Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini LABORATORIUM | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

THAILAND LAB INTERNATIONAL 2023 SIAP DIHELAT

Road Show Thailand Lab International 2023


Thailand Lab International, sebuah pameran teknologi dan alat - alat laboratorium siap digelar pada 6-8 September 2023 di Bangkok, Thailand. Pameran tersebut merupakan ajang bagi para pelaku industri laboratorium baik manusia, hewan, dan pangan untuk memamerkan produknya. 

Hal tersebut disampaikan oleh Anucha Parnpichate selaku Project Manager of VNU Exhibitions Asia Pacifi di Jakarta (16/3) yang lalu. Dalam acara road show-nya, ia mengatakan bahwasanya pameran ini bertujuan untuk wawasan kepada para pengunjung dan peserta pameran mengenai tren dan teknologi terbaru di bidang laboratorium dan ilmu medis. Thailand Lab International 2023 juga dapat menjadi peluang besar bagi para exhibitor untuk berjejaring dengan para pemain utama di industri ini dan mendapatkan peluang bisnis.

“Pameran ini merupakan suatu integrasi pada bidang teknologi dan inovasi untuk para pelaku industri laboratorium, ilmu medis, kima, dan pangan dalam satu atap. Kami menyediakan wadah untuk para stakeholder di industri tersebut untuk mengeksplorasi peluang bisnis yang potensial. Sehingga dapat menciptakan pembangunan berkelanjutan yang berkontribusi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat,” tutur Anucha.

Pada perhelatan sebelumnya yang digelar pada tahun 2022, pameran tersebut berhasil menghadirkan ratusan perusahaan yang bergerak dalam bidang laboratorium dari berbagai penjuru dunia. Namun begitu dari Indonesia sendiri baru ada satu perusahaan saja yang berpartisipasi.

"Dengan adanya kerjasama yang apik antara Indonesia dan Thailand, kami berharap para exhibitor dari Indonesia tertarik untuk bekerja sama dengan kami. Tentunya kami juga akan sangat senang apabila lebih banyak exhibitor datang dari kawasan Asia Tenggara, dan ini juga akan membuka kesempatan Indonesia untuk semakin dilihat di kancah internasional," kata Anucha.

Dalam kesempatan yang sama peneliti vaksin dan obat-obatan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Masteria Yunovilsa Putra yang hadir sebagai narasumber banyak memaparkan mengenai prospek dari layanan tes laboratorium di Indonesia. 

Dirinya mengatakan bahwa perkembangan industri laboratorium sangat pesat terlihat ketika Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Laboratorium kesehatan yang dulunya bisa dihitung dengan jari, kini mulai menjamur. Meski begitu, jumlah laboratorium di Indonesia masih sangat terbatas.

"Ketika pandemi terjadi, munculah banyak laboratorium kesehatan akibat tingginya permintaan akan tes kesehatan. Namun, permasalahannya adalah masih banyak laboratorium di Indonesia yang tidak tersertifikasi ISO untuk mendemonstrasikan kompetensi teknis dan untuk memastikan keakuratan hasil pengujian,” jelasnya. (CR)

INDONESIA BIMBING PELATIHAN BIOINFORMATIKA UNTUK TENAGA LABORATORIUM ASEAN

 Lokakarya Bioinformatika se-ASEAN di Yogyakarta

Indonesia berbagi keahlian di bidang bioinformatika dengan melatih personel laboratorium dari sembilan negara ASEAN, 23 laboratorium Indonesia, dan beberapa negara anggota Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP), seperti Pakistan dan Bangladesh. ZDAP adalah kolaborasi global untuk menanggapi ancaman penyakit zoonosis (menular dari hewan kepada manusia); serta untuk mengedepankan agenda keamanan kesehatan global. 

Pada tahun 2021, Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Yogyakarta disahkan sebagai Pusat Rujukan Regional untuk Bioinformatika Veteriner di Asia Tenggara oleh  Kelompok Kerja Sektor Peternakan ASEAN (Sectoral Working Group on Livestock - SWGL). Dengan pengakuan ini, BBVet Wates telah memantapkan dirinya sebagai laboratorium dengan keahlian di bidang bioinformatika dan telah mendukung dan memberi saran kepada laboratorium lain di negara-negara ASEAN tentang isu-isu terkait bioinformatika. 

Bioinformatika adalah sarana interdisipliner untuk menghitung dan menganalisis data biologis, termasuk agen yang berpotensi menyebabkan penyakit pada hewan, tumbuhan, dan manusia. Dengan menggunakan bioinformatika, karakteristik agen penyakit dapat dipelajari secara komprehensif sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian penyakit. 

Dalam lokakarya ini, terselenggara serangkaian sesi pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas bioinformatika para petugas laboratorium yang memungkinkan laboratorium di negara-negara ASEAN dan ZDAP untuk memahami evolusi agen virus tertentu agar dapat dengan cepat mendeteksi ancaman penyakit menular baru. Lokakarya ini juga berfungsi sebagai wadah bagi para peserta untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk membangun jaringan bioinformatika yang kuat di wilayah Asia.  

“Lokakarya ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam memperkuat mekanisme regional ASEAN untuk pencegahan, deteksi dini dan penanggulangan penyakit hewan dan zoonosis dengan potensi pandemi, serta penguatan sektor kesehatan hewan melalui pendekatan One Health,” ujar Nuryani Zainuddin selaku Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 

Nuryani menjelaskan, pada lokakarya ini, Indonesia berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas dan jejaring laboratorium di ASEAN untuk bioinformatika. “Sebagai negara pimpinan dalam Global Health Security Agenda dan Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP), Indonesia juga melibatkan dan memperkuat laboratorium kesehatan masyarakat dan veteriner di Indonesia, ASEAN, dan negara-negara yang bergabung dalam ZDAP untuk menerapkan bioinformatika menggunakan pendekatan One Health,” imbuh Nuryani. 

“Kerjasama bertahun-tahun antara FAO dan Pemerintah Indonesia telah memperkuat kapasitas balai-balai veteriner untuk meningkatkan deteksi dan pencegahan ancaman zoonosis. Kami berbahagia dapat melihat bahwa peningkatan pengetahuan dan kapasitas tersebut dapat dibagikan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara,” ujar Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, seraya mengapresiasi kegiatan lokakarya ini sebagai tonggak pencapaian di bidang kesehatan hewan. 

Duta Besar Australia untuk ASEAN, H.E. Will Nankervis mengatakan, “Australia sangat senang dapat mendukung lokakarya Bioinformatika ini melalui kemitraan SMART ASEAN kami dengan ASEAN dan FAO. Lokakarya tersebut, bersama dengan penunjukan Disease Investigation Center Wates sebagai ASEAN Regional Reference Center for Bioinformatics, merupakan langkah penting dalam memastikan respons yang terkoordinasi terhadap ancaman penyakit di ASEAN.” 

Seperti disampaikan oleh Pelaksana Tugas Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia David Stanton, “peningkatan Balai Besar Veteriner Wates menjadi Pusat Referensi Bioinformatika Regional ASEAN adalah bukti kerja keras dan layanan luar biasa selama beberapa dekade dari staf BBVet Wates dan tim Kementerian Pertanian. USAID gembira dapat bekerja bersama Kementerian Pertanian dan FAO dalam mendukung pekerjaan ini.”  

Sejak tahun 2006, FAO dengan dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memberikan pelatihan yang komprehensif kepada sejumlah balai-balai veteriner tentang keselamatan dan keamanan hayati laboratorium, jaminan kualitas, mitigasi risiko dan standarisasi prosedur. Khusus di bidang bioinformatika, inisiatif ini didanai bersama oleh USAID dan Pemerintah Australia melalui proyek bersama FAO-Australia-ASEAN tentang Penguatan Mekanisme Kesehatan Hewan (SMART-ASEAN). (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer