih lanjut agar para peternak alumni SPR ini menjadi lebih mandiri, berdaya saing tinggi dan berdaulat. ***

Ditulis oleh: Prof Muladno
Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan LPPM-IPB,
Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)

PEMBERIAN PENGHARGAAN UNTUK KELOMPOK PETERNAK SAPI BX

Serah terima penghargaan sapi BX (Foto: Ist)

“Terima kasih ISPI atas penghargaan yang kami peroleh.” Ucapan rasa syukur dan senang ini diungkapkan  perwakilan Kelompok Cadas Sari, salah satu penerima penghargaan sapi BX. Serah terima penghargaan ini diselenggarakan di Di Desa Cipongkor KBB, Rabu (23/6/2020). 

Acara ini merupakan buah hasil dari pendampingan yang dilakukan Program Manager Unit (PMU) provinsi Jawa Barat dan satgas di tingkat kabupaten, serta anggota PC ISPI Jabar-1 yang ditunjuk oleh PB ISPI untuk melakukan pendampingan peternak pada Desember 2019 lalu.

Pendampingan ini fokus terhadap tiga kelompok diantaranya Kelompok Mekarmulya KBB, Cadas Sari Subang dan Mekarjaya Sumedang secara intensif selama 6 bulan.

“Penghargaan 1 ekor pedet betina, prestasinya mencapai 80% BH bunting sapi BX-nya. Satu kelompok lainnya dari KBB kelompok Mekar Mulya 73,3% betina BX yang bunting juga mendapatkan 1 ekor pedet betina,” kata Rochadi Tawaf, selaku pembimbing dari PMU dan penggiat Improvement Program Productive Female Cattle (I2PFC).

Dalam keterangan resminya, PMU menjalin kerjasama dengan Balai Pelatihan DKPP Cikole Lembang dan Fapet Unpad untuk melatih 24 anggota kelompok Peternak pada tanggal 4 dan 5 Februari 2020. Materi pokok antara lain mengenai biotek pakan, manajemen reproduksi, manajemen pengelolaan usaha, pengelolaan limbah dan organisasi kelompok. (NDV)

SAPI JUMBO SIAP RAMAIKAN HARI RAYA KURBAN


 
Sapi Simmental (Foto: Google Image)

Sapi-sapi berukuran ‘raksasa’ atau premium dengan bobot berkisar 700 kg hingga 1 ton siap meramaikan pasar hari raya Kurban 2019. Peternak sapi jumbo yang mayotitas masih muda atau kerap disapa dengan sebutan peternak mileniali ini memamerkan di kalangan warga Wonogiri.  

Peternak memberandol sapi-sapi jumbo ini dengan kisaran harga Rp 50 juta hingga Rp 80 juta lho. Para  peternak yang sudah berpandangan maju tentang cara  beternak modern ini sedang gencar menggenjot produktivitas daging sapi jumbo jelang hari raya Kurban.

Saat ini teknologi pakan semakin maju, dengan asupan pakan complete feed atau dengan pakan konsentrat dapat dipadukan dengan pakan  tambahan berupa serat hijauan yang berfungsi sebagai pelengkap. 

Bobot sapi dengan kisaran 1 ton tersebut bakal dilepas di pasar dengan harga Rp 80 juta-an. Terdapat berbagai jenis sapi jumbo yang dimiliki para peternak muda Wonogiri, seperti sapi jenis Simmental, Limosin, sapi Brahman atau Brenggolo.

“Asupan nutrisi yang tepat dan semakin meningkat dari hari ke hari lalu dengan sistem pakan kering, pertumbuhan sapi memiliki kualitas daging super dengan minimnya lemak pada tubuh sapi,” jelas peternak Wonogiri Kristo Agung, seperti dikutip dari laman solotrust.com. (NDV/Inf)

PARTNERSHIP GANDENG UGM BERI PELATIHAN PETERNAK SAPI

Peserta pelatihan pembiakkan dan manajemen sapi komersial. (Istimewa)

Kemitraan Indonesia Australia dalam Ketahanan Pangan di Sektor Daging Merah dan Sapi (Partnership) bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menyelenggarakan Program Pelatihan Pembiakkan dan Manajemen Sapi Komersial tahap III Senin, (1/4).

Pelatihan diikuti 20 peserta dari seluruh Indonesia yang merupakan pelaku industri sapi potong, pelaku integrasi sapi-sawit dan peternak sapi komersial. Pelatihan akan dilaksanakan selama tiga minggu di Indonesia (1-12 April) dan Australia (21-30 April). Pelatihan berupa kelas dan kunjungan lapangan ke pembiakkan sapi komersial di Jawa, Kalimantan dan Queensland.

Dalam keterangan pers yang diterima Infovet, Team Leader Advisory and Support Group Partnership, Muhamad Isradi Alireja, menyatakan, tujuan pelatihan ini untuk mendorong model usaha pembiakkan sapi yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan di Indonesia.

“Melalui pelatihan ini diharapkan terjadi proses transfer pengetahuan dan pertukaran pengalaman antara akademisi dan sesama pelaku industri untuk menemukan keahlian dan pengetahuan yang paling cocok bagi Indonesia dalam mencapai kompetensi dan daya saing global,” katanya.

Sebagai mitra sekaligus fasilitator pelatihan, Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Ali Agus, mengemukakan kerjasama ini adalah bentuk kontribusi civitas akademi dan penguatan peningkatan sektor peternakan di Indonesia, khususnya sektor pembiakkan sapi komersial.

Program pelatihan ini diselenggarakan dan didanai Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector. Program yang diinisiasi pada 2013 akan berlangsung hingga 2023 mendatang, dengan alokasi dana sebesar AUD 60 juta. Sejak 2015, Partnership telah mengalokasikan dana sebesar AUD 4,2 juta untuk peningkatan kapasitas dalam sektor daging merah dan sapi di Indonesia. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer