Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ISMAPETI | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

ANGGOTA DPR RI SOROTI KETAHANAN PAKAN NASIONAL

Muslim dalam webinar yang membahas mengenai dampak pandemi COVID-19 bagi agribisnis peternakan. (Foto: Istimewa)

Sebanyak 60-70 % biaya produksi dalam budi daya peternakan adalah biaya pakan. Oleh karena itu, sangat perlu untuk mencari bahan pakan pengganti yang mempunyai nilai nutrisi yang setara dengan yang biasa digunakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pakan ternak sapi yaitu bahan pakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, ketersediaan bahan pakan terjamin dan selalu ada, terutama di sekitar lingkungan peternak, kualitas nutrisi bahan pakan sesuai kebutuhan ternak, tidak mudah membentuk racun dan mudah tercemar, serta harga bahan pakan tidak mahal.

Hal itu disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI, Muslim SHI MM, dalam Webinar Online Nasional (Web Onas) bertajuk “Dampak Pandemi COVID-19 bagi Agribisnis Peternakan” Senin (18/1/2021). Acara diselenggarakan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) dan Indonesia Livestock Alliance (ILA), dihadiri sekitar 400 orang peserta.

Untuk mendukung hal itu, sangat diperlukan optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber pakan tersedia seperti pakan yang berasal dari jenis rumput dan jenis legume, pakan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami, bongkol jagung, bungkil sawit, pelepah sawit, pakan yang berasal dari limbah industri seperti dedak padi, bungkil sawit, bungkil kelapa, bungkil kacang, bungkil kedelai, onggok, ampas industri tahu, ampas industri kecap. Kemudian pakan dari limbah domestik seperti makanan sisa, limbah sayur, buah dan lain sebagainya.

Untuk mewujudkan ketahanan pakan nasional, sekaligus dapat meraih nilai tambah dalam usaha peternakan, Muslim menyarankan upaya penerapan Integrated Farming System (IFS) atau sistem pertanian terintegrasi.

“IFS adalah sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan,” kata Muslim. 

Ia juga mengajak para generasi milenial untuk beramai-ramai memasuki dunia peternakan untuk dapat dikelola secara lebih modern dan profesional. Muslim juga mengharapkan adanya masukan dari para generasi muda yang tergabung dalam ISMAPETI, perihal permasalahan dan tantangan peternakan di Indonesia agar dapat secara bersama-sama mendapatkan altenatif solusinya. (IN)

MENGGAGAS LUMBUNG PANGAN DAN SWASEMBADA DAGING 2026

Bincang Peternakan: Food Estate dan Swasembada Daging 2026. (Foto: Istimewa)

Keberadaan sektor pertanian di Indonesia sangat penting mengingat peranannya dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk. Lemahnya permodalan dan teknologi pada sektor pertanian khususnya pada sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu kendala bagi peningkatan produksi pangan Indonesia. 

Dalam hal pemenuhan pangan dari sumber hewani, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya mewujudkan swasembada daging sapi 2026. Kini, upaya untuk mewujudkan swasembada tersebut tidak sebatas hanya pada kemampuan penyediaan daging yang cukup bagi masyarakat, namun juga harus disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal.

Hal itu dibahas dalam Bincang Peternakan: Food Estate dan Swasembada Daging 2026, melalui sebuah aplikasi daring pada Minggu (15/11/2020). Webinar diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (Fapet Unpad), Panitia Musyawarah Nasional XVI Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Seluruh Indonesia (ISMAPETI) dan Indonesia Livestock Alliance (ILA).

Kegiatan menghadirkan tiga narasumber penting yakni Ir Sugiono (Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH) yang membawakan materi cara memperkuat lumbung pangan nasional, kemudian Dr Ir Andre Rivianda Daud SPt MSi IPM (Akademisi Fapet Unpad) yang membawakan materi swasembada daging di 2026, serta Dr Ir Rochadi Tawaf MS (Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) yang membawakan materi ketersediaan daging nasional.

Dihadiri sekitar 170 peserta, bincang peternakan tersebut menjadi wahana bagi para peserta untuk dapat mengetahui, memahami dan mendalami program pemerintah yaitu food estate dan swasembada daging 2026, serta dapat menjadi bekal bagi para generasi muda yang akan berkecimpung di dunia peternakan.

Dalam kesempatan itu, Rochadi menjelaskan bahwa ketersediaan daging sapi dapat disiapkan dari produksi daging domestik dan juga impor, baik ternaknya maupun dagingnya.

“Namun yang harus dikritisi adalah impor daging kerbau asal India berdampak negatif terhadap program ketersediaan daging domestik,” kata Rochadi.

Ia mengharapkan, ketersediaan daging sapi domestik bisa difokuskan pada program breeding yang terarah.

“Pola kluster kawasan pengembangan vilagge breeding center (VBC) dan kemitraan peternak dengan industri menjadi pendukung dalam ketersediaan daging domestik ini,” katanya. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer