Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini HPDKI | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

RAPAT KERJA DAN GATHERING PENGURUS DPP HPDKI

Rapat Kerja dan Gathering pengurus DPP HPDKI. (Foto: Istimewa)

Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (DPP HPDKI) menggelar Rapat Kerja dan Gathering di Cabinite Pangalengan Jawa Barat, pada 1-3 Februari 2023. Kegiatan diisi dengan pleno perumusan agenda strategis dan pleno program kerja DPP HPDKI, serta rafting & tracking.

Menurut Ketua Umum DPP HPDKI, Yudi Guntara Noor, program strategis yang akan dilaksanakan di 2023 yaitu korporasi peternakan berbasis klaster melalui Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Pertanian dan Red Meat and Cattle Partnership (RMCP), serta peningkatan sumber daya peternak melalui Silaturahmi Nasional (Silatnas).

Disamping itu juga penguatan kelembagaan organisasi melalui kartu digital dan koperasi, serta sistem perbibitan ternak berbasis budaya melalui Piala Presiden 2023. “Piala Presiden merupakan amanah Munas HPDKI yang akan digelar September tahun ini di Bandung bersamaan dengan digelarnya Silatnas (Farmers National Conference) dan Rakernas HPDKI,” ujar Yudi, Kamis (2/2/2023).

Dalam kesempatan ini dilakukan pemaparan kerja sama antara HPDKI dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Juga kerja sama HPDKI dengan RMCP.

Koordinator Ruminansia Potong Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian, Muhammad Imron, mengatakan kasus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang memukul industri sapi tanah air mendorong pemerintah membuat kebijakan pengembangan populasi sumber protein lain. “Pemerintah tahun ini membuat program pengembangan komoditas domba, kambing dan unggas sebanyak 10 juta ekor,” ungkap Imron.

Sementara, Team Leader ASG-IARMCP, Irfani Darma, menyampaikan bahwa kerja sama dengan HPDKI sebagai upaya memajukan peternakan nasional sekaligus mendukung agenda pemerintah dalam peningkatan populasi ternak. “Domba dan kambing diharapkan bisa memberikan kontribusi keamanan pangan,” kata Irfani.

Adapun Presiden Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia (Aspaqin), Fahmi Thalib, menjelaskan kebutuhan pasar saat ini cenderung menyukai domba dan kambing dengan berat di kisaran 7-8 kg.

“Menyikapi perkembangan ini, peternak didorong mulai membuat usaha pembibitan domba dan kambing untuk mengantisipasi kebutuhan pasar. Kami pun mendorong kolaborasi antara Aspaqin dan HPDKI guna membuat roadmap pengembangan pembibitan domba dan kambing menyikapi kebutuhan pasar ini,” katanya. (INF)

RAHASIA PERAWATAN DOMBA EFEKTIF DAN EFISIEN

Perhatikan manajemen kandang, pakan dan manajemen kelompok jika ingin beternak domba efektif dan efisien. (Foto: Istimewa)

“Ada tiga hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, masalah manajemen kandang. Kedua, sedikit masalah pakan. Ketiga, manajemen kelompok. Tiga hal itu yang menentukan keberhasilan,” kata Manajer BUMMas Jetis Berdaya, Husain Fata Mizani, mengawali webinar Rahasia Perawatan Domba Efektif dan Efisien yang diselenggarakan Desa Berdaya Foundation. “Saya ingin sharing kegagalan dan keberhasilan membangun BUMMas Jetis seperti apa.”

Manajemen Kandang
Husain berbagi tips dan pengalamannya memanajemen kandang penggemukan domba. Pada waktu Idul Adha 2020, dirinya pernah mengalami kematian domba penggemukan cukup banyak, sekitar 5% dari 2.500 ekor domba.

Menurutnya, pertama kali yang harus dilakukan dalam loading domba adalah identifikasi. Sebab biasanya kematian domba banyak terjadi di bulan pertama akibat penyakit. Sedangkan di bulan-bulan berikutnya penyakit cukup mudah dikondisikan.

Jadi yang pertama harus dilakukan adalah mengidentifikasi kondisi kesehatan dan penyakit domba. Terutama untuk domba yang didatangkan dari luar kota, karena cukup resisten terhadap kematian di satu bulan pertama.

Dijelaskan, setelah identifikasi segera dilakukan pengobatan apabila ada penyakit yang dicurigai. Lalu Husain menyarankan agar domba diinjeksi dengan antibiotik diikuti dengan injeksi vitamin B kompleks.

“Kalau memang domba benar-benar kondisinya capek kita kasih minuman isotonik sebanyak 1 liter dicampur dengan 10 liter air, lalu kita berikan kepada ternak itu cukup baik untuk pengkondisian loading ternak,” kata Husain yang juga menjabat Ketua HPDKI Madiun.

Kemudian sebelum dimasukkan ke kandang koloni, domba bakalan yang baru saja dating harus dimasukkan ke kandang karantina selama sehari. Sebelum masuk ke kandang penggemukan juga dilakukan pemberian obat cacing. Husain menyarankan selama proses penggemukan selanjutnya domba setiap satu bulan sekali diberikan obat cacing.

Untuk menjaga kesehatan diberikan vitamin B kompleks cair dalam air minum 2-3 hari sekali. Dari pengalamannya, Husain mengatakan hal tersebut cukup efektif mengurangi risiko penyakit pada domba.

Tips Pakan
Pakan yang ideal adalah pakan yang efektif dan ekonomis. Untuk menentukan itu bisa dilakukan perhitungan. “Semua itu bisa dihitung, meskipun demikian saya meyakini namanya hewan ternak yang hidup itu pasti ada titik dimana perhitungan matematis tidak 100% benar. Tapi itu bisa dihitung di awal sebagai parameter kita untuk menentukan benar atau salah, tepat atau tidak,” kata Husain.

Secara umum, pakan kering direkomendasikan Husain untuk peternak yang fokus pada penggemukan agar mendapatkan kualitas daging yang baik. Tapi harus diperhatikan apakah tujuan penggemukan akan dijual untuk keperluan Idul Adha, akikah, atau dijual dagingnya.

Pada Idul Adha 2020, Husain pernah mengalami kekurangan domba dan membuatnya mengambil ternak dari koleganya. Domba itu gemuk namun setelah dipotong ternyata lemaknya sangat banyak. Tidak masuk untuk perhitungan daging, bahkan jika untuk keperlukan akikah pasti akan ditolak.

Kontinuitas produk keluar, keberlanjutan peternakan, pasti akan terganggu jika kualitas produk tidak sesuai ekspektasi. Karena itu setiap kali Husain mengirim domba ke pemotongan, ia menanyakan hasil dagingnya. Jika terdapat banyak lemaknya ia akan melakukan evaluasi pakan.

Manajemen Kelompok
Kemudian Husain menceritakan pengalaman menarik selama menjadi Manajer BUMMas (Badan Usaha Milik Masyarakat) Jetis Berdaya, di Desa Jetis, Madiun. Menurutnya, keberhasilan atau kegagalan pemberdayaan masyarakat dalam hal peternakan, dikarenakan pemberdayanya sendiri bukan peternak. Sehingga tidak berpengetahuan memadai tentang masalah-masalah peternakan. Berikutnya adalah tidak adanya pendampingan yang baik.

BUMMas yang dikelola Husain menggunakan model bottom up. Apa yang dimiliki BUMMas dan masyarakat butuh bisa untuk mengambilnya. Misal BUMMas memiliki 10 ekor domba bakalan, jika ada masyarakat yang mau mengambil untuk dipelihara diperbolehkan.

Namun Husain menegaskan bahwa jangan pernah memberikan domba begitu saja. Sebagian besar warga desa yang diberi domba tanpa pendampingan gagal dalam beternak. Karena domba cenderung dijual dan kegiatan beternak tidak diteruskan.

Hal itu kemungkinan bukan karena warga desa malas beternak. Tapi karena mereka tidak mendapatkan pendampingan yang baik dan ternak terpaksa dijual untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena itu Husain akhirnya merumuskan formula dan ternyata menuai hasil baik. Masyarakat yang menerima bantuan domba didampingi dalam beternak dan dibantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. “Peternak atau orang yang bakal diberdayakan itu kita selesaikan dulu masalah perutnya, masalah dapurnya, selesaikan dulu masalah keluarganya baru kita arahkan,” jelas Husain.

Cara yang ditempuh Husain adalah dengan mempekerjakan orang yang diberdayakan pada BUMMas. Setengah hari bekerja mereka digaji Rp 40-50 ribu yang cukup untuk kebutuhan sehari keluarganya. Lalu setengah hari sisanya mereka gunakan untuk memelihara domba mereka sendiri.

“Jadi seperti halnya mereka dapat gaji sehari kerja itu Rp 80 ribu. Kalkulasinya Rp 50 ribu untuk makan, Rp 30 ribu disimpan,” kata Husain. “Karena Rp 30 ribu kalau berbentuk uang itu rata-rata masyarakat desa ini juga bakal habis. Kalau berbentuk ternak maka uang tersebut inilah yang nanti akan menjadi simpanan, bisa diambil saat mereka perlu.”

Husain berkaca pada pengalaman klasik yang ada di peternak. Banyak pemberian ternak dari dinas-dinas terkait maupun NGO tidak lama setelah diberi, dalam jangka 3-4 bulan akan dijual. Dengan berbagai macam alasan seperti sakit, ternak tidak mau makan, ternak akan mati dan sebagainya. Jika yang diberi bantuan 10 orang dan yang berhasil beternak hanya dua itu sudah termasuk bagus.

“Faktanya seperti itu, apalagi bantuan dalam bentuk kambing. Kalau sapi lebih aman meskipun kadang ternaknya tidak karuan bentuknya. Kualitasnya tidak sebanding dengan ekspektasi pemberinya. Tapi kalau kambing itu yang jadi tidak karuan tempatnya, yaitu sudah dijual ke pasar,” ucapnya.

Maka Husain menyarankan agar para pendamping peternak yang belum beternak mulai untuk lebih mengenal ternak. Karena jika tidak begitu, peternak maupun pendampingnya akan sampai pada titik jenuh. (NDV)

OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN ASOHI: HADAPI DINAMIKA DAN PERCEPATAN PEMULIHAN

Webinar Nasional ASOHI Outlook Bisnis Peternakan 2021. (Foto: Infovet/Ridwan)

“Bersama Menghadapi Dinamika dan Percepatan Pemulihan” menjadi tema Webinar Nasional Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Outlook Bisnis Peternakan 2021, Kamis (16/12), yang dihadiri sekitar 170 orang peserta. Acara tahunan ini kembali menghadirkan para ketua asosiasi bidang peternakan dan kesehatan hewan dalam membahas potret dan peluang bisnis di masa mendatang.

Terkait tema webinar, Ketua Panitia, Drh Harris Priyadi, mengatakan pihaknya bermaksud mengembalikan esensi kebersamaan para stakeholder peternakan, mengingat disrupsi dan tantangan yang sedang terjadi.

“Kita semua ingin dan harus  mengusahakan lalu mendapati situasi lebih baik di depan kita semua. Ada quotes yang mengatakan ‘Our better future is not something we just to wait, but it is something for us together to create’, artinya kita tidak bisa berdiam diri saja untuk melakukan perubahan, tapi kita harus menciptakannya secara bersama-sama,” ucapnya.

Sementara Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari, menambahkan bahwa di 2022 mendatang terdapat titik cerah untuk bisa melakukan pemulihan dalam bisnis peternakan dan kesehatan hewan.

“Dengan melihat situasi saat ini yang semakin membaik, mudah-mudahan memasuki tahun 2022 kita masuk dalam masa pemulihan. Untuk itu tema webinar yang dipilih tahun ini sangat bagus dan memotivasi kita, serta ini mengandung makna bahwa semua stakeholder peternakan harus bersama-sama dalam menghadapi berbagai dinamika dan berupaya melakukan percepatan pemulihan,” ujar Irawati.

Ia juga menambahkan, “Melalui webinar ini kita dapat merekam opini masyarakat yang diwakili asosiasi untuk menjadi masukan kepada pemerintah dan diharapkan ada tindak lanjutnya.”

(Dari atas kiri): Ketua Panitia Harris Priyadi, Ketua Umum ASOHI Irawati Fari, Kasatgas Pangan Polri Irjen Pol. Helmy Santika dan Dirkeswan Nuryani Zainuddin. (Foto: Infovet/Ridwan)

Hal senada juga disampaikan Kasatgas Pangan Polri, Irjen Pol. Helmy Santika dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diwakili Direktur Kesehatan Hewan, Drh Nuryani Zainuddin, yang berharap webinar ini menjadi bekal dalam menghadapi dinamika sektor peternakan di masa sekarang dan yang akan datang, serta memberikan manfaat dalam membangun sektor peternakan dan kesehatan hewan.

(Dari atas kiri): Narasumber Ketua GPPU Achmad Dawami, Wakil Ketua Pinsar Eddy Wahyudin, Ketua HPDKI Yudi Guntara, Ketua GPMT Desianto B. Utomo, Ketua PPSKI Nanang P. Subendro dan Ketua AMI Sauland Sinaga.

Webinar yang dimulai sejak pukul 08:00 WIB menghadirkan pembicara tamu Equity Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano, serta pembicara dari Ketua GPPU Achmad Dawami, Ketua GPMT Desianto B. Utomo, Wakil Ketua Pinsar Eddy Wahyudin, Ketua PPSKI Nanang Purus Subendro, Ketua HPDKI Yudi Guntara Noor, Ketua AMI Sauland Sinaga dan Ketua ASOHI Irawati Fari. (RBS)

BERCAKAP - CAKAP SANTAI TENTANG NUTRISI KAMBING & DOMBA

Webinar nutrisi kambing domba bersama dokadil institute

Jumat (1/10) Dokadil Institute bersama Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Provinsi Sumatera Utara menggelar bincang santai melalui daring Zoom. Acara yang diberi nama "Cakap - Cakap di Saung Doka" tersebut sudah digelar yang ke-4 kalinya. Pada acara seri ke-4 tersebut tema yang dibahas yakni nutrisi pakan kambing - domba yang menghadirkan Hengki Ginting peternak asal Sumatera Utara.

Drh Adil Harahap selaku pimpinan dokadil Institut mengatakan bahwa acara tersebut bertujuan sebagai platform bagi para peternak kambing - domba di seluruh Indonesia untuk saling berbagi ilmu, pengetahuan, dan pengalaman mereka.

"Ini sudah seri ke-4, mudah - mudahan masih terus lanjut, kalau dilihat animo peserta cukup tinggi dan tema di setiap seri akan berbeda, yang pasti kami ingin menularkan hal yang baik dan cara beternak yang baik," tutur Adil.

Dalam presentasinya, Hengki yang merupakan alumnus fakultas peternakan Universitas Gajah Mada banyak membahas mengenai nutrisi kambing dan domba pada tiap fase kehidupannya. 

"Kunci beternak agar bisa terus langgeng itu salah satunya pakan, secara teknis dan ekonomis pakan inilah yang akan menjadi faktor pembeda, performa dari ternak dan keuntungan peternak juga akan tergantung dari bagaimana cara mengakali pakan," tutur Hengki.

Ia juga mengatakan bahwa peternak harus paham betul kebutuhan nutrisi pakan kambing - dombanya pada tiap fase kehidupan karena berbeda. Dengan mengetahui kebutuhan nutrisinya, peternak dapat mengambil ancang - ancang dalam pemberian pakan supaya efektif dan tepat sasaran.

Ia juga menyarankan kepada peternak agar lebih dapat memanfaatkan hasil bumi yang jumlahnya melimpah di daerah sekitarnya untuk dijadikan sumber nutrisi ternak mereka.

"Kan tidak semua peternak mampu juga beli konsentrat, makanya kita harus pandai - pandai mengakali supaya biayanya jadi efisien, kalau kami di sini memanfaatkan pelepah kelapa sawit yang dibuat silase," tutur Hengki.

Sesi tanya jawab pun berlangsung sangat interaktif dan seru, para peserta yang hadir dapat mengirimkan pertanyaan secara langsung maupun tertulis dan langsung dijawab oleh narasumber. (CR)

PERUMUSAN SKEMA PEMBIAYAAN USAHA PEMBIAKAN DAN PEMBIBITAN KAMBING DOMBA BERKELANJUTAN

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementan bersama Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) menyelenggarakan kegiatan Perumusan Skema Pembiayaan Usaha Untuk Kegiatan Pembiakan dan Pembibitan Domba Kambing yang Berkelanjutan di Kanpus Kementan Jakarta (25/4). 

Kegiatan ini dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Direktur Sistem Manajemen Investasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, Jajaran Direksi Perbankan antara lain: BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, BJB, Bank dan Bank Sinar Mas, jajaran Dekan Fakultas Peternakan IPB, UGM, UNPAD, Universitas Brawijaya, dan Universitas Diponegoro, serta Kepala Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Perwakilan dari Ditjen PKH Kementan, dan perwakilan para peternak kambing-domba Jawa Barat.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono mewakili Dirjen PKH dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian bersama HPDKI tengah meningkatkan peran strategis pengembangan peternakan domba dan kambing yang diarahkan pada 5 aspek yang menjadi keunggulan ternak domba dan kambing. Keunggulan tersebut diantaranya:

1.    Budidaya domba dan kambing sebagai kegiatan yang relevan dengan pemberdayaan dan penggerak ekonomi masyarakat pedesaan.

2.    Daging kambing & domba sebagai alternatif sumber protein hewani dan alternatif pengganti selain daging ayam dan sapi.

3.    Pembangunan peternakan berbasis budaya masyaraka.

4.    Mewujudkan korporasi peternakan domba kambing guna meningkatkan populasi dan produktifitas untuk menjamin keberlanjutan usaha budidaya peternakan domba dan kambing, serta menyediakan kebutuhan pangan masyarakat.

5.    Mengisi pasokan untuk pasar ekspor ke negara-negara regional ASEAN. 

"Acara ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah rumusan kegiatan pembinaan dan pembiayaan untuk peternak domba kambing nasional dalam rangka mendukung pembangunan peternakan domba kambing nasional khususnya dalam usaha pembibitan dan pembiakan berbasis klaster dengan sinergi antara pemerintah, HPDKI, Perbankan, dan BAZNAS" jelas Sugiono.

Sugiono kemudian menambahkan bahwa merujuk komitmen NAWACITA tentang terwujudnya kedaulatan pangan, peningkatan produktivitas rakyat dan kemandirian pangan, komoditas domba dan kambing merupakan ruang ekonomi rakyat yang strategis untuk dikembangkan. Dalam perencanaan program pengembangan domba dan kambing yang saat ini kepemilikannya kurang ekonomis, apabila ditingkatkan disertai dengan keinginan kuat dari para peternak, asosiasi, pihak perbankan, dan pemerintah kami yakin akan mampu memenuhi kebutuhan domestik dan peluang ekspor.

Penandatanganan MoU antara HPDKI, BAZNAS, dan Bank BTN dimediasi oleh Kementan


"Sebagai penggerak ekonomi masyarakat pedesaan, populasi domba saat ini (2018) yaitu berjumlah 17,4 Juta ekor dengan produksi daging yang dihasilkan sebesar 48,7 ribu Ton sedangkan populasi ternak kambing sebesar 18,7 Juta ekor dengan produksi daging yaitu 66,9 ribu ton. Populasi Domba dan Kambing dari tahun ke tahun kecenderungan selalu meningkat" ungkapnya.

Sentra ternak domba banyak terdapat di Pulau Jawa di Pulau Jawa khususnya Provinsi Jawa Barat yang mencapai 68% (2/3 dari populasi nasional). Penyebaran populasi kambing tertinggi berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yang mencapai 50% dari populasi nasional. Sementara potensi untuk dikembangkan di luar jawa sebagai usaha tani terpadu juga sangat besar. Sebagai contoh Provinsi Lampung yang berpotensi sebagai sentra ternak kambing dengan populasi kambing mencapai 1,4 Juta ekor.

Berdasarkan Data SUTAS BPS Tahun 2018 Rumah tangga pemelihara kambing mencapai 3,1 Juta Rumah Tangga Usaha Peternakan (RUTP), meningkat sebesar 15% dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 2,7 Juta RTUP. Sedangkan ternak domba dipelihara oleh 929 Ribu RTUP, meningkat sebesar 44% dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah 645 ribu RTUP. 

Pola usaha ternak domba dan kambing masih didominasi oleh peternak rumah tangga (peternak kecil) yang mencapai hampir 95% dan merupakan usaha sambilan dengan skala kepemilikan 4-6 ekor. Dalam upaya melindungi rumpun atau galur ternak asli atau lokal yang mempunyai nilai strategis telah ada penetapan dan pelepasan rumpun/galur yang merupakan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) dan Perbibitan Ternak. Hal ini kemudisn ditindaklanjuti dengan Permentan Nomor 117 Tahun 2014 Tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak. 

"Saat ini Kementerian Pertanian telah menetapkan 8 (delapan) rumpun/galur domba yaitu domba Garut, Wonosobo, Batur, Kisar, Sapudi, Palu, Compass Agrinak, dan Priangan, sedangkan untuk kambing terdapat 8 (delapan) rumpun/galur yang telah ditetapkan yaitu kambing Kaligesing, Lakor, Kacang, Pernakan Ettawa (PE), Senduro, Saburai, Panorusan Samosir, dan Kejobong" papar Sugiono. 

Pada kesempatan tersebut Irfan Syauqi Beik selaku Direktur Pendistribusian dan Pemberdayaan Baan Amil Zakat Nasional menyampaikan bahwa konsep perbibitan dan penggemukan ternak yang dijalankan dengan tujuan untuk kemandirian penerima manfaat. Model yang diterapkan adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat (economic community development) dengan memberikan asset produktif berupa ternak domba kambing dan sapi.

Yudi Guntara selaku ketua Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia menyampaikan bahwa potensi basis kambing dan domba di Indonesia merupakan keunggulan komparatif dan perlu ditingkatkan daya saingnya untuk meningkatkan kesejahteraan peternak dan sumber devisa negara serta pengembangan kambing dan domba, selain untuk meningkatkan partisipasi konsumsi dalam negeri (kebutuhan dalam negeri) juga untuk mengisi peluang pangsa ekspor (ASEAN dan Timur Tengah). Dirinya juga menyebutkan bahwa strategi peningkatan kelembagaan menuju usaha ekonomi, korporasi dan pegembangan kluster/kawasan merupakan strategi prioritas, selain strategi peningkatan populasi dan produksi untuk menjamin keberlanjutan supply.

Untuk pengembangan kawasan Domba dan Kambing berbasis korporasi di wilayah Indonesia Kementerian Pertanian RI telah menetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani dan Kepmentan No.472 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional. Peta lokasi kawasan Domba dan Kambing tersebar pada 14 Provinsi di 32 Kabupaten/Kota. 

Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani sesuai permentan tersebut adalah Kawasan Pertanian yang dikembangkan dengan strategi memberdayakan dan mengkorporasikan petani yang mana sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani. "Para peternak kambing/domba dalam melaksanakan usaha peternakannya dapat melakukan skema kemitraan karena Kemitraan Usaha Peternakan telah dipayungi regulasinya melalui Permentan Nomor 13 Tahun 2017", harap Sugiono.

Dalam upaya mengisi pasokan untuk pasar ekspor ke negara-negara regional ASEAN. Saat ini ternak domba dan kambing berpotensi untuk diekspor ke negara Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Brunei Darussalam dalam memenuhi kebutuhan ternak kambingnya 80% didatangkan dari Malaysia. 

”Perkembangan ekspor ini harus kita dorong bersama-sama sehingga ke depan akan lebih meningkat dan berkembang. Pemerintah berupaya mendukung kemajuan peternakan domba dan kambing melalui dukungan kerangka regulasi. Dalam rangka mendukung ekspor domba dan kambing, Pemerintah telah menerbitkan Permentan Nomor 02 Tahun 2018 tentang Pengeluaran Ruminansia Kecil dan Babi. Dengan adanya Permentan tersebut, kegiatan ekspor ternak domba dan kambing dapat dilaksanakan ke berbagai negara seperti yang disebutkan di atas. Selain ternak non-bibit, kegiatan ekspor ternak kambing/domba untuk bibit dapat dilakukan dengan syarat memenuhi persyaratan mutu benih, bibit ternak, dan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH). Regulasi tersebut dituangkan dalam Permentan Nomor 19 Tahun 2012 dan Permentan Nomor 51 Tahun 2011 tentang Rekomendasi Persetujuan dan Pengeluaran Benih dan/ atau Bibit Ternak ke Dalam dan ke Luar Wilayah RI”, tambahnya.

Sugiono berharap agar momentum pertemuan yang baik ini dapat menjadi tonggak kebangkitan meningkatkan usaha peternakan domba dan kambing dalam mendukung dan mensukseskan swasembada protein hewani. “Harapan kami untuk para stakeholder terkait dapat memberikan perhatian lebih serius kepada peningkatan populasi domba dan kambing sebagai upaya untuk mengurangi impor sapi dan daging sapi. Dengan dukungan program yang konsisten kami optimistis pengembangan peternakan domba dan kambing yang digerakkan oleh para peternak rakyat dan didukung kebijakan pemerintah maka akan mampu mendorong peningkatan nilai tambah usaha tani yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak.” pungkas Sugiono.

Pada acara tersebut juga ditandatangani MoU antara BAZNAS dengan HPDKI dalam Pemberdayaan Peternak Domba dan Kambing Indonesia. Selain itu, ditandatangani pula MoU antara HPDKI dengan Bank BTN dalam rangka pembiayaan peternak domba dan kambing Indonesia. (CR)


Silatnas HPDKI ke-6: Ekspor Kambing dan Domba Menjanjikan

Sambutan kegiatan Silatnas HPDKI ke-6 di Malang

"Saat ini kambing dan domba merupakan komoditas ternak yang mempunyai peluang ekspor menjanjikan," ungkap I Ketut Diarmita, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan saat menghadiri Silaturahmi Nasional Himpunan Peternak  Domba Kambing Indonesia (Silatnas HPDKI) ke 6 di Kota Wisata Batu, Malang jawa Timur (09/10/2018).

Pada kesempatan tersebut Ketut menyampaikan, ia ingin agar peternak kambing dan domba terus maju dan meningkatkan produksinya, serta dapat merambah ekspor ke mancanegara.

Dirjen PKH I Ketut Diarmita saat menjumpai peternak pada acara Silatnas HPDKI (Foto: Dok. Kementan)
"Tahun 2018 Indonesia telah mulai melakukan ekspor ternak domba ekor tipis ke Malaysia, dengan permintaan sebanyak 5.000 ekor per bulan. Selain itu, baru-baru ini juga dilakukan ekspor domba Garut ke Uni Emirat Arab (UEA), dengan permintaan sebanyak 3.600 ekor per tahun," terangnya.

Pada acara puncak Silatnas HPDKI ke 6 ini juga dilakukan kegiatan Kontes Ternak dan Penyerahan Piala Presiden yang diwakili oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

"Ini luar biasa, setelah saya melihat ternak-ternak kambing dan domba yang dikonteskan di sini. Saya yakin di masa mendatang, ternak kambing dan domba akan berkembang lebih pesat," ucap Moeldoko.

Senada dengan Moeldoko, Bupati Batu Dewanti Rumpoko juga mengungkapkan kebanggaannya terhadap peternak Indonesia.

“Saya dengar dari Ketua Umum HPDKI Yudi Guntara Noor bahwa tahun 2020 rencananya akan diselenggarakan Silatnas Internasional, dan kami siap mendukung," kata Bupati Batu. (Rilis Kementan/NDV)



PRESIDEN INGIN PETERNAKAN KAMBING DIKELOLA SEPERTI KORPORASI

Presiden Jokowi meninjau ternak domba
dan kambing pemenang kontes. 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan agar pola beternak kambing dan domba dilakukan dengan model korporasi. Ketimbang kecil-kecilan dan tak berkelompok, pola beternak secara korporasi dinilai jauh lebih efisien.

"Saya lihat bangun industri peternakan kayak sebuah korporasi yang besar, yang jumlahnya banyak, yang miliki ternak gabung, konsolidasi dalam sebuah organisasi mau itu PT (perusahaan), koperasi, atau gabungan peternak yang jumlahnya banyak. Sehingga hitungan dari sisi bisnis bisa untung dan manfaat," ungkap Jokowi dalam acara Jambore Peternakan 2017 di Cibubur, Jakarta, Minggu (24/9/2017).

Jambore Peternakan Nasional yang diselenggarakan sejak 22 September diikuti 1.200 peternak baik perorangan maupun kelompok peternak. Selain Mentan Amran Sulaiman, hadir pula Gubernur BI Agus Martowardojo, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat serta sejumlah pejabat BUMN terkait.

"Bagaimana kita bisa membangun sebuah industri peternakan yang betul-betul seperti sebuah korporasi yang besar, yang jumlahnya banyak, tapi yang memiliki adalah rakyat, para peternak, sehingga bisa bersaing dengan negara-negara lain. Itu yang kita inginkan, kalau kita kalah bersaing, berarti ada yang kurang efisien dan regulasi yang menghambat untuk pengembangan peternakan harus dihilangkan, agar perkembangan sektor usahanya bisa berjalan,” tegasnya

Dalam acara Jambore Peternakan Nasional 2017 ini juga diserahkan
Piala Presiden dan penghargaan Anugerah Bakti Peternakan.  
Saat temu wicara dengan sejumlah peternak, Jokowi mengungkapkan, guna mewujudkan keinginan membentuk korporasi peternakan di Indonesia, para peternak perlu bergabung dalam sebuah wadah besar. Misalnya kepada kelompok Perserikatan Peternak Kambing dan Domba (PPKB) Yogyakarta. Perserikatan tersebut, seperti diungkapkan Ketua Umum PPKD Yogyakarta, Didik, telah mempunyai 500 anggota peternak dengan total jumlah ternak 10.000 ekor kambing dan domba.

"Jadi ini terkonsolidasi kurang lebih memiliki seluruh 10.000 ekor. Ini yang namanya mengkoordinasikan peternak, ya seperti ini, kedepannya ada industri bibit ternak, penggemukan ternak, dan industri pakan ternak. Dahulu pemerintah banyak memberikan sapi, tapi tidak menghasilkan apa-apa. Untuk itu peternakan harus masuk sistem perbankkan,” ungkapnya.

Sebelumnya Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa bahwa pemenuhan swasembada pangan ke depannya telah diubah dengan swasembada protein, yang dapat diperoleh tidak hanya dari daging sapi, namun juga kambing, domba, ayam, kelinci dan unggas lain. Kedepannya pemerintah keinginan mengembangkan sapi unggulan dengan menganggarkan Rp 100 miliar untuk membeli bibit (semen) sapi unggulan Belgian Blue.

“Saat ini nilai ekspor peternakan naik 22% pada kambing, ayam, dan babi. Pemerintah juga akan memberikan asuransi peternakan, yang 80% preminya ditanggung pemerintah dan 20% ditanggung peternak. “Jadi peternak hanya membayar Rp. 40.000/ekor/tahun, sisanya 80% persen pemerintah yang bayar. Selain itu dengan naiknya nilai ekspor peternakan saat ini, sebenarnya kita sudah swasembada protein,” ujar Amran. (WK)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer