Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Agribisnis | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

IPB UNIVERSITY BERMINAT KEMBANGKAN PETERNAKAN SAPI DI BLORA

Pertemuan perwakilan IPB bersama Bupati Blora

Potensi populasi sapi di Kabupaten Blora yang jumlahnya besar mulai banyak dilirik perguruan tinggi yang memiliki disiplin ilmu peternakan dan turunannya.

Setelah beberapa waktu lalu ada UGM Yogyakarta dan PT. Andini Blora Gama Sejahtera (ABGS) yang akan mendirikan peternakan sapi modern hulu hilir di Desa Megeri.

Kini hadir Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga ingin berkontribusi dalam pembangunan peternakan sapi di Blora.

Jumat malam (11/3/2022), sekira pukul 20.00 WIB, Tim Departemen Agribisnis IPB Bogor datang langsung ke Blora untuk melakukan presentasi dan penjajakan pengembangan peternakan sapi dengan Bupati H. Arief Rohman, S.IP., M.Si.

Tim diterima langsung oleh Bupati di kantor Sekretariat Daerah, Jl. Pemuda no.12 Blora. Tim terdiri dari Dr. Ir. Suharno, M.Adev (Wakil Program Studi S2 Agribisnis IPB).

Kemudian Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si (Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Bidang Akademik dan Kemahasiswaan); serta Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si (Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB).

Ketiganya bersama anggota lainnya berdiskusi dengan hangat bersama Bupati H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., didampingi Kepala Bappeda, Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan, Sekretaris Dinas Pendidikan dan para Kabid DP4.

Kepada Bupati dan jajarannya, Dr. Ir. Suharno, M.Adev menyampaikan bahwa pihaknya bersama tim berminat ikut membangun peternakan Blora karena disini potensi sapi sangat besar.

“Komoditas unggulan peternakan Blora adalah sapi , terbesar di Jawa Tengah dan kedua terbesar di Indonesia. Jumlah ini meningkat sebesar 7.22%/tahun. Namun pengelolaan usaha ternak belum mengarah pada pengelolaan bisnis dan masih bersifat individu. Dan juga keterbatasan pakan ternak terbatas pada musim kemarau dan belum mengoptimalkan sumberdaya yang ada (limbah jerami, bungkil jagung, limbah tebu dan lainnya). Sehingga kami tertarik untuk ikut membantu,” ungkap Suharno.

“Kami ingin mengembangkan agribisnis peternakan di Kabupaten Blora, dengan menjalankan bisnis sapi potong sebagai ekonomi andalan kawasan berlandaskan ilmu dan teknologi . Kemudian meningkatkan pendapatan peternak dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora,” tambahnya.

Gagasan ini menurutnya akan diwujudkan melalui program Kedaireka - Matching Fund Agribisnis - Pemda Blora. Serta Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Potong Melalui Inovasi Kelembagaan Sekolah Peternak Rakyat di Kabupaten Blora.

Diskusi berlangsung hingga larut malam bersama SKPD terkait untuk memetakan wilayah mana yang akan dijadikan percontohan program dari IPB ini.

Bupati H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., menyampaikan rasa bangganya dan apresiasi setinggi-tingginya atas niat baik IPB Bogor dalam keikutsertaannya untuk bersama-sama membangun sektor peternakan di Kabupaten Blora.

“Ya semalam kita diskusi bersama di kantor hingga larut malam. InshaAllah IPB Bogor bersedia membantu kita lewat program Kedaireka - Matching Fund Agribisnis - Pemda Blora untuk Sesarengan mbangun Blora dalam hal Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Potong Melalui Inovasi Kelembagaan Sekolah Peternak Rakyat di Kabupaten Blora,” ungkap Bupati, Sabtu (12/3/2022) pagi.

Menurut Bupati, ada beberapa desa yanag akan dicurvei terlebih dahulu untuk menentukan mana lokasi yang cocok.

“Rencananya akan melakukan survei terlebih dahulu ke beberapa desa. Kita minta SKPD terkait untuk mendampingi, seperti ke Desa Palon Kecamatan Jepon, Desa Pengkolrejo Kecamatan Japah, dan beberapa desa lainnya.Mohon doa nya semoga tahapannya lancar agar kedepan para peternak di Kabupaten Blora semakin baik, dan dapat meningkatkan kesejahteraan nya. Dengan begitu perekonomian Blora dari sektor peternakan juga akan tumbuh,” jelas Bupati. (INF)

AGRIBUSINESS OUTLOOK 2022, GELIAT BISNIS UNGGAS

Webinar Agribusiness Outlook 2022 “Geliat Bisnis Udang dan Unggas di Tahun Macan Air”. (Foto: Infovet/Ridwan)

Industri perunggasan saat ini masih menjadi tumpuan penghasil protein hewani masyarakat yang dikenal dengan harga murah. Namun tantangan yang semakin tinggi membuat fluktuasi harga unggas di tingkat konsumen dan peternak kerap terjadi.

Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dalam meningkatkan produksi. Hal itu disampaikan Dr Ir Rachmat Pambudy, dalam webinar Agribusiness Outlook 2022 “Geliat Bisnis Udang dan Unggas di Tahun Macan Air”, Kamis (10/3/2022).

“Dengan produksi di atas 3 miliar ekor, membuat bisnis perunggasan menjadi sangat penting. Kita berharap kebijakan pemerintah bisa memberikan arah baru bagi sektor perunggasan yang lebih stabil, kompetitif dan bergairah bagi peternak, begitupun di sektor udang kita,” kata Rachmat.

Salah satu tantangan berat yang masih menyertai bisnis perunggasan datang dari sektor pakan ternak. Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Drh Desianto Budi Utomo, menyebutkan beberapa faktor yang membuat tingginya harga pakan.

“Pengenaan PPN dan bea masuk beberapa jenis bahan pakan impor masih menjadi salah satu faktor penyebab harga pakan mahal,” kata Desianto.

“Kemudian naiknya ongkos pengiriman dan kelangkaan kontainer, serta peningkatan harga jagung dan bahan pakan seperti soybean meal (SBM) maupun meat bone meal (MBM).” Harga jagung kini mencapai Rp 5.000-5.600, serta SBM dan MBM saat ini menyentuh harga Rp 10.000-11.000/kg.

Kenaikan bahan pakan tersebut, kata Desianto, menyebabkan harga pakan terkoreksi karena komponen bahan pakan berkontribusi 80-85% dari total biaya produksi pakan.

Lebih lanjut, tantangan lain yang juga menjadi ancaman adalah importasi ayam Brasil. Hal itu menjadi kekhawatiran karena biaya produksi ayam Brasil lebih rendah sehingga membuat harga menjadi sangat kompetitif.

Untuk mempersiapkan tantangan-tantangan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Bidang Perekonomian, Dr Musdhalifah Machmud MT, menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya melakukan pengembangan industri perunggasan nasional.

Diantaranya dengan peningkatan produktivitas dan daya saing industri perunggasan melalui modernisasi budi daya dan rantai pasok, dorongan pengembangan industri pengolahan telur dan pengaturan tata niaga daging dan telur unggas.

“Kemudian juga stabilisasi harga daging dan telur ayam, serta stabilisasi harga pakan dan bahan baku pakan unggas, melakukan upaya peningkatan konsumsi masyarakat dan membentuk tim kajian untuk membuat road map perunggasan nasional,” kata Musdhalifah. (RBS)

MELIHAT POTRET DAN PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA

Webinar Agrina Agribisnis Outlook “Prospek Agribisnis Indonesia 2021”. (Foto: Dok. Infovet)

Rabu, 10 Maret 2021. Agrina Agribisnis Outlook “Prospek Agribisnis Indonesia 2021” diselenggarakan secara daring. Webinar yang dihadiri 90-an orang ini fokus membahas bagaimana potret dan pengembangan sektor agribisnis Indonesia yang tengah dilanda pandemi COVID-19.

“Untuk menatap prospek agribisnis ke depan, kita harus melihat kejadian-kejadian dari tahun sebelumnya, bahkan melihat juga ke depan bagaimana menyiapkan strategi jangka menengah maupun jangka panjangnya,” ujar Ketua Dewan Redaksi Majalah Agrina, Prof Bungaran Saragih dalam sambutannya.

Sebab adanya kondisi pandemi, lanjut dia, berpengruh besar secara global terutama dari segi kesehatan yang berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

“Tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi kita negatif. Namun walau pertumbuhannya rendah, produk domestik bruto (PDB) agribisnis khususnya on farm walaupun ikut berdampak turun, tapi masih tetap positif,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Deputi Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Mahmud, yang menjadi pembicara pada sesi I. Ia menjelaskan, pada 2020 sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mampu tumbuh positif.

“Pertumbuhan ini banyak terstimulus dari stimulus fiskal berupa bantuan sosial-ekonomi serta mulai membaiknya kondisi ekonomi sejak triwulan III. Begitu juga pada sub sektor tanaman pangan dan tanaman hortikultura yang memperlihatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari sekitarnya,” kata Musdhalifah. PDB pertanian 2020 untuk tanaman pangan (3,54%), tanaman hortikultura (4,17%), tanaman perkebunan (1,33%), peternakan (0,33%), serta jasa pertanian dan perburuan (1,60%).

Lebih lanjut dijelaskan, untuk PDB pertanian 2021 diproyeksikan tumbuh di atas 3%. Guna mencapai hal itu, lanjut dia, dibutuhkan dorongan dari sisi produksi disertai dukungan sisi permintaan.

“Perbaikan harga komoditas tanaman perkebunan dan perbaikan sisi permintaan konsumsi produk hewani diharapkan memperbaiki pertumbuhan subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan,” jelas dia.

Ia juga menyebut, adapun tantangan yang harus diperhatikan pemerintah pada tahun ini diantaranya anomali iklim, penerapan teknologi, regenerasi sumber daya manusia, diversifikasi pangan, akses pangan maupun kerawanan pangan. Kemudian kelembagaan, akses pembiayaan, integrasi data dan logistik yang juga menjadi challenge, selain alih fungsi dan kepemilikan lahan.

Sementara memasuki webinar sesi II, dihadirkan pembicara Koordinator Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, Sekretariat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Batara Siagian. Dalam paparannya, ia menjelaskan beragam upaya yang telah dan akan dilakukan dalam memenuhi ketersediaan jagung untuk pakan ternak.

“Upaya pada 2020 kita sudah lakukan bantuan benih jagung bersertifikat (1,4 juta ha), kerja sama pengembangan budi daya jagung (3.000 ha), pengembangan petani benih jagung (2.600 ha), food estate jagung Sumba Tengah (2.000 ha) dan budi daya jagung hibrida (21.500 ha),” ujar Batara.

Sementara untuk tahun ini, lanjut dia, pihaknya sudah menyiapkan beberapa strategi dalam memenuhi ketersediaan jagung dalam negeri. Diantaranya bantuan benih jagung bersertifikat 988.000 ha, budi daya jagung pangan 3.000 ha, pengembangan jagung wilayah khusus 9.000 ha, pengembangan petani benih jagung 1.250 ha dan food estate jagung Sumba Tengah 4.380 ha.

“Untuk target produksi jagung pada 2021 sebanyak 23 juta ton pipilan kering, dengan terus melakukan perbaikan mutu jagung dalam negeri melalui perbaikan standar jagung (SNI 8926: 2020 jagung) dan pendampingan uji mutu bagi pelaku jagung nasional,” katanya.

Sedangkan dari sisi perunggasan, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Sugiono, mengemukakan dinamika ketidakstabilan harga unggas hidup secara nasional melalui pengendalian produksi DOC FS dengan cutting HE fertil dan afkir dini PS.

“Terdapat korelasi positif upaya pengendalian produksi DOC FS (akhir Agustus-November 2020) dengan perkembangan harga live bird (LB). Kenaikan LB ini turut berpengaruh pada naiknya permintaan dan harga DOC FS dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.000/ekor,” kata Sugiono.

Untuk mengatasi persoalan itu, ia menjelaskan, “Setiap perusahaan pembibit harus memprioritaskan distribusi DOC FS untuk eksternal farm (peternak rakyat) sebanyak 50% dari produksinya dengan harga sesuai acuan Permendag Rp 5.500-6.000/ekor.”

Sebelumnya harga LB di tingkat peternak, DOC dan pakan di Pulau Jawa pada Januari-Februari 2021, disampaikan Sugiono dari data PIP untuk LB berada dikisaran Rp 17.600-19.500/ekor, DOC antara Rp 6.750- 7.700/ekor dan pakan berkisar antara Rp 7.400-7.800/kg.

Untuk itu adapun beberapa poin upaya permanen stabilisasi perunggasan yang dijelaskan Sugiono, diantaranya pengaturan supply-demand, pembibit GPS wajib menyediakan DOC FS (20%) dari produksi kepada pembibit PS eksternal.

“Kemudian 50% DOC FS untuk ekternal farm, menyerap dan memotong LB di RPHU oleh pembibit GPS sebesar produksi FS secara bertahap selama lima tahun, memotong LB bagi pelaku usaha menengah-besar, kewajiban penguasaan RPHU dan rantai dingin oleh pembibit GPS secara bertahan selama lima tahun dan peningkatan konsumsi pangan asal unggas melalui kampanye sadar gizi secara massif,” pungkasnya.

Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 10:00-16:00 WIB juga turut menghadirkan pembicara lain, diantaranya Bhima Yudhistira Adinegara (peneliti INDEF), Togar Sitanggang (Wakil Ketua III GAPKI) dan Tinggal Hermawan (Kementerian Kelautan dan Perikanan). (RBS)

KETAHANAN PANGAN & GIZI BERBASIS KONSUMSI DAN KELUARGA

Webinar ketahanan pangan dan gizi, berlangsung interaktif


Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir sepanjang tahun 2020 menimbulkan dampak serius pada banyak sektor, termasuk pada kemampuan masyarakat dalam menyediakan, menjangkau, dan memanfaatkan bahan pangan bagi keluarga.

Dengan kondisi ini, yang harus dikedepankan untuk dicapai adalah ketahanan pangan dan gizi berbasis konsumsi pangan keluarga. Demikian disampaikan Ketua IPB SDGs (Sustainable Development Goals) Network, Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, dalam acara Bincang-Bincang Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (BBA) Volume 3 dengan topik “Ketahanan Pangan di Masa Pandemi” hari Sabtu, 12 Desember 2020. 

“Dua pertiga urusan kelaparan berhubungan dengan cukup konsumsi pangan dan gizi, terutama pada seribu hari pertama kehidupan,” ujar pria yang pernah menjabat Wakil Menteri Perdagangan (2011-2014) ini. Berbeda dengan aspek produksi, permasalahan konsumsi pangan --khususnya kecukupan gizi seperti ancaman stuting (kekurangan gizi kronis pada anak)-- berada di tingkat keluarga. Pembicaraan soal pemenuhan gizi keluarga tidak sebatas membahas aspek sosial-budaya dan selera makan, melainkan juga terkait pengetahuan dan kesadaran akan gizi.

Dalam hal ini, peran ibu menjadi sangat penting. Pendapatan keluarga juga menjadi hal kritikal untuk memastikan agar makanan sehat dapat tersaji setiap hari. Di luar itu, pemahaman soal sistem pangan (food system), memegang peran penting, mengingat ketahanan pangan bukan hanya masalah produksi, melainkan juga distribusi, pengolahan, penyimpanan, hingga konsumsi.“

Ketahanan pangan, menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan sendiri dipengaruhi setidaknya lima faktor, yakni kondisi ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. 

Adanya pandemi ini memaksa pemerintah menerapkan pembatasan dalam berbagai bidang. Kebijakan tersebut ikut mempengaruhi ketahanan pangan, khususnya ketersediaan dan kemudahan akses terhadap pangan oleh masyarakat. 

Pembicara lainnya, sosiolog Dr. Imam Prasodjo, menjelaskan adanya dikotomi para developmentalist yang mengagungkan pertumbuhan versus para konservasionis yang mendesak perlunya melestarikan sumber daya alam, mengurangi pemanasan global, dan pemulihan layanan ekosistem. “Yang adil adalah dengan menerapkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development),” kata Imam. Ia juga menekankan bahwa paradigma pembangunan tidak semata-mata hanya soal pertumbuhan (growth) melainkan juga soal kebahagiaan (human-eco happiness) atau ecosystem well-being.  Dalam hal ini, Imam melihat IPB University seharusnya menjadi tulang punggung dalam konteks eco-happiness.  

Imam Prasodjo, yang merupakan direktur Yayasan Nurani Dunia, melihat bahwa anak-anak muda masa kini, khususnya generasi milenial, lebih pro pencegahan perubahan iklim, sehingga mereka perlu dirangkul dan diberdayakan agar menjadi penggerak pembangunan berkelanjutan. Ia berpendapat, kebangkitan ketahanan pahan dapat dilakukan melalui pertanian rumah tangga (home farming) dan pertanian komunitas (communities farming).  Petani yang termarjinalkan harus didampingi oleh orang kota yang terdidik karena pertumbuhan pertanian tidak produktif tak lain disebabkan tenaga kerja yang tidak terdidik. 

Ia memaparkan inisiatif yang digagas Yayasan Nurani Dunia yaitu Kampung Ilmu, yang membangkitkan keluarga dan komunitas berusaha di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.  “Pendidikan harus di hubungkan dengan usaha kecil dan kepada para champion.  Harus ada pendekatan praktisi dan ilmuwan secara multidisiplin,” ujarnya.  

Di sisi lain, Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ibnu Khajar, mengungkapkan pandemi Covid-19 tidak hanya bicara soal kesehatan melainkan juga soal ketersediaan pangan. “Yang mengagetkan, banyak rumah sakit menelepon kami bahwa tenaga medis tidak punya suplai makanan,” ujarnya. Call Center ACT yang sebelumnya masyarakat hubungi untuk konfirmasi donasi, kini 70 persen lebih menanyakan bantuan pangan. Termasuk pula mesjid-mesjid mitra ACT, mayoritas menghubungi untuk menginformasikan bahwa jamaah mereka amat membutuhkan bantuan pangan karena persediaan menipis. 

ACT mendistribusikan bantuan pangan menggunakan armada rice truck dan water truck.  Operasi Makan Gratis dilakukan menyasar pekerja informal, ojek online, dan buruh yang di-PHK. Mereka meneruskan program Lumbung Beras Wakaf di Blora yang membina pengelolaan 1.000 hektare sawah, dan ditingkatkan menjadi 5.000 hektare. Mereka berkolaborasi dengan YP3I (Yayasan Penguatan Pesantren Indonesia) dalam aktivasi lahan pertanian di 28.000 pesantren di Indonesia untuk program ketahanan pangan. 

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga melakukan hal mirip melalui pendekatan mengembalikan daya beli, melalui Bantuan Tunai Mustahik (BTM) untuk 20.000 keluarga dan dukungan paket logistik keluarga. Ada pula Program Bank Makanan yang bekerja sama dengan pengelola hotel-hotel untuk membantu masyarakat sekitar yang terancam kebutuhan pangannya. Di saat sama, Kepala Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) BAZNAS, Ajat Sudarjat, memaparkan program pendayagunaan pangan, mulai dari Lumbung Pangan, Kebun Keluarga Indonesia, Pertanian Terpadu, hingga Balai Ternak buat masyarakat di berbagai daerah. 

Beberapa alumni IPB juga berbagi pengalaman terkait perjuangan usaha mereka terdampak pandemi Covid-19. Anni Nuraini, pengusaha travel di Bogor, mengakui dunia pariwisata amat terpengaruh, hampir semua sektor pariwisata mati dan bangkrut. Usaha Anni sendiri akhirnya banting setir ke agribisnis berupa budidaya organik ubi jepang demi karyawannya tetap bertahan. 

Deddy Fakhruddin, pengusaha sapi perah dan potong domisili Malang, yang belakangan terjun di bisnis edu-wisata. Ia mengaku sedikit beruntung karena bisnisnya tidak satu jenis. “Don’t put your money in one basket,” katanya memberi tips. Saat pandemi melanda, ia memutuskan segera banting setir ke sektor konsultasi dan edukasi digital, dan kini menjadi penopang utama. Ia beruntung tidak mengurangi gaji ataupun memberhentikan karyawannya.  

Sementara Purwo Hadi Subroto, petani dan pengusaha agribisnis di Pekanbaru, Riau, mengelola bisnisnya secara terpadu. Awalnya, produksi buah dan sayuran, termasuk ikan dan ayam, masih melimpah saat pandemi mulai melanda, namun daya beli menurun. Mereka melakukan efisiensi dan penurunan harga modal, termasuk memasak di rumah menggunakan tungku, 60 persen lebih hemat daripada menggunakan gas, untuk menyiasati biaya sehari-hari. Strategi menambah jenis tanaman juga dilakukan karena permintaan produk tertentu terdampak. Contohnya pepaya, yang biasanya satu supermarket menyerap hingga 200 kilogram, saat awal pandemi turun menjadi hanya 30 -  100 kilogram. Purwo dan para petani lokal juga berusaha memperluas pasar produk pertanian tersebut. (CR)

PETERNAK MADIUN BAGI AYAM GRATIS

Warga berebut "bantuan" ayam dari peternak di Madiun

Lagi - lagi pil pahit terpaksa ditelan oleh peternak. Parahnya kini, selain berkutat dengan masalah fluktuasi harga, secara tidak langsung pendapatan mereka berangsur menurun akibat wabah Covid-19.

Seperti yang dilakukan oleh peternak ayam broiler di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Mereka membagikan ribuan ayam secara gratis, menyusul anjloknya harga ayam sejak pertengahan 2019 hingga saat ini.

Di Pasar Dungus, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Kamis (16/4/2020), sejumlah peternak mulai membagi-bagikan ayam secara gratis, warga di sekitar pasar pun terlihat antusias menerima "bantuan" ayam tadi.

Setidaknya delapan mobil pick up dikerahkan untuk mengangkut sekitar 2.000 ekor ayam broiler hidup. Setelah mobil terparkir, ratusan warga berlari mendekat hingga berdesak-desakan berebut mengambil ayam.  Pengambilan ayam tidak dibatasi. Rata-rata warga mengambil dua hingga tiga ekor. 


"Harga ayam hidup di kandang saat ini sangat hancur sampai kami tidak mampu membeli pakan. Harga saat ini sebesar Rp 6.000 per kilogram. Sementara harga pokok penjualan (HPP) sesuai peraturan menteri pertanian paling rendah Rp 17.000 per kilogram," ujar Yusak Dwi Prasetyo, salah satu peternak ayam di Kabupaten Madiun.

 Aksi bagi-bagi ayam gratis sebagai bentuk wujud keresahan peternak ayam yang tidak mampu lagi berpoduksi jika harga masih jauh di bawah standar. Peternak lebih baik membagikan ayam itu gratis kepada masyarakat daripada membiarkan ribuan ayam mati kelaparan karena tidak diberi makan.

"Lebih baik kami bagikan ayam ini gratis kepada masyarakat agar bisa dinikmati," ungkap Yusak.  Bila tidak ada perubahan harga dalam waktu dekat, peternak akan kembali membagikan ribuan ayam kepada masyarakat.

Harapannya, aksi bagi ayam gratis dapat membuka mata pemerintah bahwa peraturan yang dibuat tidak berjalan efektif di lapangan. Salah satunya peraturan pemerintah yang mengatur harga ayam hidup ambang terendah di kandang sebesar Rp 17.000 per kilogram. Para peternak pun kebingungan dengan jatuhnya harga ayam hidup di lapangan. Pasalnya harga eceran daging ayam di pasar tetap stabil diatas Rp 20.000.

"Semestinya bila harga di kandang Rp 6.000 perkilogram maka harga daging ayam seharusnya Rp 15.000 perkilogramnya," jelas Yusak.

Senada dengan Yusak, Suwito peternak ayam lainnya menyatakan harga ayam hidup makin anjlok setelah wabah corona melanda Indonesia. Bahkan selama beternak ayam belasan tahun, harga ayam hidup terendah mencapai Rp 6.000 per kilogram, jauh di bawah harga standar.

"Harga ayam hidup makin hancur setelah wabah corona terjadi. Banyak peternak ayam gulung tikar karena tidak kuat menanggung beban biaya pakan dan operasional," jelas Suwito.

Suwito mengatakan harga ayam hidup mulai jatuh sejak pertengahan 2019. Harga ayam makin anjlok setelah masuk awal tahun 2020. Menurut Suwito, saat ini masih ada peternak yang bertahan lantaran menghabiskan stok ayam hidup. Suwito berharap pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan peternak ayam. (CR)






EAST HOPE TERIMA KUNJUNGAN PELAJAR SMK AGRIBISNIS TERNAK

Siswa-siswi SMKN 2 Purbalingga kunjungi kawasan industri PT East Hope (Foto: Istimewa)

Sebanyak 102 siswa dan siswi SMKN 2 Purbalingga melakukan kunjungan ke kawasan pabrik PT East Hope Agricultural Indonesia, Senin (15/4/2019).

Penuh sukacita, tim PT East Hope menyambut siswa-siswi yang didampingi para guru pembimbing untuk mengelilingi Kawasan Industri East Hope di Desa Kutamekar, Ciampel, Karawang.

Informasi yang Infovet terima dari Marketing&Public Relations East Hope, kunjungan ini merupakan persyaratan dalam memenuhi uji kompetensi siswa-siswi Jurusan Agribisnis Ternak Unggas kelas XI.

Kegiatan kunjungan tersebut meliputi melihat langsung kegiatan produksi pakan, serta mencoba peralatan kerja dengan didampingi instruktur dari guru pembimbing dan diawasi oleh pihak perusahaan.

Sebelumnya, siswa-siswa menyimak uraian singkat mengenai profil perusahaan, kegiatan produksi, dan K3 perusahaan dari pihak East Hope. (NDV)

PERTUMBUHAN SEKTOR AGRIBISNIS SEMAKIN MENGUAT

Berpose bersama pada acara seminar nasional agribisnis 2019. (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam empat tahun terakhir (2014-2018), dukungan sektor agribisnis dalam perekonomian nasional semakin besar. Agribisnis dinilai semakin menguat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan agribisnis pada kuartal II 2018 mencapai 4,76% melonjak dari 3,23% pada kuartal yang sama di 2017.

“Penguatan tersebut beralasan karena dua hal utama, yaitu puncak panen raya padi terjadi pada Maret 2018 dan cuaca yang lebih kondusif dibanding 2017 menyebabkan produksi sayur dan buah meningkat,” ujar Kepala Biro Perencanaan Setjen Kementerian Pertanian, Abdul Basit, pada acara Seminar Nasional Agribisnis 2019, di TMII Jakarta, Kamis (11/4).

Lebih lanjut, pada 2018 produksi komoditas strategis meningkat 1,4-6,9% dibandingkan 2017, khusus kedelai yang peningkatannya sangat besar. “Pada 2018 produksi kedelai 0,98 juta ton atau naik 81,5% dibanding 2017 sebesar 0,54 juta ton,” katanya.

Basit menjelaskan, berbagai program dan kegiatan pembangunan pangan dan pertanian tidak saja berimplikasi pada peningkatan produksi komoditas pangan dan pertanian strategis, tetapi juga mampu meningkatkan ekspor dan investasi, menurunkan inflasi, mengurangi kemiskinan, meningkatkan nilai tukar petani dan nilai tukar usaha pertanian, serta PDB sektor pertanian. 

Beberapa capaian tersebut diantaranya, inflasi dari 10,57% (2014) turun 88,9% menjadi 1,26% (2017), investasi pertanian melonjak dari Rp 29,3 triliun (2013) menjadi Rp 61,6 triliun (2018) naik 110,2%, kemudian ekspor pertanian naik signifikan dari Rp 384,89 triliun (2016) menjadi Rp 499,3 triliun (2018) atau naik 29,7%, lalu PDB sektor pertanian dari Rp 994,78 triliun (2013) menjadi Rp 1.463,92 triliun (2018), meningkat Rp 469,14 triliun atau 47,2%. Dari perspektif pengurangan kemiskinan, jumlah penduduk miskin pedesaan turun 10,88% dari 17,74 juta jiwa pada Maret 2013 menjadi 15,81 juta jiwa pada Maret 2018.

“Beberapa pergerakan indikator pembangunan pertanian yang bersifat positif tersebut mencerminkan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian sudah on the right track, tinggal bagaimana kita mempertahankan dan mengakselerasinya,” tukasnya.

“Berdasarkan capaian dan upaya yang telah dilakukan pemerintah, kita optimis usaha agribisnis pertanian pada 2019 akan tetap tumbuh positif, walaupun masih ada bayang-bayang dampak perang dagang, tahun politik dan fenomena iklim global,” tambah dia.

Pada kegiatan tersebut, turut pula dihadirkan narasumber yang kompeten dibidangnya. Diantaranya, pakar ekonomi INDEF Bhima Yudhistira, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Dr Harmanto, Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Machmud, Direktur Eksekutif Gapuspindo Joni Liano, Ketua Umum GPPU Achmad Dawami, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono dan Kepala Seksi Intensifikasi Jagung Subdit Jasela Direktorat Serealia Ditjen Tanamanan Pangan Arnen Sri Gamela. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer