Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEWASPADAI PENYAKIT UNGGAS DI TAHUN 2023


Webinar Penyakit Unggas 2023


Keberadaan penyakit atau agen penyebab penyakit pada peternakan ayam merupakan suatu hambatan yang harus dilalui dalam usaha budidaya ayam. Sebisa mungkin penyakit harus dapat dicegah dan diminimalisir kejadiannya agar usaha budidaya dapat berlangsung dengan baik, sehingga performa ayam maksimal. 

Sebuah webinar digelar oleh Poultry Indonesia dengan tema “Prediksi Penyakit Unggas 2023”, pada (18/1) lalu, tujuannya yakni untuk memberikan gambaran kepada publik mengenai penyakit pada unggas. Selain itu hal ini juga sebagai early warning bagi para peternak bahwasanya masalah gangguan kesehatan yang mengganggu kegiatan budi daya masyarakat masih menjadi ancaman nyata, sekaligus memberikan gambaran langkah–langkah yang bisa diambil oleh para peternak untuk meminimalisir kerugian akibat gangguan kesehatan tersebut.
Andi Ricki Rosali, mantan duta ayam dan telur selaku peternak layer dan broiler, memaparkan pengalamannya mengenai kejadian penyakit unggas yang terjadi di lapangan selama tahun 2022. Beberapa penyakit yang seringkali ditemukan pada peternakan broiler miliknya adalah Tetelo (Newcastle Disease), Gumboro (Infectious Bursal Disease), Avian Influenza (AI), dan Coryza (Snot). Sedangkan penyakit yang seringkali ia temukan pada peternakan layernya adalah Infectious Bronchitis, Tetelo, Egg Drop Syndrome, dan Coryza.
“Saya sebagai peternak, yang bisa dilakukan yakni tindakan preventif sebelum penyakit-penyakit tersebut masuk ke farm. Lokasi farm yang berdekatan dengan farm lain serta riwayat adanya penyakit di area tersebut juga membuat ayam rentan. Jadi biasanya, kami lakukan sanitasi, seperti desinfeksi, clearing area, steril area, dan penyediaan baju ganti untuk menjaga performa dan kesehatan ternak itu sendiri. Ditambah dengan mulitivitamin dan ditunjang dengan nutrisi yang cukup,” terangnya.
Andi tidak lupa menekankan mengenai pentingnya memperhatikan area peternakan dan zona biosekuritinya. Dirinya percaya jika dalam menghadapi penyakit dibutuhkan kemampuan manajemen yang baik.
Dalam kesempatan yang sama, drh Fauzi Iskandar, selaku Veterinary Services Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, mengatakan bahwa tantangan peternakan di Indonesia masih didominasi oleh kepadatan antar kandang yang tinggi, kepadatan flok yang tinggi, dan kandang yang menerapkan prinsip multi age pada layer. Berdasarkan data Diseases Surveillance oleh Ceva, penyakit yang akan muncul di tahun 2023 adalah Newcastle Disease, Infectious Bronchitis, Infectious Bursal Diseases, Inclusion Body Hepatitis, dan Avian Influenza. Meski begitu, Fauzi mengatakan bahwa ND masih menjadi musuh utama.
“Tetelo atau Newcastle Disease (ND) masih menjadi fokus kami bersama. Ditemukan pada tahun 1926 di Indonesia, jelas saja Indonesia menjadi negara endemis atau high-risk untuk penyakit Tetelo. Dengan penyebarannya yang luas, sedikit sekali negara yang bebas dari penyakit ini. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi serta menjalankan biosekuriti yang baik dan konsisten di peternakan,” pungkasnya.
Pemateri ketiga yakni Prof I Wayan Teguh Wibawan selaku Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. Dirinya mengatakan bahwa penyakit pada unggas yang menjadi langganan yakni penyakit saluran pernapasan dan pencernaan. Wayan mengatakan bahwa pemeliharaan ternak unggas ditopang oleh 3 pilar, yakni bibit, pakan, dan manajemen, termasuk manajemen pemeliharaan dan penyakit di dalamnya.
“Dalam manajemen kesehatan, keseimbangan nutrisi atau kualitas pakan sangat menentukan performa ayam, sehingga saya tekankan jangan terlalu berkompromi dengan kualitas pakan. Stres intrinsik, seperti ayam yang tumbuh cepat, dan stres ekstrinsik dari vaksinasi, kepadatan, suhu, kelembaban, amoniak, dll), juga memiliki dampaknya sendiri,” ujarnya.
Dalam manajemen penyakit, peran vaksin tentu sangat penting. Namun, penggunaanya perlu diperhatikan agar pembentukan antibodi optimal. Imunostimulan, berupa vitamin dan lain sebagainya, juga dapat diberikan untuk mengurangi pengaruh stress intrinsik pada ayam modern yang tumbuh sangat cepat.
“Penentu utama khasiat vaksin ditentukan oleh kecocokan epitope-epitope vaksin yang digunakan dengan epitope virus lapangan. Hal ini dapat diketahui melalui uji serologis dan diperkuat dengan uji molecular biology (squenzing) dan uji tantang.  Selain itu, preparasi vaksin dan ketepatan pelaksanaan, seperti handling vaksin, dosis, program vaksinasi, dll, juga menentukan efektivitas vaksin,” jelasnya. (CR)

POTENSI VIRTUAL HERDING DAN VIRTUAL FENCE UNTUK TERNAK SAPI

Peternakan sapi yang digembalakan. (Foto: Istimewa)

Sejumlah penelitian dilakukan di Australia untuk mengetahui sejauh mana potensi penerapan virtual herding (penggembalaan secara virtual) terhadap ternak sapi. Salah satunya dilakukan oleh Dana Campbell dan timnya dari CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation).

Cara Kerja Virtual Herding
Untuk menerapkan virtual herding, Dana dan timnya memasang kalung GPS pada sapi-sapi yang ditempatkan di kandang paddock. Pada area kandang diatur garis pagar virtual (virtual fence) yang menciptakan zona inklusi di mana sapi dikehendaki berada dan zona eksklusi di mana sapi tidak boleh memasukinya.

Ketika sapi berada di zona inklusi mereka tidak menerima sinyal atau isyarat apapun dari perangkat. Ketika sapi mendekati garis pagar virtual, perangkat akan mengeluarkan nada peringatan audio yang diikuti oleh kejutan elektrik jika sapi terus bergerak maju.

Jika sapi terus menyeberang ke zona eksklusi, mereka masih akan menerima audio dan kejutan elektrik juga saat mereka terus bergerak lebih jauh ke dalam zona eksklusi. Namun, jika sapi berbalik untuk bergerak kembali ke arah zona inklusi, mereka tidak lagi menerima peringatan apapun.

Sistem tersebut melatih sapi untuk menanggapi peringatan audio sehingga mereka dapat menghindari menerima kejutan elektrik jika berhenti segera setelah mendengar peringatan audio tersebut.

“Kami melakukan serangkaian penelitian untuk memeriksa respons hewan terhadap pelanggaran pagar virtual dan melihat penerapan teknologi ini untuk dapat menggembalakan ternak,” kata Dana.

“Kami kemudian melakukan studi skala yang lebih besar untuk melihat respons kesejahteraan hewan jika kami memaparkannya ke pagar listrik standar versus pagar virtual. Kemudian menjajaki penerapan teknologi untuk membatasi hewan dari area yang sensitif atau terlarang untuk mereka.”

Respons Sapi Terhadap Pagar Virtual
Penelitian pertama dirancang untuk melihat bagaimana sapi merespons jika pagar virtual dipindahkan. Hal itu dengan pemahaman bahwa produsen atau peternak mungkin ingin membuat pagar sementara untuk sapinya.

Paddock dipasang dan sapi diberi akses penuh ke seluruh paddock pada awalnya sehingga mereka dapat terbiasa dengan area tersebut. Kemudian satu garis pagar virtual dibuat yang memungkinkan sapi hanya memilik akses ke 40% area paddock. Sapi-sapi tersebut dilatih untuk mengenali sinyal peringatan pagar virtual selama sekitar satu minggu.

Kemudian garis pagar digeser sehingga sapi memiliki akses ke 60% area dan digeser lagi sehingga sapi bisa mengakses 80% area paddock. Selanjutnya garis pagar sedikit diubah menjadi memanjang di sepanjang paddock untuk melihat seberapa baik sapi benar-benar merespons sinyal peringatan.

Hasilnya sapi tetap berada di zona inklusi. Tapi ketika pagar virtual digeser sehingga zona inklusi lebih luas, mereka hanya dalam waktu empat jam untuk mengetahuinya dan bergerak ke zona yang semula eksklusi.

Virtual Herding
Dana menuturkan, “Studi berikutnya yang kami lakukan adalah melihat penerapan teknologi ini untuk dapat menggembalakan sapi dalam jarak dekat. Kami menggunakan gadget untuk berkomunikasi dengan perangkat yang terpasang pada sapi dan paddock serta untuk mengatur pagar virtual.”

Beberapa jenis desain pagar dicoba pada beberapa kelompok sapi dengan protokol yang sama. Pada hari pertama sapi ditempatkan di paddock. Hanya GPS yang diaktifkan dan pagar virtual tidak dipasang.

Kemudian setelah sapi terbiasa dengan paddock pada hari ketiga pagar virtual diaktifkan. Di hari keenam sapi digiring ke salah satu sisi paddock dan pada hari ketujuh digiring ke arah yang berlawanan.

“Kami menemukan bahwa jenis pagar virtual yang paling berhasil adalah back fence. Jadi saat hewan bergerak kami mengaktifkan pagar di belakang mereka dan kami menggesernya saat hewan terus bergerak,” jelas Dana.

Back fence didesain agar sapi tidak bisa berputar balik. Tidak ada peringatan yang diberikan selama sapi bergerak ke arah yang diinginkan. Tapi jika mereka berbalik dan mencoba bergerak kembali maka mereka akan menabrak garis pagar virtual dan mendapatkan peringatan.

Dengan back fence sapi bisa digiring sepanjang 300 m dalam waktu kurang dari 20 menit. Hal ini relatif, tergantung dari kecepatan sapi dalam bergerak. Saat digiring sapi sebagian besar tetap bersatu sebagai satu kelompok dan tidak ditemukan adanya sinyal stres pada mereka.

Dampak Terhadap Animal Welfare
Penelitian ketiga dilakukan bertujuan untuk benar-benar memahami apakah teknologi pagar virtual memiliki dampak terhadap animal welfare dan bagaimana perbandingannya dengan pagar listrik yang sudah digunakan secara luas.

Sapi yang digunakan dalam penelitian selain dipasangi kalung GPS juga dipasangi alat IceQube untuk merekam profil perilaku sapi. Kemudian sapi dicatat berat badan awalnya. Setelah diberikan waktu seminggu untuk menyesuaikan diri dengan paddock, sapi diambil sampel tinjanya untuk memeriksa metabolit hormon stresnya.

Kemudian pada kelompok yang berbeda pagar virtual dan pagar listrik diaktifkan. Zona inklusi yang diberikan seluas enam hektare. Selama masa penelitian dilakukan pengukuran berat badan dan pengambilan sampel tinja mingguan. Tidak ada perbedaan besar antara sapi yang diberi pagar listrik dengan pagar virtual.

 “Kami menemukan sapi yang terpapar pagar virtual menunjukkan waktu berbaring yang sedikit lebih rendah setara dengan kurang dari 20 menit per hari. Kami tidak yakin apakah itu mungkin memiliki implikasi lain dalam jangka panjang atau apakah 20 menit itu relevan secara biologis untuk sapi atau tidak,” kata Dana.

Disimpulkan bahwa perilaku dan fisiologis animal welfare menunjukkan perbedaan minimal antara pagar listrik dan pagar virtual.

Mencegah Sapi Memasuki Area Terlarang
Penelitian terakhir yang dilakukan adalah melihat penerapan teknologi virtual herding untuk mencegah sapi memasuki area sensitif atau terlarang. Ini berguna jika peternak memiliki area yang tidak mudah dipagari atau area yang mungkin diinginkan memasang pagar sementara.

Uji coba pertama adalah zona riparian komersial dilakukan di peternakan komersial di New South Wales. Pagar virtual dibuat selama sekitar 10 hari. Ada satu titik dimana empat ekor sapi menyeberang ke zona eksklusi selama sekitar 30 menit sebelum teknologi virtual herding membalikkan dan menggiring mereka ke kawanannya.

Ketika pagar virtual dinonaktifkan, sapi-sapi mengakses lebih banyak area daripada sebelumnya. Terjadi sangat cepat yaitu hanya beberapa jam setelah pagar virtual dinonaktifkan.

Teknologi virtual herding juga bisa menjauhkan sapi dari area pohon atau tanaman muda yang sedang beregenerasi. Uji coba yang dilakukan di Australia Selatan menunjukkan sapi tetap berada di dalam zona inklusi untuk sebagian besar waktu.

“Teknologi virtual herding bekerja di banyak situasi yang berbeda, tetapi tentu saja ada lebih banyak aplikasi yang dapat kami coba untuk benar-benar memahami dimana teknologi dapat diterapkan. Kami belum menemukan dampak kesejahteraan hewan yang besar saat ini berdasarkan langkah-langkah yang telah kami gunakan,” tukasnya. (NDV)

KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA DI EKUADOR

Kementerian Kesehatan Ekuador mengonfirmasi kasus pertama penularan flu burung pada manusia pada seorang gadis berusia 9 tahun di provinsi Bolivar. Ini menandai kasus infeksi manusia yang langka dan merupakan yang pertama di Amerika Selatan, sebulan setelah negara tersebut mengumumkan darurat kesehatan hewan.

Anak perempuan berusia 9 tahun yang terinfeksi flu burung (A-H5) “stabil dengan evolusi yang menguntungkan”, kata Francisco Perez, wakil sekretaris Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Kementerian Kesehatan Masyarakat (MSP) Ekuador, pada 10 Januari. Dia lebih lanjut mengindikasikan bahwa anak di bawah umur tersebut memiliki gejala pada tanggal 25 Desember dan dirawat secara lokal.

Dalam kasus yang dilaporkan di Ekuador, Kementerian Kesehatan negara tersebut menyatakan bahwa manusia dan hewan di provinsi tersebut sedang diawasi secara ketat. Penularan diduga terjadi melalui kontak dengan unggas. Sejauh ini, tidak ada kasus lain yang dilaporkan pada manusia. (via Poultryworld)

BISAKAH INDONESIA TERBEBAS DARI ND?

Biosekuriti diterapkan secara ketat untuk mencegah datangnya penyakit. (Foto-foto: Istimewa)

Tepatnya pada Juli 2021, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mengumumkan bahwa Kolombia telah terbebas dari Newcastle Disease (ND). Dimana sebelumnya mereka memproklamirkan bebas ND sejak April 2021. Dibutuhkan setidaknya tujuh tahun upaya pemberantasan ND, dimana outbreak terakhir terjadi pada September 2019. Namun 22 bulan kemudian, monitoring dan surveilans berkala yang dilakukan oleh otoritas setempat menyatakan bahwa siklus virus ND di negara tersebut telah berhasil dihentikan.

Tiru Kolombia Bangkitkan Kesadaran Peternak
CEO Federasi Nasional Peternak Unggas Kolombia (FENAVI), Gonzalo Moreno, mengatakan bahwa upaya eradikasi ND merupakan kesadaran para pelaku usaha perunggasan di Kolombia. Mereka sadar betul bahwa ND merupakan penyakit yang harus dieradikasi karena potensinya yang sangat merugikan, meskipun tidak bersifat zoonosis.

“Kami sadar bahwa biosekuriti yang baik adalah kunci dalam melakukan upaya ini. Oleh karenanya sekarang di Kolombia, para pelaku industri perunggasan menerapkan biosekuriti yang baik di setiap instalasi budi daya sampai breeding mereka,” tutur Gonzalo via Poultry International.

Gonzalo juga mengatakan bahwasanya prinsip penting dalam eradikasi adalah tidak harus menunggu dulu penyakit datang, melainkan sebisa mungkin penyakit harus. Prinsip inilah yang menjadi prioritas, diwajibkan dan dijalankan sebaik mungkin oleh para pelaku industri di sana.

Dalam upaya pembebasan dari ND bukanlah upaya mudah, Gonzalo mengatakan bahwa hambatan terbesar yang merintangi yakni keengganan peternak dan pelaku industri untuk melaporkan kejadian/kasus ND di farm-nya.  Akibatnya wabah menyebar dengan cepat antar peternakan.

“Akhirnya kami memberlakukan sistem yang membuat para peternak wajib melaporkan ketika kasus terjadi. Kami menjamin bahwa mereka tidak akan mendapatkan masalah dengan melapor. Dengan begitu tentu akan mempermudah kami melakukan eradikasi penyakit,” jelasnya.

Poin Kunci
Gonzalo menerangkan bahwa setidaknya ada 10 poin kunci yang dilakukan oleh FENAVI dalam upaya pembebasan ND di Kolombia, yaitu:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2023. (CR)

EKUADOR MENGUMUMKAN DARURAT KESEHATAN FLU BURUNG

Ekuador mengumumkan keadaan darurat kesehatan terkait flu burung pada akhir November 2022 dan mengeluarkan peringatan epidemiologi pada bulan Desember. Mereka mendaftarkan kasus di Cotopaxi dan Bolivar, di mana ribuan burung dimusnahkan untuk mengatasi penyakit flu burung.

Flu burung telah memusnahkan ternak unggas sejak tahun lalu di Eropa, Asia dan Amerika Utara, termasuk di AS, yang melaporkan kasus pertama pada manusia April lalu.

Setelah bermigrasi dari Amerika Utara dan Tengah, virus flu burung memasuki benua itu melalui Kolombia dan segera mencapai Venezuela, Peru, Ekuador, dan Chili.

Di seluruh dunia, ratusan juta burung komersial dimusnahkan untuk menghentikan penyebaran penyakit, dan jutaan burung liar lainnya telah mati. (via Poultryworld)

FLU BURUNG TERDETEKSI DI CHILI

Chili telah mendeteksi strain virus flu burung H5N1 di antara unggas yang mati di wilayah Valparaiso, daerah penghasil unggas. Langkah-langkah perlindungan telah diterapkan di seluruh negeri.

Seperti yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin, penyakit tersebut kembali muncul di Chili pada akhir tahun 2022 melalui burung pelikan. Namun, sebelum pendeteksian terbaru ini, semua wabah terjadi di daerah tanpa produksi unggas yang signifikan.

Chili dinyatakan bebas flu burung pada awal tahun 2020. Meskipun saat ini tidak ada laporan tentang virus yang memasuki peternakan rumahan atau peternakan komersial, Dinas Pertanian dan Peternakan (SAG) negara tersebut melaporkan bahwa negara itu menerima lebih banyak pemberitahuan tentang burung laut yang sakit atau mati.

Menurut Juan Carlos Dominguez, presiden asosiasi pengekspor daging ChileCarne, kecepatan deteksi dan sistem peringatan memungkinkan sektor ini merespons dengan cepat.

“Tim SAG melakukan monitoring permanen. Sejak ketegangan muncul di Amerika Serikat, kami telah menggandakan upaya kami, terutama pada burung laut. Selama bertahun-tahun, produsen dan eksportir daging putih telah menerapkan langkah-langkah biosekuriti dalam menghadapi kembalinya penyakit ini,” tambah Juan. (via Poultryworld)

RAHASIA PERAWATAN DOMBA EFEKTIF DAN EFISIEN

Perhatikan manajemen kandang, pakan dan manajemen kelompok jika ingin beternak domba efektif dan efisien. (Foto: Istimewa)

“Ada tiga hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, masalah manajemen kandang. Kedua, sedikit masalah pakan. Ketiga, manajemen kelompok. Tiga hal itu yang menentukan keberhasilan,” kata Manajer BUMMas Jetis Berdaya, Husain Fata Mizani, mengawali webinar Rahasia Perawatan Domba Efektif dan Efisien yang diselenggarakan Desa Berdaya Foundation. “Saya ingin sharing kegagalan dan keberhasilan membangun BUMMas Jetis seperti apa.”

Manajemen Kandang
Husain berbagi tips dan pengalamannya memanajemen kandang penggemukan domba. Pada waktu Idul Adha 2020, dirinya pernah mengalami kematian domba penggemukan cukup banyak, sekitar 5% dari 2.500 ekor domba.

Menurutnya, pertama kali yang harus dilakukan dalam loading domba adalah identifikasi. Sebab biasanya kematian domba banyak terjadi di bulan pertama akibat penyakit. Sedangkan di bulan-bulan berikutnya penyakit cukup mudah dikondisikan.

Jadi yang pertama harus dilakukan adalah mengidentifikasi kondisi kesehatan dan penyakit domba. Terutama untuk domba yang didatangkan dari luar kota, karena cukup resisten terhadap kematian di satu bulan pertama.

Dijelaskan, setelah identifikasi segera dilakukan pengobatan apabila ada penyakit yang dicurigai. Lalu Husain menyarankan agar domba diinjeksi dengan antibiotik diikuti dengan injeksi vitamin B kompleks.

“Kalau memang domba benar-benar kondisinya capek kita kasih minuman isotonik sebanyak 1 liter dicampur dengan 10 liter air, lalu kita berikan kepada ternak itu cukup baik untuk pengkondisian loading ternak,” kata Husain yang juga menjabat Ketua HPDKI Madiun.

Kemudian sebelum dimasukkan ke kandang koloni, domba bakalan yang baru saja dating harus dimasukkan ke kandang karantina selama sehari. Sebelum masuk ke kandang penggemukan juga dilakukan pemberian obat cacing. Husain menyarankan selama proses penggemukan selanjutnya domba setiap satu bulan sekali diberikan obat cacing.

Untuk menjaga kesehatan diberikan vitamin B kompleks cair dalam air minum 2-3 hari sekali. Dari pengalamannya, Husain mengatakan hal tersebut cukup efektif mengurangi risiko penyakit pada domba.

Tips Pakan
Pakan yang ideal adalah pakan yang efektif dan ekonomis. Untuk menentukan itu bisa dilakukan perhitungan. “Semua itu bisa dihitung, meskipun demikian saya meyakini namanya hewan ternak yang hidup itu pasti ada titik dimana perhitungan matematis tidak 100% benar. Tapi itu bisa dihitung di awal sebagai parameter kita untuk menentukan benar atau salah, tepat atau tidak,” kata Husain.

Secara umum, pakan kering direkomendasikan Husain untuk peternak yang fokus pada penggemukan agar mendapatkan kualitas daging yang baik. Tapi harus diperhatikan apakah tujuan penggemukan akan dijual untuk keperluan Idul Adha, akikah, atau dijual dagingnya.

Pada Idul Adha 2020, Husain pernah mengalami kekurangan domba dan membuatnya mengambil ternak dari koleganya. Domba itu gemuk namun setelah dipotong ternyata lemaknya sangat banyak. Tidak masuk untuk perhitungan daging, bahkan jika untuk keperlukan akikah pasti akan ditolak.

Kontinuitas produk keluar, keberlanjutan peternakan, pasti akan terganggu jika kualitas produk tidak sesuai ekspektasi. Karena itu setiap kali Husain mengirim domba ke pemotongan, ia menanyakan hasil dagingnya. Jika terdapat banyak lemaknya ia akan melakukan evaluasi pakan.

Manajemen Kelompok
Kemudian Husain menceritakan pengalaman menarik selama menjadi Manajer BUMMas (Badan Usaha Milik Masyarakat) Jetis Berdaya, di Desa Jetis, Madiun. Menurutnya, keberhasilan atau kegagalan pemberdayaan masyarakat dalam hal peternakan, dikarenakan pemberdayanya sendiri bukan peternak. Sehingga tidak berpengetahuan memadai tentang masalah-masalah peternakan. Berikutnya adalah tidak adanya pendampingan yang baik.

BUMMas yang dikelola Husain menggunakan model bottom up. Apa yang dimiliki BUMMas dan masyarakat butuh bisa untuk mengambilnya. Misal BUMMas memiliki 10 ekor domba bakalan, jika ada masyarakat yang mau mengambil untuk dipelihara diperbolehkan.

Namun Husain menegaskan bahwa jangan pernah memberikan domba begitu saja. Sebagian besar warga desa yang diberi domba tanpa pendampingan gagal dalam beternak. Karena domba cenderung dijual dan kegiatan beternak tidak diteruskan.

Hal itu kemungkinan bukan karena warga desa malas beternak. Tapi karena mereka tidak mendapatkan pendampingan yang baik dan ternak terpaksa dijual untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena itu Husain akhirnya merumuskan formula dan ternyata menuai hasil baik. Masyarakat yang menerima bantuan domba didampingi dalam beternak dan dibantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. “Peternak atau orang yang bakal diberdayakan itu kita selesaikan dulu masalah perutnya, masalah dapurnya, selesaikan dulu masalah keluarganya baru kita arahkan,” jelas Husain.

Cara yang ditempuh Husain adalah dengan mempekerjakan orang yang diberdayakan pada BUMMas. Setengah hari bekerja mereka digaji Rp 40-50 ribu yang cukup untuk kebutuhan sehari keluarganya. Lalu setengah hari sisanya mereka gunakan untuk memelihara domba mereka sendiri.

“Jadi seperti halnya mereka dapat gaji sehari kerja itu Rp 80 ribu. Kalkulasinya Rp 50 ribu untuk makan, Rp 30 ribu disimpan,” kata Husain. “Karena Rp 30 ribu kalau berbentuk uang itu rata-rata masyarakat desa ini juga bakal habis. Kalau berbentuk ternak maka uang tersebut inilah yang nanti akan menjadi simpanan, bisa diambil saat mereka perlu.”

Husain berkaca pada pengalaman klasik yang ada di peternak. Banyak pemberian ternak dari dinas-dinas terkait maupun NGO tidak lama setelah diberi, dalam jangka 3-4 bulan akan dijual. Dengan berbagai macam alasan seperti sakit, ternak tidak mau makan, ternak akan mati dan sebagainya. Jika yang diberi bantuan 10 orang dan yang berhasil beternak hanya dua itu sudah termasuk bagus.

“Faktanya seperti itu, apalagi bantuan dalam bentuk kambing. Kalau sapi lebih aman meskipun kadang ternaknya tidak karuan bentuknya. Kualitasnya tidak sebanding dengan ekspektasi pemberinya. Tapi kalau kambing itu yang jadi tidak karuan tempatnya, yaitu sudah dijual ke pasar,” ucapnya.

Maka Husain menyarankan agar para pendamping peternak yang belum beternak mulai untuk lebih mengenal ternak. Karena jika tidak begitu, peternak maupun pendampingnya akan sampai pada titik jenuh. (NDV)

DR DRH KRESNO SUHARTO MP DILANTIK SEBAGAI KEPALA BBPMSOH

Dr Drh Kresno Suharto MP dilantik menjadi Kepala Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur, Bogor menggantikan Drh Maidaswar MSi.

Kresno yang dilantik pada Jumat (13/1/2023) adalah alumni S3 Kedokteran Hewan UGM yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari. (NDV)

TELUR YANG SUDAH MENGINAP MESIN TETAS DIKONSUMSI, AMANKAH?

Terlur infertil dalam keadaan segar masih layak konsumsi, namun dilarang diperjual-belikan secara umum. (Foto: Dok. Infovet)

Telur infertil menjadi tidak sempurna dan busuk jika berada dalam suhu yang tidak cocok. Apakah telur ini masih boleh dikonsumsi?

Sugianto salah satu peternak tampak sibuk mengecek satu per satu telur ayam petelur yang sudah dimasukkan ke dalam mesin tetasnya. Dengan menggunakan lampu pijar yang berada di bagian atas mesin tetas otomatis, peternak ini meneropong dengan teliti seluruh telur.

Telur-telur tersebut sudah empat hari berada di mesin tetas berkapasitas 100 butir. Seperti biasa, di hari keempat Sugianto melakukan pengecekan kualitas telur, memastikan semua telur tersebut layak tetas (fertil) atau tidak (infertil).

Dengan menggunakan lampu pijar, telur yang tampak kemerahan dan ada semacam semburat berwarna merah (menyerupai bentuk akar tanaman) di dalam telur dimasukkan kembali ke dalam mesin tetas. Telur-telur tersebut dipastikan sebagai telur fertil atau telur yang dibuahi. Telur ini dipastikan bisa ditetaskan dengan baik.

Sedangkan telur yang tampak terang dan tak terlihat ada semburat warna merah di keluarkan dari mesin tetas. Beberapa telur yang infertil segera dipisahkan di keranjang. Telur infertil merupakan telur yang tidak dibuahi dan tidak dapat ditetaskan.

Karena baru empat hari di ruang mesin tetas, Sugianto lantas memasak telur-telur tersebut. Saat dipecahkan, kuning telur tampak masih utuh bulat. “Ini masih layak konsumsi, karena kuning telurnya masih utuh. Saya bikin telur mata sapi. Tapi kalau ada telur yang bagian kuningnya bercampur dengan bagian putihnya, langsung saya buang, karena biasanya sudah mulai busuk,” ujarnya.

Apa yang dilakukan Sugianto kemungkinan juga dilakukan para peternak lain. Telur infertil yang sudah empat hari masuk ke mesin tetas, belum mengalami perubahan komposisi kuning dan putih telurnya. Artinya telur masih aman untuk dikonsumsi. Sebab itu, banyak para peternak yang tak membuang telur yang baru empat hari berada di dalam mesin tetas.

Namun demikian, ada juga peternak yang memanfaatkan telur infertil yang sudah empat hari di mesin tetas sebagai sumber protein ayam indukan pejantan. Zulkarnain Nasution misalnya, peternak mandiri ayam kampung di Kota Asahan, Sumatra Utara, mengolah telur-telur infertil menjadi puding. Bukan untuk dimakan, tapi diberikan kepada ayam indukan pejantan. “Ini bisa jadi sumber protein yang bagus untuk ayam pejantan,” ujarnya kepada Infovet.

Selain telur infertil yang masih bagus, Zulkarnain juga membaurnya dengan telur yang sudah bercampur bagian kuning dan putihnya. Langkah ini tentu akan mengurangi biaya pakan. “Saya kan peternak, kalau jumlah telurnya yang infertil terlalu banyak enggak mungkin dimakan semua. Makanya sebagian saya jadikan puding dan dikasih ke ayam pejantan. Ayamnya lebih sehat,” ungkapnya.

Karakteristik Telur Infertil 
Masalah telur fertil dan infertil sempat menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Persoalan telur tetas yang kemudian dinyatakan sebagai infertil tak hanya menjadi masalah para peternak rakyat, namun juga peternak skala industri. Bisa dipahami, dalam skala besar jika jumlah telur tak layak jual akan menjadi beban kerugian perusahaan.

Di level industri, telur infertil merupakan telur yang berasal dari perusahaan pembibitan ayam broiler, yang tidak menetas atau memang sengaja tidak ditetaskan. Telur ini biasa disebut juga dengan telur HE (hatched egg) yang tidak layak dijual sebagai telur konsumsi, karena rentan menjadi tempat pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga menyebabkan telur cepat membusuk.

Telur ini sebenarnya bisa menetas dan menjadi anak ayam jika disimpan dalam suhu yang cocok. Namun, jika disimpan dalam suhu yang tidak cocok, pertumbuhannya tidak akan sempurna, sehingga menyebabkan telur pada akhirnya akan mati dan membusuk. Lantas, apakah telur ini layak dikonsumsi?

Telur infertil boleh dikonsumsi asal bebas bakteri. Telur infertil dan telur biasa memiliki perbedaan yang hanya bisa dilihat dengan cara meneropongnya guna melihat apakah di dalam telur terdapat embrio atau tidak. Bukan itu saja, telur infertil juga memiliki karakteristik berupa bercak tidak sempurna berwarna putih pada bagian kuning telur, yang berukuran sekitar dua milimeter. Untuk melihatnya secara gamblang, harus memutar kuning telur di permukaan tangan secara perlahan.

Dalam laman situs Kementerian Pertanian, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan memberikan penjelasan bahwa berbeda dengan telur infertil, telur biasa memiliki bercak yang bernama blastoderm yang berukuran lebih besar, yaitu sekitar 4-5 milimeter.

Pada dasarnya, mengonsumsi telur infertil tidak berbahaya, selagi telur masih dalam keadaan segar dan belum membusuk. Jika dibandingkan dengan telur biasa pun kandungan gizinya akan sama, karena keduanya memiliki kandungan protein tinggi. Yang membedakan keduanya adalah ada atau tidaknya sperma di dalamnya.

Bukan itu saja, telur ayam juga mengandung lemak dan berbagai macam vitamin, seperti vitamin A, B, D dan E. Selain itu, telur ayam juga mengandung berbagai mineral baik untuk tubuh, seperti zat besi, fosfor, selenium dan asam amino lengkap. Jadi, telur infertil aman dikonsumsi selagi masih segar dan bebas bakteri.

Kendati demikian, pemerintah mengeluarkan larangan dalam memperjual-belikan telur infertil. Hal tersebut diatur melalui Permentan No. 32/Permentan/PK.230/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Melalui peraturan tersebut, para pengelola usaha dilarang memperjual-belikan telur untuk dikonsumsi secara umum, karena dikhawatirkan bahayanya.

Sekali lagi, Edukasi
Telur infertil yang tak jadi lanjut ke proses penetasan dan hanya menginap empat hari di mesin tetas, bisa dikonsumsi. Asalkan antara kuning telur dan bagian putihnya belum bercampur, kualitas telur masih aman dan layak dimakan. Telur-telur ini tetap bisa menjadi sumber protein hewani.

Menggalakkan konsumsi telur di tengah masyarakat juga perlu dilakukan. Selain harga terjangkau, kandungan sebutir telur sangat menopang kesehatan tubuh, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang digelar setiap tahun menjadi momentum tepat untuk makin mempopulerkan konsumsi telur dan daging ayam.

Untuk konsumsi daging ayam memang terlihat lebih menonjol di masyarakat. Banyaknya kedai ayam goreng dan masakan berbahan baku daging ayam menjadi salah satu indikatornya. Namun untuk konsumsi telur masih perlu ditingkatkan.

Edukasi konsumsi telur ayam kepada anak-anak yang paling efektif adalah melalui para dokter anak di berbagai layanan kesehatan. Sebab, biasanya apa saja yang dikatakan dokter akan dipatuhi pasiennya. Edukasi melalui dokter juga cukup efektif mengurangi maraknya mitos-mitos seputar efek buruk konsumsi telur pada anak balita.

Hanya saja, hingga sekarang masih ada dokter anak yang justru menyarankan pasiennya (anak balita) untuk tidak mengonsumsi telur karena berisiko alergi yang berlebihan. Pemahaman sebagian dokter yang seperti ini, kemudian berkembang menjadi mitos yang berdasar di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.

Para dokter anak yang masih menganut pemahaman tersebut sudah selayaknya segera diluruskan. Menurut dr Triza Arif Santosa, dokter spesialis anak ini menjelaskan kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur lalu keluar bisul,” ujarnya.

Ahli gizi ini menjelaskan, pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting. Penelitian dari Washington University, bayi-bayi mulai usia 6-9 bulan yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibanding bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Dengan penjelasan detail dan ilmiah dari Triza ini sudah seharus para orang tua tak lagi mempercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan anak balita dengan harga terjangkau. Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga kerupuk yang kandungan gizinya sangat minim. Namun faktanya, masih banyak orang tua yang justru memberikan kerupuk kepada anak balitanya sebagai lauk.

Edukasi tentang pentingnya mengonsumsi telur dan daging ayam kepada masyarakat tampaknya masih perlu terus digalakkan. Maraknya bergam jenis kuliner berbahan daging ayam dan telur ayam mestinya menjadi media edukasi yang efektif. (AK)

OPTIMISME EKSPOR UNGGAS BRASIL TAHUN 2023

Skenario ekspor unggas Brasil yang diproyeksikan pada tahun 2023 positif dengan penjualan di luar negeri mencapai 5,200 juta ton, yang akan meningkat sebesar 8,5%. Produksi unggas Brasil juga dapat tumbuh 2% menjadi total 14,750 juta ton.

Dari sisi konsumsi per kapita, indeks praktis stabil pada 45,5 kg/tahun pada 2021, 45,1 kg/tahun pada 2022, dan 45,5 kg/tahun pada 2023.

Brasil adalah pengekspor utama dan produsen protein ini terbesar kedua di dunia, kedua setelah Amerika Serikat, yang menurut ABPA, harus mengakhiri tahun 2022 sebesar 20,875 juta ton, naik 2,2% dibandingkan tahun 2021.

Risiko utama terhadap prakiraan ini adalah flu burung, yang menyebar ke banyak negara di Amerika Selatan, yaitu Kolombia, Peru, Ekuador, Venezuela, dan Chili. (via Poultryworld)

REKOR EKSPOR UNGGAS BRASIL PADA 2022

Ekspor ayam pedaging Brasil mungkin mencapai rekor baru 4,85 juta ton pada tahun 2022, menurut ABPA (Asosiasi Brasil untuk Protein Hewani). Ini akan menjadi 5% lebih banyak dibandingkan tahun 2021 ketika negara tersebut mengekspor 4,6 juta ton.

Entitas menyajikan angka-angka ini pada bulan Desember, memperkirakan 14,6 juta ton produksi pada tahun 2022, atau 1,5% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Menurut laporan Rabobank, bahkan dengan penurunan 18% dalam pengiriman Brasil ke China (tujuan terbesar ekspor Brasil, terhitung sekitar 12% dari total), ekspor daging ayam terus meningkat.

Pada Oktober 2022, misalnya, ekspor protein meningkat 5% secara volume dan 29% secara nilai. Biaya pakan yang lebih tinggi diserap oleh pasar luar negeri, yang juga meningkatkan daya saing ayam pedaging Brasil di kancah internasional.

Uni Emirat Arab, yang mengikuti China sebagai tujuan terbesar kedua, mencatat peningkatan pengiriman sebesar 22%. Jepang mengalami penurunan 3% pada periode yang sama.

Uni Eropa dan Inggris mengambil alih Arab Saudi sebagai tujuan terbesar keempat untuk daging ayam Brasil, dengan peningkatan pembelian dari Brasil sebesar 16%. Filipina, Singapura, dan Korea Selatan juga meningkatkan impor.

Pada periode yang sama, Meksiko meningkatkan impornya dari Brasil sebesar 29% setelah menurunkan tarif impor menjadi nol, tetap menjadi opsi yang baik untuk Brasil. Rabobank memproyeksikan peningkatan volume ekspor sebesar 4% hingga 5%, year-on-year, untuk tahun 2022. Level yang hampir sama dibandingkan dengan perkiraan ABPA. (via Poultryworld)

PERDAGANGAN DAGING UNGGAS BULGARIA

Daging broiler, yang merupakan 94% dari total impor daging unggas Bulgaria pada tahun 2021, sebagian besar bersumber dari Hongaria (24%), Rumania (19%), Yunani (13%), dan Polandia (13%). Impor daging unggas Bulgaria pada tahun 2021 mengalami penurunan volume sebesar 5,3% karena permintaan domestik yang lebih sensitif terhadap harga tetapi nilainya meningkat sebesar 16,4% dibandingkan tahun 2020 karena harga impor yang lebih tinggi.

Pendapatan ekspor di Bulgaria terutama berasal dari produk itik. Ekspor meningkat sebesar 13,5% dalam volume dan 31,6% dalam nilai karena harga ekspor yang lebih tinggi. Ekspor daging itik ke pasar ekspor utama Prancis dan Belgia pada tahun 2021 meningkat masing-masing sebesar 51% dan 44% secara volume selama tahun 2020. Total ekspor daging broiler meningkat sebesar 8,4% dalam tonase dan sebesar 19,3% dalam nilai pada tahun 2021. (via Poultryworld)

SEKTOR UNGGAS BULGARIA MELIHAT PEMULIHAN YANG SUKSES

Sektor unggas Bulgaria menikmati pemulihan yang sukses pada tahun 2021 dan pertumbuhan yang dipercepat pada tahun 2022. Meskipun terjadi wabah flu burung di peternakan itik dan petelur pada bulan April dan Mei 2022, peternakan yang terkena dampak pulih dengan cepat.

Di Bulgaria pada tahun 2021, jumlah peternakan ayam pedaging menyusut 66,3% karena komersialisasi dan konsolidasi diperluas dengan peternakan menengah dan besar menyumbang lebih dari 98% dari total persediaan ayam Bulgaria. Secara keseluruhan, pada tahun 2021, dilaporkan terjadi pertumbuhan inventaris sebesar 3,1%.

  • Penurunan 80,1% di peternakan kecil (hingga 200 unggas), dan penurunan inventaris 81,8%.
  • Peningkatan sebesar 6,5% pada peternakan berukuran sedang (10.000 hingga 100.000 unggas), dan peningkatan inventaris sebesar 19,2%.
  • Penurunan 23,1% di peternakan besar (lebih dari 100.000 unggas), dan penurunan inventaris 11,4%.

WABAH FLU BURUNG MEMPENGARUHI OUTPUT PRODUKSI UNGGAS BULGARIA

Pada tahun 2021, daging ayam broiler menyumbang 78% dari daging unggas yang diproduksi secara komersial di Bulgaria. Dibandingkan dengan daging itik sebesar 17%, dengan berat karkas yang sedikit lebih tinggi yaitu 1,7 kg dibandingkan dengan 1,6 kg pada tahun 2020. Sementara itu, produksi daging itik menurun sebesar 4,6% dengan industri menderita wabah flu burung di beberapa peternakan besar.

Konsumsi unggas Bulgaria menurun sebesar 2,3% pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 (turun 3,7% antara tahun 2019 dan 2020). Hal ini disebabkan oleh penjualan ritel yang tidak menutupi penurunan industri layanan makanan, dan jumlah wisatawan yang lebih sedikit. Konsumsi per kapita (tidak termasuk makan di luar), tumbuh sebesar 5% menjadi 12,6 kg/kapita pada tahun 2021 (12 kg/kapita pada tahun 2020). (via Poultryworld)

PETERNAK DEMO IMBAS HARGA AYAM HIDUP ANJLOK

Aksi demo peternak ayam di Jakarta, kemarin. (Foto: Istimewa)


Peternak yang tergabung dalam Komunitas Peternak Unggas Nasional kembali menggelar demo di depan Kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023). Mereka menuntut pemerintah mengambil langkah untuk mengatasi harga ayam hidup di tingkat peternak yang jatuh hingga Rp 2.000-Rp3.000 per kilogram (kg), pada awal tahun ini. 

Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional ( KPUN ), Alvino Antonio mengatakan, harga livebird (LB) turun sejak Natal 2022 atau sekitar tanggal 26 Desember 2022. 

Harga LB sempat di angka Rp 15.000 /kg terutama di wilayah Jawa Tengah (Jateng), yang merupakan pusat populasi ayam ras pedaging. Harga dibawah HPP Rp 19.500-20.500 /kg bertahan hingga saat ini. Sedangkan harga ayam karkas di level konsumen harga cenderung stabil yakni Rp 33.000-35.000 per kg.

Dampaknya terasa harga LB turun juga di Jawa Barat yang mencapai Rp 17.500 /kg. “Jadi Jateng ini Tsunami ayam broiler yang berdampak bagi wilayah lain, terutama ayam di supply ke Jabodetabek,” kata Alvino, dalam keterangan resminya.  

Penurunan harga dibawah HPP cukup lama. Indikasinya karena masih banyak perusahaan integrator yang berbudidaya dan menjual ayam hidupnya bersamaan dengan milik peternak UMKM mandiri. Bahkan mereka menjual sangat murah bahkan dibawah Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No. 5/2022, yakni Rp 21.000-23.000 /kg di level peternak.

“Meskipun integrator menjual murah, namun bagi mereka kerugian cenderung sedikit bahkan tidak mengalami rugi sama sekali. Karena mereka memiliki pabrik DOC, pakan sendiri, obat-obatan sendiri bahkan channel distribusi sendiri yang tersistem bekerjasama dengan para broker. Sedangkan kami peternak UMKM mandiri, membeli sapronak DOC dan pakan dari mereka. Tentu dengan harga yang mahal jadi kami kalah bersaing disini, ”ujarnya.

Lebih lanjut Alvino menjelaskan, sejak minggu harga DOC mengalami penurunan yakni Rp 2.500-3.000 per ekor. Namun harga pakan masih tinggi yakni Rp 8.500-8.800 per kg. Padahal tahun lalu harga pakan Rp 7.500 per kg. Harga pakan cenderung naik dengan alasan harga jagung naik. Padahal hari ini harga jagung turun dibawah Rp 5.000 /kg, tapi harga pakan tidak turun.

“Kami menuntut kepada presiden untuk secepatnya menerbitkan Peraturan Presiden tentang perlindungan peternak UMKM mandiri ayam ras,” lanjut Alvino. 

Sebagaimana diatur dalam UU No.18/2009 Jo; UU 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pasal 33 ketentuan lebih lanjut mengenai Budidaya sebagaimana dimaksud Pasal 27 sampai Pasal 32 diatur dengan Peraturan Presiden. 

Dalam jangka pendek, pemerintah menuntut kepada pemerintah untuk segera menyelamatkan peternak UMKM mandiri. Selain itu, peternak berharap untuk segera menyerap LB atau karkas dari jaringan peternak UMKM mandiri sebanyak 1,5 juta per minggu 1.500 ton per minggu.

Menurut Alvino, dari serapan ayam peternak UMKM mandiri ini pemerintah dapat memasok ayam karkas kepada jaringan Badan Usaha Milik Negara. Untuk memenuhi kebutuhan BUMN Seperti PT Freeport, PT Pelni, PT PLN, PT Garuda, PT KAI hingga jaringan hotel milik negara.

“Bahkan seluruh ASN dapat membeli ayam dari peternak UMKM mandiri atau diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk Bansos,” imbuh dia. 

Sementara itu, di hari yang sama para peternak juga mengadakan audiensi dengan PT Farmsco Feed Indonesia. 

Dihubungi Redaksi Infovet, Rabu (11/1/2023), Alvino mengatakan bahwa Farmsco tidak memelihara atau budidaya ayam baik itu internal atau bermitra. “Farmsco hanya menjual pakan dan DOC FS,” ujar Alvino.

Niat baik pun disampaikan Farmsco untuk mencari solusi bagi peternak. Farmsco akan berdialog bersama dengan para customer yang mempunyai kesulitan dalam hal pembayaran kredit, sehingga para customer Farmsco yang memang semuanya adalah peternak mandiri usahanya dapat berjalan lancar. (NDV) 


KEKHAWATIRAN JV FORFARMERS DAN BOPARAN

Kekhawatiran telah dikemukakan bahwa kesepakatan antara 2 bisnis unggas terbesar di Eropa dapat menyebabkan biaya yang lebih tinggi bagi peternak.

Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris (CMA) mengatakan usaha patungan antara ForFarmers yang berbasis di Belanda dan Boparan Inggris dapat menyebabkan peternak membayar lebih untuk memberi makan unggas mereka.

ForFarmers dan Boparan (melalui 2Agriculture) memproduksi dan memasok pakan ayam dan jenis pakan unggas lainnya di Inggris. Mereka berencana untuk menggabungkan operasi pabrik pakan ternak mereka dalam usaha patungan, dengan perusahaan yang mengoperasikan 19 pabrik di seluruh Inggris.

Menyusul penyelidikan Fase 1, CMA telah menemukan bahwa kesepakatan tersebut menimbulkan kekhawatiran persaingan di East Anglia, Inggris Barat Laut, dan Wales Utara, di mana hal itu dapat menyebabkan harga pakan unggas yang lebih tinggi, pakan berkualitas lebih rendah, atau kualitas layanan yang lebih buruk.

Sementara kedua bisnis saat ini bersaing untuk mendapatkan pelanggan di masing-masing area lokal ini, CMA khawatir bahwa bisnis gabungan tidak akan menghadapi persaingan yang cukup setelah merger. Otoritas, sebuah badan dari Departemen Lingkungan, Pangan, dan Urusan Pedesaan, juga khawatir bahwa usaha patungan tersebut dapat secara tidak adil menguntungkan bisnis peternakan dan pengolahan ayam Boparan, yang mengakibatkan lebih sedikit pilihan bagi produsen dan pengolah yang lebih kecil.

Selama tahap pertama penyelidikan, CMA menerima beberapa keluhan dari pelanggan dan pelaku pasar lainnya sehubungan dengan dampak usaha patungan tersebut terhadap pilihan pemasok pakan dan harga pakan unggas. (via pPoultryworld)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer