Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Pakan Babi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KONTRIBUSI LEBIH BARLEY DALAM FORMULASI PAKAN INDUKAN BABI

A C Edwards mempresentasikan materinya

Salah satu komponen nutrisi yang ada di dalam kandungan pakan adalah serat. Bahkan serat berperan penting dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan ternak seperti babi. Hal tersebut disampaikan oleh A C Edwards konsultan peternakan asal Australia dalam Pig Quality Conference 2022. 

Dalam suatu formulasi pakan indukan peran dari serat memiliki beberapa peran krusial seperti : stimulasi fisik pada mukosa saluran pencernaan, nutrien pengikat air, dan pembentuk konsentrasi (kekentalan) dari feses. 

Lebih jauh ia menerangkan bahwa serat seperti polisakarida non-pati (NSP) dapat dimanfaatkan sebagai zat yang lebih berguna di dalam saluran pencernaan bila diuraikan dengan enzim. Dan Edwards tidak lupa mengingatkan bahwa serat merupakan penghasil asam lemak terbang yang bersifat laktogenik (prebiotik) bagi bakteri menguntungkan di saluran pencernaan.

"Oleh karena itu kebutuhan serat bagi indukan babi juga harus terpenuhi dengan baik dan tepat, kekurangan atau kelebihan dalam jumlah besar justru akan menimbulkan masalah di slauran pencernaan bahkan di semua aspek," tutur Edwards.

Edwards juga menyebutkan berbagai macam bahan pakan sumber serat yang lazim digunakan dalam formulasi seperti barley. Menggunakan biji-bijian kasar seperti barley dalam diet babi membantu mewujudkan tujuan produktivitas babi yang optimal karena banyak sifat fungsionalnya.

Edwards menjelaskan bahwa meskipun jagung atau gandum, memiliki energi yang lebih kandungan energi yang lebih tinggi ketimbang barley, namun barley memungkinkan pengaturan asupan energi yang lebih baik pada induk babi untuk mengontrol kondisi tubuh. Pati yang terkandung dalam barley lebih rendah sehingga mengurangi risiko kerusakan pada saluran gastrointestinal.

Di dalam barley pun terkandung serat lebih tinggi yang dapat meningkatkan kesehatan usus dan memperbaiki kualitas pada fase laktasi. Barley juga mengandung kadar protein sehingga dalam diet penggunaan barley dapat mengurangi penggunaan bahan baku sumber protein lainnya atau suplementasi asam amino dari luar.

“Indukan babi performansnya lebih baik saat diberi pakan dengan barley dalam bentuk semi kasar atau pelet 'tanpa gilingan'. Barley sangat cocok untuk bentuk pakan ini dan hasilnya memuaskan," tambahnya. (CR)

MENGUNCI PERFORMA INDUKAN BABI AGAR TETAP STABIL

Dr Mauro Di Benedetto


Memiliki indukan babi yang produktif merupakan impian semua peternak dan pembibit babi di dunia. Namun begitu tdalam mencapai hal tersebut nampaknya sangatlah berat, apalagi ditengah disrupsi yang terjadi saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Mauro di Benetto konsultan dari Kemin Agrifood Italia dalam presentasinya pada gelaran Pig Quality Conference 2022 secara daring pada (15/9) yang lalu.

Ia memberi contoh misalnya terkait harga bahan baku pakan yang kian hari semakin meroket yang diakibatkan oleh berbagai penyebab. Hal ini tentu saja akan semakin menambah cost dari produksi karena sebagaimana kita ketahui bahwa pakan merupakan komponen biaya paling utama dalam suatu budidaya peternakan.

"Efisiensi biaya pakan memang suatu keniscayaan namun begitu ada satu solusi lagi meskipun biaya pakan tidak dapat ditekan yakni kenaikan performa dari ternak itu sendiri, menaikkan performa ternak dengan biaya pakan yang tetap juga merupakan suatu keharusan," tuturnya.

Lalu kemudian ia memberi pemahaman mengenai indukan babi hyperprolific. Secara umum indukan hyperprolific dapat diartikan sebagai indukan yang dapat melahirkan anak babi melebihi jumlah puting susu yang dimiliki.

"Pernah di Eropa suatu perusahaan breeding merilis satu ras babi yang dapat melahirkan lebih dari 41 ekor anak babi dalam setahun, artinya dalam satu siklus sekitar 16-18 ekor anak babi dilahirkan. Dan ras ini sempat populer, namun masalahnya bukan pada seberapa banyak anak babi yang dilahirkan," tutur dia.

Dr Mauro mengatakan problem utama dari indukan hyperprolific yakni pada kecukupan gizi anak yang dilahirkan. Setidaknya menurut beliau, indukan dengan 13 anak babi harus dapat memproduksi susu sebanyak 390 liter hingga anak babi disapih, hal  ini dibutuhkan agar anak babi mendapatkan nutrisi yang cukup dari induk.

"Yang kebanyakan terjadi di lapangan, induk babi hampir tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut, sehingga nutrisi dari anakan tidak terpenuhi, bobot setelah disapih tidak mencapai target, sehingga pertumbuhan kedepannya menjadi kurang maksimal," kata Mauro.

Lalu bagaimana solusinya?, dalam berbagai riset yang telah ia lakukan, kombinasi penggunaan enzim dan emulsifier adalah solusi terbaik dalam meningkatkan utilisasi nutrisi dalam pakan serta menjaga kesehatan saluran pencernaan induk babi.

Enzim yang dapat digunakan yakni fitase, protease, dan karbohidrase. Sementara emulsifier yang dimaksud yakni lisolecitin. Enzim akan bekerja memecah zat yang sulit dicerna menjadi partikel lebih kecil sehingga lebih mudah dicerna, sementara emulsifier membantu kinerja enzim lipase serta meningkatkan kemampuan absorpsi usus dalam menyerap nutrisi.

"Berbagai trial yang kami lakukan di beberapa negara produsen babi terbesar telah berhasil menjawab tantangan ini, hasilnya susu yang dilahirkan induk lebih banyak dengan nilai FCR yang baik. Selain itu jumlah anak babi yang bertahan hidup setelah penyapihan meningkat, dan bobot targetnya tercapai," tutupnya. (CR)


PIG QUALITY CONFERENCE 2022 DIGELAR SECARA DARING

Dr Megan Edwards mempresentasikan materinya

Pig Quality Conference 2022 dihelat secara daring per tanggal 15 September 2022 yang lalu. Rencananya acara tersebut akan melakukan streaming secara berkala setiap kamis sampai empat minggu ke depan, tepatnya hingga 6 Oktober 2022. Lebih dari 200 peserta dari 16 negara menghadiri konferensi online tersebut pada 15 September lalu.

Seminar diawali oleh Dr Megan Edwards, konsultan nutrisi dari Integral Nutrition. Dalam presentasinya beliau membahas mengenai berbagai cara dalam mengefisienkan cost pakan. Secara garis besar, Dr Megan membahas beberapa hal seperti penggunaan bahan baku alternatif dan imbuhan pakan.

Peternak Wajib Me-review Program Pemberian Pakan

Banyak peternakan di Asia terus memberi makan ternak babi mereka dua atau tiga kali diet dari mulai penyapihan hingga akhir, akan tetapi perlu untuk meninjau program pemberian pakan saat ini, kata Dr Edwards. Kenyataannya adalah praktik pemberian pakan seperti itu tidak memungkinkan utilisasi nutrisi secara efisien.

“Bukan berarti harus ada enam fase, tapi harus ditinjau dan dilihat apakah fasenya cukup. Saya pikir empat atau lima fase akan ideal, ”jelasnya.

Mencari Sumber Fosfor Alternatif

Saat ini, tepung ikan merupakan bahan baku sumber asam amino dan fosfor yang dapat dicerna, produsen pakan babi kini mulai mengurangi ketergantungan penggunaan tepung ikan. Dr Edwards mengatakan bahwa dalam diet jagung dan SBM, dosis fitase yang relatif rendah dapat melepaskan fosfor. Dalam kasus lain misalnya dedak padi, bahan umum di Asia, ada peluang untuk membuka lebih banyak sumber fosfor organik.

“Industri harus mempertimbangkan sumber fosfor lain yang tersedia dan memastikan penggunaan enzim fitase yang optimal. Selain itu, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi efikasi fitase,” jelasnya. (CR)


PELATIHAN FORMULASI PAKAN BABI BATCH II

Webinar mengenai pelatihan formulasi ransum babi. (Foto: Infovet/Sadarman)

Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) kembali menyelenggarakan webinar Training Formulasi Ransum Babi Batch II, Selasa (13/4/2021). Acara ini diikuti peserta dari berbagai wilayah di Indonesia, khususnya para peternak babi, akademisi dan praktisi.

Ketua Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), Dr Sauland Sinaga, sebagai penyelenggara, menyambut baik atas terlaksananya kegiatan yang sudah kedua kalinya ini.

“Ini menunjukkan akan pentingnya tata cara memformulasikan pakan untuk babi. Peserta pun tetap banyak hingga pelaksanaan kedua ini,” kata Sauland.

Kegiatan yang digelar atas kerja sama GITA Organizer, Infovet dan US Soybean Export Council (USSEC) Indonesia, menghadirkan pembicara Feed and Nutrition Consultant PT Tekad Mandiri Citra, Ir Hariyanto Sutikno, yang membawakan materi formulasi kebutuhan ransum induk babi.

Dijelaskan, “Memaksimalkan pemberian pakan pada induk babi penting dilakukan mengingat induk akan memasuki masa kawin (mating), gestasi (bunting hingga melahirkan) dan laktasi (menyusui).”

Lebih lanjut dijelaskan, pakan yang diberikan pada masing-masing periode berbeda, yaitu pakan untuk periode induk sebelum dikawinkan (pree-sow) tujuh hari sebelum dikawinkan, pakan untuk induk bunting 0-100 hari dan pakan untuk induk menyusui yang dimulai dari hari ke-101 pasca melahirkan hingga penyapihan (weaned).

“Kesalahan dalam memformulasikan pakan induk babi dapat berdampak pada feed intake, padahal dalam pemberian pakan induk babi, feed intake harus dimaksimalkan, artinya Ketika feed intake rendah maka nutrient intake akan rendah. Akibatnya macam-macam, bisa saja rendahnya bobot badan anak babi sapihan, skor tubuh sow juga rendah dan terjadi peningkatan jumlah afkir dari sow yang dipelihara,” jelas Hariyanto.

Untuk mengatasi hal ini maka menurutnya perlu upaya memformulasikan pakan induk babi dengan baik, mengawinkan induk babi sesuai dengan standar bobot badan (120-130 kg) dan memberikan pakan dalam jumlah cukup (2,50 kg/ekor untuk babi bunting dan minimal 5 kg/ekor untuk babi laktasi), serta pakan harus diberikan 2-3 kali/hari.

Selain formulasi pakan dengan baik, upaya menjaga kesehatan dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh induk babi juga penting. Hal ini disampaikan Business Consultant PT Better Pharma Indonesia, Drh Michael Indra Wahyudi. Menurutnya, pertahanan induk babi terhadap paparan bibit penyakit dapat diperkuat oleh pakan berkualitas, menjaga kesehatan mukosa usus, menjaga kestabilan populasi mikroflora dan meningkatkan system kekebalan tubuh induk babi itu sendiri.

“Untuk mendapatkan bahan pakan berkualitas lumayan sulit, apalagi jika formulasi pakan dilakukan sendiri oleh peternak, sehingga konten nutrien dari pakan hasil formulasi sulit didapatkan sesuai dengan standar yang disarankan,” kata Michael.

Untuk mendapatkan pakan hasil formulasi berkualitas, lanjut dia, dianjurkan untuk menggunakan imbuhan pakan dari produk sintetis yang sudah dikomersialisasikan maupun herbal.

“Kedua jenis produk imbuhan pakan tersebut sama-sama dapat berperan sebagai imbuhan pakan yang dapat memberikan benefit pada induk babi dan pada peternak itu sendiri,” pungkasnya. (Sadarman)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer