Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Breeder | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEWASPADAI PENYAKIT VIRAL PADA AYAM PETELUR, AGAR PRODUKSI TETAP SUBUR

Apapun penyakit yang menyerang, produksi telur pasti akan turun. (Foto: Infovet/Ridwan)

Telur merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan mudah ditemukan di pasar. Indonesia juga merupakan salah satu dari 10 negara penghasil telur terbanyak di dunia. Namun pada praktiknya, menghasilkan telur tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena banyak penyakit yang menjadi hambatan.

Beternak layer komersil dan breeder bisa dibilang susah-susah gampang. Masa pemeliharaan yang lebih lama daripada ayam broiler, menjadi salah satu alasannya. Selain biaya pakan, yang perlu diperhitungkan adalah ancaman penyakit yang otomatis lebih berisiko dikarekanan lamanya masa pemeliharaan.

Pada dasarnya banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada produksi telur, misalnya saja manajemen pemeliharaan, nutrisi, stres, lingkungan dan penyakit. Beberapa penyakit pada layer terutama yang disebabkan oleh virus kerap menyerang dan menimbulkan kerugian ekonomis. Oleh karenanya, butuh perhatian lebih dalam menghadapi tantangan tersebut.

Kenali Betul Musuh Kita
Beberapa penyakit viral kerap kali menjadi “langganan” di kandang peternak layer. Seperti Infectious Bronchitis (IB), Newcastle Disease (ND), Egg Drop Syndrome (EDS) dan yang sedang hits yakni Avian Influenza (AI) H9N2 yang juga menjadi kontroversi di kalangan peternak, peneliti, akademisi dan pemerintah.

Terlepas dari itu tentunya tidak ada peternak yang ingin merugi akibat serangan penyakit viral tersebut, baik serangan secara tunggal maupun komplikasi. Pada dasarnya, semua penyakit infeksius viral maupun bakterial akan menghasilkan dampak buruk berupa penurunan produksi dan kualitas telur pada layer komersial dan breeder. Hal tersebut dikemukakan Factory Manager PT Sanbio Laboratories, Drh Arini Nurhandayani. 

Menurutnya, yang menjadi permasalahan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2021. (CR)

STRATEGI MENJAGA KESEHATAN PADA BREEDER

Ternak ayam broiler pada masa pertumbuhan. (Foto: Antara)

Pada akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan munculnya wabah COVID-19 yang mengancam keselamatan kesehatan umat manusia di dunia karena menyebar dengan cepat dan dahsyat. Yang cukup menarik adalah sarana dan prasarana yang biasa akrab dengan kalangan petugas kesehatan (baik manusia maupun hewan) seperti kebersihan diri/lingkungan, masker, sarung tangan, disinfektan, antiseptik/sanitizer, pakaian verpak steril, sprayer, rapid test dan lain-lain menjadi dikenal dan digunakan berbagai kalangan masyarakat yang tidak ada kaitannya dengan bidang kesehatan.

Tidak semua orang tahu bahwa ketatnya biosekuriti seperti di atas di lingkungan breeder (peternakan pembibitan ayam ras, baik pedaging maupun petelur) sudah lama diterapkan di seluruh dunia demi mencegah kontaminasi penyakit unggas yang terbawa dari luar peternakan melalui orang, hewan liar, peralatan, kendaraan, air, udara dan pakan ayam. Untuk itu penulis menyajikan bagaimana program keamanan biologis (biosekuriti) di lingkungan peternakan breeder.

I. Kontrol Kesehatan
a. Persiapan Kandang
- Tempat pakan, minum dan layar dikeluarkan lalu direndam dalam air disinfektan.
- Kotoran ayam/litter diangkat, dikarungi dan diangkut keluar kandang.
- Lantai kandang direndam selama satu malam dengan soda api (konsentrasi 0,1-0,2%).
- Setelah lantai kering disemprot dengan cairan klorin.
- Tiang dan dinding kandang disemprot dengan cairan antiparasit, kemudian semprot dengan larutan iodin/bromoquad 25 cc/liter air) dan terakhir semprot dengan larutan disinfektan 3,75 cc/liter air.
- Lantai kandang dikapur, kemudian pasang layar dan peralatan kandang.
- Tebar sekam lalu lakukan fumigasi ruangan (gunakan 22 gr PK + 40 cc formalin untuk 2,8 m3).
- Nyalakan brooder satu jam sebelum DOC tiba.

b. Sanitasi Kandang
- Sediakan bak celup kaki berisi air disinfektan dan baskom cuci tangan di setiap pintu kandang.
- Bersihkan kawat dinding kandang dari debu/sarang laba-laba.
- Kontrol selokan/saluran air buangan di sekitar kandang agar tetap mengalir dengan lancar.
- Buang litter/alas sekam yang menggumpal dan segera ganti dengan yang baru.
- Gudang pakan dalam kandang harus terhindar dari kebocoran dan kotoran.
- Ayam mati/sakit segera dikeluarkan dari kandang.

c. Sanitasi Peralatan Kandang
- Hindari peminjaman peralatan dari kandang lain.
- Pembersihan… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2020)

Ir Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad

Sisi Lain dari Mycoplasma “Penyakit Menahun yang Selalu Ada”

Air sacculitis yang ditemukan pada DOC yang menggambarkan penyebaran vertikal dari induk. (Sumber: Istimewa)

Penyakit saluran pernafasan mendapat perhatian ekstra, baik pada ternak layer, breeder sampai broiler. Penanganan dan antisipasi di layer farm dan breeder farm bisa diantisipasi dengan vaksinasi menggunakan beberapa penyakit yang menyerang saluran pernafasan, baik vaksin live ataupun vaksin killed, namun di broiler vaksinasi tidak selengkap di layer farm karena siklusnya yang pendek.

Ada satu link yang saling berhubungan erat baik di layer, breeder dan broiler, dan hampir semua sepakat mengatakan pengobatannya sangat sulit, berulang dan cost-nya cukup tinggi hanya untuk membebaskan farm dari penyakit ini. Peternak biasanya menyebutnya dengan CRD atau Chronic Respiratory Diseases yang disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum (MG).

Mycoplasma gallisepticum akan ditransferkan dari induk ke anak (DOC), sehingga akan mengakibatkan penyebaran 100% di kandang yang diakibatkan oleh bawaan induk. Hal ini tidak mengenal pengecualian, baik di layer, breeder maupun broiler. Ditambah lagi dengan penyebaran yang terjadi pada ayam di bawah empat minggu, akan menghasilkan gejala klinis lebih berat dibanding dengan ayam di atas empat minggu. Apabila tidak ditangani dengan sempurna, infeksi sekunder akan lebih mudah masuk dari awal, baik viral maupun bakterial, maka penanganan MG ini ketika terserang diumur di atas empat minggu.

Tidak seperti bakteri pada umumnya yang bersifat ektraseluler, bakteri ini dapat menginfeksi makrofag dan sel darah putih, sehingga dikategorikan sebagai intraseluler patogen dan dengan sifat inilah yang menyebabkan pengobatan terhadap mycoplasma seakan-akan tidak efektif dan cenderung berulang-ulang, hampir mirip dengan Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC yang memerlukan pengobatan intensif, dan karena sifat menginfeksi makrofag inilah beberapa ahli ada yang mengatakan MG sebagai salah satu penyakit imunosupresi.

Banyak yang ingin membunuh bakteri ini baik dengan antibiotik atau dengan sistem kekebalan tubuh berupa makrofag, namun bakteri ini justru bisa bersembunyi di dalam makrofag. Sudah tentu dengan sifat bakteri seperti ini, opsi untuk membuat kandang bebas mycoplasma hanya ada dua, antara lain DOC harus benar-benar free mycoplasma ditambah single age farm atau culling semua flok yang positif mycoplasma seperti yang dilakukan di beberapa negara lain. Karena pilihan tersebut sulit dilakukan, maka yang bisa dilakukan adalah berdamai dengan mycoplasma lewat tiga pilihan, yakni vaksinasi, antibiotik rutin dan berkala, serta kombinasi antara vaksin dengan antibiotik.

Antibiotik terhadap mycoplasma umum diberikan terutama saat DOC, baik layer, breeder maupun broiler, apabila mencurigai ada vertikal transmisi dari induk dan mencegah gejala klinis yang berat di awal pertumbuhan. Untuk mengetahui hal ini...

Drh Agus Prastowo
Technical Manager PT Elanco

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Januari 2019.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer