Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Limbah Ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MAHASISWA POLIWANGI AJAK MASYARAKAT MANFAATKAN LIMBAH TERNAK UNTUK BIOGAS

Program Hibah Desa Binaan di Desa Glagahagung, Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) mengajak masyarakat Desa Glagahagung, Banyuwangi, untuk turut menyukseskan Program Hibah Desa Binaan (PHDB) yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program tersebut merupakan salah satu program untuk pengabdian pada masyarakat yang dikelola langsung oleh himpunan mahasiswa di bawah bimbingan dosen.

Pada tahun ini PHDB mengenai Integrated System and Sustainable Farming (ISSF). Dosen pembimbing program, Dyah Triasih, menyebutkan bahwa melalui program PHDB, masyarakat diajak menerapkan ISSF melalui pemanfaatan limbah ternak yang dapat digunakan menjadi biogas dan pupuk organik.

Menurut Dyah, pemanfaatan limbah ternak dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang biasanya dibuang atau ditumpuk begitu saja, hingga dapat mengganggu ekosistem di sekitar lokasi peternakan.

“Inilah tujuan sebenarnya dari program, yakni untuk mengajak mahasiswa turut serta memberikan edukasi kepada masyarakat awam terkait pentingnya pengelolaan limbah ternak,” kata dosen Poliwangi ini.

Pengelolaan limbah yang akan dijadikan biogas menggunakan metode yang cukup sederhana menggunakan biogas portable. Menurut Dyah, biogas portable tidak memerlukan banyak bahan dan alat, sehingga mudah diadopsi oleh masyarakat, utamanya di Desa Glagahagung.

Ia pun menguraikan tata cara pembuatan biogas portable, diawali dengan pembuatan digester atau reaktor dari drum besar yang memliki volume 400 liter. Digester harus memiliki dua saluran, pertama sebagai tempat memasukkan kotoran ternak dan kedua dijadikan sebagai saluran keluarnya aliran gas. Kemudian kotoran dimasukkan ke dalam digester dengan perbandingan 1:1 dengan air, hal ini bertujuan untuk mempercepat fermentasi.

Sementara narasumber dalam kegiatan PHDB, Joko, menyebutkan bahwa untuk mempercepat terbentuknya gas di dalam digester, perlu ditambahkan air cucian beras. Dalam pembuatan biogas, hal yang juga perlu diperhatikan adalah suhu digester yang tidak boleh melebihi 100° C.

“Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada bakteri sehingga proses pembentukkan gas pun bisa gagal. Nah suhu digester yang dianjurkan selama proses pembuatan biogas adalah 90° C,” kata Joko.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam proses pembuatan biogas, perlu dilakukan pengecekan sekitar tiga hari atau seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah biogas telah mengeluarkan gas dihari ketiga hingga hari ketujuh atau belum. Ia menegaskan jika gas tidak keluar selama periode tersebut, maka proses pembuatan biogas bisa dikatakan gagal.

Selanjutnya, digester disambungkan dengan penampung gas serta kompor melalui selang beregulator atau selang biasa. Dalam pembuatan biogas menghasilkan sisa berupa ampas. Ampas ini dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.

“Secara keseluruhan, mulai dari limbah, lalu dibuat biogas, selanjutnya ampas dari biogas itu sendiri dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman, artinya kegiatan ini dapat meminimalkan limbah ternak,” kata Joko.

Diharapkan Program Hibah Desa Binaan ini dapat menjadikan contoh bagi masyarakat untuk mengolah limbah ternak menjadi sesuatu yang berguna. Dengan demikian dapat tercipta lingkungan lestari dengan kondisi kehidupan masyarakat yang sejahtera. (Dyah Triasih/Sadarman)

TRAINING ONLINE SOAL MENGOLAH LIMBAH PETERNAKAN

Memanfaatkan limbah kotoran ternak dengan tepat bisa menguntungkan. (Foto: Istimewa)

Meningkatnya permintaan pangan asal ternak seperti daging, susu dan telur telah mengakibatkan adanya perbesaran skala usaha, perubahan dari sistem ekstensif ke sistem intensif, serta adanya akumulasi jumlah kotoran. Hal tersebut mengakibatkan masalah lingkungan, jika limbah ternak tersebut tidak dikelola dengan baik.

“Limbah peternakan merupakan semua buangan dari usaha peternakan berupa limbah padat (solid), cair (liquid) dan gas (gaseous),” kata Dosen Fakultas Peternakan IPB, Dr Ir Salundik, dalam Training Online yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB dengan tema “Satwa Harapan, Harapan Satwa#3: Teknologi Limbah Peternakan, Efisiensi Produksi Maggot dan Cacing Tanah” Sabtu (15/8/2020).

Lebih lanjut Salundik memaparkan, limbah ternak dapat dikategorikan dalam bentuk cair (hingga 5% padatan), lumpur/semi padat (5-25% padatan), padat (lebih dari 25% padatan) dan gas.

“Menghadapi banyaknya limbah maka harus dilakukan perencanaan pengelolaan dan pengolahan limbah, yang meliputi penentuan sistem dan tipe pengolahan limbah, penentuan ukuran (skala), lokasi pengolahan, fasilitas pengolahan, biaya instalasi dan manajemen proses pengolahan,” jelasnya.

Manfaat dari adanya pengelolaan dan pengolahan, lanjut dia, adalah untuk mengurangi potensi pencemaran yang meliputi fisik, biologi dan kimia, serta untuk meningkatkan atau menambah nilai guna limbah, sehingga memiliki nilai ekonomi.

“Dengan demikian bagi yang telah mendapatkan manfaat positif limbah peternakan, maka kotoran ternak yang menjijikkan dan bau, bagi mereka baunya seperti bau uang,” tukasnya. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer