Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Day Old Chick | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEMAKSIMALKAN AWAL PEMELIHARAAN

Keberhasilan pencapaian target berat badan pada umur tujuh hari juga ditentukan dari kualitas anak ayam. (Sumber: cidlines.com)

Tata laksana persiapan chick-in selalu diawali dengan proses sanitasi dan disinfeksi tempat atau kandang dan peralatan.

Persiapan Periode Awal Pemeliharaan
Keberhasilan periode awal pemeliharaan yang biasa disebut masa brooding, sangat ditentukan oleh persiapannya. Apabila persiapan dilakukan dengan minimal berarti peternak akan mendapatkan performa yang minimal. Untuk meningkatkan efektivitas periode brooding, penerapan biosekuriti harus dilaksanakan secara ketat, dimulai dari proses sanitasi dan disinfeksi.

Lakukan proses sanitasi dengan melakukan pembersihan sebaik mungkin. Gunakan disinfektan yang efektif dan tepat untuk membunuh berbagai mikroorganisme patogen, antara lain PRIMADIN yang spesifik untuk virus Gumboro. Kegagalan proses disinfeksi atau salah memilih disinfektan, mengakibatkan anak ayam rentan terhadap paparan penyakit sejak dini.

Indikator Keberhasilan
Pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam pada umur tujuh hari merupakan indikator keberhasilan tata laksana periode awal pemeliharaan. Pencapaian bobot ayam tersebut dapat digunakan peternak sebagai indikator apakah tata laksana brooding telah dilakukan sebaik-baiknya atau tidak. Bila pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam tidak tercapai, persiapan dan pelaksanaan brooding harus dievaluasi. Keberhasilan pencapaian target berat badan pada umur tujuh hari juga ditentukan dari kualitas anak ayam.

Kualitas anak ayam yang sejak awal kondisinya kurang baik akan menyebabkan tingginya biaya medikasi dan vaksinasi, tingginya konversi pakan dan berpengaruh pada tingkat hidup dari ayam dalam satu flock.

Secara umum anak ayam cukup rentan pada perlakuan dan perubahan kondisi lingkungan yang menyebabkannya mudah stres dan peka terhadap infeksi penyakit. Sehingga pada kebanyakan anak ayam yang mutunya kurang baik, cenderung mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan performa yang suboptimal.

Evaluasi kualitas anak ayam dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021-8300300

BROODING: MASA KRITIS, JANGAN SKEPTIS

Ketidakseriusan dalam fase brooding akan berujung pada kegagalan yang akan mengurangi keuntungan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Quality time pada saat brooding sangat diperlukan agar performa produksi maksimal, karena periode ini merupakan titik kritis dimana perkembangan, pertumbuhan dan potensi genetik ayam dipertaruhkan untuk mencapai target produksi. Terutama pada minggu pertama, masa ini merupakan awal perkembangan sistem rangka tubuh, sistem pencernaan dan sistem kekebalan.

Tujuan utama brooding yaitu menyediakan lingkungan yang nyaman, sehat untuk pertumbuhan ayam secara efisien dan ekonomis. Suhu, kualitas udara, kelembapan dan pencahayaan merupakan faktor kritis yang harus diperhitungkan.

Ketidakseriusan dalam fase ini akan berujung pada kegagalan yang akan mengurangi keuntungan di akhir. Jika recording bagus, dapat dilihat dan dibuktikan jika brooding berjalan dengan tidak baik, penurunan pertumbuhan dan perkembangan, konversi pakan yang buruk serta peningkatan kejadian penyakit, afkir dan kematian akan jelas terlihat.

Parameter Keberhasilan
Gagal atau tidaknya fase brooding, indikasinya yang paling mudah adalah pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam pada umur tujuh hari, menurut Technical Department Manager PT Romindo Primavetcom, Drh Yuni.

Pencapaian bobot ayam tersebut dapat digunakan peternak sebagai parameter baik atau buruknya sebuah tata laksana brooding. Bila pencapaian target berat badan dan tingkat keseragaman berat badan ayam tidak tercapai, maka persiapan dan pelaksanaan brooding harus dievaluasi peternak. Keberhasilan pencapaian target berat badan pada umur tujuh hari ditentukan oleh berbagai faktor seperti manajemen sirkulasi udara, air dan pakan.

Jangan Sepelekan
Secara umum ada beberapa titik kritis yang harus disiapkan peternak dalam masa brooding. Drh Eko Prasetio dari Tri Group melakukan penyederhanaan titik mana saja yang kritis dan butuh perhatian lebih.

“Pertama… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2021. (CR)

PERSIAPAN MAKSIMAL, HARAPKAN HASIL OPTIMAL

Persiapkan awal pemeliharaan yang maksimal agar pertumbuhan ayam optimal. (Foto: Infovet/Ridwan)

Pada awal minggu kehidupannya, ayam membutuhkan panas tertentu sampai bulu-bulu tubuhnya tumbuh dengan lengkap/sempurna. Periode indukan/brooding merupakan masa kritis pada periode kehidupan anak ayam dan sangat berpengaruh kepada pertumbuhan dan hasil akhir (performance) di masa kemudian. Indukan dapat diartikan atau didefinisikan sebagai tempat menjaga atau memelihara ayam mulai umur satu hari/day old chick (DOC) sampai lepas masa pemenuhan akan kebutuhan pemanas buatan yang selanjutnya bertujuan agar dapat tumbuh baik hingga usia yang diinginkan, misalnya 4-6 minggu.

Indukan yang efisien adalah ditandai oleh dihasilkannya ayam yang sehat, tingkat kematian rendah dan pertambahan bobot badan (weight gains) baik. Dengan demikian indukan yang baik adalah yang dapat mendukung keluarnya potensi genetik ayam tersebut secara optimal.

Untuk mendapatkan apa yang disebutkan di atas, perlu kiranya mengetahui bagaimana cara untuk mendapatkannya, maka itu sebaiknya ikuti prosedur berikut sebagai pedoman.

A. Mempersiapkan Kandang Sebelum DOC Datang
1. Segera setelah ayam terjual/panen habis, keluarkan seluruh sekam/litter (untuk kandang postal), kotoran, bulu-bulu, debu dan kotoran lainnya dari lantai, langit-langit, dinding, serta peralatan yang terpakai selama pemeliharaan secepat dilakukan. Jangan sisakan litter bekas di sekitar kandang, demikian juga serangga, cacing/telur cacing, tikus dan burung liar harus dalam kondisi yang terkontrol. Buang seluruh kotoran, bakar bulu-bulu ayam, potong dan rapihkan rumput dan semak/tanaman liar, serta perbaiki jalan di sekitar areal kandang/farm.

2. Setelah kandang kosong… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2021. (MAS-AHD)

WASBITNAK, KONTROL DAN AWASI BIBIT UNGGAS BERMUTU BAIK

Pengawasan terhadap aspek produksi dilakukan secara preventif dan represif. (Foto: Humas PKH)

Untuk menghasilkan ayam yang baik berawal dari bibit (day old chick/DOC) yang bermutu. Pengawasan dan pengontrolannya pun terus dilakukan pemerintah melalui program Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak). Hal itu juga dilakukan karena jumlah sumber pembibitan yang cukup banyak dan tersebar di seluruh Indonesia.

“Wasbintak diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan benih dan bibit ternak,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, Rabu (8/7/2020).

Dijelaskan, Wasbintak terdiri atas pengawas bibit ternak pusat, pengawas bibit ternak provinsi dan pengawas bibit ternak kabupaten/kota. Ia juga memastikan proses pengawasan tetap sesuai dengan amanat undang-undang.

Sesuai amanat Pasal 13 ayat (6), (7) dan (8) Undang-Undang No. 41/2014 junto Undang-Undang No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Pasal 59 dan Peraturan Pemerintah No. 48/2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak dalam pengawasan peredaran benih dan bibit ternak dibutuhkan petugas pengawas bibit ternak yang kompeten, profesional dan berdaya saing.

Ketut menerangkan, dalam Permentan No. 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi, juga disebutkan pada Pasal 13 ayat (1) setiap benih atau bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat yang dikeluarkan lembaga sertifikasi yang terkadreditasi atau ditunjuk oleh menteri.

Sementara dalam Permentan No. 42/2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak, pada Pasal 5 dikatakan, pengawasan benih atau bibit harus dilakukan mulai dari proses produksi sampai dengan hasil produksi.

“Pelanggaran terhadap mutu produk yang beredar akan diberikan sanksi sesuai aturan yang belaku, mulai teguran tertulis, penghentian produksi sampai pencabutan izin usaha,” tegas Ketut.

Sementara Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Sugiono, mengungkapkan bahwa pada Juni dan Juli 2020, sudah menugaskan Wasbintak kepada sekitar 20 perusahaan pembibitan ayam ras. Ia memastikan pengawasan terhadap aspek produksi dilakukan secara preventif dan represif.

Pengawasan preventif dilakukan dengan melihat kesesuaian proses produksi dalam menerapkan cara pembibitan yang baik sesuai pedoman pembibitan ayam ras yang baik dan pedoman penetasan yang baik, serta kesesuaian hasil produksi benih atau bibit sesuai SNI. Sementara, pengawasan represif dilakukan apabila diduga terjadi penyimpangan persyaratan mutu bibit DOC.

“Pengawasan aspek peredaran dilakukan di pos-pos lalu lintas ternak. Kemudian pengawasan kelengkapan dokumen, diantaranya rekomendasi lalu lintas ternak, surat keterangan kesehatan hewan, sertifikat LSPro (Lembaga Sertifikasi Produk) benih atau bibit dan kesesuaian kemasan menurut jenis. Lalu kesesuaian alat angkut, kesesuaian kondisi fisik sesuai SNI atau PTM, serta kesesuaian label,” imbuh Sugiono. 

Diketahui, pelaksanaan pengawasan ini dilalukan secara berkala setiap enam bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

“Diharapkan produsen bibit akan selalu menghasilkan DOC yang bermutu, sehingga peternak mendapatkan keuntungan dalam usahanya, serta tentunya produk ayam potong terjamin sampai di tangan masyarakat,” pungkasnya. (INF)

KUNCI KURANGI KEMATIAN AYAM SAAT TRANSPORTASI

Transportasi unggas yang baik juga menjadi kunci penting untuk mengurangi kematian. (Sumber: Istimewa)

Dalam usaha peternakan ayam broiler, layer, maupun breeder, peternak pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk  memperoleh keuntungan (profit). Kendati demikian, ada saja hal-hal yang bisa memangkas pendapatan peternak selain masalah penyakit, manajemen pemeliharaan dan lain sebagainya, salah satu adalah kematian ayam saat transportasi dari kandang menuju tempat pemasaran, atau pemindahan ke Rumah Pemotongan Ayam (RPA). Semakin jauh jarak yang ditempuh dan semakin banyak muatan yang dibawa, maka semakin besar resiko kematian ayam terjadi.

Hal ini terutama disebabkan ayam mudah terkena stres panas karena ayam adalah ternak yang tidak memiliki kelenjar keringat untuk mengatur stabilitas suhu tubuhnya. Ayam menstabilkan suhu tubuhnya melalui sistem termoregulasi, yaitu meningkatkan detak jantung, meningkatkan pernapasan, membuka sayap dan konsumsi air minum. Oleh karena itu, peternak sebagai pemilik dan pelaku transportasi ayam perlu peka terhadap masalah tersebut bila ingin meminimalisir angka kematian saat pengangkutan.

Transportasi DOC
Anak ayam umur sehari (day old chick/DOC) adalah makhluk yang sangat rentan, dimana secara alamiah memerlukan perlindungan dan kehangatan sang induk dan terbebas dari suhu panas yang mencekam maupun suhu dingin yang berlebihan, disamping resiko gangguan jenis hewan lainnya. Maka peternak perlu mencari solusi mengatasi ketiga permasalahan tersebut selama dalam pengelolaannya termasuk saat transportasi, yaitu:

1. Penyediaan boks DOC khusus yang terbuat dari bahan kardus, memiliki lubang ventilasi cukup di kiri-kanan, depan-belakang dan penutup boks dan memberi alas berupa potongan kertas sebagai saat terjadi guncangan atau terjadi kemiringan. Juga dinding boks dibuat agak miring agar pada saat ditempatkan berdampingan dengan yang lain tidak saling menutupi lubang ventilasi.

2. Kapasitas pengisian DOC, harus mengikuti standar internasional yang ditentukan, yaitu 100-102 ekor/boks.

3. Mengatur peletakan sementara boks DOC sebelum transportasi, yaitu boks disusun berkelompok dengan jumlah dan tinggi tertentu di ruang yang sejuk (ruang berkipas angin/AC), sehingga memudahkan penghitungan jumlah boks dan memberi kenyamanan pada DOC.

4. Fasilitas kendaraan pengangkut DOC, ada dua macam kendaraan pengangkutan DOC, yaitu kendaraan boks tertutup rapat tetapi dilengkapi kipas angin/AC untuk transportasi jarak jauh (luar kota) dan kendaraan yang baknya memiliki atap tetapi disamping kiri, kanan, depan dan belakang sebagian berdinding kawat dilengkapi tirai/terpal untuk mencegah percikan hujan pada transportasi jarak dekat.

5. Sanitasi kendaraan, kebersihan kendaraaan pengangangkut DOC sangat penting diperhatikan dengan cara pencucian, sanitasi atau fumigasi sebalum kendaraan dioperasikan, mengingat rawan kontaminasi kuman/bibit penyakit karena kendaraan sering berhubungan dengan dunia luar farm/peternakan.

6. Kehati-hatian saat pengangkutan, dalam arti kendaraan diusahakan seminimal mungkin berhenti selama melakukan perjalanan (kendaraan harus langsung menuju tempat tujuan) terutama bagi kendaraan yang tidak dilengkapi kipas angin/AC.

7. Jangan memberikan pakan/minum sebelum transportasi, hal ini karena DOC selama 2x24 jam tahan tidak makan/minum karena memiliki egg yolk sebagian cadangan makanan/minum. Oleh karena itu diusahakan DOC sampai di tempat tujuan dalam tenggang waktu 2x24 jam dan bila melebihi harus diberi pakan/minum di perjalanan. Bila DOC selanjutnya diangkut menggunakan pesawat terbang atau kapal laut, tetap kondisi penyimpanan baik di bandara, bagasi pesawat, maupun pelabuhan, diusahakan berada di ruang khusus berkipas angin/AC (suhu berkisar 20 °C).

8. Kehati-hatian saat bongkar-muat, dimana selama berlangsungnya bongkar muat jangan sampai boks DOC tertindih dan rusak, juga jangan diperlakukan secara kasar (dilempar).

Transportasi Ayam Remaja/Dewasa
Caranya sedikit berbeda dengan transportasi DOC, namun beberapa hal perlakuannya sama. Pengangkutan ayam remaja/dewasa perlu memenuhi beberapa faktor agar dapat menekan tingkat kematian, diantaranya:

1. Pilihan waktu transportasi, sebaiknya dipilih pada menjelang pagi (subuh) atau malam hari dengan pertimbangan bahwa pada kedua waktu itu udara sejuk/dingin dan jalan masih lengang (terhindar dari kemacetan), karena ayam besar sangat rentan terhadap stres panas. Namun bila terpaksa harus diangkut siang hari sebaiknya dengan kendaraan berkipas angin/AC atau truk bak terbuka.

2. Gunakan keranjang ayam plastik/bambu ukuran besar (kapasitas 15-20 ekor) atau kecil (kapasitas 12-15 ekor) dengan asumsi berat ayam 1,0-1,2 kg/ekor). Pengisian ayam jangan melebihi standar masing-masing keranjang tersebut agar terhindar dari hal buruk.

3. Jangan memberikan pakan penuh selama 8-12 jam sebelum transportasi, agar tidak banyak pakan mubazir terbuang, disamping agar dalam perjalanan tidak banyak feses yang keluar, tetapi boleh memberikan air minum bervitamin anti-stres.

4. Jangan berikan antibiotik minimal 2-10 hari sebelum transportasi, agar organ tubuh tidak terpacu menjadi berat hingga ayam tidak tahan terhadap stres fisik selama perjalanan.

5. Atur keranjang ayam pada truk pengangkut sedemikian rupa, agar ventilasi udara tetap mencukupi, dan bila diangkut siang hari berikan ranting berdaun di keranjang paling atas untuk memberikan keteduhan dan kesejukan bagi ayam.

6. Keranjang dan kendaraan transportasi harus bersih dan steril, dalam arti sebelum dan sesudah digunakan harus dicuci, disanitasi atau difumigasi untuk memotong siklus kuman penyakit yang kemungkinan terbawa dari peternakan ayam lain atau terkontamunasi selama transportasi.

7. Kendaraan tidak berhenti/istirahat di tengah jalan agar ayam tidak banyak mati. Kemudian proses bongkar muat ayam dilakukan tidak kasar, agar ayam tidak cacat (patah kaki/patah sayap) atau stres dan kemudian mati.

8. Catatan jumlah ayam di surat jalan dan di keranjang harus sesuai, ini untuk menjaga kepercayaan pemberi tugas transportasi ayam (pemilik peternakan) kepada pengendara dan petugas pengawalan ayam yang diangkut. Bila terjadi kehilangan ayam dalam jumlah tertentu harus ada sanksi.

Demikianlah mengenai kunci mengurangi resiko kematian ayam saat transportasi, semoga bermanfaat bagi semua pelaku yang terlibat. ***

Ir Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad

POTENSI GENETIK DOC DIPENGARUHI FAKTOR LINGKUNGAN YANG BAIK

Kualitas DOC dilihat dari dua aspek yakni genetik dan fisik. (Foto: Hubbard)

Kualitas bibit Day Old Chick (DOC) dilihat dari dua aspek, yaitu genetik dan fisik. Genetik yang baik akan menghasilkan performa baik dengan memerhatikan manajemen. Meliputi manajemen pakan dan perkandangan, serta lingkungan berupa suhu, kelembaban dan pencahayaan yang baik.

DOC merupakan salah satu hal pokok yang sangat penting yang untuk diperhatikan. Kualitas DOC menjadi kunci efisiensi di bisnis unggas. Demikian penjelasan Country Manager Hubbard Indonesia, Ir Suryo Suryanta.

Perihal kualitas DOC yang sejak awal kondisinya kurang baik, akan menyebabkan tingginya biaya medikasi (biaya pengobatan terhadap ayam yang sakit dan vaksinasi), inefisiensi pakan, keterlambatan pertumbuhan dan berpengaruh pada performa ayam secara keseluruhan.

Sementara itu, kondisi lingkungan memengaruhi kualitas fisik DOC. Pengaruh suhu lingkungan tinggi pada ayam lebih banyak diperhatikan. Suhu lingkungan tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam.

Lebih lanjut dijelaskan, produktivitas ayam yang optimum dapat dicapai pada kondisi thermoneutral zone, yaitu suhu lingkungan yang nyaman. 

Lingkungan yang nyaman bagi ayam diperkirakan berada pada kisaran suhu 18°-24° C dan kelembaban 60-70%. Ayam pada suhu lingkungan yang tinggi di atas 28° C sudah mengarah ke heat stress dan dapat menunjukkan penurunan produktivitas.

Salah satu gejala ketidaknyamanan ayam ketika heat stress adalah panting, bernapas melalui mulut. Situasi suhu lingkungan yang tinggi merupakan salah satu faktor penghambat produksi ayam, karena secara langsung hal ini mengakibatkan turunnya konsumsi pakan, sehingga terjadi defisiensi zat-zat pakan.

Senada dengan Suryo, Technical Support West Jaya, Otte Wartaman, mengatakan potensi genetik dari suatu bibit DOC akan menghasilkan performa bagus jika didukung faktor lingkungan yang baik. 

Pencapaian performa broiler 100% memengaruhi biaya produksi yang rendah. Genetik 30% menunjang breed atau jenis bibit, FCR (konversi pakan), ADG (rata-rata PBB), livability (daya hidup), dan vigor (daya tahan).

Lingkungan, 70% memengaruhi seperti kondisi ventilasi, air, pakan, temperatur, kelembapan, penyinaran, kandang, kepadatan, vaksin, kesehatan, tenaga kerja dan transportasi DOC.

Kualitas DOC broiler yang bagus diantaranya berasal dari induk yang sehat, ukuran berat DOC minimal 37 gram, matanya cerah dan bercahaya tampak segar, lincah dan aktif, kaki kuning dan kokoh, tidak cacat fisik (kaki bengkok, mata buta, paruh silang), bulunya halus dan kering (tidak lengket), pusar tertutup dan halus dan tidak ada lekatan kotoran pada duburnya.

Faktor yang memengaruhi kualitas DOC lainnya adalah penanganan DOC dan tatalaksana brooding di farm, kemudian lingkungan kandang di farm, status kesehatan dan nutrisi induk (breeder), transportasi DOC, tatalaksana di penetasan (hatchery), kualitas telur tetas, penanganan dan penyimpanan.

DOC harus segera ditebar atau diturunkan ke dalam kandang dan tidak boleh disimpan di rumah atau toko, karena bisa menimbulkan kelemahan atau mengurangi kualitas DOC tersebut.

Hal yang harus diperhatikan saat DOC datang diantaranya, cek kondisi mobil pengangkut DOC yang meliputi segel, kondisi kipas, surat jalan dan cek sampel DOC 10%. Cek sampel meliputi jumlah DOC, jumlah DOC yang mati (selama perjalanan), serta kondisi umum (lincah, diam atau cacat).

Apabila dijumpai masalah-masalah tersebut, harus segera ditulis dengan surat jalan. Setelah DOC dicek harus segera disebar ke brooder masing-masing yang telah disiapkan.
Penerimaan DOC, harus ada komunikasi yang baik antara hatchery, marketing DOC dan farm (poultry shop/peternak).

Masalah yang dijumpai di farm biasanya antara lain Omphalitis (infeksi pusar), pertumbuhan lambat (slow growth), dehidrasi, kematian tinggi pada minggu pertama, gasping, kaki pincang dan reaksi vaksin yang berlebihan.

Acuan Kualitas Fisik
Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 42/Permentan/OT/140/3/2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak tertulis:

• Telur tetas bibit induk untuk tipe pedaging harus mempunyai bobot minimal 55 gram.
• Telur tetas bibit tetua tipe pedaging harus memiliki bobot minimal 50 gram untuk galur jantan dan 53 gram untuk galur betina.
• Pasal 22, tentang sanksi administratif

Permendag No. 58/2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen yang menyebutkan, "Bahwa harga broiler di farm Rp17.000-19.000 dengan harga jual ke konsumen Rp 32.000." ***

(Tulisan diolah kembali berdasarkan materi dari Hubbard dan West Jaya)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer