Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Koperasi Ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KOPERASI WSU TERIMA KUNJUNGAN KEMENKOP DAN KEMENTAN

Paling depan: Ketua Koperasi WSU, Sugeng Wahyudi (tengah) bersama Akhmad Zabadi (kiri) dan Fini Murfiani (kanan) saat bertemu dengan media. (Foto: Infovet/Ridwan)

Koperasi Wira Sakti Usaha (WSU) dalam usahanya terus berupaya membangun komunikasi dengan berbagai pihak, salah satunya menerima kunjungan kerja dari Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) bersama Kementerian Pertanian (Kementan).

Melalui diskusi bersama, Sabtu (10/4/2021), Koperasi WSU ingin melihat bagaimana peran pemerintah dalam mendukung keberlangsungan usaha peternakan rakyat mandiri yang tergabung dalam koperasi.

“Tujuannya kita ingin perkenalkan koperasi ke pejabat berwenang, khusunya Kemenkop. Kalau sudah kenal kan pasti sayang gitu. Ini lah manfaat kita untuk mempertanyakan bagaimana peran dari pemerintah,” ujar Ketua Koperasi WSU, Sugeng Wahyudi.

Lebih lanjut dijelaskan, dengan berkoperasi diharapkan pelaku usaha peternakan rakyat mandiri semakin kuat dan saling mendukung satu sama lain.

“Koperasi ini harus menjadi massif, agar peternak rakyat mempunyai kekuatan. Tapi bukan untuk melawan peternak besar yang sudah menggurita, tapi kita ingin membuktikan pembangunan peternakan juga bisa kita nikmati bersama,” ungkapnya.

Ia juga mengimbau bagi para peternak rakyat mandiri dalam memperbaiki usaha untuk tidak lengah dalam hal produktivitas. Karena selama ini hal itu masih menjadi kendala utama.

“Kita juga harus melakukan yang terbaik terkait produktivitas kita, perhatikan kandang/infrastruktur yang baik diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,” ucap dia.

Sugeng berharap, dengan hadirnya koperasi ini semoga ada jalinan kepada pemerintah, dimana peternak rakyat bisa mengaksesnya, seperti kemudahan memperoleh DOC dan pakan dengan harga terjangkau. Selain pemerintah, Koperasi WSU juga mengajak kerja sama dengan perusahaan-perusahaan bidang pembibitan unggas dan pakan ternak.

“Dengan kita bersatu, kita bisa saling berbagi dalam berusaha dan saling mendukung satu sama lain,” pungkasnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Fini Murfiani dan Deputi I Perkoperasian, Kemenkop, Akhmad Zabadi. Keduanya memberikan apresiasi dan siap mendukung serta membantu kelangsungan usaha para peternak di Koperasi WSU. Hadir pula beberapa perusahaan diantaranya Malindo dan De Heus, serta para peternak yang tergabung dalam Koperasi WSU.

Diskusi dilaksanakan di salah satu kandang ternak milik anggota Koperasi WSU yang berlokasi di Kampung Bojong Katon, Desa Pancawati, Kecamatan Caringin, Bogor. Selama enam bulan berdiri, Koperasi WSU kini beranggotakan 22 peternak dan sudah banyak melakukan serangkaian kegiatan, diantaranya peningkatan SDM, menggalang kerja sama dengan institusi, swasta dan akademisi, menginisiasi focus group discussion (FGD) tentang perunggasan nasional, serta saat ini tengah mem-progress koperasi integrasi hulu-hilir dengan berbagai pihak terkait. (RBS)

POULTRY INDONESIA FORUM: WUJUDKAN DEMOKRASI EKONOMI DENGAN BERKOPERASI

Webinar Poultry Indonesia Forum mengenai koperasi peternak, Sabtu (7/11/2020). (Foto: Dok. Infovet)

“Mewujudkan Demokrasi Ekonomi dengan Jalan Peternak Berkoperasi” menjadi tema pada webinar Poultry Indonesia Forum seri ke-IV yang diselenggarakan Sabtu (7/11/2020).

Dalam pembukaan acara dikatakan koperasi di bidang peternakan, khususnya perunggasan, menjadi penolong bagi para pelaku usaha kecil untuk menghadapi tantangan industri dan mencari solusinya secara bersama-sama.

“Koperasi secara ide memang memberikan satu harapan yang dapat menjawab kebutuhan pengembangan industri perunggasan dan sektor pangan di Indonesia.” 

“Koperasi sesungguhnya memberikan satu solusi bagi kelompok strategis masyarakat perunggasan untuk dapat berperan meningkatkan daya saing, kapasitas dan menjadi pilar utama pemenuhan protein hewani,” ujar Menteri Koperasi dan UKM, diwakili Deputi Bidang Pengawasan Kemenkop UKM, Ahmad Zabadi.

Sebab jelas dia, kondisi yang terjadi di industri perunggasan dalam dua tahun terakhir sangat memprihatikan. Pada 2018-2019 sempat terjadi aksi demo peternak unggas rakyat, karena harga jual ayam hidup hanya Rp 8.000-10.000/kg , sementara ongkos produksinya Rp 18.500.

“Seharusnya bisnis unggas memberi manfaat bagi peternak, tapi kenyataannya tidak begitu. Sehingga dibutuhkan satu perencanaan yang baik, sistematik, berkoodinasi dengan pihak-pihak terkait termasuk pemangku kebijakan,” katanya.

Sementara disampaikan Ketua Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia, Suroto, jika ingin berjalan dengan baik, koperasi didasarkan pada nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab, persamaan, keadilan dan solidaritas. Serta dijalankan dengan prinsip keanggotaan sukarela dan terbuka, pengendalian oleh anggota secara demokratis, patisipan ekonomi anggota, otomoni dan kemandirian, pendidikan dan pelatihan, serta informasi, kerja sama antar koperasi, hingga kepedulian terhadap komunitas/lingkungan.

“Kita harus perkuat sistem koperasi peternak rakyat. Tidak hanya fokus pada on farm-nya saja seperti yang terjadi pada kerja sama berbasis korporasi yang hanya mengatur dan membuat ketergantungan peternak akan DOC, pakan dan sapronak lainnya dari perusahaan ternak unggas kapitalis,” kata Suroto.

Manfaat koperasi rakyat ternyata banyak memberi semangat bagi peternak ayam petelur di daerah Kendal. Hal itu dikatakan Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Kendal, Suwardi.

“Diantaranya memperpendek rantai distribusi, menjaga keseimbangan harga pasar, menjaga kecukupan stok bahan baku pakan sekaligus menyediakan jasa angkut pakan dan penyediaan DOC/pullet dengan harga terjangkau,” jelas Suwardi. Pihaknya pun bekerja sama dengan Bulog maupun perusahaan bidang perunggasan.

Hal senada juga disampaikan Ketua Koperasi Ternak Unggas Wirasakti Bogor, Sugeng Wahyudi. Dirinya memaparkan bahwa berkoperasi menjadi sangat penting apalagi sepanjang dua tahun belakangan peternak unggas broiler rakyat/mandiri kerap merugi.

“Merugi akibat harga sapronaknya tinggi, sementara harga jual ayam di tingkat peternak sangat rendah. Persaingan usaha tidak seimbang dan tidak ada perlindungan terhadap peternak. Ini juga yang membuat kami membentuk koperasi agar usaha kami tetapi eksis,” kata Sugeng.

Dijelaskan Sugeng, dengan berkoperasi identitas peternak mandiri lebih jelas karena memiliki bentuk badan usaha. Selain itu bargaining untuk akses ke supplier dan penjualan ke pasar lebih kuat.

Anggota berperan sebagai produsen dan konsumen. Akses dukungan modal juga menjadi lebih kuat baik berasal dari anggota maupun perbankan, serta kami dilindungi oleh regulasi,” pungkasnya. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer