Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Cacing | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

INFESTASI CACING YANG BIKIN MERINDING

Ascaridia galli. (Foto: Istimewa)

Orang awam mungkin mengetahui cacing sebagai salah satu mahluk penggembur tanah atau umpan memancing. Namun tidak semua cacing menguntungkan, ada beberapa jenis cacing yang justru merugikan bagi manusia dan hewan ternak.

Cacing yang akan dibahas dalam artikel ini merupakan cacing yang bersifat parasitik, terutama pada unggas. Cacingan merupakan penyakit akibat infeksi/infestasi cacing parasit di dalam tubuh makhluk hidup.

Cacing parasit banyak menginfeksi saluran pencernaan ternak, tak terkecuali unggas. Parasit ini sering menimbulkan banyak keluhan terutama dari peternak layer maupun breeding farm. Keluhan awal yang terjadi umumnya penurunan nafsu makan, diare berkepanjangan, keseragaman bobot badan yang tidak baik, bobot badan berada di bawah standar, penurunan produksi telur disertai daya tetas telur yang berkurang.

Selain itu, cacingan dapat menginduksi penyakit-penyakit pencernaan seperti necrotic enteritis (NE) dan yang paling berbahaya adalah menyebabkan penurunan daya tahan tubuh (imunosupresi) yang berujung pada kematian.

Mengidentifikasi Cacing Parasit
Menurut Dosen Mata Kuliah Endoparasit SKHB IPB University, Drh Risa Tiuria, dikatakan bahwa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam terdiri dari dua jenis, yaitu jenis cacing gelang (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Parasit cacing gelang sangat sering dijumpai pada breeding farm yang menggunakan sistem closed house dan pemeliharaan postal yang memakai litter. Hal ini dikarenakan kondisi pada litter sangat mendukung siklus perkembangan cacing dan tingginya kemungkinan ayam memakan telur cacing yang ada pada litter. Jenis cacing gelang yang kerap dijumpai menginfeksi ayam di lapangan adalah:

• Cacing Ascaris sp. Cacing ini paling sering dijumpai, berbentuk seperti spageti dengan panjang sekitar 5-12 cm dan dapat ditemukan di sepanjang usus halus. Cacing ini memiliki lama siklus hidup dari telur yang termakan hingga bertelur kembali berkisar 5-8 minggu. Larva dari cacing ini menyebabkan pendarahan pada usus halus, sehingga meningkatkan risiko infeksi sekunder dari bakteri Clostridium perfringens yang dapat menyebabkan NE.

• Cacing Capillaria sp. Cacing ini berbentuk seperti benang halus, biasanya cacing ini ada pada kerongkongan dan/atau tembolok. Cacing ini dapat menembus mukosa saluran pencernaan bagian atas sehingga menyebabkan peradangan pada tembolok dan dinding kerongkongan. Hal ini akan menyebabkan ayam mengalami kesulitan makan yang mengakibatkan penurunan nafsu makan.

• Cacing Heterakis gallinarum. Cacing Heterakis berbentuk seperti benang halus dan dapat ditemukan pada sekum. Cacing ini menyebabkan peradangan pada sekum yang ditandai dengan berkurangnya lipatan-lipatan mukosa pada sekum. Cacing ini juga merupakan vektor penyebaran dari penyakit histomoniasis atau black head disease.

Sedangkan jenis cacing pita yang umum ditemukan pada ayam adalah cacing pita dari jenis... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

CACING SI MALING NUTRISI

Siklus hidup Ascaridia sp. Periode Prepaten sekitar 45 hari. (Bautista-Vanegas et al., 2023)

Cacing merupakan parasit atau organisme yang mendapatkan makanan dan menggantungkan hidupnya bersama atau berada dalam hospes atau induk semangnya. Parasit selalu mendapatkan keuntungan dari hubungan hidup dengan hospesnya. Parasit dikategorikan obligat apabila seluruh siklus hidupnya tergantung oleh hospesnya dan dikategorikan sebagai fakultatif apabila siklus hidupnya dapat bersama hospes atau hidup bebas.

Parasit yang hidup di dalam tubuh hospes biasa dikenal sebagai endoparasit, sementara parasit yang hidup di luar atau pada permukaan tubuh hospesnya dikenal sebagai ektoparasit. Yang menarik dari parasit adalah siklus hidup kompleksnya yang biasanya terdiri dari berbagai macam bentuk siklus hidup yang akan memberikan pengaruh berbeda terhadap lingkungan maupun hospesnya.

Perhatian peternak terhadap parasit cacing kerap kurang dibanding perhatiannya terhadap penyakit yang disebabkan virus maupun bakteri, meskipun sering kali faktor penyakit parasit merupakan faktor pendukung utama atas terjadinya kasus yang disebabkan virus maupun bakteri. Hal yang menyebabkan kurangnya perhatian peternak karena anggapan parasit merupakan penyakit yang mudah untuk ditanggulangi dan diobati, serta dengan manajemen yang ketat dan intensif akan mudah menghindari kasus penyakit parasit. Hal lain yang menyebabkan kurangnya perhatian peternak adalah penyakit ini jarang menimbulkan kematian tinggi, hanya terbatas pada penurunan tingkat pertumbuhan dan produksi telur.

Cacing, sebagai parasit sering kali ditemukan pada berbagai tipe skala peternakan ayam. Cacing pada ayam secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu cacing gilig (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Cacing hidup pada saluran pencernaan ayam dan menular antar ayam melalui telur-telur yang dikeluarkan bersama feses.

Ada dua jenis siklus hidup cacing, siklus hidup langsung dan tidak langsung. Pada cacing dengan siklus hidup langsung hanya membutuhkan satu spesies hospes untuk memenuhi siklus hidupnya secara lengkap, meskipun pada beberapa stadium siklus hidup berada di luar tubuh hospesnya. Sedangkan pada cacing dengan siklus hidup tidak langsung, memerlukan dua spesies hospes yang berbeda untuk memenuhi seluruh siklus hidupnya secara lengkap, yaitu hospes tetap dan sementara. Cacing dengan siklus hidup tidak langsung berada pada stadium belum dewasa di hospes sementara dan memerlukan perpindahan pada hospes tetap agar siklus hidupnya berubah menjadi dewasa.

Periode grower ayam pada umumnya merupakan masa yang rawan infeksi cacing. Infeksi umumnya menimbulkan gejala klinis di antaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
PT Romindo Primavetcom
Jl. Dr Saharjo, No. 264 Jakarta
HP: 0812-8644-9471

PELAN NAMUN PASTI, CACING MERUGIKAN

Cacing gilig yang sering menyerang ayam. (Sumber: layinghens.hendrix-genetics.com)

Cacing adalah salah satu penyakit yang masih sering menyerang ayam petelur maupun pedaging. Tidak begitu mematikan, tetapi kerugian yang ditimbulkan tidaklah sedikit. Terlebih lagi, kondisi saat ini harga pakan naik signifikan.

Serangan cacing bisanya terjadi perlahan, bahkan kadang tidak teridentifikasi. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, penurunan produksi telur maupun pertumbuhan bisa sangat signifikan. Saat serangan awal biasanya ayam tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Konsumsi ransum juga dirasakan masih sama. Penurunan berat atau besar telur biasanya belum teridentifikasi, kecuali dilakukan pengamatan data recording dengan lebih jeli. Bahkan kadang kala kasus cacing ini tidak terpantau, meskipun produksi telur sudah turun secara signifikan karena konsentrasi peternak maupun tenaga kesehatan lebih besar pada kasus bakterial atau viral.

Cacing yang Sering Menyerang
Cacing yang sering menyerang ayam di antaranya adalah cacing gilig dan cacing pita. Ada sebuah analisis (meta-analysis) dari peneliti Anwar Shifaw et al. (2021), dipublikasikan oleh Poultry Science terkait jenis cacing yang sering menyerang ayam. Dari sebanyak 2.985 artikel yang dipublikasikan selama tahun 1948 sampai 2019, menunjukkan data jenis cacing yang menyerang ayam adalah Ascaridia galli (35,9%), Heterakis gallinarum (28,5%), Capillaria spp. (5,90%), dan Raillietina spp. (19%).

Lalu bagaimana data yang ada di Indonesia? Data identifikasi cacing yang sering menyerang ayam petelur di salah satu sentra peternakan ayam petelur, Udanawu Blitar, pernah dilakukan oleh peneliti dari Universitas Airlangga (Klalissa dkk, 2023). Hasilnya menunjukkan bahwa dari 96 sampel yang diambil, terdeteksi ada 81,25% sampel positif terserang cacing. Setelah diidentifikasi lebih lanjut, sebanyak... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development,
PT Mensana Aneka Satwa

CACING, PARASIT YANG (DIAM-DIAM) BIKIN PAILIT

Infestasi cacing dalam saluran pencernaan ayam dapat menimbulkan luka pada mukosa usus dan menjadi tempat masuknya penyakit lain. (Foto: Istimewa)

Perhatian sering kali lebih banyak tertuju pada penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan mikotoksin, namun masyarakat peternakan sering luput dengan penyakit parasitik seperti cacingan. Di luar sana, masih saja ditemui kasus kecacingan pada peternakan ayam.

Akibat dari penyakit kecacingan secara klinis memang tidak separah akibat dari penyakit viral maupun bakterial, sehingga cacingan dipandang sebelah mata. Pada awal kejadian, penyakit cacingan tidak menimbulkan kematian dan tidak terlihat pada data recording farm, berupa penurunan produksi telur. Namun pada kenyataannya di lapangan, kasus cacingan seringkali menjadi pintu pembuka bagi masuknya penyakit viral dan bakterial lain.

Infestasi cacing dalam saluran pencernaan ayam dapat menimbulkan luka pada mukosa usus dan menjadi tempat masuknya bakteri Clostridium sp, sebagai penyebab penyakit Nekrotik enteritis (NE). Oleh karena itu, pengendalian dan penanganan kasus penyakit NE tidak terlepas dari langkah-langkah pengendalian penyakit parasiter cacingan, selain pengendalian juga terhadap penyakit parasiter Koksidiosis.

Peternak tidak pernah tahu ayam menderita cacingan atau tidak, selama tidak melakukan pemeriksaan terhadap feses, untuk mencari kemungkinan adanya telur cacing, maupun potongan tubuh cacing. Dan biasanya, diketahui ternak mengalami kecacingan setelah dilakukan bedah bangkai, berkaitan dengan kasus lain yang sedang diperiksa. Jarang sekali dilakukan bedah bangkai khusus yang ditujukan untuk mengetahui ada/tidaknya infestasi cacing di dalam tubuh ayam. Sehingga diagnosa kecacingan ditegakkan setelah terlihat adanya cacing di dalam saluran pencernaan.

Nematoda atau Cacing Gilig
Cacing ini merupakan cacing saluran pencernaan yang paling umum. Parasit ini disebut cacing gilig karena berbentuk bulat serta tidak bersegmen dan merupakan kelompok parasit penting pada unggas sehubungan dengan banyaknya spesies dan dampak yang ditimbulkan.

Ada dua jenis siklus hidup nematoda, siklus hidup langsung dan siklus hidup tidak langsung. Pada cacing gilig dengan siklus hidup langsung, perkembangan siklus hidup terbagi atas empat bagian; (1) Telur yang dikeluarkan bersama feses. (2) Telur yang berada di lingkungan, berkembang, menetas dan tertelan oleh hospes. (3) Berkembang menjadi larva pada bagian proventrikulus. (4) Cacing dewasa di usus.

Pengendalian dan pengobatan ditujukan langsung pada hospes dengan tujuan mematikan dan mengeluarkan parasit secara langsung. Sedangkan pada cacing dengan siklus hidup tidak langsung, pengendalian dan pengobatan dapat ditujukan terhadap hospes sementaranya dan pengobatan terhadap hospes dengan tujuan mematikan dan mengeluarkan parasit secara langsung.

Infeksi Ascaridia sp. 
Spesies Ascaridia merupakan contoh utama parasit cacing yang sering ditemukan pada ayam. Siklus hidup spesies ini tidak membutuhkan hospes perantara. Penularan penyakit parasit ini melalui… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2020)

Drh Yuni
PT ROMINDO PRIMAVETCOM

PARASIT PADA UNGGAS "POTENSI CACING MENDEGRADASI KESEHATAN UNGGAS"

Prevalensi infestasi cacing pada ayam cenderung relatif tinggi terjadi pada ayam layer komersial. (Sumber: serfonteinpoultry.co.za)
Infestasi atau infeksi cacing pada ayam komersial tidak hanya menyebabkan penghambatan produktivitas semata. Namun mempunyai dampak lain yang bersifat indirect dan jauh lebih merugikan secara ekonomis. Bentuk nyatanya berupa respon yang cenderung lemah terhadap serangan infeksi agen penyakit bakterial maupun viral. Manifestasi yang dapat dimonitor antara lain dengan adanya kegagalan program vaksinasi dan terhambatnya pertumbuhan, serta produktivitas ayam, seperti disampaikan Drh Zahrul Anam, kepada Infovet.

Menurut teknisi kesehatan unggas lapangan dari PT Sanbe Cabang Yogyakarta ini, bahwa selama ini mainstream kuat tentang dampak buruk umumnya selalu mengarah langsung terhadap produktivitas ayam. Padahal tidak sedikit dampak ikutan lainnya yang jauh lebih dahsyat, yaitu terhadap status kesehatan dan stamina kesehatan unggas secara integral.

“Ayam yang mengalami infestasi cacing selalu membawa akibat berupa lemahnya respon dan terganggunya proses kekebalan tubuh yang muncul, sehingga berujung pada situasi dan kondisi kurang optimalnya kesehatan ayam,” ujar Zahrul.

Lebih lanjut, program vaksinasi yang dijalankan akan kurang berhasil dan berimplikasi pada ayam, sehingga menjadi rentan dan mudah mengalami sergapan penyakit. “Adanya cacing di dalam tubuh ayam, dalam status infeksius, akan menyebabkan ayam menjadi kurang tanggap terhadap serangan anekan agen penyakit. Hal ini dimulai dengan kurang berhasilnya program vaksinasi,” jelas dia.

Ia menambahkan, dengan adanya infestasi parasit cacing pada organ usus dalam derajat yang sedang hingga berat, berakibat pada rusaknya dinding dan vili-vili pada usus. Akibat kerusakan tersebut, mengganggu proses metabolisme tubuh. Hal ini diawali dengan terganggunya absorbsi nutrisi untuk membantu proses produksi zat kebal, selain menurunnya nafsu makn maupun minum. “Jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu lama, sudah pasti akan bermuara pada lemahnya mekanisme respon sel tubuh dalam memproduksi zat kebal,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan, akibat adanya infestasi parasit cacing di dalam tubuh ayam, juga akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh. Kemunculan stress merupakan manifestasi lain dari akibat gangguan tersebut. Karena itu, perlu penelusuran secara cermat jika menjumpai ayam yang semakin berkurang nafsu minum dan makannya. “Ini juga bisa menjadi awal adanya infestasi cacing. Selama ini banyak yang kurang memperhitungkan itu,” ucapnya.

Biasanya prevalensi (tingkat kejadian) infestasi cacing pada ayam cenderung relatif tinggi terjadi pada ayam komersial petelur, dengan derajat keparahan rendah hingga menengah. Zahrul menyebut, potensi gangguan penyakit belum begitu mengkhawatirkan dan umumnya diketahui pada derajat keparahan di tingkat menengah. Sedangkan pada ayam potong (broiler), relatif lebih kecil prevalensinya. “Akan tetapi jika dijumpai kasus infestasi dalam skala atau derajat tinggi, bisa mengarah pada kualitas sumber air minum maupun pada gudang pakan yang kurang higienis,” katanya.

Berkaitan dengan lemahnya respon tubuh ayam terhadap semua program vaksinasi, menurut ayah tiga anak ini, ketidak-optimalan hasil program pengebalan mempunyai peran yang besar. Dari hasil pengamatannya di lapangan, umumnya akibat yang timbul yakni rendahnya pencapaian target performa pertumbuhan dan produktivitas unggas.

“Dan ini selalu diketahui setelah ayam masuk dalam tahap produksi. Keterlambatan ini memang nyaris terjadi karena program pemberantasan cacing masih kurang mendapatkan perhatian. Walau dilakukan pengobatan hasilnya juga kurang maksimal,” tukasnya. Oleh karena itu, program pemberantasan cacing harus secara simultan dilakukan dengan program-program lainnya, agar hasil optimal dan terbaik yang akan dicapai. (iyo)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer