Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Pakan Unggas | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PAKAN ALTERNATIF UNGGAS DARI SISA MAKANAN MANUSIA, KOK BISA?

Harga Pakan Unggas Relatif Meningkat Seiring Kenaikan Harga Bahan Baku
(Foto CR)


Pakan merupakan komponen utama dalam pembiayaan sebuah usaha peternakan. Namun begitu, kenaikan harga bahan baku pakan akibat berbagai faktor menjadikan harga pakan semakin tak terjangkau. Selain itu ada banyak isu lain yang kini banyak disoroti termasuk penggunaan AGP dan jejak karbon. 

Para peneliti di University of New England di Australia berupaya mengatasi hal tersebut dengan menciptakan pakan ayam murah yang dapat menghemat hampir USD500 juta per tahun bagi industri perunggasan sekaligus mengurangi polusi yang menyebabkan pemanasan global sebesar 5%.

Temuan ini tentu akan membuat para peternak lebih efisien dalam biaya pakan. Dikutip dari The Cool Down, Kamis (21/9/2023), penelitian dilakukan oleh Food Recycle Ltd. dan Poultry Hub Australia, meneliti dampak pemberian makanan daur ulang pada ayam petelur berusia 24 hingga 34 minggu yang dibuat dari sisa makanan yang dibuang dari tempat pembuatan bir, panti jompo, dan organisasi masyarakat lainnya.

Sisa makanan tersebut diolah dan diubah menjadi pakan ayam dalam bentuk bubuk menggunakan teknologi Food Recycle Limited. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa pakan tersebut tidak berdampak pada kualitas telur maupun kesehatan ayam.

Dengan mengalihkan sebagian besar limbah makanan yang seharusnya dibuang ke tempat pembuangan sampah, maka akan mengurangi jumlah uang yang dikeluarkan dan emisi yang dihasilkan oleh perusahaan pakan, sekaligus mengurangi jumlah makanan yang beredar melalui aliran limbah.

“Mendaur ulang sisa makanan menjadi pakan unggas akan membantu peternak menghemat biaya pakan, menghasilkan peningkatan signifikan dalam efisiensi pakan, mengurangi dampak lingkungan dari produksi unggas, dan membantu industri unggas Australia untuk memenuhi permintaan unggas yang lebih berkelanjutan dan rendah produksi karbon,” tulis peneliti Thi Hiep Dao. 

Kemitraan ini memperkirakan bahwa pakan berbasis limbah akan tersedia secara global di lebih dari 20 negara. Chief executive officer Food Recycle Ltd., Norm Boyle, mengatakan dalam waktu lima tahun, pakan sisa makanan daur ulang akan menjadi solusi terbaik secara global untuk industri unggas , babi, dan akuakultur. (INF)





DUKUNG PENINGKATAN KAPASITAS MAHASISWA, USSEC GOES TO CAMPUS

Peserta dan nasrum Untidar 
Dalam rangka meningkatkan kapasitas mahasiswa peternakan khususnya dalam bidang ilmu nutrisi dan formulasi pakan, United Soybean Export Council (USSEC)  menyelenggarakan workshop bertajuk Fundamental Animal Nutrition  and Feed Formulation di dua kampus yaitu Fakultas Peternakan Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar dan Fakultas Pertanian-Jurusan Peternakan Universitas Tidar (Untidar) Magelang. 

Acara berlangsung Rabu 22 Februari di Unisba dan 24 Februari di Untidar dengan narasumber Prof. Budi Tangendjaja (Technical Consultant Animal Nutrition, USSEC Indonesia), Ir. Yahya Munirudin., S.Pt., M.P, IPM (Technical Consultant Animal Protein, USSEC Indonesia), Ibnu Edy Wiyono, S.E., MSE (Country Director Indonesia USSEC) serta Engr. Conrado U Bulanhagui (Mechanical Engineer, Private Consultant- Philippine). Acara ini bekerjasama dengan kampus tuan rumah serta Majalah Infovet dan GITA Event Organizer

Adapun peserta yang diundang terbatas 50 orang yaitu mahasiswa tingkat akhir di kampus tersebut serta mahasiswa undangan dari kampus sekitar, yaitu Polbangtan Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Sekolah Tinggi Peternakan Karanganyar, Fak Peternakan UGM.

Peserta dan narsum Unisba

Ibnu Edy Wiyono atas nama USSEC mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian USSEC terhadap kemampuan mahasiswa dalam menghadapi masalah-masalah di lapangan dengan ilmu yang aplikatif. Ilmu yang diberikan melalui workshop ini diharapkan menjadi bekal untuk para mahasiswa yang akan terjun di dunia kerja dan dunia wirausaha di sector peternakan, khususnya peternakan unggas. 

Materi yang disampaikan selama sehari penuh dirancang untuk memberikan pengetahuan dasar produksi dan aplikasi pakan ternak dari tahap pemilihan bahan baku pakan berkualitas, menyusun formulasi pakan berdasarkan kualitas bahan baku yang tersedia, mencampur bahan baku pakan tersebut secara merata berdasarkan formulasi yang telah disusun, dan pemberian pakan yang telah diproduksi kepada ayam secara tepat dan benar untuk mencapai tingkat produksi daging dan telur ayam yang optimal. Meskipun waktunya singkat, peserta dapat menyerap berbagai tips praktis mengelola masalah nutrisi dan pakan di lapangan.  Beberapa kasus peternakan secara umum juga didiskusikan dalam forum ini.

Dari kiri: Yahya M, Conrado, Budi Tangendjaja, Ibnu EW, 
Hidayat(Ketua Yayasan Unisba),
 Nita Opi (Dekan Fapet Unisba)
Beberapa ilmu praktis yang didapat dari workshop ini antara lain tentang konsep dan penerapan Good Feed Manufacturing Practices (cara pembuatan pakan yang baik), teknik quality control bahan baku pakan yang praktis dan sederhana, kasus-kasus pencampuran bahan baku pakan dengan bahan lain yang tidak ada/rendah nutrisinya serta cara mendeteksinya, analisa hasil produksi ternak secara cepat dan berbagai ilmu lainnya.

Wakil Rektor III Unisba Dr. H. Supriyono, M.Ed saat membuka acara workshop menyampaikan terima kasih kepada USSEC atas kolaborasinya. Pihaknya sangat terbuka untuk melanjutkan kerjasama ke depan dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa menghadapi dunia kerja dan usaha. Hal senada disampaikan oleh Dekan Fakultas Peternakan Unisba Nita Opi Ari Kustanti saat menutup acara . Ia berharap acara seperti ini dapat berlanjut di masa mendatang.

Adapun Dekan Fakultas Pertanian Untidar Ir. Usman Siswanto, M.Sc. Ph.D dalam sambutan pembukaannya menyampaikan apresiasi kepada USSEC yang mendatangkan pakar dari dalam dan luar negeri untuk memberi bekal kepala mahasiswa tingkat akhir. Ia berharap para mahasiswa dari Untidar dan kampus lainnya memanfaatkan kesempatan yang baik  ini untuk menambah wawasan ilmu khususnya di bidang nutrisi dan pakan. Pihaknya berharap setelah lulus banyak sarjana yang siap berwirausaha di bidangnya.

Para mahasiswa umumnya sangat antusias dengan acara ini, terbukti dari banyaknya mahasiswa yang berminat ikut sehingga dengan kebijakan jumlah peserta workshop harus dibatasi, panitia menyeleksi peserta yang benar-benar serius akan hadir sampai selesai dan telah memenuhi syarat sebagai mahasiswa tingkat akhir. (Bams)***


TANTANGAN & PELUANG INDUSTRI PERUNGGASAN PASCA PANDEMI

Farmsco E-Learning Part 9 : Kupas Tuntas Masalah Perunggasan Nasional Pasca Pandemi

PT Farmsco Feed Indonesia kembali mengadakan webinar bertajuk Farmsco E-Learning pada Selasa (31/8) melalui aplikasi Zoom Meeting dan Live Streaming Youtube. Dalam webinar kali ke-9 ini tema yang diangkat adalah "Tantangan & Peluang Industri Perunggasan Pasca Pandemi". Animo peserta pun sangat tinggi, hal ini terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 350-an peserta hadir.

Vice President PT Farmsco Feed Indonesia Park Ju Hyun dalam sambutannya berterima kasih kepada seluruh peserta dan narasumber yang hadir dan berpartisipasi dalam acara tersebut. Ia juga bilang bahwa tema yang diangkat kali ini bertujuan untuk membuka pikiran dan wawasan para insan perunggasan Indonesia dalam mempertahankan perunggasan nasional dikala pandemi maupun pasca pandemi.

"Kita memang masih dalam masa pandemi, semua kebiasaan berubah, oleh karenanya kita harus saling menjaga satu sama lain agar perunggasan ini tetap hidup. Tantangan yang ada di depan mata kita harus disikapi dengan bijak, oleh karenanya mari kita bertukar pikiran, ide, dan gagasan baru. Kami akan fasilitasi itu," tutur Park.

Iqbal Alim Kasubdit Unggas dan Aneka Ternak Direktorat Bibit dan Produksi Ternak dalam keynote speech-nya mengatakan bahwa ditengah pandemi sekalipun perunggasan masih sangat menjanjikan. Namun begitu ada beberapa masalah yang masih merintangi perunggasan hingga saat ini.

"Beberapa masalah merupakan masalah lama seperti over supply dan fluktuasi harga telur dan ayam ras. Pandemi ini memunculkan masalah baru yaitu turunnya daya beli dan konsumsi. Selain itu ada masalah lain seperti masuknya ayam Brazil, pembukaan pasar, dan lain - lain," tutur Iqbal.

Iqbal menyatakan bahwa pemerintah berusaha semaksimal mungkin dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Terlebih lagi unggas merupakan primadona sumber protein hewani masyarakat Indonesia. Iqbal juga menyingung bahwasanya ditengah pandemi ini masih ada titik terang bagi perunggasan nasional, terutama dari ekspor. 

"Beberapa produsen kita sudah bisa ekspor produk olahannya ke luar negeri, oleh karena itu ini bisa terus kita dorong dan seperti kata Pak Menteri juga bahwa kami akan mendukung semua produsen yang memang mau mengekspor," tukas Iqbal.

Narasumber selanjutnya yakni Ketua Umum GPPU Achmad Dawami. Dalam paparannya ia memaparkan secara gamblang permasalahan perunggasan dari hulu hingga hilir. Misalnya saja masalah kelebihan stok DOC FS yang hingga kini masih menjadi momok baik bagi peternak dan pembibit.

"Kita selalu melakukan cutting dan afkir dini sebagai solusi jangka pendek, tetapi solusi jangka panjangnya enggak pernah ketemu. Kita semua harus memikirkan ini, karena ini jga bukan peternak saja yang merugi, pembibit juga loh, memang dikiranya menghasilkan HE itu enggak pakai pakan?, enggak ada biaya pemeliharaannya?," tutur Dawami.

Lebih lanjut ia melanjutkan bahwa sebelum pandemi berlangsung pun mulai ada perubahan pola konsumsi. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi dan faktor generasi milenial yang ingin melakukan semuanya dengan praktis.

"Dulu mata rantai industri ini cukup panjang, kini ketika teknologi maju dan pandemi juga sekarang rantai pasok jadi semakin pendek.Tinggal pegang HP, tau - tau kita sudah bisa beli ayam, telur, dan lainnya. Makanya ini kita (stakeholder) juga harus melakukan perubahan agar dapat bertahan," tutur Dawami.

Dalam webinar tersebut juga dibahas permasalahan terkait pakan ternak. Tentunya Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo yang langsung "turun gunung" memaparkan hal tersebut. Kata dia dalam situasi pandemi kini masalah yang dihadapi sektor pakan kian pelik, selain kenaikan harga bahan baku, ongkos kirim dari negara asal juga naik. Ia juga menyoroti turunnya permintaan pakan yang menurut survey GPMT dialami oleh 8 dari 10 perusahaan anggot GPMT.

"Ini benar - benar sulit, tetapi kita mau tidak mau suka tidak suka harus bertahan, bagaimanapun caranya. Oleh karenanya kami sangat ingin menyeriusi ini bersama pemerintah dan stakeholder lain, karena pakan ini adalah faktor esensial. Tidak bisa peternakan apapun berjalan tanpa adanya pakan," kata Desianto.

Dari sektor peternakan layer diwakili oleh Jenny Soelistiani Ketua Umum Pinsar Petelur Lampung. Berdasarkan hasil diskusi dan tukar pikiran yang telah ia lakukan dengan berbagai pihak, Jenny mengatakan bahwa masalah yang dihadapi oleh peternak layer kurang lebih sama. Namun begitu Jenny juga menyatakan bahwa pandemi membuat masalah baru, tetapi juga membuka peluang baru.

"Masalah barunya ya itu penurunan daya beli, pakan juga makin mahal. Tetapi dengan berkurangnya supply di negara lain, kita juga punya peluang untuk mengekspor hasil ternak kita ke luar negeri, enggak usah jauh - jauh, ke tetangga kita dulu aja," kata Jenny.

Oleh karena itu sejak beberapa tahun belakangan wanita asal Metro Lampung tersebut getol mengampanyekan sertifikasi NKV pada anggota asosiasinya di Lampung. Hal ini tentunya untuk memenuhi persyaratan agar produksi telur peternak bertambah value-nya. Dan ia juga berharap agar hal serupa juga dilakukan di daerah lain.

"NKV dengan level 1 itu bisa ekspor, itu artinya sudah terjamin produknya. Makanya saya ajak peternak di tempat saya untuk berjuang di situ. Karena ini juga peluang, selain itu tanggung jawab kita juga sebagai peternak untuk menjamin bahwa produk yang kita hasilkan adalah produk yang berkualitas dan terjamin mutunya," tutup Jenny.

Sebagai penutup peternak sekaligus Dewan Pembina GOPAN Tri Hardiyanto mengatakan bahwa memang semua masalah yang dihadapi baik sebelum maupun sesudah masa pandemi merupakan sebuah keniscayaan. Dan untuk menghadapinya semua harus bersabar dan berusaha semaksimal mungkin terutama dalam beradaptasi dengan perubahan.

"Apa yang tadi disampaikan oleh para narasumber lain adalah benar, mulai dari konsumsi turun, harga pakan dan DOC melonjak, fluktuasi harga ayam, ini adalah sebuah takdir yang harus kita hadapi bersama. Hanya saja kita harus lebih kompak dan bersatu dalam menghadapinya, karena ini adalah masalah bersama," tutur Tri. (CR)


STRATEGI TERBAIK PENGENDALIAN TOKSIN PADA PAKAN UNGGAS

Mikotoksin adalah komponen yang diproduksi oleh jamur yang telah terbukti bersifat toksik dan karsinogenik terhadap manusia dan hewan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Tahun 2020 ditutup dengan kondisi curah hujan tinggi terutama di wilayah Jawa dan Sumatra. Dari pantaun BMKG, untuk Januari dan Februari 2021, akan masih didominasi curah hujan menengah dan tinggi.

Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kejadian penyakit lebih tinggi yang bukan hanya didominasi oleh penyakit viral saja, tetapi kejadian Mikotoksikosis juga mengalami tren kenaikan karena kondisi lingkungan yang lebih lembap.

Dari data yang dihimpun tim Ceva, prediksi penyakit di Januari dan Februari 2021menunjukan bahwa mikotoksikosis menduduki peringkat ketiga setelah kejadian penyakit ND dan IBD, seperti diagram di bawah ini:

Prediksi penyakit pada ternak unggas. (Sumber: Ceva)

Fenomena ancaman terhadap bahaya mikotoksin masih menjadi momok menakutkan seiring kondisi lingkungan di atas yang menunjang untuk pertumbuhan jamur yang memproduksi toksin tersebut. Imunitas atau kekebalan ayam adalah hal yang paling fundamental terkait pengendalian tantangan mikotoksin dan patogen lainnya.

Mikotoksin merupakan kontaminan alami yang memiliki dampak negatif tehadap keamanan pangan dan pakan secara global. Mikotoksin adalah komponen yang diproduksi oleh jamur yang telah terbukti bersifat toksik dan karsinogenik terhadap manusia dan hewan. Kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembapan yang tinggi, infestasi serangga, proses produksi, panen dan penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan tingginya konsentrasi mikotoksin pada bahan baku pangan/pakan yang dapat menyebabkan timbulnya wabah penyakit.

Hati yang terpapar mikotoksin. (Sumber: Istimewa)

Melihat fenomena di atas, mikotoksin perlu menjadi perhatian peternak unggas karena faktor sebagai berikut:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2021.

Ditulis oleh: 
Drh Sumarno, Senior Manager AHS PT Sreeya Sewu Indonesia
Han, Praktisi Peternak Layer

MENCOBA BERTAHAN DITENGAH PANDEMI

Suasana sederhana peluncuran pakan perjuangan di Balaraja (10/4) yang lalu

Pakan memegang peranan penting dalam suatu usaha budidaya ternak, sebagaimana kita ketahui bahwa 60-70% pengeluaran dari suatu peternakan bersumber dari pakan. Oleh karenanya ketersediaan pakan yang berkualitas dengan harga terjangkau akan sangat membantu peternak, terutama peternak mandiri.

Sayangnya beberapa waktu yang lalu harga pakan unggas ternyata naik. Banyak penyebab yang melatarbelakangi kenaikan harga pakan, mulai dari ketersediaan jagung, sulit masuknya bahan baku impor hingga harus mencari pengganti, dan lain sebagainya.

Dengan naiknya harga pakan yang disertai melorotnya harga live bird di pasaran akibat dampak wabah Covid-19, mau tidak mau, suka tidak suka peternak harus memutar otak untuk mengakali efisiensi biaya pakan.

Sebagai salah satu grup peternak mandiri, Trigroup rupanya sudah paham betul dengan hal ini. Melalui anak perusahaannya PT Pangan Sarana Niaga (PSN), mereka melakukan launching pakan ternak unggas mereka yang berlabel "Pakan Perjuangan".Dengan program Pakan Perjuangan ini, harapannya Trigroup dapat lebih membantu mengefisienkan biaya produksi para peternak mitranya.

"Ide dan gagasan tentang pakan perjuangan ini sudah lama, kami sadar betul bahwa selama 20 bulan terakhir harga jual live bird ini selalu dibawah HPP, sehingga akhirnya kita berpikir bagaimana kalau kita lakukan efisiensi dari biaya pakan," tukas Setya Winarno, salah satu pimpinan Tri group.

Sebelumnya pria yang akrab disapa Pak Win ini juga menuturkan bahwasanya Tri Group sendiri sudah banyak melakukan pembenahan di bidang produksi dan budidaya, namun memang nyatanya masih belum efisien. Sehingga akhirnya terbersit ide untuk mengkustomisasi pakan yang lebih tepat guna dengan harga yang terjangkau.

Dari segi performa, walaupun tidak "semewah" pakan pabrikan pada umumnya, pakan perjuangan ini ternyata dapat memberikan performa yang baik. Hal ini disampaikan oleh Drh Eko Prasetyo, konsultan kesehatan hewan Trigroup. 

"Untuk pakan dengan harga yang lebih terjangkau ketimbang pakan pabrikan konvensional performanya masih masuk, sudah ada hitung - hitungannya. Intinya masih bisa bersaing dengan pakan - pakan pabrikan lainnya kok," tutur Eko.

Trigroup tidak sendirian dalam memperjuangkan pakan perjuangan ini, mereka dibantu oleh pabrik pakan yang sudah melanglangbuana di dunia pakan unggas, PT Sierad Produce. Hal ini ditegaskan oleh Direktur PT PSN, Tema Panunggal.

"Kita bekerja sama dengan PT Sierad, baik dari segi formulasi, bahan baku, dan lain - lain. Kita juga saling sharing mengenai aspek teknis, jadi semua ide yang ada di kepala kita masing - masing bisa diakomodir sehingga terjadi win - win solution. Sama - sama enak lah," tutur Tema.

Sierad sendiri pun menyambut baik berjuang bersama Trigroup dalam menghasilkan pakan perjuangan, hal ini ditegaskan oleh Tugas Nugrohadhy, Sales Manager PT Sierad Produce. Ia mengatakan bahwa kerjasama antara Sierad dan Trigroup sudah berlangsung selama kurang lebih dua tahun. 

"Selama dua tahun ini sudah banyak yang kami berdua lakukan dalam pengembangan pakan perjuangan ini. kita sudah saling take and give, saling evaluasi juga antara kami dan Trigroup terkait performa, harga, dan lain - lain. So far, so good -lah," kata Tugas.

Ia juga berharap agar kerjasama ini dapat berlangsung lama dan dirinya juga terus berusaha mencari solusi terbaik agar nantinya pakan perjuangan tetap memiliki kualitas yang baik dengan harga terjangkau.

Pada Jum'at 10 April lalu, dalam launching perdananya sebanyak 20 ton pakan perjuangan akan didistribusikan ke peternak Trigroup. Rencananya distribusi pakan perjuangan ini akan terus berlanjut.

Meskipun begitu, ketika ditanya mengenai komersialiasi pakan perjuangan, baik Tema dan Setya Winarno sama - sama menjawab bahwa pakan ini nantinya akan digunakan untuk internal terlebih dahulu. Namun tidak menutup kemungkinan jika nantinya ada permintaan PT PSN siap untuk itu (komersialisasi).

"Masih jauh Mas untuk itu (komersialisasi), yang ingin kami sampaikan yakni ketika semua harga pada naik, pakan naik, sapronak naik, nih kami bisa bikin pakan kaya gini, seharusnya kalau peternak mandiri lainnya juga punya semangat dan kemauan, kami yakin pasti bisa juga. Semoga semangat ini juga menular kepada peternak lainnya," tutur Setya Winarno. (CR)


MANAJEMEN PAKAN UNGGAS LOKAL

Bisnis unggas lokal kian diminati masyarakat. (Sumber: Istimewa)

Unggas lokal makin diminati masyarakat, terlebih setelah adanya gerakan pelestarian ternak lokal oleh organisasi pertanian dunia (WHO) sejak 2017 lalu, yang ditandai dengan adanya deklarasi Interlaken, Swiss.

Unggas lokal sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, terlebih di pedesaan, ia menjadi sumber protein hewani keluarga yang relatif murah dan mudah didapat. Preferensi konsumen modern pun kini cenderung mengarah ke konsumsi daging ayam lokal.

Unggas lokal kini menjadi ceruk pasar khsusus dalam bisnis komoditi unggas. Harga jual satuannya pun menempati harga yang lebih tinggi dari unggas lain, seperti ayam broiler atau layer. Hal inilah yang menyebabkan kini makin banyak masyarakat yang berminat berbisnis unggas lokal. 

Namun masalah utama bisnis unggas lokal adalah produktivitasnya yang rendah bilsa dibanding ayam modern. Terlebih dalam suatu usaha intensif unggas lokal, komponen pakan menempati porsi biaya 70% lebih dari total biaya produksi. Itulah sebabnya komponen pakan menjadi sangat penting untuk diperhatikan demi keberlangsungan bisnis unggas lokal.  Apalagi saat ini harga pakan senantiasa meningkat dari waktu-ke-waktu. Para ahli nutrisi dan pakan pun mencari solusi atas hal ini, dan beberapa diantaranya yakni upaya peningkatan mutu genetika produktivitas unggas lokal, baik petelur maupun pedaging unggul, tanpa harus meninggalkan ciri khas ke-daerahannya.

Menurut pakar unggas lolal dari Balai Penelitian Ternak, Sofjan Iskandar, ada tiga factor utama yang memengaruhi tingkat konsumsi pakan unggas, yakni tingkat produktivitas, lingkungan dan kualitas pakan. Suhu kandang yang netral adalah pada 24-26°C, dimana suhu ayam berkisar pada 41°C. Jika suhu kandang kurang dari 24°C, maka ayam akan mengonsumsi pakan lebih banyak, dan jika suhu lingkungan lebih dari 26° C, ayam akan mengurangi konsumsi makannya.

Perilaku ayam yang seperti ini disebabkan pakan yang dikonsumsi akan menimbulkan panas di tubuhnya, sehingga dalam mengonsumsi pakan, ayam akan menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan pada saat itu. Selain itu, saluran pencernaan ayam relatif pendek, hanya 100-150 cm, tidak memiliki gigi, namun ada tembolok dan rempela sebagai tempat penyimpanan pakan.

Faktor lain penghambat konsumsi pakan yakni dalam hal gangguan kenyamanan, seperti adanya kelembaban terlalu tinggi, aliran udara yang terlalu keras, suara bising atau binatang asing yang lalu lalang di sekitar kandang. Status kesehatan ayam juga sangat berpengaruh dalam hal ini, ayam yang sakit akan berkurang nafsu makannya.

Kebutuhan Nutrisi Ayam Lokal

Nutrisi
Umur ayam (minggu)
0-4
(starter)
5-12 (grower 1)
13-18 (developer)
18 ke atas (layer)
Bibit
Konsumsi (g/e/h)
5-40
45-60
65-90
100
100
Energi (kkal/kg)
2900
2800
2800
2750
2750
Protein kasar (%)
17
17
15
17
17
Lemak kasar (%)
4-5
4-7
4-7
5-7
5-7
Serat kasar (%)
4-5
4-5
7-9
7-9
7-9
Kalsium (%)
0,9
1-1,2
1-1,2
3,5
3,5
Fosfor (%)
0,4
0,4
0,3
0,4
0,4
Lisin (%)
0,9
0,6
0,5
0,7
0,7
Metionin (%)
0,4
0,4
0,3
0,3
0,3
Sumber: Balitbangtan (2019).

Mutu pakan menjadi faktor penting dalam budidaya ayam lokal. Jika pada manusia terdapat lebih dari 9.000 ujung syaraf perasa, maka pada ayam, memiliki 40 ujung syaraf perasa. Hal ini menyebabkan ayam tidak terlalu memilih pakan dalam hal cita rasanya. Namun ukuran partikel pakan harus diperhatikan, ayam kecil enggan mengonsumsi partikel pakan berukuran besar, dan sebaliknya ayam besar enggan mengonsumsi partikel pakan berukuran kecil.

Untuk mekanisme pengaturan pola makan, pada prinsipnya adalah ayam akan merasa kenyang pada waktu pemberian pakan yang pendek. Kadar glukosa darah pada ayam yang meningkat, merupakan tanda bagi otak untuk berhenti makan. Pada kadar energi ransum yang tinggi, ayam akan makan sedikit saja. Ayam akan mengatur konsumsi ransum 1% setiap terjadi perubahan 1° C suhu kandang. Adapun yang berkaitan dengan serat kasar, untuk peningkatan 10% serat kasar, ayam lokal petelur akan meningkatkan konsumsinya sebanyak 9,5% dan waktu makan meningkat 22% (Iskandar, 2019).

Saran Penanganan Penyimpanan Pakan
Dalam pembuatan ransum untuk pakan ayam lokal, kualitas pakan harus terjaga agar performa ayam mencapai optimal sesuai dengan kemampuan genetikanya. Ransum dengan kualitas yang baik bisa dilihat dari kondisi ayamnya. Jika performa ayam baik, yakni tidak kurus (bisa diperiksa dari ada-tidaknya tonjolan tulang dada yang meruncing), kemudian ayam juga tidak terlalu gemuk (bobot badannya atau bisa dilihat kondisi bagian perut). Jika kualitas ransum sudah sesuai, maka performa dan produktivitas ayam pun akan seperti yang diharapkan.

Untuk mempertahankan kualitas pakan yang disimpan, kadar air sebelum disimpan maksimal adalah 13% dengan kemasan penyimpanan dalam karung plastik yang kedap udara. Ruang penyimpanan juga sebaiknya memiliki cukup ventilasi, penerangan, dengan suhu maksimal 25°C dan kelembaban maksimal 75%.

Sebelum dilakukan penyimpanan, semprot terlebih dahulu bagian luar kemasan dengan isektisida dan lakukan fumigasi ruang penyimpan pakan dengan bahan kimia fumigan, seperti methyl bromide, carbon disulphide, atau hydrocianic acid. Langkah fumigasi ini sebaiknya dilakukan berulang dan rutin, disertai pemeriksaan adanya kerusakan atau patogen, jamur, maupun serangga pengganggu.

Ketika dilakukan penyimpanan pakan yang sudah dimasukkan dalam karung, sediakan gudang kering berventilasi, sediakan palet dengan jarak palet dan dinding setidaknya 30 cm, mudah dibongkar muat dan terapkan prinsip pakan yang pertama datang harus digunakan terlebih dahulu (FIFO/First In First Out). ***

Kerusakan Pakan Saat Penyimpanan
Kadar air bahan
Perubahan dalam ukuran hari
Di atas 45%
Biji cepat berkecambah, dedak cepat busuk, rumput busuk
18-20%
Terjadi fermentasi disebabkan tumbunya jamur dan bakteri
12-18%
Jamur, bakteri dan serangga tumbuh
8-9%
Kehidupan serangga dan patogen gudang terhambat
4-8%
Kondisi aman untuk penyimpanan baha pakan
Sumber: Balitbangtan (2019)

Andang S. Indartono,
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi
dan Pakan Indonesia (AINI)

FLPI GELAR PELATIHAN MANAJEMEN LOGISTIK PAKAN

Panitia dan peserta pelatihan FLPI di Bogor, 26-27 Maret 2019. (Foto: Infovet/Sadarman)

Forum Logistik dan Peternakan Indonesia (FLPI) bekerjasama dengan PT Charoen Pokphand Indonesia, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) menyelenggarakan pelatihan Manajemen Logistik Pakan, yang didukung Direktorat Pakan, Kementerian Pertanian.

Pelatihan diselenggarakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB Dramaga Bogor, 26-27 Maret 2019. Kegiatan dihadiri Ketua FLPI Prof Luki Abdullah, Ketua AINI Prof Nahrowi Ramli dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan IPB Dr Rudi Afnan.

Rudi Afnan, dalam sambutannya memberi apresiasi FLPI yang terus mengedukasi insan peternakan. Kali ini FLPI menyasar insan peternakan soal pakan unggas. “Kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan untuk berbagi informasi,” katanya.

Pelatihan menghadirkan tiga narasumber, yakni Kasubdit Bahan Pakan Direktorat Pakan Diner YE Saragih, perwakilan PT Charoen Pokphand Indonesia Istiadi dan dari Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB Dr Heri Ahmad Sukria.

Pelatihan diikuti oleh peternak, praktisi dan akademisi terkait pakan ternak, khususnya ternak unggas. Diakhir kegiatan, panitia mengajak peserta mengunjungi PT Charoen Pokphand Indonesia, di Balaraja, Tenggerang, Banten. Kunjungan bertujuan untuk memberi informasi nyata kepada peserta mengenai manajemen logistik pakan, penyimpanan dan pergudangannya. (Sadarman)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer