Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Pakan Kelinci | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PAKAN DAN NUTRISI PADA KELINCI

Kelinci sehat dan beranak pinak. (Foto: Istimewa)

Kebutuhan nutrisi untuk kelinci pada dasarnya kurang lebih sama dengan kebutuhan ternak lain, bahkan sama dengan kebutuhan manusia. Yaitu membutuhkan karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, dan protein.

Fungsi pakan pun demikian, yaitu sama-sama untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme dan memperbaiki jaringan tubuh.

Sumber Pakan yang Baik untuk Kelinci
“Sebelum menentukan pakan yang cocok, perlu mengenal bagaimana sistem pencernaan kelinci yang berbeda dengan hewan lainnya,” kata Yusuf Bachtiar saat diwawancara oleh Asep Hidayat di channel YouTube Saung Kelinci Nurlia, berjudul Talk Show Pakan dan Nutrisi pada Kelinci.

Hewan berdasarkan sistem pencernaannya dibagi menjadi tiga, yaitu ruminansia, monogastrik, dan pseudoruminansia. Ruminansia adalah hewan yang mencerna makanannya dalam dua langkah (memamah biak), mempunyai lambung jamak. Monogastrik adalah hewan yang memiliki lambung tunggal.

Kelinci termasuk hewan pseudoruminansia, mampu mencerna pakan hijauan seperti ruminansia, namun pencernaannya hanya terjadi sekali. “Kadang kelinci memakan kotorannya lagi, ciri khasnya disitu, dia perlu bakteri untuk membantu sistem pencernaan karena sistemnya tidak sekompleks ruminansia,” jelas Yusuf.

Maka pakan pun harus disesuaikan dengan sistem pencernaan kelinci. Misalnya rumput, tidak semua rumput bisa dijadikan pakan kelinci. “Misalnya alang-alang ya, bisa dimakan oleh sapi tapi tidak bisa dimakan oleh kelinci,” timpal Asep pemilik peternakan Saung Kelinci Nurlia di Subang, Jawa Barat.

Apakah Pakan Pelet Lebih Baik dari Hijauan?
Yusuf mengatakan baik atau tidaknya pakan yang menentukan adalah pencernanya (kelinci). Namun ada referensi yang diikuti untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci.

Jumlah kebutuhan kelinci akan karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, dan protein tergantung pada umur kelinci (fase pertumbuhan), tujuan produksinya, juga laju pertumbuhan. Pejantan aktif kawin, betina bunting, betina menyusui, dan anak kelinci masa pertumbuhan memerlukan lemak 3-6%, protein 14-18%, serat 15-20%, dan abu 5-6%. Sedangkan pejantan tak aktif, betina kering, dan anak kelinci yang mulai dewasa memerlukan lemak 2-4%, protein 12-14%, serat 20-28%, dan abu 5-6%, dikutip dari Asia (Penyuluh BPSDMP), Pakan Kelinci.

Baik atau tidaknya pakan ditentukan oleh apakah pakan tersebut bisa memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci. Pelet dan hijauan tidak bisa dibandingkan karena merupakan jenis pakan yang berbeda. Kandungan nutrisi hijauan adalah alami, sedangkan kandungan nutrisi pelet merupakan hasil dari rancangan, meskipun pelet belum tentu juga bisa memenuhi 100% kebutuhan nutrisi.

Perbandingan yang benar harus apple to apple yaitu hijauan dengan hijauan dan pelet dengan pelet.

Seperti Apa Hitungan Pakan yang Murah dan Mahal?
Tidak selalu pakan hijauan lebih murah dari pelet, dan sebaliknya. Untuk hijauan tergantung pada beberapa hal, misalnya apakah hasil dari mencari sendiri (ngarit) atau budi daya. Jika mencari sendiri apakah menggunakan jasa orang lain.

Ngarit-nya apakah setiap hari, atau seminggu sekali dimana hijauan dikeringkan agar awet dijadikan hay.

Untuk pelet harganya lebih jelas, bisa dibandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lain. Dimana harganya tergantung juga pada fase pertumbuhan kelinci. Pelet untuk kelinci menyusui lebih mahal karena kandungan proteinnya lebih tinggi.

Murah dan mahalnya pakan sebenarnya mengikuti kebutuhan. Namun jangan sampai karena ingin berhemat di biaya pakan malah mengakibatkan kelinci kekurangan nutrisi.

Ujungnya nanti malah profit turun karena kelinci yang dihasilkan kurang bagus, sehingga menurunkan harga jual kelinci. Apalagi jika karena ngirit pakan malah gagal panen, akan jauh lebih mahal. Prinsipnya lebih baik ada biaya tambahan namun hasil panennya tetap bagus.

Cara Membandingkan dan Memilih Pakan Terbaik
Agar diketahui mana pakan yang lebih baik, sebaiknya dilakukan penelitian sederhana pada kandang dengan satu jenis kelinci saja. Perawatan, pakan, perlakuan, minum, dan lainnya pun harus sama, baru hasilnya nanti dibandingkan mana pakan yang performanya lebih bagus.

“Parameternya adalah kelincinya sehat dan beranak pinak,” kata Yusuf. “Jangan cuma dari katanya tapi dibuktikan sendiri.”

Penelitian jangan dilakukan pada semua populasi, disarankan pada sebagian kecil populasi saja untuk berjaga-jaga kalau terjadi kegagalan.

Pakan terbaik yaitu yang cocok untuk kelinci dan cocok juga untuk peternak, serta diformulasikan berdasarkan referensi yang jelas. Juga sangat penting untuk memberikan pakan sesuai fase pertumbuhan.

Namun pakan hanya salah satu faktor. Menurut Yusuf rumus keberhasilan adalah Penampilan = Lingkungan + Genetik.

Jika genetik kelincinya bagus tetapi lingkungan (pakan, kandang, dan sebagainya) buruk, maka penampilan/hasil tidak sesempurna yang seharusnya. Sebaliknya, jika genetik biasa namun lingkungan bagus maka penampilan bisa bagus hasilnya. ***

Dirangkum oleh:
Nunung Dwi Verawati
Redaksi Majalah Infovet

PEMILIHAN PAKAN YANG TEPAT UNTUK MENGOPTIMALKAN BUDIDAYA KELINCI

Dari hasil penelitian para ahli, kemampuan kelinci untuk menghasilkan daging adalah 20 kali lipat dibanding ternak sapi dalam kurun waktu yang sama. (Sumber: Istimewa)

Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang sangat cocok untuk dikembangkan secara luas sebagai penganekaragaman konsumsi protein hewani. Daging kelinci kaya protein dan rendah kolesterol, sehingga cocok dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Dari hasil penelitian para ahli, ternyata kemampuan kelinci untuk menghasilkan daging adalah 20 kali lipat dibanding ternak sapi dalam kurun waktu yang sama.

Proses pengembangbiakan dan pertumbuhan kelinci sangatlah cepat sehingga seorang pebisnis kelinci bakal memperoleh hasil yang lebih cepat pula, asal dikelola dengan baik. Menurut analisis Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia (Himakindo), dalam setahun seekor induk kelinci mampu menghasilkan paling tidak 40 kg bobot hidup pada pola pemeliharaan tradisional (ekstensif) dan 120 kg pada pola pemeliharaan intensif.

Pada pemeliharaan pola intensif kelinci dapat dikawinkan hingga 7-8 kali/tahun untuk satu induk kelinci. Dengan jumlah anak-anak kelinci yang terseleksi sebanyak 8-10 ekor yang bisa dipanen, sehingga dapat dihasilkan 56 ekor/tahun.

Pada pemeliharaan intensif pula seekor kelinci bisa dipanen pada umur 80 hari dengan bobot 2,5 kg/ekor, sehingga dari satu induk anak kelinci saja bisa menghasilkan total daging sekitar 120 kg/tahun.

Melihat besarnya potensi beternak kelinci, maka kini budidaya kelinci telah berkembang di berbagai provinsi dengan teknik budidaya yang relatif sederhana. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, sentra produksi kelinci telah ada di Berastagi, Bogor, Lembang, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Magelang, Semarang, Temanggung, Batu, Malang, Magetan, Blitar, Kediri, Bedugul-Tabanan dan Wamena di Papua.

Untuk efisiensi usaha, maka sebaiknya para peternak kelinci bergabung dalam satu kelompok peternak. Badan Litbang Pertanian, Kementan, merekomendasikan kelompok peternak kelinci yang efektif dan efisien adalah kelompok peternak dengan keanggotaan minimal 100 peternak dengan rataan kepemilikan induk sebanyak 20 ekor/peternak.

Kelebihan kelinci dibanding jenis ternak lain adalah ukuran tubuhnya yang kecil hanya 2,5-3,5 kg/ekor, sehingga tidak memerlukan banyak tempat, biaya tidak besar dalam pengadaan induk dan kandang. Umur dewasa kelinci relatif singkat, yakni hanya 4-5 bulan sudah siap bunting, masa kebuntingan 29-25 hari, dengan kemampuan berkembang biak tinggi, mampu beranak 4-10 kali/tahun, masing-masing 4-10 anak/kelahiran. Masa penggemukan kelinci relatif singkat, kurang dari dua bulan sejak masa sapih. Secara rata-rata, umur hidup ternak herbifora ini berkisar 5-8 tahun.

Penyediaan Pakan dan Sifat Caprophagy
Dalam hal pakan, ternak ini memiliki kebiasaan yang disebut dengan caprophagy, yakni memakan sendiri feses atau tinjanya. Feses yang pertama keluar adalah yang berbentuk lunak atau lembek. Feses itulah yang dimakan kelinci karena kandungan nutrisinya masih tinggi guna memaksimalkan kebutuhan nutrisi kelinci (lihat Tabel). Itulah sebabnya kelinci termasuk dalam kategori ternak pseudo ruminansia.

Sistem pencernaan kelinci terbagi menjadi dua bagian, yaitu perut depan terdiri dari lambung, pankreas, duodenum, jejunum dan ileum, serta perut belakang yakni sekum, appendix dan kolon. Pada perut bagian belakang, berperan penting dalam sistem pencernaan, karena merupakan tempat terjadinya fermentasi pakan di dalam sekum, pemisahan dan pencernaan kembali isi sekum. Sekum merupakan tempat pertumbuhan bakteri yang memiliki fungsi mirip dengan rumen pada sapi, yaitu sebagai tempat terjadinya proses pencernaan pakan.

Kelinci merupakan ternak herbivora yang bukan ruminansia, kurang mampu untuk mencerna serat kasar, tetapi dapat mencerna protein dari tanaman berserat dan memanfaatkannya dengan efektif berkat adanya sekum tadi. Sifat tersebut menyebabkan kelinci dapat mengonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose atau serat menjadi energi.

Tabel Komposisi Kandungan Kimiawi Feses Keras dan Lunak pada Kelinci
Zat Nutrisi
Feses Keras
Feses Lunak
Abu (%)
34-52
63-82
Bahan kering (%)
48-66
18-37
Protein (% bahan kering)
9-25
21-37
Serat kasar (% bahan kering)
22-54
14-33
Lemak (% bahan kering)
1,3-5,3
1-4,6
Mineral (% bahan kering)
3,1-14,4
6-10,8
NFN (% bahan kering)
28-49
29-43

Sumber: Proto (1980) dalam Sjofjan, dkk (2019).

Pada kelinci yang baru lahir, makanan utama adalah air susu yang diberikan oleh induknya sekali dalam 24 jam, dengan lama waktu menyusui 2-3 menit saja. Setelah minggu ketiga, anak kelinci akan bergerak ke luar dari sarangnya, menyusu ke induknya dan sedikit air minum yang disediakan. Pada periode waktu tersebut terjadi perilaku makan yang nyata, dari hanya meminum air susu, menjadi mengonsumsi pakan yang disediakan.

Kelinci merupakan jenis ternak yang tenang, lembut, serta termasuk dalam jenis ternak yang suka mengunyah dan tak dapat bertahan lama tanpa makan. Oleh karenanya, pakan harus selalu tersedia dalam bentuk campuran rumput dan jerami. Untuk tempat minum, sebaiknya disediakan tempat minum dalam bentuk tube yang dapat dijilat. Tempat minum seperti ini cocok untuk kelinci, sehingga terjaga higienitasnya. Jika memungkinkan, kelinci dapat ditempatkan di area terbuka yang banyak terdapat rumput atau tanaman leguminosa yang merupakan pakan alami kelinci. Namun jika kelinci dikandangkan, sebaiknya tersedia selalu pakan hijuaun segar dalam kandang.

Untuk pakan yang diberikan, bahannya tidaklah terlalu rumit, mayoritas berupa hijauan sehingga mudah diperoleh, dengan demikian biaya produksinya relatif rendah. Untuk hidup dan berkembang normal sesuai dengan mutu genetikanya, kelinci membutuhkan zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta telah mengidentifikasi setidaknya terdapat tujuh bahan pakan yang sesuai untuk kelinci, diantaranya:

• Air susu induk. Ini merupakan pakan alami terbaik karena memiliki zat paling lengkap serta cocok dan tepat untuk anak kelinci yang masih menyusu. Air susu induk kelinci lebih baik daripada susu sapi, karena memiliki kandungan bahan kering lebih banyak dua kali lipat, lemak dan protein empat kali lebih besar, abu/mineral lebih banyak tiga kali lipat.

• Hijauan. Pakan hijauan yang sesuai untuk kelinci diantaranya rumput lapangan, daun kacang panjang, lamtoro, daun duri, daun kembang sepatu, daun ubi jalar, daun pepaya, daun jagung dan daun kacang tanah. Sisa-sisa atau limbah sayuran seperti wortel, selada, kangkung, kol, sawi, caisim, atau daun singkong juga merupakan sumber hijauan bagi kelinci. Cara pemberian pakan hijau segar diberikan secukupnya, namun sebaiknya dilayukan terlebih dahulu agar kadar air berkurang. Jika pakan hijauan dipaksakan diberikan dalam kondisi segar, maka urin kelinci dapat berbau menyengat, menyebabkan mencret, perut gembung, gatal-gatal dan scabies, serta dapat berakibat fatal.

• Biji-bijian. Bentuk pakan berupa biji-bijian bisa berupa biji jagung, padi, gandum, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Pakan berbentuk biji-bijian tersebut termasuk dalam salah satu bahan pakan yang baik untuk kelinci karena tinggi kandungan protein. Namun jika dirasa bahan pakan tersebut mahal, maka dapat diganti dengan pakan alternatif seperti bungkil kelapa, dedak, bekatul, bungkil tahu, atau bungkil kacang tanah, yang fungsi utamanya adalah sebagai sumber protein. Pemberian bahan pakan berupa biji-bijian sebaiknya ditumbuk dahulu, baru kemudian diberikan dengan takaran 150-250 gram/ekor dalam satu hari.

• Jerami kering. Bahan pakan ini adalah salah satu sumber serat kasar yang dapat mencegah gigi kelinci tumbuh lebih cepat. Dengan demikian, jerami kering dapat menjadi pilihan terbaik.

• Hay. Bahan pakan ini adalah rumput yang dipotong sebelum berbunga, yang kemudian diawetkan dengan cara dikeringkan secara bertahap, agar kandungan gizinya tidak rusak dan kadar serat kasarnya tinggi. Rumput yang cocok dijadikan hay untuk pakan kelinci diantaranya rumput gajah, daun turi, rumput lapangan, pucuk tebu, batang jagung dan daun kacang-kacangan. Hay yang dibuat secara benar akan berasa manis, cocok untuk kelinci yang memang menyukasi manis. Selain itu, ampas tebu yang direndam selama 24 jam dan telah difermentasikan dengan molase juga dapat menjadi alternatif bahan pakan kelinci. Jika kelinci mengalami gangguan seperti mencret, disarankan segara menghentikan pemberian hijauan dan menggantikannya dengan hay dalam jumlah banyak.

• Umbi-umbian. Bahan pakan ini merupakan salah satu alternatif pakan kelinci yang sesuai, diantaranya talas, ubi jalar, singkong rebus dan jenis umbi-umbian lainnya. Bahan pakan jenis ini sebagai bahan pakan tambahan.

• Konsentrat. Pakan konsentrat berfungsi meningkatkan nilai gizi dan penguat pakan pokok kelinci berupa hijauan. Keuntungan jenis pakan ini mudah didapat di pasaran, namun risikonya adalah harga relatif mahal. Pakan konsentrat biasanya terdiri dari pelet atau pakan pabrikan, bekatul, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tapioka, atau bungkil kacang tanah. Jika nutrisi dalam pelet sudah mencukupi kebutuhan kelinci, maka pakan hijauan tidak perlu diberikan. ***

Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer