Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Bahan Pakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEWASPADAI MUSUH DI DALAM BAHAN PAKAN

Teknik formulasi pakan untuk ternak ruminansia cenderung lebih sederhana ketimbang monogastrik seperti unggas. (Foto: Istimewa)

Untuk membuat pakan tentunya dibutuhkan bahan baku. Beragam bahan baku pakan digunakan seefisien mungkin dalam formulasi untuk menghasilkan pakan terbaik. Namun begitu, ada hal yang harus diwaspadai dalam bahan baku pakan selain adanya mikotoksin.

Kenali Musuhnya
Dalam suatu formulasi pakan, beragam jenis bahan baku digunakan baik dari sumber energi (jagung), protein (tepung ikan, SBM), lemak (CPO), serat dan lain sebagainya. Kebanyakan dari berbagai jenis bahan baku biasanya tidak terutilisasi dengan sempurna sehingga kandungan nutrisi dan energi metabolisme (ME) yang diharapkan tidak tercapai.

Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Prof Ali Agus, teknik formulasi pakan untuk ternak ruminansia cenderung lebih sederhana ketimbang monogastrik seperti unggas. Hal ini dikarenakan ruminansia dibantu oleh beragam jenis bakteri dan substrat di dalam rumennya, sedangkan untuk ayam tidak.

“Oleh karena itu enzim biasanya tidak terlalu banyak digunakan dalam pakan ruminansia, karena mereka sudah ada pembantunya di saluran cerna, bahkan selulosa yang molekulnya tebal dan besar saja bisa mereka serap,” tutur Ali Agus.

Kembali ke masalah utilisasi nutrien yang terkandung dalam bahan baku, menurut Ali Agus, hal tersebut berhubungan dengan zat antinutrisi yang terkandung di dalam bahan baku. Sebut saja misalnya asam fitat dan saponin yang merupakan “pencuri” beberapa jenis mineral penting seperti Fe, Ca, Zn, Mg dan Cu.

“Beberapa mineral dapat diikat oleh asam fitat. Sebagaimana kita ketahui, beberapa jenis mineral itu bersifat aktivator pada enzim endogen, ketika aktivatornya diikat oleh asam fitat, kinerja enzim pencernaan menjadi berkurang, sehingga nutrisi yang seharusnya dapat diutilisasi dengan maksimal malah jadi tidak efektif, selain itu jumlah nutrisi yang diserap oleh usus menjadi berkurang,” kata dia.

Untuk itulah penambahan enzim secara eksogen melalui feed additive, kata Ali Agus dapat menjadi… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2022. (CR)

BELAJAR DARI JEPANG OPTIMALKAN KUALITAS BAHAN PAKAN

Workshop Optimalisasi Teknologi Pakan dalam Peningkatan Kualitas Pakan Lokal. (Foto: Istimewa)

Untuk memenuhi ketersediaan pasokan bahan pakan dalam negeri, limbah tanaman pertanian banyak digunakan untuk bahan pakan. Di Jepang, tanaman umbi-umbian seperti ketela digunakan sebagai pakan ternak. Namun hijauan dari tanaman tersebut tidak begitu sering digunakan sebagai pakan karena tingginya kelembapan, rendahnya kandungan nutrisi dan biaya pemrosesannya.

Hal itu diuraikan pakar nutrisi ternak dari Hiroshima University, Jepang, Prof Taketo Obitsu dalam Workshop Optimalisasi Teknologi Pakan dalam Peningkatan Kualitas Pakan Lokal, Sabtu (18/9/2021), yang diselenggarkan secara daring oleh Fakultas Peternakan UGM.

Dalam pemaparannya, Obitsu menggarisbawahi bahwa produksi pakan ternak dengan limbah pertanian dan mitigasi dampak lingkungan perlu diperhatikan. Dikatakan, beberapa bahan pakan, terutama konsentrat di Jepang masih diimpor.

Data 2019 menunjukkan bahwa 77% dari total hijauan di Jepang telah mampu dicukupi dari produksi dalam negeri, sementara konsentrat hanya berkisar 12%. Untuk sapi perah dan sapi potong, mayoritas kebutuhan konsentrat masih diimpor. “Berdasarkan hal tersebut, Jepang berusaha mengembangkan teknologi pakan dengan menggunakan bahan-bahan lokal,” kata Obitsu.

Untuk meningkatkan swasembada pakan, teknologi baru untuk menghasilkan silase tanaman jagung dan padi (termasuk dengan bijinya) telah dilakukan dengan dukungan pemerintah. Jepang mengembangkan silase tongkol jagung dan padi yang ditanam oleh peternak sapi perah.

“Silase tongkol jagung mulai dikenalkan di Jepang. Jagung yang akan digunakan untuk silase ditanam dengan sistem rotasi pada lahan subur. Jagung yang terdiri dari tongkol, kulit tongkol dan kernel diawetkan menjadi silase gulung dan dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan biji jagung dalam ransum,” tukasnya. (IN)

PELATIHAN DAN PABRIKASI BAHAN PAKAN BERKELANJUTAN

Teknologi biofermentasi untuk mengawetkan bahan pakan berkadar air tinggi dengan memanfaatkan bakteri asam laktat. (Foto: Istimewa)

Dosen Fakultas Peternakan IPB, Dr M. Ridla dalam pelatihan dan pabrikasi bahan pakan berkelanjutan di pesantren Darul Fallah, melalui daring, Sabtu (10/7), mengatakan untuk dapat memperpanjang umur simpan bahan pakan ruminansia, terdapat dua cara utama yakni dengan teknologi hay dan silase, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Hay memerlukan energi panas untuk mengeringkan, tergantung pada cuaca dan kecerahan di siang hari, diolah di ruang terbuka dan disimpan di gudang, serta mudah diangkut dan diperjualbelikan. Adapun silase, dapat diawetkan langsung tanpa perlu adanya energi panas, tidak tergantung cuaca, diolah di ruang tertutup atau silo, serta sulit diangkut dan diperjualbelikan.

“Bahan baku pakan dari hasil ikutan banyak yang berkadar air tinggi seperti ampas, daun, kulit, buah, limbah pasar, limbah restoran dan lain-lain. Selain berisiko mencemari lingkungan, bahan baku pakan tinggi air juga sulit disimpan dan mudah busuk,” kata Ridla.

Lebih lanjut dijelaskan, untuk pemanfaatan bahan baku pakan tersebut, perlu dilakukan langkah pengeringan hingga kandungan bahan keringnya mencapai 85%. Pengeringan perlu waktu, alat dan biaya, serta tidak efisien untuk jumlah yang banyak. “Perlu teknologi alternatif yang bisa mengolah limbah dalam waktu dan jumlah yang tak terbatas,” jelas dia. 

Untuk itu, lanjut dia, adanya teknologi biofermentasi untuk mengawetkan bahan berkadar air tinggi tersebut dengan memanfaatkan bakteri asam laktat. Dengan teknologi itu, bahan pakan dapat awet dan aman, asal telah mencapai tingkat keasaman pada pH 4-5. Dengan cara seperti itu, bahan campuran dengan kadar air tinggi dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Campuran bahan pakan yang berkadar air tinggi seperti ampas tahu, ampas kecap, ampas tempe, kulit nanas, kulit jagung, buah apkir, urea, molases, dedak dan lain-lain, disimpan dalam silo hampa udara atau anaerob. Melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat tersebut, bahan pakan akan dapat tersimpan lama, dengan bahan kering berkisar 30-50%, protein kasar 12-17% dan total digestibel nutrien mencapai 60-70%. (IN)

PEMBERIAN KACANG TANAH DAPAT MENINGKATKAN PERFORMA AYAM

Sebuah studi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian makan kacang tanah utuh tinggi oleat menunjukkan bahwa pemberian kacang tanah pada ayam broiler dapat meningkatkan profil fatty acid daging.

Meskipun studi tambahan harus dilakukan, studi ini menunjukkan bahwa memberi makan kacang oleat tinggi yang tidak direbus ke ayam pedaging dapat meningkatkan profil fatty acid daging.

Penelitian yang bertajuk Feeding high-oleic peanuts to meat-type broiler chickens enhances the fatty acid profile of the meat produced ini dipublikasikan oleh Elsevier.

Di berbagai belahan dunia seperti India, Ghana dan Nigeria, tepung kacang tanah biasa digunakan sebagai sumber protein untuk pakan unggas. Namun, sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan di AS yang meneliti penggunaan kacang sebagai bahan pakan alternatif bagi unggas untuk meningkatkan kandungan gizi atau kualitas daging dan/atau telur yang dihasilkan.

Studi pakan unggas oleh Pesti et al., (2003) dan Costa et al., (2001) telah mengidentifikasi tepung kacang tanah yang dibuat dari kacang tanah normal-oleat (asam oleat 52% dan asam linoleat 27%) sebagai pakan unggas yang baik. Namun demikian, beberapa penelitian telah meneliti penggunaan kultivar kacang tanah oleat tinggi modern (80% asam oleat dan 2% asam linoleat) sebagai bahan pakan untuk ayam jenis daging, dan menentukan pengaruhnya terhadap komposisi kimia dan kualitas daging yang dihasilkan.

Studi yang juga dilakukan di Market Quality & Handling Research Unit - Agricultural Research Service menunjukkan bahwa telur yang dihasilkan dari ayam petelur yang diberi pakan yang mengandung kacang oleat tinggi dan jagung memiliki kandungan b-karoten 1,35 kali lipat lebih tinggi, intensitas warna kuning telur 2 kali lipat lebih tinggi, dan kandungan minyak asam oleat tak jenuh tunggal juga lebih tinggi dibandingkan telur yang dihasilkan dari ayam petelur yang diberi pakan bungkil kedelai dan jagung konvensional.

8 KELAS FEED ADDITIVE

Feed additive adalah bahan pakan non nutrien yang ditambahkan dalam campuran pakan (ransum) untuk tujuan tertentu. Setiap feed additive memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda dalam meningkatkan kinerja ternak. Berikut ini beberapa feed additive yang disering ditambahkan dalam ransum, dengan tujuan meningkatkan kinerja pertumbuhan.

Antibiotik

Mekanisme kerjanya adalah dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri di organ usus halus. Harapannya makronutrien dapat tercerna dan terabsorbsi secara optimal.

Probiotik

Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menambah jumlah mikroba yang bermanfaat yang kemudian dapat mengurangi mikroba yang merugikan sehingga dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan.

Prebiotik

Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menyediakan substrat atau ‘makanan’ bagi mikroba yang baik. Agar mikroba yang bermanfaat dapat tumbuh dengan maksimal dan menghambat bakteri negatif.

Fitobiotik

Mekanisme kerjanya dengan cara mematikan mikroba patogen, meningkatkan sekresi enzim pencernaan, memperlancar aliran darah, mengurangi kadar glukosa darah, memperbaiki keadaan organ dalam, memperbaik fungsi organ dan saluran pencernaan, meningkatkan nafsu makan, meningkatkan kualitas produk pencernaan dan fungsi khusus lain.

Enzim

Mekanisme kerjanya dengan cara menambah atau melengkapi jumlah enzim dalam saluran pencernaan yang tujuannya melengkapi nutrien pakan.

Asam Organik

Mekanisme kerjanya dengan cara menurunkan pH saluran pencernaan dengan harapan mikroba patogen tidak tahan karena sensitif terhadap perubahan pH, dan menyebakan mikroba patogen tidak bisa tumbuh dan berkembang biak bahkan mati.

Zat Warna/Aroma

Ditujukan untuk meningkatkan palatabilitas dan konsumsi pakan.

Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mencegah ketengikan (rancidity) oksidatif dari lemak tak jenuh. Ketengikan tersebut penting untuk dicegah karena dapat merusak vitamin A, D, E, dan beberapa vitamin B kompleks. Semua bahan pakan akan mengalami kerusakan, terlebih bahan pakan yang kaya lemak. Bahan pakan yang kaya lemak ini akan mengalami auto oksidasi dan segera mengalami proses ketengikan. Untuk mencegah oksidasi bahan pakan, maka secara rutin mestinya antioksidan diberikan dalam bahan pakan ternak.

(Sumber: Prof Dr Ir Zuprizal, Perkembangan Pakan Unggas (Ayam) di Indonesia dan Teknologi Feed Additive)

8 KLASIFIKASI BAHAN PAKAN

Hijauan kering dan jerami kering

Berbagai hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan serta berbagai jerami kering yang sengaja dipanen dan dirawat. Contoh hay rumput gajah, hay rumput raja, hay daun jagung.

Hijauan segar

Berbagai hijauan pakan dan tanaman biji-bijian yang khusus dipanen dan diberikan pada ternak dalam keadaan segar. Contoh rumput gajah, rumput raja.

Silase

Berbagai hijauan pakan yang telah dipotong-potong dan mengalami fermentasi terkontrol, tidak termasuk silase ikan, butiran sebangsa padi, biji sebangsa legume, dan umbi-umbian. Contoh silase hijauan jagung.

Hijauan kering, jerami kering, hijauan segar, dan silase adalah bahan pakan untuk ruminansia.

Sumber energi

Berbagai bahan pakan yang memiliki kandungan energi yang tinggi. Contoh jagung, dedak, bekatul, pollard.

Sumber protein

Berbagai bahan pakan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Contoh tepung ikan, soya bean meal, kedelai, meat bone meal.

Sumber mineral

Berbagai bahan pakan yang memiliki kandungan mineral yang tinggi. Contoh garam dapur, tepung tulang, tepung batu kapur.

Sumber vitamin

Berbagai bahan pakan yang memiliki kandungan vitamin dan preparat vitamin yang tinggi. Contoh minyak ikan, tablet vitamin B kompleks.

Aditif pakan

Berbagai bahan pakan yang tidak berfungsi sebagai sumber nutrien atau non nutrien. Ditambahkan dalam bahan pakan dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan palatabilitas dan lainnya. Yaitu antibiotik, prebiotik, fitobiotik, enzim, asam organik, hormon, zat warna, dll.

(Sumber: Prof Dr Ir Zuprizal, Perkembangan Pakan Unggas (Ayam) di Indonesia dan Teknologi Feed Additive)

STRATEGI PENGGEMUKAN TERNAK MENJELANG IDUL ADHA

Penggemukan ternak jelang hari raya Idul Adha (Foto: Ist)


Penggemukan ternak menjadi perhatian para peternak terutama menjelang momen-momen tertentu seperti Idul Adha. Dalam penggemukan ternak, pemberian pakan yang optimal menjadi kunci utama keberhasilan. Hal tersebut dikupas dalam Obrolan Peternakan edisi ke-3 tanggal 20 Juni 2020 yang merupakan persembahan dari Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan (Fapet) UGM.

Dr Ir Bambang Suwignyo SPt MP IPM ASEAN Eng, salah satu narasumber yang juga Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerja Sama Fapet UGM, mengatakan bahwa pelet pakan hijauan dapat menjadi pilihan pakan dengan berbagai keunggulan.

Gulma sebagai sumber bahan pakan utama untuk membuat pelet pakan hijauan adalah jenis bahan pakan yang lebih tahan terhadap situasi ekstrem, yaitu panas dan air yang sedikit (musim kemarau) dibandingkan dengan rumput konvensional sehingga hampir pasti tersedia/tumbuh sepanjang tahun.

Bambang menambahkan, pelet pakan hijauan juga mengandung serat protein kasar tinggi lebih dari 20%, karena campurannya dapat didesain dengan komponen utama yang dominan adalah rumput gulma bernutrisi tinggi. Kadar nutrisinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan pakan. Pada kadar protein kasar yang sama, pelet pakan hijauan lebih murah dibandingkan dengan konsentrat komersial. Pelet pakan hijauan dapat berupa murni hijauan atau dicampur bekatul atau konsentrat.

Pelet hijauan pakan memperkecil peluang pakan tersisa karena ternak tidak dapat memilih. Jika pakan diberikan dalam bentuk hijauan, akan banyak yang tersisa karena ternak memilih yang dimakan. Pakan yang tidak terpilih akan terinjak ternak, bercampur dengan kotoran, dan menumpuk.

Cara pembuatannya pun sangat mudah. Hijauan dicampur dan dimasukkan ke dalam mesin kemudian dikeringkan selama 2—3 hari jika panas terik. Setelah kering, warnanya menjadi hijau kecoklatan. Semakin tinggi kadar konsentrat, warna pelet makin cerah. Setelah itu, pelet paling baik disimpan di dalam drum plastik karena kedap air, kuat, dan ukuran dapat dipilih.

Bentuk pelet juga menjadi kompak tidak voluminous (rowa) sehingga mudah dipacking dan dimobilisasi. Sangat cocok untuk penanganan ternak dalam program rescue, misalnya bencana erupsi Merapi atau Gunung Agung beberapa waktu lalu.

Narasumber lain, Prof Dr Ir Ristianto Utomo SU, dosen di Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fapet UGM mengungkapkan alternatif lain pakan berkualitas adalah pakan komplet fermentasi.

Ini cara pembuatan pakan komplet fermentasi: (1) Hijauan dicacah dan dicampur. (2) Hijauan ditambahkan konsentrat sesuai formula dan diaduk hingga merata. (3) Hijauan dimasukkan dan dipadatkan di dalam drum plastik kemudian diperam sekitar satu minggu. (4) Setelah diperam, pakan siap diberikan kepada ternak.

Pakan komplet fermentasi merupakan hasil fermentasi dari pakan komplet dengan menggunakan mikrobia sebagai inokulan dan molases sebagai substrat. Proses fermentasi dapat menaikkan kecernaan pakan dan meningkatkan kualitas pakan. Selain itu, pakan komplet fermentasi dapat dibuat dalam jumlah yang banyak sehingga peternak memiliki cadangan pakan. Dengan demikian, peternak tidak perlu mencari pakan setiap hari.

Dalam kesempatan yang sama, Prof Dr Ir Zaenal Bachruddin MSc IPU ASEAN Eng, dosen di Laboratorium Biokimia Nutrisi Fapet UGM yang menjadi inventor dan pengembangan bakteri asam laktat, memaparkan tidak hanya secara ilmiah, namun juga pengalamannya mengimplementasikan hebatnya mikrobia ke dalam ternak domba.  

Bisnis pakan dengan konsep ada peran serta mikrobia ini dapat menjadi bisnis yang menjanjikan. Sementara itu sebagai pakan ternak, keberadaan mikrobia dalam pakan sangat menunjang kinerja produktivitas ternak. (Rilis/INF)  

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer