Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Disinfektan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DISINFEKTAN GRATIS UNTUK PETERNAK BABI DI NABIRE

ASF, Masih Menghantui Indonesia


Pemkab Nabire hingga kini terus melakukan langkah-langkah strategis dalam mencegah masuknya virus African Swine Fever (ASF) di daerah ini. Mereka pun tak tinggal diam dan telah mengeluarkan edaran terkait pencegahan virus bahaya ini, serta rutin melakukan monitoring terhadap seluruh ternak babi.

Selain itu, Pemkab Nabire juga telah menyediakan desinfektan secara gratis kepada para peternak babi. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nabire, Drh I Dewa Ayu Dwita mengatakan, untuk mendapatkan desinfektan, cukup peternak melaporkan kepada mereka.

"Jadi mereka datang kepada kami di kantor, dan sampaikan berapa populasi ternak yang dimiliki, dan alamat pasti," kata Ayu kepada Tribun-Papua.com, di Nabire, Jumat, (23/02/2024).

Setelah dilaporkan, maka pihaknya akan mendata, dan selanjutnya memberikan desinfektan.

"Jadi kami akan memberikan sesuai kebutuhan dari peternak, agar distribusi desinfektan pun tersalurkan dengan baik," ujarnya. (INF)


MASIH PENTINGKAH BIOSEKURITI?

Disinfeksi manusia/karyawan sebelum memasuki area peternakan. (Foto: Dok. Infovet)

Jika ditanya dengan pertanyaan seperti judul di atas, banyak peternak menjawab tidak. Namun, seberapa besar komitmen peternak dalam aplikasi biosekuriti di peternakan masing-masing?

Jawaban paling realistis dari pertanyaan kedua mungkin adalah sesuai budget yang dimiliki peternak. Kendati demikian, memang banyak permasalahan yang bikin pusing peternak mandiri di era ini. Terlebih dengan disrupsi yang terjadi dan efek buruk menahun yang disebabkan pandemi COVID-19 dan ragam permasalahan lainnya.

Namun begitu, yang perlu digaris bawahi adalah biosekuriti merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan peternak. Sebab, biosekuriti merupakan instrumen pendukung kesuksesan dalam usaha budi daya peternakan, apapun jenis ternaknya.

Menyamakan Konsep Berpikir
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof Drh Michael Haryadi Wibowo, pernah berujar bahwa biosekuriti didefinisikan sebagai segala macam upaya untuk mencegah masuk dan keluarnya bibit penyakit ke dalam suatu area peternakan, agar ternak yang dipelihara bebas dari ancaman infeksi penyakit. Upaya tersebut juga berfungsi agar suatu penyakit tidak menulari peternakan lain dan lingkungan sekitar, juga tidak menularkan penyakit kepada manusia.

“Jadi apapun upaya pencegahan seperti misalnya vaksinasi ternak, disinfeksi, semprot-semprot segala macem, melarang orang asing keluar masuk peternakan, semua itu masuk ke dalam definisi biosekuriti. Jadi memang wajib, sudah jadi makanan sehari-hari,” tutur Michael.

Ia melanjutkan bahwa dalam benak peternak, menerapkan biosekuriti itu dengan membangun gerbang besar, semprotan otomatis, ruang mandi, fumigasi dan sebagainya. Inilah yang menjadi salah kaprah di kalangan peternak sampai hari ini.

“Bentuk dan upayanya itu yang disesuaikan dengan budget, misalnya mau pakai vaksin ND, budget terbatas, kan varian produknya banyak, yang murah sampai mahal bisa kita pakai. Yang penting itu jangan sampai enggak divaksin. Disinfektan juga banyak, dari yang pabrikan sampai yang racikan, bisa dipakai buat kandang, yang pentingkan dilakukan, murah atau mahalnya tergantung peternak, tapi yang penting adalah aplikasinya itu,” jelasnya.

Jadi menurut Michael, apapun yang peternak lakukan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022. (CR)

MEMAKSIMALKAN AWAL PEMELIHARAAN

Keberhasilan pencapaian target berat badan pada umur tujuh hari juga ditentukan dari kualitas anak ayam. (Sumber: cidlines.com)

Tata laksana persiapan chick-in selalu diawali dengan proses sanitasi dan disinfeksi tempat atau kandang dan peralatan.

Persiapan Periode Awal Pemeliharaan
Keberhasilan periode awal pemeliharaan yang biasa disebut masa brooding, sangat ditentukan oleh persiapannya. Apabila persiapan dilakukan dengan minimal berarti peternak akan mendapatkan performa yang minimal. Untuk meningkatkan efektivitas periode brooding, penerapan biosekuriti harus dilaksanakan secara ketat, dimulai dari proses sanitasi dan disinfeksi.

Lakukan proses sanitasi dengan melakukan pembersihan sebaik mungkin. Gunakan disinfektan yang efektif dan tepat untuk membunuh berbagai mikroorganisme patogen, antara lain PRIMADIN yang spesifik untuk virus Gumboro. Kegagalan proses disinfeksi atau salah memilih disinfektan, mengakibatkan anak ayam rentan terhadap paparan penyakit sejak dini.

Indikator Keberhasilan
Pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam pada umur tujuh hari merupakan indikator keberhasilan tata laksana periode awal pemeliharaan. Pencapaian bobot ayam tersebut dapat digunakan peternak sebagai indikator apakah tata laksana brooding telah dilakukan sebaik-baiknya atau tidak. Bila pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam tidak tercapai, persiapan dan pelaksanaan brooding harus dievaluasi. Keberhasilan pencapaian target berat badan pada umur tujuh hari juga ditentukan dari kualitas anak ayam.

Kualitas anak ayam yang sejak awal kondisinya kurang baik akan menyebabkan tingginya biaya medikasi dan vaksinasi, tingginya konversi pakan dan berpengaruh pada tingkat hidup dari ayam dalam satu flock.

Secara umum anak ayam cukup rentan pada perlakuan dan perubahan kondisi lingkungan yang menyebabkannya mudah stres dan peka terhadap infeksi penyakit. Sehingga pada kebanyakan anak ayam yang mutunya kurang baik, cenderung mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan performa yang suboptimal.

Evaluasi kualitas anak ayam dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021-8300300

TEKAN PENYEBARAN PENYAKIT DENGAN BIOSEKURITI DAN DISINFEKSI

Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin, saat menjadi keynote speaker dalam webinar nasional biosekuriti dan disinfeksi. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kemunculan penyakit viral pada ternak unggas berkaitan erat dengan keberhasilan/kegagalan program biosekuriti. Biosekuriti merupakan program yang dirancang untuk melindungi ayam terhindar dari bibit penyakit dari luar dan agar bibit penyakit tidak menyebar keluar peternakan, serta tidak menginfeksi peternakan lain.

Hal tersebut dibahas dalam webinar nasional “Biosekuriti dan Disinfeksi Farm di Tengah Pandemi”, Kamis (26/8/2021), yang merupakan rangkain kegiatan Hari Ayam Telur Nasional (HATN) dan World Egg Day (WED) 2021 yang akan dipusatkan di Kupang, NTT. Kegiatan ini dilaksanakan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia didukung Kementerian Pertanian, Pemerintah Provinsi NTT, USSEC, FAO dan Gita Organizer.

“Biosekuriti menjadi hal utama dalam meminimalisir penyebaran penyakit. Dengan ayam yang sehat kita bisa menekan biaya kesehatan dan mendapat keuntungan yang baik. Penerapan biosekuriti dan disinfeksi menjadi hal utama dalam pencegahan penyakit khususnya di masa pandemi COVID-19 ini, dimana penyebaran virus semakin tinggi,” kata Ketua Pelaksana yang juga pengurus Pinsar Indonesia, Ricky Bangsaratoe.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Nuryani Zainuddin dan Plt Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Johanna Lisapaly. Keduanya menyebut bahwa penerapan biosekuriti dan perlakuan disinfeksi memegang peranan penting dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit pada ternak unggas.

Lebih jauh soal biosekuriti dibahas Koordinator Substansi Pencegahan dan Penyebaran Penyakit Hewan, Ditkeswan, Arif Wicaksono. Dalam paparannya, ia menyebutkan elemen biosekuriti yang terdiri dari isolasi, kontrol lalu lintas, serta cleaning dan disinfeksi.

“Hal itu untuk mencegah penularan penyakit dengan isolasi atau pemisahan, kemudian membatasi pergerakan manusia, hewan, maupun benda yang akan memasuki kandang, serta pembersihan sebagai usaha mensterilkan sesuatu dengan disinfeksi,” kata Arif.

Adapun dijelaskan Arif mengenai biosekuriti tiga zona yang kini sudah banyak diterapkan di beberapa peternakan unggas Indonesia. Dimana pada prinsipnya program tersebut membagi beberapa zona (merah, kuning dan hijau) sebagai pembatas untuk menekan masuk dan keluarnya sumber penyakit.

Pada kesempatan yang sama, penekanan biosekuriti tiga zona diperkuat National Technical Advisor FAO ECTAD Indonesia, Alfred Kompudu. “Biosekuriti tiga zona ini dapat mencegah kuman menginfeksi ternak, menyaring kuman hingga tiga lapisan perlakuan, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sesuai good farming practices, serta meningkatkan daya saing perunggasan,” kata Alfred.

Selain biosekuriti, lanjut dia, pembersihan dan disinfeksi juga menjadi kunci utama meminimalisir munculnya penyakit. “Pembersihan kandang mampu membunuh kuman hingga 80%. Namun melakukan disinfeksi tanpa pembersihan adalah hal yang sia-sia,” ucap dia.

Dalam menggunakan disinfektan, Alfred juga menekankan pentingnya memperhatikan keselamatan diri. Karena disinfekatan merupakan racun berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh.

“Dalam melakukan pemberian disinfektan sebaiknya gunakan alat pelindung diri, baca label, ikuti petunjuk dan aturan dalam kemasan, juga kebutuhan larutan disinfektan (luas P x L: 300 ml/m2, volume 300 ml x 2.5 = 750 ml/m3). Dan perlu diketahui bahwa disinfektan tidak bekerja maksimal jika ada benda organik dan disinfektan membutuhkan waktu kontak di industri peternakan ayam selama 10 menit,” pungkasnya. (RBS)

BERINVESTASI PADA BIOSEKURITI

Disinfeksi sebelum masuk dan keluar kandang. (Foto: Infovet/CR)

Pentingnya aspek biosekuriti juga membuat orang terkadang salah kaprah, oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mendalam. Selain itu, kini penerapan biosekuriti dapat berbuah manis bagi siapapun yang mengaplikasikannya.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010) yakni: 1) Kontrol lalu lintas. 2) Vaksinasi. 3) Recording flock. 4) Menjaga kebersihan kandang. 5) Kontrol kualitas pakan. 6) Kontrol air. 7) Kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di Lampung sedang giat menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer di sana. Bersama akademisi dari UNILA, dinas peternakan setempat dan perusahaan swasta yang berkecimpung di dunia peternakan, FAO memberikan penyuluhan dan mengajak peternak untuk “hijrah” agar sistem beternak mereka lebih baik dan mengutamakan biosekuriti.

Kusno Waluyo merupakan peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya untuk hijrah dari sistem beternak konvensional menjadi rasional. Bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak berusia 48 tahun tersebut memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya dengar kalau ini bagus, makanya saya coba ikutin saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Kusno enggan bercerita mengenai modal yang ia keluarkan dalam pembangunan fasilitas biosekuriti miliknya, tetapi dengan sejumlah uang yang ia gelontorkan, menurutnya hasil yang diperoleh benar-benar menguntungkan.

Ia mengatakan bahwa salah satu tolak ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. (CR)

BIOSEKURITI DAN DISINFEKSI PENJAGA GAWANG KESEHATAN UNGGAS

Penyemprotan disinfektan di areal kandang ternak. (Sumber: Istimewa)

Secara alamiah, kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan ayam tidaklah terjadi secara mendadak alias revolutif, akan tetapi secara bertahap, sesuai dengan interaksi antara bibit penyakit (BP) yang ada dengan ayam yang dipelihara.  Pemahaman atas tulisan ini tentu saja akan mempermudah peternak untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dalam lingkungan peternakannya secara efektif dan strategis.

Kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap kondisi kemunculan kasus penyakit. Data dari BMKG untuk kondisi lingkungan pada April 2021, menyatakan curah hujan di sepanjang pulau di Indonesia adalah menegah dan ekstrem tinggi.

Sementara prediksi penyakit yang terjadi April 2021, baik di broiler dan layer masih didominasi penyakit viral seperti Newcastle Disease (ND) dan Infectious Bursal Disease (IBD), dimana penyakit tersebut juga menunjukkan perannya biosekuriti dan disinfeksi sebagai preventive action terhadap kejadian tersebut.

Kemunculan kasus penyakit viral tidak lain berkaitan erat dengan keberhasilan/kegagalan program biosekuriti. Biosekuriti adalah program yang dirancang untuk melindungi agar ayam terhindari dari bibit penyakit dari luar dan agar bibit penyakit tidak menyebar keluar peternakan, serta menginfeksi peternakan lain. Maka dalam operasionalnya dikenal tiga konsep utama, yaitu pengendalian lalu lintas (transportasi), isolasi dan sanitasi, seperti diagram di bawah ini:


Bagaimana Bibit Patogen Bisa Masuk ke dalam Farm?

1. Pengaturan Lalu Lintas/Transportasi
Pengaturan lalu lintas bertujuan menyeleksi agar barang-barang yang masuk ke lingkungan kandang hanyalah barang-barang yang benar-benar diperlukan. Yang boleh masuk diantaranya adalah bibit (DOC/pullet), ransum, air, peralatan yang penting, vaksin, obat disinfektan dan pekerja. Selain itu, semua kendaraan yang mau masuk ke kandang wajib dilakukan disinfeksi terlebih dahulu.

Selain lingkungan yang... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. 

Ditulis oleh: 
Drh Sumarno Wignyo
Senior Manager AHS PT Sreeya Sewu Indonesia

MENGHAYATI DISINFEKSI DAN BIOSEKURITI

Disinfeksi alat transportasi peternakan juga penting dilakukan. (Foto: Istimewa)

Tanpa terasa semakin hari tantangan dalam budi daya peternakan semakin banyak. Setelah dilarangnya AGP (Antibiotic Groth Promoter) dan beberapa jenis antibiotik, kemudian nantinya kemungkinan antibiotik kombinasi juga dilarang. Peternak semakin harus mengencangkan ikat pinggang. Namun, sudahkah peternak mengaplikasikan biosekuriti yang baik di kandangnya?

Krusialnya Peran Biosekuriti
Di era non-AGP yang sudah berlangsung kurang lebih dua tahun, peternak sudah pasti tahu dan mengerti bahwa performa ayam di lapangan sedikit berkurang ketimbang pada saat AGP masih boleh digunakan. Belum lagi beberapa jenis antibiotik seperti colistin dan anti-koksidia yang juga ikut dilarang, tentunya ini akan lebih “njelimet” lagi bagi peternak. Terakhir yang Infovet dengar, pemerintah akan melakukan pelarangan penggunaan antibiotik kombinasi, namun sediaan apa saja yang dilarang masih belum dapat dijelaskan.

Walaupun begitu, ini jelas merupakan tantangan bagi para peternak, dimana hewan ternak dituntut agar lebih sehat dan memiliki performa dan produksi yang baik. Berbagai upaya dijajaki oleh peternak dalam mendapatkan performa yang baik, yang mampu akan membangun dan berinvestasi pada closed house, bagaimana dengan yang tidak?

Jangan buru-buru berkecil hati jika tidak dapat membangun closed house. Ingat selalu bahwa penerapan biosekuriti yang baik juga akan mendongkrak performa. Fokus beternak adalah membuat hewan senyaman mungkin dan sesehat mungkin, sehingga performa meningkat.

Yang sering peternak lupakan yakni manajemen biosekuriti yang baik dan benar. Padahal dalam usaha budi daya unggas, manajemen biosekuriti adalah hal yang wajib dilaksanakan dan sangat diproritaskan. Bukan tanpa alasan, hal ini karena biosekuriti merupakan benteng pertahanan utama dalam menghalau berbagai penyakit infeksius. Perlu diingat kembali bahwa prinsip biosekuriti adalah langkah-langkah pengamanan biologik yang dilakukan untuk pencegahan menyebarnya agen infeksi patogen pada ternak.

Sekretaris Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI), Drh Muhammad Azhar, mengatakan bahwa biasanya kendala dari penerapan biosekuriti di lapangan yang paling utama adalah keengganan dari peternak.

“Kemitraan, integrator, bahkan peternak mandiri besar mereka pasti punya staf kesehatan hewan, punya program keswan, punya program biosekuriti dan lainnya, tetapi kenapa performa jelek kadang menyalahkan hal lain? Bisa dibilang aplikasinya di lapangan yang kurang oleh petugas kandangnya, entah karena malas, lupa, atau apapun, harusnya tidak bisa ditolerir seperti itu,” tuturnya kepada Infovet.

Lebih lanjut dijelaskan, “Dalam beternak, bukan pemberian obat, antibiotik atau jamu, yang penting bagaimana caranya ayam sehat. Percuma kalau kita kasih obat terus tapi performa enggak bagus, malah bahaya buat yang makan. Ini peternak yang sering mindset-nya kaya gitu.”

Menurutnya, penerapan biosekuriti tidak hanya dapat diterapkan di farm, tetapi juga pada tiap komponen rantai pasokan, sehingga menjaga keamanan pangan yang dikonsumsi alias healthy from farm to table.

Komentar Azhar juga diamini oleh Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Drh Irawati Fari. Menurut dia, ketika era non-AGP telah berakhir dan dilarangnya berbagai jenis antibiotik, kini penerapan biosekuriti harus digalakkan.

“Kemarin masih ada AGP cukup terbantu peternak, namun karena peraturannya sudah begini, mau bagaimana? Ya dari dulu sih harusnya biosekuriti itu diaplikasikan dengan baik, bukan sekarang-sekarang saja,” ujar Ira.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya beserta perusahaan tidak henti-hentinya untuk menggalakkan aplikasi biosekuriti yang baik pada peternak. Selain itu lanjut dia, ketika kondisi wabah COVID-19 merebak, seharusnya biosekuriti semakin diperketat. Hal ini tentu saja juga berkaitan dengan kehidupan manusia yang bekerja di peternakan atau unit rantai pasok produk peternakan.

“Coba bayangkan ketika COVID-19 merebak, ini kan berbahaya, sekarang peternak juga tidak hanya fokus kepada menjaga kesehatan ternak saja, tetapi juga dengan kesehatan tiap pegawai yang ada di farm dan juga kesehatan lingkungannya,” ucapnya.

Ia juga mengimbau kepada para peternak agar… Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi April 2021. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer