Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Fapet UGM | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MOU FAPET UGM DAN GLOBAL FOOD PARTNERS KEMBANGKAN PUSAT PELATIHAN CAGE-FREE

 

Dekan Fapet UGM menunjukkan dokumen MoU usai ditandatangani (Foto: Istimewa) 

Tren pangan global atau Global Food Trend termasuk hasil pangan ternak yaitu telur, daging, susu dari waktu ke waktu para konsumen memperhatikan aspek kesejahteraan hewan ternak. Pernyataan tersebut disampaikan Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEU IPU ASEAN Eng dalam acara penandatanganan MoU dengan Global Food Partners di bidang pembentukan pusat pelatihan cage-free.  

Selain Global Food Partners, AERES University of Applied Science juga turut menjalin kerjasama untuk mengembangkan pusat pelatihan cage-free (model kandang umbaran) untuk ayam petelur yang pertama di Indonesia serta Asia, tepatnya di kampus Bulaksumur Yogyakarta.

Pusat pelatihan ini nantinya mempertemukan produsen telur dan pemangku kepentingan industri lainnya untuk meningkatkan keberlanjutan jangka panjang dan daya saing industri telur di Indonesia dan di seluruh Asia. Pusat pelatihan cage-free juga menawarkan praktik terbaik dalam manajemen dan produksi telur dengan sistem kandang umbaran, yang berperan sebagai peternakan model bagi produsen telur sistem kandang umbaran.

Fapet UGM akan menjadi tuan rumah pusat pelatihan, menyediakan tanah, bangunan, infrastruktur, staf, pemeliharaan harian, dan sumber daya lainnya untuk kerja sama ini.

Global Food Partners telah merancang konten kursus, menghadirkan keahlian teknologi dan akan memberikan dukungan berkelanjutan melalui tim ahlinya.

Dalam seremoni penandatanganan MoU secara virtual yang diadakan Senin (7/6) ini dihadiri Dr Kate Hartcher Sr, Animal Scientist di Global Food Partners serta peneliti dan dosen Ilmu Perunggasan di Aeres University of Applied Sciences, Dr Jasper Heerkens.  

Ketika sesi tanya jawab dengan media, Ali Agus mengungkapkan aspek kesejahteraan ternak dalam konteks ini ayam petelur menjadi isu global. Para peternak pun dituntut mengadopsi memelihara ayam petelur dengan sistem cage-free dan tidak di kandang battery seperti yang memang sudah dikembangkan selama puluhan tahun.  

Ali Agus melanjutkan, tren ini perlu diantisipasi disamping telur yang dihasilkan harus bebas antibiotik dan tentu terbebas dari pencemaran lainnya.

“MoU bersama Global Food Partners ini mengembangkan fasilitas laboratorium pengembangan cage- free pada ayam petelur kemudian training center lab dan pangan sebagai model. Nantinya contoh aspek ekonomi maupun teknis seperti apa kita adopsi,” jelasnya.  

Selain itu wujud kerjasama tersebut secara teknis disebutkan Ali Agus, bentuk konkritnya akan dikembangkan kurikulum cage-free, hingga kualitas telur pun akan dipelajari. “Mahasiswa juga perlu kita berikan bekal tentang model cage-free ini,” tambah Ali Agus.

Lebih lanjut Ali Agus mengemukakan, tujuan jangka menengah ke Panjang nantinya, menurutnya model cage-free ini efisien dan efektif untuk peternak skala kecil di bawah 1000 ekor atau 2000 ekor. “Kalau bisa dipraktikkan, model ini sangat menarik,” imbuhnya.

Peternak kecil diharapkan selalu mengambil peran di bidang peternakan layer tentunya dengan menentukan segmentasi pasar ke depannya.

Sementara tujuan jangka pendek, Ali Agus menambahkan pihaknya mengambil model cage-free sederhana dengan jumlah kepemilikan tidak banyak.

“Kita transfer teknologi ke peternak yang mau mengadopsi model ini dengan pola unik dan spesifik. MoU ini mudah-mudahan bermanfaat bagi ilmu pengembangan khususnya di bidang Layer Farming,” harap Ali Agus. (NDV)

 

 

 

 

 

 

 


FREE WEBINAR: APLIKASI TEKNOLOGI REPRODUKSI & MOLEKULER TERNAK

Obrolan Peternakan (OPERA), Seri ke 12 dimana Majalah INFOVET menjadi salah satu Media Partner itu Bertemakan "Aplikasi Teknologi Reproduksi dan Molekuler Genetik untuk Peningkatan Produktivitas Ternak" rencananya akan digelar dalam bentuk webinar secara gratis.

Diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, acara dihelat pada Rabu 30 September 2020 mendatang, dimulai sejak pukul 09.00 sd 11.00 WIB dengan menghadirkan dua narasumber.

Adalah Ir. Diah Tri Widayati, SPt, MP, PhD, IPM dan Ir. Dyah Maharani,SPt, MP, PhD, IPM sebagai narasumber, dimoderatori oleh Ir. Riyan Nogroho Aji, SPt, MSc, IPP ketiganya merupakan dosen Fapet UGM.

Webinar yang ditayangkan melalui stream on zoom itu pesertanya dibatasi maksimal 500 seats saja. Peminat bisa mendaftarkan diri via http://ugm.id/OPERA12, atau melalui kontak narahubung dengan sdri Iswanti: HP +6285293153518; email: diskusi.fapet@ugm.ac.id

Selain ilmu pengetahuan, peserta akan memperoleh pula e-Sertifikat.

FAPET UGM SELENGGARAKAN KONTES SAPI PERAH SEMI VIRTUAL PERTAMA DI INDONESIA

Kontes sapi perah (Foto: Ist)


Fakultas Peternakan (Fapet) UGM bekerja sama dengan Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman menyelenggarakan kontes sapi perah semi virtual pertama di Indonesia pada 1—5 September 2020. Proses penjurian dan pengumuman pemenang dilakukan secara daring dan langsung dengan diikuti oleh 72 sapi milik peternak yang tergabung dalam Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan Pengabdian Masyarakat skema Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna.

Dosen Fapet UGM, Ir Yuni Suranindyah MS PhD IPM selaku ketua kegiatan mengatakan pada Minggu (13/9), karena pandemi Covid-19, kontes diadakan secara semi virtual. Pada tahap awal, setiap kelompok peternak mengidentifikasi dan menyeleksi ternak yang akan diikutkan kontes dengan berdasarkan pada petunjuk teknis yang diunggah di Youtube. Petunjuk teknis ini berupa pengukuran kuantitatif dan kualitatif yang dibuat oleh pakar dengan memperhatikan Standar Nasional Indonesia (SNI) sapi perah. Cara ini diharapkan dapat melatih kemampuan peternak dalam mengambil data ukuran tubuh sapi perah dan sifat-sifat yang mencerminkan produksi susu.

Suranindyah menambahkan, kontes ternak ini diadakan untuk memotivasi peternak dalam memproduksi  bibit  sapi  perah  yang  berkualitas sekaligus mendampingi para peternak dalam melakukan penjaringan bibit di lingkup koperasi susu. Tujuan jangka panjang dari kontes ini adalah koperasi mampu membentuk pola pembesaran bibit sapi perah unggul dari peternak secara mandiri. Kualitas bibit yang disediakan secara mandiri lebih baik, dijamin sehat dan tidak tertular penyakit dari luar, serta dapat dipilih keturunan dari sapi dengan produksi susu tinggi.

Bupati Sleman, Drs H Sri Purnomo MSi yang hadir dalam acara pengumuman pemenang kontes pada Minggu (13/9/2020) mengatakan, Kabupaten Sleman menyambut baik diselenggarakannya kontes sapi perah dan setuju untuk diadakan kerja sama di masa yang akan datang. Sri Purnomo juga berharap kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh Fapet UGM di Sleman dapat ditingkatkan.

 Sri Purnomo mengatakan, Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman yang satu bulan yang lalu dikunjungi oleh Menteri Koperasi dan UKM masih perlu dioptimalkan agar mendapat dukungan berupa penguatan modal oleh pemerintah pusat. Dirinya berharap, dengan bimbingan dari Fapet UGM, sapi-sapi perah di Sleman berkualitas baik sehingga para peternak mendapatkan hasil yang lebih baik. Tim dari Fapet UGM dapat melihat langsung ke lereng Merapi untuk memilih sapi yang tidak hanya menghasilkan susu dalam jumlah lebih banyak tetapi juga berkualitas. Ketika susu banyak dan baik, dapat diserap pabrik susu di sekitar Merapi bahkan saat ini ada sebagian susu yang telah disetor ke pabrik susu di Surabaya.

Dekan Fapet UGM, Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA IPU ASEAN Eng yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan, pengabdian masyarakat merupakan komitmen UGM yang dilahirkan pada masa perjuangan untuk menegakkan kemerdekaan dan untuk membantu mencerdaskan masyarakat. Ilmu pengetahuan teknologi yang dikembangkan di Fapet UGM harus disampaikan ke masyarakat termasuk peternak sapi perah, apalagi UGM berada di Sleman. Oleh karena itu, Fapet berkomitmen untuk selalu mendukung transfer ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meingkatkan ketrampilan dan kesejahteraan masyarakat.

Fapet UGM turut gembira atas keberadaan dan kiprah Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman. Adanya koperasi ini  mempercepat langkah maju perekonomian dari sektor persusuan berbasis kerakyatan karena bekerja sama dengan peternak dan untuk saling menguatkan.

Ali Agus juga berharap kontes dapat diselenggarakan setiap tahun untuk memotivasi petani petenak di Sleman dalam mengelola usahanya, memilih bibit sapi yang unggul dengan produktivitas tinggi, sehingga akan meningkatkan keuntungan dan kesejateraan mereka. Saat pandemi Covid-19 ini, peternak sapi perah pun masih tetap eksis bahkan meningkat usahanya karena permintaan akan susu segar tetap ada bahkan cenderung meningkat.

Tim juri yang diketuai oleh Prof Dr Sumadi MS IPU dari Fakultas Peternakan UGM, beserta drh. Nanang Danardono selaku juri dari Dinas Pertanian Sleman melakukan penilaian dengan mendatangi peserta dengan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat. Sementara itu, drh. Samsu Fikar, juri dari BBPTU Baturraden, melakukan penilaian dari aspek kualitatif secara daring berdasarkan pada foto masing-masing sapi dan hasil penjaringan pengukuran data kuantitatif.

Pengumuman pemenang dilakukan secara semi virtual, yaitu melalui live streaming Youtube dan pertemuan langsung pada 13 September 2020 dengan jumlah terbatas dengan mematuhi protokol kesehatan di lingkungan koperasi Samesta, Ploso Kerep, Umbulharjo, Cangkringan. Selain memperoleh sertifikat dan uang pembinaan, sapi pemenang kontes didaftarkan untuk mendapatkan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) dari Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.

Menurut Suranindyah, dengan cara sistem semi virtual ini, sapi tidak perlu diangkut ke lokasi kontes sehingga tidak stres dan tidak terganggu produksinya. Peternak juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengangkut ternak. Selain itu, penilaian riil di lokasi memungkinkan juri melihat kondisi sehari-sehari peternak.

Dari lomba tersebut, pada umumnya kondisi sapi baik bahkan ada sapi dengan tingkat produksi istimewa.  Namun, masih ditemui kendala, yaitu proses pemeliharaan selama pembesarannya yang kurang baik sehingga waktu beranaknya terlambat. Peternak sapi perah di Sleman mayoritas menyuplai kebutuhan susu di DIY dan sebagian disetor ke pabrik susu di Jawa Barat. Rata-rata setiap sapi menghasilkan 12 hingga 23 liter susu per hari bahkan ada yang dapat mencapai hingga 45 liter per hari.

Peserta kontes adalah anggota Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera yang terdiri   atas  4  koperasi  susu  yaitu  Warga Mulya, Sarono Makmur, Sapi Merapi Sejahterata (Samesta) dan Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Kaliurang. Kontes ternak dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori sapi dara dan induk laktasi. Setiap kelompok mengajukan 1 sapi yang akan dinilai di setiap kategori.  Penentuan peserta kontes di setiap kelompok didampingi oleh pengurus koperasi susu.

Pemenang kontes kategori sapi dara juara I Suwondo dari Koperasi Sarono Makmur, juara II Sarijani dari Koperasi Sapi Merapi Sejahterata, juara III Suprapto dari Koperasi Sarono Makmur, juara harapan I Sukamto dari Koperasi Warga Mulya, dan juara harapan II Marsudi dari Koperasi Warga Mulya.

Pemenang kontes kategori induk laktasi, juara I Waji dari Boyong, juara II Pardi dari Boyong, juara III Sarijani dari Ngipiksari, juara harapan I Supriyanto dari Kemiri, dan juara harapan II Pardi Mulyo dari Boyong. (Humas UGM)

 

 


HIMPITAN PETERNAK UNGGAS DAN FEED ADDITIVE SEBAGAI SOLUSI PENGGANTI AGP

Webinar Obrolan Peternakan (Opera)


Pesatnya teknologi di bidang perunggasan, perlindungan terhadap peternakan unggas rakyat masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Kebijakan pemerintah adalah salah satu faktor yang membuat peternak unggas makin terhimpit.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ir Adi Widiatmoko, Konsultan Marketing PT Cheil Jedang Super Feed dalam acara Obrolan Peternakan (Opera) Rabu, 2 September 2020 melalui Zoom. Adi mengatakan, kebijakan pemerintah berupa penyetopan impor jagung, pelarangan Antibiotic Growth Promoter (AGP), dan izin budidaya unggas komersial oleh pabrikan hingga 2% dinilai memberatkan peternak unggas.

Pada 2015, pemerintah menghentikan impor jagung yang menyebabkan harga jagung naik. Hal ini menjadi lebih parah karena penghentian impor dilakukan pada Oktober ketika tidak ada panen. 

Hasilnya, harga jagung naik secara drastis. Kemudian, pada 2018 pemerintah melarang penggunaan AGP yang menyebabkan risiko kematian tinggi dan turunnya performan, adanya necrotic enteristis dan dysbacteriosis (penyakit yang disebabkan oleh bakteri), wet litter, dan menaikkan biaya produksi. Sementara itu, pengganti AGP sangat mahal dan akan menyulitkan peternak.

Menurut Adi, pemerintah perlu berhati-hati dalam membuat kebijakan karena selama ini lebih berpihak ke konsumen. Pemerintah hendaknya membuat kebijakan yang juga menguntungkan untuk peternak.

Faktor lain yang menyulitkan peternak adalah perubahan strategi supplier berupa perubahan raw material yang diformulasikan oleh feedmill akan berefek cukup besar ke peternak. Selain itu,  frozen shop yang kini marak menjual produk dibawah harga normal juga akan menekan peternak.

Adi menambahkan, pengurusan registrasi NPP yang lama dan adanya SNI juga memberatkan peternak. Hal ini menyebabkan inovasi pakan menjadi sulit dan biaya produksi menjadi mahal karena tidak dapat memanfaatkan sumber lokal.

Kendati demikian, Adi mengungkapkan bahwa ada perbaikan signifikan yang dapat mendukung investasi bisnis selama 5 tahun mendatang yaitu stabilitas ekonomi yang terkontrol, kondisi politik yang kondusif, inflasi yang terjaga, dan pertumbuhan populasi.

Prof Dr Ir Zuprizal DEA IPU ASEAN Eng, dosen Fapet UGM yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut mengatakan, penggunaan AGP yang dilarang dapat digantikan dengan feed additive yang menggunakan teknologi nano yang dikembangkannya di laboratorium.

Menurut Zuprizal, permasalahan pakan unggas lebih rumit bila dibandingkan dengan permasalahan pakan ternak lain. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu proses pencernaan berjalan lebih cepat, waktu pernafasan dan sirkulasi darah lebih cepat, suhu tubuh 4-50C lebih tinggi (410C), bergerak lebih aktif, lebih sensitif terhadap pengaruh lingkungan, pertumbuhan lebih cepat, lebih cepat dewasa, dan produksi telur tinggi. Biaya pakan mencapai 70% dari variable cost produksi. Oleh karena itu, unggas membutuhkan nutrien yang cukup agar pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan produksinya tetap baik.

Teknologi nano yang digunakan Zuprizal dalam penelitiannya adalah memperkecil ukuran partikel dari feed additive yang akan diberikan. Nano teknologi adalah teknologi yang mempelajari objek yang berukuran 10-9 atau 1/1 miliar.

Zuprizal mengembangkan nano enkapsulasi untuk bahan yang sifatnya padatan, misalnya kunyit. Kunyit dipotong, dijemur, dan digiling sampai halus kemudian diberikan ke ayam. Pada tahap ini, bermacam-macam zat dalam kunyit jika diekstrak ada kurkumin. Kurkumin bisa dimanfaatkan sebagai antibiotik tapi jika diberikan begitu saja dapat merusak pencernaan sehingga dibuat nano enkapsulasi. Feed additive ini nantinya dimasukkan ke dalam air minum ternak unggas. Dengan ukuran partikel yang kecil, akan terserap dan berinteraksi dengan cepat di dalam tubuh.

Narasumber lain yaitu Dr Muhsin Al Anas SPt, dosen muda Fapet UGM mengatakan bahwa kinerja saluran cerna menentukan produktivitas ternak unggas. Gangguan yang menyebabkan kinerja usus atau saluran cerna tidak optimal karena senyawa racun seperti mikotoksin dan peningkatan bakteri patogen.

Bakteri patogen menghasilkan senyawa beracun seperti Lipopolisakarida (LPS) yang berbahaya bagi ternak. Adanya senyawa mikotoksin dan LPS menyebabkan pertumbuhan vili-vili usus tidak optimal, bahkan menyebabkan peradangan usus. Akhirnya pemanfaatan nutrien tidak optimal dan terjadi penurunan produksi ternak

Penambahan feed additive menjadi penting untuk meningkatkan kinerja saluran cerna sehingga absorbsi nutrien dapat maksimal. Feed additive yang ditambahkan dapat berupa essential oil, acidifier, toxin binder, enzim, dan anti-mikrobial peptide. (INF/NDV)

 

 

 

 

 

BINCANG BIOKIMIA SERI 1: FERMENTASI TINGKATKAN KUALITAS PAKAN

Webinar bertajuk BINCANG BIOKIMIA Seri 1 dengan topik “The Prospect of Microbes in Feed Fermentation”. (Foto: Istimewa)

Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM), Prof Dr Zaenal Bachruddin, mengatakan bahwa proses fermentasi akan membuat kualitas pakan meningkat, serta berpengaruh terhadap produktivitas ternak dan kualitas produknya. 

Hal itu ia sampaikan dalam webinar bertajuk BINCANG BIOKIMIA Seri 1 dengan topik “The Prospect of Microbes in Feed Fermentation”, Kamis (27/8/2020). 

“Proses fermentasi menjadikan kualitas pakan meningkat dan berpengaruh terhadap produktivitas ternak serta kualitas produk. Penambahan bakteri asam laktat sebagai starter fermentasi tidak hanya berupaya menurunkan pH lebih cepat, akan tetapi juga dapat mencegah bakteri patogen yang berbahaya bagi ternak seperti E. coli,” ujar Prof Zaenal.

Ia yang memiliki banyak pengalaman dalam pengembangan pakan fermentasi dan aplikasinya pada ternak, telah mendapatkan bakteri Bacillus subtilis 11A yang diketahui memiliki kemampuan dalam proses fermentasi yang baik.

“Pemanfaatan bakteri tersebut dalam pakan fermentasi dapat menghasilkan domba dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi,” ucapnya.

Sementara pembicara lain yang juga memiliki pengalaman sama yakni Japan International Research Center for Agriculture Science, Yimin Cai, menambahkan bahwa pemanfaatan hijauan untuk membuat pakan fermentasi dapat dilakukan dengan penambahanan bakteri asam laktat.

“Pemanfaatan teknologi pakan fermentasi tidak hanya untuk menyediakan pakan bagi ternak, akan tetapi berkaitan dengan mendukung peternakan yang berkelanjutan (sustainable livestock production),” kata Cai.

Berdasarkan hasil penelitian yang ia lakukan, pakan fermentasi dapat menurunkan produksi metan pada ternak ruminansia. Tentu hal tersebut akan menguntungkan karena dapat menurunkan emisi gas rumah kaca yang berdampak terhadap global warming, selain itu meningkatkan optimalisasi nutrien pakan untuk produktivitas ternak. (IN)

HKTI YOGYAKARTA RINTIS KONSEP PELIHARA AYAM BAHAGIA

Pemberian bantuan ayam petelur kepada Pondok Pesantren Is Aswaja Lintang Songo. (Foto: Istimewa)

Ayam bahagia merupakan konsep budi daya ayam petelur yang mengedepankan kesejahteraan hewan (Kesrawan/animal welfare) dengan cara beternak umbaran untuk menghasilkan telur berkualitas. Hal ini juga didukung dengan teknologi pakan sesuai kebutuhan ternak.

Konsep budi daya ayam bahagia tersebut dirintis PT Widodo Makmur Unggas (WMU) dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) cabang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan memberikan bantuan 100 ayam petelur kepada Pondok Pesantren Is Aswaja Lintang Songo di Dusun Pagergunung I, Jl. Pagergunung No. 1, Sitimulyo, Piyungan, Bantul pada Kamis (6/8/2020).

Ayam petelur yang dibudidayakan dengan konsep ayam bahagia tersebut menurut Ketua HKTI Cabang DIY, Prof Ali Agus, yang juga Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM), dapat menurunkan stres pada ayam dan meningkatkan kualitas telur. Sebab ayam petelur menghasilkan protein hewani untuk masyarakat dengan harga terjangkau.

Sementara Drs H. Heri Kuswanto, selaku pengurus pondok memberikan apresiasi terhadap program ayam bahagia tersebut. Pertanian dan peternakan menjadi program utama pengembangan pondok, selain ilmu agama yang diberikan kepada para santri.

“Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola peternakan diharapkan dapat membekali para santri apabila nantinya sudah mulai hidup di masyarakat,” kata Heri.

Dalam hal teknis pendampingan budi daya ayam petelur di Pondok Pesantren Is Aswaja Lintang Songo, dilakukan oleh Laboratorium Biokimia Nutrisi, Fapet UGM. Pendampingan antara lain terdiri dari pembuatan pakan secara mandiri, manajemen budi daya ayam petelur, hingga penjualan. 

Ketua Laboratorium Biokimia Nutrisi Fapet UGM, Prof Lies Mira, yang turut serta dalam penyerahan bantuan memaparkan bahwa peternakan ayam petelur tentunya harus dapat dikelola dengan memperhatikan kaidah Kesrawan.

“Lebih dari itu, peternak perlu memperhatikan lingkungan, pengelolaan yang baik dari sisi pakan dan limbah dapat mengurangi cemaran lingkungan. Selain itu, peternakan juga dapat dijalankan secara efisien sehingga meningkatkan keuntungan,” ujar Lies.

Program pemberdayaan pondok pesantren dan kelompok masyarakat melalui pemberian ayam petelur dan pendampingan budi daya dengan konsep ayam bahagia tersebut juga direncanakan akan dilakukan di beberapa tempat, seperti Pondok Pesantren Irsyadul Anam, di Kalasan Prambangan dan Paguyuban Ibu-ibu Dasawisma Dewi Sari, di daerah Buyutan, Gadingsari, Sanden, Bantul, Yogyakarta. (IN)

DUA PENELITI FAPET UGM MEMPEROLEH PENGHARGAAN DARI MURI

Pendiri MURI, Jaya Suprana saat memberikan penghargaan kepada peneliti Fapet UGM secara daring

Dua peneliti Fakultas Peternakan (Fapet) UGM yaitu Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA IPU ASEAN Eng dan Ir Dyah Maharani SPt MP PhD IPM memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) berkat penelitiannya dalam membuat teknologi fermentasi pakan komplet “burger pakan” dan alat penanda DNA. Penghargaan diserahkan secara daring pada Kamis (6/8/2020).

Ali Agus menjelaskan pada Kamis (6/8) bahwa teknologi fermentasi pakan komplet “burger pakan” telah dikembangkan sejak 15 tahun terakhir. Pengembangan teknologi pakan tersebut didasarkan pada fakta bahwa umumnya peternak sapi potong memberi pakan beru/pa jerami, tebon jagung, dan pakan konsentrat yang berasal dari limbah pertanian dan industri seperti dedak padi, kulit kopi, kakao, dan sebagainya yang memiliki kualitas nutrisi relatif rendah.

Untuk meningkatkan kualitas nutrisi pakan, Ali Agus mengembangkan burger pakan ditambah dengan multi mikrobia yang dinamai saos burger pakan untuk meningkatkan kualitas nutrisinya. Dengan demikian, ketika sapi mengonsumsi pakan dengan adanya penambahan/perlakuan saos burger pakan, maka nutrisi dan kecernaannya meningkat sehingga dapat lebih meningkatkan produktivitas ternak. Untuk sapi potong dapat mempercepat pertumbuhan ternak.

Ali mengatakan, burger pakan merupakan teknologi yang mudah, murah, aman dan baik. Burger pakan terbuat dari jerami, padi, dedak gandum, molase, dan larutan mikrobia. Jerami merupakan bahan yang mudah didapat dan murah. Proses fermentasi juga hanya berlangsung selama 24 jam.

Fapet UGM telah mengimplementasikan pembuatan burger pakan ketika terjadi erupsi Merapi pada 2010. Burger pakan ternak menjadi solusi penyediaan pakan ternak berkualitas untuk puluhan ribu sapi milik peternak terdampak erupsi.

Peneliti lain, Ir Dyah Maharani SPt MP PhD IPM mengungkapkan bahwa  pola makan modern cenderung mengonsumsi makanan yang memicu peningkatan kolesterol di dalam darah, dimana jika tidak berimbang dapat memicu penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes, dan darah tinggi.

Daging ayam diyakini memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang berperan dalam menurunkan low-density lipoprotein (LDL) atau sering disebut sebagai kolesterol jahat. Oleh karena itu, Dyah Maharani melakukan penelitian yang menemukan suatu alat untuk menyeleksi ayam-ayam yang akan memproduksi daging dengan kandungan asam lemak tidak jenuh, yaitu dengan menggunakan marker DNA yang ada pada gen Stearoyl-CoA Desaturase (SCD) dimana gen ini berperan sebagai metabolisme asam lemak.

Marker DNA ini sudah dipatenkan di lembaga paten Korea dan bermanfaat untuk mempermudah para peternak ayam dalam memilih ayam-ayam yang akan dibudidayakan.  Dengan dilakukan seleksi, ayam-ayam tersebut akan memproduksi daging yang memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang baik untuk kesehatan manusia. (Rilis)  

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer