Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Closed House | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KENYAMANAN KANDANG JADI “RUMAH IDAMAN” AYAM

Ternak ayam broiler yang dipelihara dalam kandang closed house. (Foto: Dok. Infovet)

Meskipun terbilang eksklusif karena tingginya biaya investasi, namun kandang closed house bisa dikatakan identik dengan “rumah idaman ayam”. Pasalnya, kondisi lingkungan yang dihasilkan dalam kandang closed house bisa diatur sesuai kebutuhan ayam. 

Beberapa keuntungan menggunakan kandang closed house diantaranya tidak terpengaruh perubahan lingkungan, kualitas udara yang tersedia lebih baik, pengaturan suhu, serta ayam pun menjadi lebih tenang, segar dan nyaman. Dengan manipulasi lingkungan tersebut, kepadatan ayam bisa ditingkatkan tanpa harus mendirikan bangunan kandang baru.

Kendati demikian, kandang closed house dengan segudang keunggulan tidak menjadi jaminan terbebas dari masalah stres ataupun penyakit pada ayam. Salah satu ancaman kesehatan ayam datang dari manajemen kelembapan yang buruk. Dampaknya, litter yang menggumpal akibat air dan kotoran menjadi sumber gas beracun, serta tempat berkembangnya virus dan bakteri yang mengancam kesehatan ayam. Salah satu ancaman besar dalam kandang closed house adalah munculnya amonia.

Dikenal mempunyai daya iritasi yang tinggi, keberadaan amonia dalam kandang harus diwaspadai. Dengan massa jenis lebih besar dari udara, amonia cenderung tidak mudah menguap ke atas dan terbuang ke udara. Karena itu ayam akan menghirup gas yang bisa mengiritasi mukosa membran pada mata dan saluran pernapasannya terus-menerus. 

Menurut Ritz et al., 2004, rekomendasi umum untuk kandungan amonia yang aman dan belum menimbulkan gangguan pada ayam di bawah 20 ppm. Lebih dari itu, amonia bisa menimbulkan kerugian. Selain merusak membran mata dan pernapasan, dampak lainnya membuat hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur. Secara tidak langsung, amonia dengan kadar tinggi ternyata juga bisa memicu munculnya kasus infeksi penyakit-penyakit pada saluran pernapasan. Wajar saja, kerusakan membran saluran pernapasan melemahkan gerbang pertahanan terhadap infeksi bibit penyakit.

Efek lain dari tingginya kadar amonia adalah timbulnya gangguan pembentukan kekebalan tubuh, baik yang bersifat lokal maupun humoral. Pada produksi kekebalan lokal (IgA) yang terdapat dalam saluran pernapasan atas terjadi gangguan. Hal ini disebabkan rusaknya sel-sel epitel oleh iritasi amonia. Adapun kadar amonia yang tinggi dalam darah, akibat terhisap dalam jumlah besar, menyebabkan stres pada sel-sel limfosit sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) juga mengalami gangguan (North, 1984).

Pengaruh Amonia pada Ayam
Kadar Amonia (ppm)
Respon Petugas Kandang
Pengaruh Amonia pada Ayam
Kerusakan Pernapasan
Kerusakan Mata
Produksi Telur Menurun
Berat Badan Turun
20
Bau mulai tercium
Ringan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
25-30
Bau tercium
Ringan
Ada (+)
Sedikit
Sedikit
50-60
Bau tajam
Ada (+)
Ada (+)
Ada (+)
Ada (+)
100
Iritasi hidung
Ada (+)
Ada (+)
Ada (++)
Ada (++)
200
Iritasi mata
Ada (++)
Ada (++)
Ada (+++)
Ada (+++)
Sumber: Disease of Poultry (2003) dalam Medion online.
Keterangan: Semakin banyak tanda (+) semakin parah.

Tepat Pengaturan
Salah satu prinsip dalam menurunkan suhu adalah sistem evaporasi dengan menggunakan colling pad, yaitu uap air yang dihasilkan colling pad akan dihisap kipas dan dialirkan ke dalam kandang. Efeknya, suhu yang awalnya tinggi menjadi lebih rendah. 

“Namun, ada masalah pada setting sistem elektrikalnya,” ujar Agus Yohani Slamet, pemilik Tembalang Poultry Equipment, sekaligus pengelola website peralatankandangayam.com dan kandangclosehouse.com.

Menurut Agus, kebanyakan teknisi mengatur aktivasi colling pad hingga suhu 25 atau 26° C. Artinya, colling pad akan berjalan atau aktif dialiri air hingga mencapai suhu tersebut. Adapun kipas dibuat off atau mati pada suhu 27° C. “Dampaknya, kelembapan menjadi tinggi. Salah satu indikatornya terlihat dari sekam yang menggumpal.” Jelasnya.

Agar performa kandang closed house optimal, pengaturan perlu dilakukan pada sistem elektrikal, yaitu cooling pad dan kipas. Untuk cooling pad, aktivasi sebaiknya diatur pada suhu 28,5 atau 29° C. Sementara kipas diatur pada suhu yang sama dengan cooling pad. Artinya, suhu kandang diatur pada suhu 29° C.

Setelah pengaturan suhu, selanjutnya adalah pengaturan waktu nyala dan mati cooling pad. “Cooling pad dibuat intermiten 6 menit menyala dan 5 menit mati,” jelas Agus. Pengaturan pada cooling pad dan kipas sebaiknya dibedakan antara siang dan malam hari. Jika kipas yang menyala pada malam hari sedikit, kandang menjadi pengap. Menurut Agus, kesalahan yang sering dilakukan peternak adalah mengandalkan Temtron, misalnya untuk sistem elektrikal otomatisnya dengan paramater suhu kandang yang rendah. 

“Pengalaman di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kandang milik salah satu peternak dengan populasi 35 ribu ekor ayam bisa mencapai IP 401. Sistem elektrikal yang digunakan semi-otomatis,” ungkap Agus.

Indeks Produksi (IP) broiler merupakan parameter keberhasilan dalam beternak ayam. Di bawah 300 berarti buruk, antara 300-400 berarti baik, sedangkan di atas 400 diartikan excellent. Cara penghitungan Indeks Produksi sebagai berikut: Indeks Produksi (IP) = [Ayam hidup (%) x Berat rata-rata (kg)] : [Umur x FCR x 100%].

Dengan sistem semi-otomatis, mekanisme kerja alat tidak semata-mata diserahkan pada sistem otomatisnya. Peternak perlu melakukan pengaturan manual untuk merubah setting sehingga pengaturan saat membedakan setelan alat pada siang dan malam hari bisa dilakukan. 

Dengan pengaturan dan pengontrolan yang baik, serta rutin dan teratur, suhu lingkungan kandang akan lebih terjamin sesuai harapan ayam. Selain menghindarkan ayam dari stres akibat suhu tinggi, juga menghindari dari tingginya kelembapan yang berpengaruh pada kesehatan dan produksi. (INF)

PENCAHAYAAN DI KANDANG AYAM

Ayam jenis ternak yang peka cahaya. (Sumber: thepoultrysite.com)

Pencahayaan di kandang ayam harus diprogram dengan baik. Salah satu faktor penting dalam manajemen pemeliharaan ayam ini, yaitu pencahayaan berpengaruh pada proses kematangan organ reproduksi dan pertumbuhan ayam.

Cahaya dalam dunia fisika didefisinikan sebagai spektrum elektromagnetik yang terlihat oleh mata. Definisi lainnya, cahaya merupakan energi yang dapat membantu proses penglihatan kemudian bergerak lurus ke semua arah, tidak dapat membelok serta dapat dipantulkan.

Dalam kandang tipe open house (terbuka), sumber cahaya umumnya berasal dari sinar matahari secara langsung pada siang hari dan lampu pijar pada malam harinya. Dalam kandang closed house (tertutup), sumber cahaya umumnya berasal dari lampu pijar.

Ayam merupakan jenis ternak yang peka terhadap cahaya. Menurut Vice President Sales Poultry Asia, Big Dutchman Agriculture Malaysia, Richard Armstrong, pencahayaan pada unggas antara lain berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pertumbuhan, efisiensi konversi pakan menjadi energi dan perkembangannya.

Program Pencahayaan
Empat hal penting yang harus diketahui dalam program pencahayaan antara lain lumen (luminous flux), color, spektrum dan gelombang.

Lebih lanjut dijelaskan Richard, dalam presentasi berjudul “Lighting Management” milik Andrea Pizzabiocca, DVM (Cobb Vantress), poin pencahayaan dijabarkan sebagai berikut:

• Intensitas cahaya diukur dalam lux
Output cahaya lampu diukur dalam lumen
• Satu lumen per m² sama dengan satu lux.
• Cahaya juga memiliki suhu warna (°Kelvin):
a. 2000-3000 °K: hangat (merah)
b. 3000-4000 °K: netral (putih)
c. 4000-7000 °K: sejuk (biru/hijau)
d. Hari yang cerah adalah sekitar 5500 °K

Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal, yaitu anak ayam yang berumur antara satu sampai tujuh hari digunakan intensitas cahaya minimum 20 lux yang diberikan secara terus-menerus.

Pemberian cahaya seperti ini bertujuan untuk memastikan anak ayam dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, serta meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi terjadinya kelainan cacat pada kaki. Hal ini dapat diindikasikan oleh konsumsi pakan dan air minum yang optimal.

Pada tahap pertumbuhan ayam selanjutnya, dilakukan pembatasan intensitas cahaya dan lama pencahayaan antara dua sampai enam jam per hari.

Lama Pencahayaan
“Lama pencahayaan yang pendek pada awal-awal tahap pemeliharaan dapat mengurangi asupan pakan dan menekan tingkat pertumbuhan,” ujar Richard.

Lebih lanjut dijelaskan, pencahayaan secara terus-menerus menyebabkan terjadinya gangguan ritme harian (diurnal). Ayam broiler yang diberi cahaya terus menerus memiliki peluang yang lebih tinggi terkena kelainan kaki dan tulang. Efek selanjutnya menyebabkan unggas mengalami kesulitan untuk mendapatkan pakan dan air minum.

Unggas yang tetap berada pada posisi ritme harian mampu secara normal mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur, bergerak dan istirahat.

Sementara ditambahkan Sales Manager PT Big Dutchmann Agriculture Indonesia, Aneng Lim, pemberian lama pencahayaan selama 16 jam dapat menurunkan stres fisiologis. Selain itu terjadi peningkatan respon kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total dan peningkatan kesehatan kaki.

Tidak ada perbedaan secara signifikan, terutama pada nilai FCR. Oleh karena itu, apabila dilihat dari kelebihan penggunaan cahaya secara bergantian yang menurunkan stres fisiologis, maka disarankan untuk menggunakan metode cahaya secara bergantian. Hal tersebut juga dapat menghemat biaya listrik yang lumayan besar.

Penggunaan Cahaya untuk Ayam Broiler 
Berdasarkan karya tulis J. A. Renden, program penggunaan cahaya secara bergantian untuk ayam broiler menggunakan aturan sebagai berikut:

• Umur 0-7 hari: Intensitas cahaya 20.0 lux dengan 23 jam terang dan 1 jam gelap
• Umur 8-14 hari: Intensitas cahaya 5.0 lux dengan 16 jam terang dan 8 jam gelap
• Umur 15-21 hari: Intensitas cahaya 5.0 lux dengan 16 jam terang, 3 jam gelap, 2 jam terang dan 3 jam gelap
• Umur 22-28 hari: Intensitas cahaya 5.0 lux dengan 16 jam terang, 2 jam gelap, 4 jam terang dan 2 jam gelap
• Umur 29-35 hari: Intensitas cahaya 5.0 lux dengan 16 jam terang, 1 jam gelap, 6 jam terang dan 1 jam gelap
• Umur 36-49 hari: Intensitas cahaya 5.0 lux dengan 23 jam terang dan 1 jam gelap

Spektrum Cahaya
Pertumbuhan pada ayam, baik pedaging maupun petelur, dipengaruhi oleh spektrum cahaya. Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda, memiliki efek yang bervariasi pada retina mata dan dapat mengakibatkan perubahan pola tingkah laku yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ayam.

Warna hijau mempercepat pertumbuhan otot ayam dan menstimulasi pertumbuhan badan pada usia muda, sedangkan warna biru menstimulasi pertumbuhan badan ayam pada usia yang lebih tua.

Ayam broiler dengan pencahayaan di bawah warna biru atau hijau akan berdampak pada berat ayam secara signifikan, dibandingkan dengan ayam broiler di bawah pencahayaan warna merah atau putih.

Kemampuan ayam untuk memvisualisasikan warna sama dengan manusia, namun ayam tidak dapat melihat dengan baik ketika mendapat warna cahaya dengan panjang gelombang yang pendek (biru-hijau). Unggas sensitif pada panjang gelombang 415, 455, 508 dan 571 nanometer.

Penerangan di Kandang Tertutup
Richard kembali menerangkan, warna cahaya penerangan dalam sistem kandang tertutup (closed house) dengan kondisi suhu yang stabil dan optimal untuk pertumbuhan, serta diberikan selama 23 jam setiap harinya, memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler.

“Cahaya berwarna merah dan kuning dapat meningkatkan aktivitas dan agresivitas, sementara warna biru dan hijau justru sebaliknya, dapat mengontrol agresivitas dan aktivitas ayam sehingga ayam menjadi lebih tenang,” urainya.

Ayam yang dipelihara dengan penerangan cahaya lampu warna hijau atau biru dengan intensitas 0,1 W/m2, menghasilkan bobot badan yang nyata lebih tinggi dibandingkan ayam yang dipelihara dengan penerangan lampu warna merah.

Pemeliharaan ayam broiler pada sistem kandang terbuka di daerah tropis seringkali dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu optimal untuk pertumbuhan. Kondisi tersebut menyebabkan ayam mengalami cekaman panas, sehingga ayam meningkatkan konsumsi air minum yang berakibat pada penurunan konsumsi pakan. Menurut Richard, untuk menanggulangi masalah tersebut, maka perlu diberi tambahan cahaya penerangan pada malam hari. (NDV)

MEMAKSIMALKAN POTENSI PRODUKSI DENGAN CLOSED HOUSE

Kandang closed house terbukti meningkatkan performa produksi ternak. (Sumber: Istimewa)

Semakin hari konsumsi daging dan telur ayam per kapita masyarakat Indonesia semakin meningkat. Berbagai hal pula dilakukan stakeholder di sektor perunggasan untuk terus memacu dan mengefisienkan produksinya, salah satunya dengan membangun kandang closed house.

Kenaikan konsumsi masyarakat tentunya harus pula dibarengi oleh peningkatan produksi, bila keadaan tidak berimbang, maka akan terjadi kelangkaan. Disaat yang bersamaan, keterbatasan lahan juga menjadi kendala dalam tumbuhnya bisnis perunggasan di Indonesia. Oleh karenanya, upaya yang dilakukan integrator maupun peternak dalam meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi mereka yakni dengan melakukan instalasi kandang closed house. Namun sistem ini juga punya kekurangan dan kelebihan. 

Ayam Nyaman, Produksi Aman
Nyatanya perkembangan teknologi dibidang pemuliaan unggas sangat berimbas pada performa unggas. Misalnya saja 20 tahun lalu ayam broiler baru bisa dipanen pada usia 40-45 hari dengan bobot 1 kg lebih sedikit, namun kini peternak sudah bisa memanen broiler zaman now pada usia 35-an hari dengan bobot 2 kg bahkan lebih.

Peningkatan performa seperti ini tentunya memiliki kompensasi yang harus dibayar, salah satunya pada aspek kesehatan ternak. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar FKH IPB, Prof drh I Wayan Teguh Wibawan, yang juga konsultan kesehatan unggas. Kepada Infovet, Wayan mengungkapkan ayam di zaman sekarang sangat rentan terhadap penyakit karena kompensasi dari peningkatan gen pertumbuhannya.

“Karena gen pertumbuhannya dipercepat, gen-gen lainnya kan pasti di-suppress, sehingga ayam jadi mudah stres (tertekan) terutama oleh keadaan lingkungan. Nah, ketika ayam berada dalam keadaan stres oleh cekaman lingkungan, sistem imunnya otomatis menurun karena hormon glukokortikoid banyak disekresikan, sehingga memengaruhi kinerja timus dan menghambat produksi sitokin dan interleukin yang merangsang dan mengkoordinasikan aktivitas sel darah putih,” tuturnya.

Wayan menambahkan, hal tersebut juga dapat diperparah oleh kondisi nutrisi yang kurang bergizi dan keadaan di kandang yang kurang baik. Bila tingkat amonia di kandang tinggi dan selaput mukosa teriritasi olehnya, maka infeksi bakteri yang seharusnya bersifat komensal dapat terjadi maupun patogen, di sinilah penyakit pernafasan bermula. Melalui penjabaran itu, Prof Wayan menegaskan, karakteristik broiler di era ini sebenarnya tidak cocok dengan... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2019.

KOLABORASI TERBAIK KANDANG CH-VAKSINASI-BIOSEKURITI

Pemeliharaan ayam dengan kandang sistem closed house. (Sumber: dailymail.co.uk)

Kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan unggas secara alamiah tidaklah terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi secara step by step, sesuai dengan interaksi antara agen penyakit yang ada dengan ayam di kandang. Lingkungan kandang closed house (CH) sekalipun berpotensi adanya agen penyakit yang juga cukup tinggi jika sanitasi persiapan kandang yang dilakukan tidak sesuai dengan target agen penyakit. Pemahaman atas tulisan ini akan mempermudah peternak melakukan tindakan pencegahan penyakit secara efektif dan strategis, baik melalui biosekuriti dan vaksinasi yang tepat.

Kelebihan Sistem Ventilasi Kandang Closed House
Konsep kandang “sehat” adalah berventilasi, yaitu adanya proses penggantian udara dalam ruang oleh udara segar dari luar, baik secara alami maupun dengan bantuan alat mekanis (kipas angin) yang diperlukan untuk:

1. Memenuhi kebutuhan oksigen ayam dalam kandang.
2. Membuang gas-gas beracun di dalam ruangan kandang.
3. Membatasi naiknya suhu panas dan kelembaban di dalam kandang.
4. Menciptakan temperatur efektif sesuai kebutuhan ayam/fasenya.

Kelebihan ventilasi kandang CH di atas akan tidak optimal jika manajemen pengendalian agen penyakit tidak dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, karena kemampuan agen penyakit  melakukan invasi  dari suatu agen penyakit dapat mengalami perubahan, tergantung kondisi lingkungannya.

Di lapangan, jika suatu agen penyakit tidak mendapatkan induk semang atau lingkungan yang sesuai, maka lama-kelamaan agen penyakit tersebut...

Drh Sumarno
(Head of AHS Central & Outer Island
PT Sierad Produce, Tbk)


Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi Agustus 2019.

PERPADUAN SISTEM PERTAHANAN BUDIDAYA AYAM

Penggunaan kandang closed house mampu menjamin keamanan dan kenyamanan ayam dari berbagai persoalan (cuaca, suhu, iklim) dan serangan penyakit. (Foto: ANTARA)

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan dua musim, yakni musim hujan dan kemarau, disamping memiliki suhu panas dan kelembaban tinggi, kondisi ini menjadi lahan yang baik bagi perkembangan berbagai macam penyakit ayam, baik yang disebabkan bakteri, virus, parasit ataupun jamur.

Oleh karena itu, peternak ayam di Indonesia perlu lebih jeli dan cerdas dalam mengelola usaha peternakannya dalam menekan resiko serangan berbagai penyakit agar tak menelan kerugian. Untuk meminimalisir serangan penyakit, peternak sejak awal harus sudah menentukan pilihan sistem pertahanan budidaya ayamnya.

Kandang Closed House
Kandang tertutup atau closed house dengan program vaksinasi ketat dan biosekuriti adalah suatu hal penting yang saling berkorelasi dan tidak terpisahkan dalam menekan resiko serangan penyakit terhadap ayam.

Penggunaan kandang closed house mampu menjamin keamanan dan kenyamanan ayam dari berbagai macam persoalan, antara lain cekaman stres (cuaca, suhu, iklim) dan serangan penyakit (meminimalisir kontak dengan organisme lain di sekitar peternakan). Pada closed house, parameter yang memengaruhi pertumbuhan ayam diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan ayam, disamping dapat digunakan untuk meningkatkan produksi dengan efesiensi lahan yang dimiliki.

Bila pada kandang terbuka (open house), ayam yang dapat ditampung... (SA)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2019.

MENJAGA SALURAN PERNAPASAN

Brooding sukses, pernapasan beres. (Istimewa)

Penyakit pada sistem pernapasan unggas bisa dibilang ngeri-ngeri sedap. Selain menunjukkan gejala klinis yang serupa dan kadang tidak spesifik, daya bunuhnya juga luar biasa. Jangan lupakan juga penyakit zoonotik seperti AI (Avian Influenza) yang juga menyerang sistem pernapasan.

Ayam modern memang banyak memiliki kelebihan, terutama dari segi performa produksi dan kecepatan pertumbuhan. Namun begitu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ayam modern cenderung lebih mudah stres yang berdampak pada turunnya performa, bahkan berujung kematian.

Bicara saluran pernapasan, sistem ini merupakan sistem terbuka yang berhubungan langsung dengan dunia luar layaknya saluran pencernaan. Jadi, sistem pernapasan juga merupakan pintu masuk bagi agen-agen penyakit dari luar tubuh ayam. 

Kenyamanan Ayam
Fokus dalam menanggulangi dan mencegah penyakit pada saluran pernapasan utamanya adalah menciptakan supply kualitas udara yang baik dan berkelanjutan. Oleh karenanya, beberapa titik kritis harus diperhatikan agar sistem ventilasi di kandang maksimal dan membuat ayam nyaman di dalamnya.

Hal pertama yang perlu diperhatikan yakni konstruksi kandang. Kandang yang apik dengan kualitas udara yang baik akan membuat penghuninya bernapas dengan nyaman. Di masa kini, bisa dibilang kandang closed house adalah sebuah keniscayaan, namun karena berbagai macam alasan, mayoritas peternak Indonesia masih mengadopsi “madzhab” kandang terbuka (open house) dengan tipe postal maupun panggung. 

Kedua tipe kandang terbuka tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun begitu konstruksi kandang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi dan modal yang dimiliki. Prinsip pembuatan kandang adalah kuat/kokoh, murah dan dapat memberikan kenyamanan pada ayam. Kekuatan kandang harus diperhitungkan dalam pembuatan kandang karena berkenaan dengan keselamatan ayam dan pekerja kandang. Oleh karena itu, konstruksi kandang tidak boleh sembrono dan “setengah-setengah”.

Kandang harus kuat terhadap terpaan angin dan mampu menahan beban ayam. Untuk itu, perlu diperhatikan konstruksinya agar kokoh dan tidak mudah ambruk. Disamping kuat, pembangunan kadang diusahakan murah, tetapi bukan murahan. Artinya, membangun kandang hendaknya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat tanpa mengurangi kekuatan kandang.

Sales Representative PT Big Dutchman Indonesia, Arfiyan Sudarjat, mengatakan, memang perubahan iklim dan cuaca sekarang sangat ekstrem, apalagi di negara-negara tropis seperti Indonesia, keadaan ini akan menyebabkan ayam menjadi stres, karenanya closed house menjadi sebuah solusi dalam menjaga kualitas udara dalam kandang.

“Kenyataannya memang seperti itu, namun karena faktor biaya (utamanya) orang jadi enggan bikin closed house, padahal closed house adalah investasi yang menjanjikan dan dapat digunakan jangka panjang. Kalau murah atau mahalnya itu tergantung peternak mau yang sederhana atau yang kompleks,” kata Arfiyan.

Ia tidak menyalahkan mindset masyarakat dan peternak yang masih menganut sistem kandang terbuka, tetapi lebih menyarankan kepada mereka agar lebih ketat dalam manajemen pemeliharaan, utamanya biosekuriti, selain juga memperhatikan... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi Juni 2019.

SEPERTI APA RESEARCH FARM CLOSED HOUSE HASIL KERJASAMA JAPFA-UGM?

Seremonial peresmian kandang closed house JAPFA-UGM ditandai pengguntingan pita.

Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof Ir Panut Mulyono, M.Eng, D.Eng, Selasa (23/4/2019) meresmikan research farm (closed house) di Fakultas Peternakan UGM. Kandang tertutup tersebut hasil kerjasama dengan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JAPFA) melalui anak usahanya, PT Ciomas Adisatwa.

Dengan dijalinnya kerjasama itu, diharapkan dapat melahirkan lulusan-lulusan UGM yang siap terjun ke industri peternakan dengan kemampuan yang mumpuni.

“JAPFA sebagai perusahaan agribisnis terintegrasi memiliki komitmen yang kuat dalam membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan, khususnya pemenuhan kebutuhan protein hewani asal unggas yang halal dan higienis. Komitmen tersebut salah satunya diwujudkan melalui kerjasama dengan Fakultas Peternakan UGM,” kata Achmad Dawami, Deputy Head of Commercial Poultry Division JAPFA.

Bagian dalam research farm JAPFA-UGM.

Kandang tertutup ini akan digunakan mahasiswa S1, S2, dan S3 untuk melakukan penelitian terkait budidaya ayam. UGM melalui Fakultas Peternakan UGM menjadi perguruan tinggi Indonesia pertama yang memiliki kandang closed house berstandar internasional.

Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof Ali Agus mengemukakan, “Kerja sama research farm closed house menjadi hadiah ulang tahun ke-50 bagi UGM dan ini sangat relevan untuk menemukan riset-riset baru yang berguna bagi Indonesia.”

Luas kandang 8x24 meter persegi dan dibagi menjadi 48 replikasi masing-masing berukuran 1,25x2 meter. Kapasitas tiap replikasi menampung 32 ekor ayam.

Kolaborasi JAPFA dengan UGM merupakan rangkaian kerjasama yang terjalin sejak 2003. Pada saat itu dibangun teaching farm yang dilanjutkan pada 2017 dengan pembangungan Laboratorium Pasca Panen berkapasitas sekitar 20.000 ekor ayam per hari. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer