Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KONTRIBUSI LEBIH BARLEY DALAM FORMULASI PAKAN INDUKAN BABI

A C Edwards mempresentasikan materinya

Salah satu komponen nutrisi yang ada di dalam kandungan pakan adalah serat. Bahkan serat berperan penting dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan ternak seperti babi. Hal tersebut disampaikan oleh A C Edwards konsultan peternakan asal Australia dalam Pig Quality Conference 2022. 

Dalam suatu formulasi pakan indukan peran dari serat memiliki beberapa peran krusial seperti : stimulasi fisik pada mukosa saluran pencernaan, nutrien pengikat air, dan pembentuk konsentrasi (kekentalan) dari feses. 

Lebih jauh ia menerangkan bahwa serat seperti polisakarida non-pati (NSP) dapat dimanfaatkan sebagai zat yang lebih berguna di dalam saluran pencernaan bila diuraikan dengan enzim. Dan Edwards tidak lupa mengingatkan bahwa serat merupakan penghasil asam lemak terbang yang bersifat laktogenik (prebiotik) bagi bakteri menguntungkan di saluran pencernaan.

"Oleh karena itu kebutuhan serat bagi indukan babi juga harus terpenuhi dengan baik dan tepat, kekurangan atau kelebihan dalam jumlah besar justru akan menimbulkan masalah di slauran pencernaan bahkan di semua aspek," tutur Edwards.

Edwards juga menyebutkan berbagai macam bahan pakan sumber serat yang lazim digunakan dalam formulasi seperti barley. Menggunakan biji-bijian kasar seperti barley dalam diet babi membantu mewujudkan tujuan produktivitas babi yang optimal karena banyak sifat fungsionalnya.

Edwards menjelaskan bahwa meskipun jagung atau gandum, memiliki energi yang lebih kandungan energi yang lebih tinggi ketimbang barley, namun barley memungkinkan pengaturan asupan energi yang lebih baik pada induk babi untuk mengontrol kondisi tubuh. Pati yang terkandung dalam barley lebih rendah sehingga mengurangi risiko kerusakan pada saluran gastrointestinal.

Di dalam barley pun terkandung serat lebih tinggi yang dapat meningkatkan kesehatan usus dan memperbaiki kualitas pada fase laktasi. Barley juga mengandung kadar protein sehingga dalam diet penggunaan barley dapat mengurangi penggunaan bahan baku sumber protein lainnya atau suplementasi asam amino dari luar.

“Indukan babi performansnya lebih baik saat diberi pakan dengan barley dalam bentuk semi kasar atau pelet 'tanpa gilingan'. Barley sangat cocok untuk bentuk pakan ini dan hasilnya memuaskan," tambahnya. (CR)

SENYAWA FITOGENIK ATAU BAHAN HERBAL

Penggunaan senyawa fitogenik berkembang ke peternakan karena pelarangan penggunaan antibiotika pemacu pertumbuhan (AGP) yang memengaruhi kesehatan ternak. (Foto: Istimewa)

Imbuhan pakan berupa senyawa fitogenik atau botanikal merupakan bahan ekstrak tanaman yang ketika ditambahkan dalam pakan dalam jumlah yang disarankan dapat memperbaiki penampilan ternak. Bahan ini berupa hasil ektraksi tanaman obat dalam berbagai bentuk senyawa, baik minyak atsiri (essential oil), ekstrak jamu-jamuan (herbal) atau dari rempah-rempah (spice).

Penggunaan ekstrak tanaman sudah lama dilakukan manusia, baik untuk pengobatan maupun meningkatkan kesehatan tubuh, seperti menaikkan kekebalan (immunity) atau sebagai tonik. Penggunaan senyawa fitogenik berkembang ke peternakan karena pelarangan penggunaan antibiotika pemacu pertumbuhan (AGP) yang memengaruhi kesehatan ternak. Hal ini dimulai dari negara-negara di Eropa yang lebih dulu melarang penggunaan AGP dan membatasi penggunaan antibiotika dalam pemeliharaan ternak, sehingga mencari alternatif yang dapat diperoleh dari alam. Mereka berpikir bahwa penggunaan bahan alami dianggap lebih aman untuk kesehatan dibanding antibiotika yang dapat menimbulkan resistensi, sehingga dikawatirkan nantinya akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Jenis Senyawa Fitogenik
Jenis senyawa fitogenik umumnya dari tanaman herbal yang secara tradisional banyak digunakan untuk meningkatkan kesehatan manusia. Kesehatan dalam hal ini tidak hanya untuk pengobatan terhadap suatu penyakit, tetapi juga untuk meningkatkan kecernaan dari makanan atau meningkatkan nafsu makan atau meningkatkan kekebalan tubuh ketika menghadapi perubahan cuaca maupun penyakit.

Awal mulanya jenis senyawa fitogenik pada ternak ditujukan untuk meningkatkan penerimaan konsumen untuk hasil ternak seperti telur. Konsumen menghendaki warna kuning telur yang cerah berwarna kuning sehingga dibuatlah imbuhan pakan dari tanaman yang berisi senyawa karotenoid berupa xantofil (oxygenated carotene) yang diperoleh dari wortel atau bunga marigold atau dari ganggang chlorella. Jenis xantofil yang digunakan berupa lutein yang juga terdapat dalam jagung kuning.

Kendati demikian konsumen juga menghendaki agar warna telur tidak hanya kuning tetapi juga menjadi jingga (oranye), maka ditambahkanlah senyawa astaxantin yang dapat memberikan warna merah. Penggunaan senyawa astaxantin juga banyak digunakan untuk menghasilkan daging ikan atau uadng yang berwarna merah. Disamping karotenoid diperoleh dari tanaman, beberapa perusahaan kimia juga membuat senyawa sintetisnya yang dapat dimasukkan ke dalam pakan.

Selanjutnya, penelitian terus berkembang untuk memanfaatkan senyawa fitogenik sebagai imbuhan pakan yang dapat memberikan pengaruh positif bagi ternak, termasuk perbaikan kualitas pakan.

Secara umum, imbuhan pakan fitogenik dapat dikelompokkan ke dalam:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2022.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

ILMUWAN RUSIA MELUNCURKAN RENCANA UNTUK MEMBANGUN DATABASE MIKROBIOTA UNGGAS

Sekelompok ilmuwan Rusia telah mulai bekerja untuk membuat database mikrobiota usus yang dikumpulkan di antara populasi unggas domestik untuk lebih memahami dampak penggunaan antibiotik dan meningkatkan efektivitas pemberian pakan di industri unggas domestik.

Proyek ini telah diluncurkan oleh pusat negara bagian All-Rusia untuk kualitas dan standarisasi obat-obatan untuk hewan dan pakan dan diklaim untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam undang-undang Rusia tentang keamanan biologis di Federasi Rusia.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa mereka mengidentifikasi perbedaan komposisi taksonomi mikrobiota pada unggas bebas dan unggas yang dipelihara di kandang di peternakan industri. Salah satu tugas penelitian ini adalah untuk memahami hubungan antara mikrobioma usus, yaitu gen mikrobiota, dan muatan obat. (poultryworld)

MENGUNCI PERFORMA INDUKAN BABI AGAR TETAP STABIL

Dr Mauro Di Benedetto


Memiliki indukan babi yang produktif merupakan impian semua peternak dan pembibit babi di dunia. Namun begitu tdalam mencapai hal tersebut nampaknya sangatlah berat, apalagi ditengah disrupsi yang terjadi saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Mauro di Benetto konsultan dari Kemin Agrifood Italia dalam presentasinya pada gelaran Pig Quality Conference 2022 secara daring pada (15/9) yang lalu.

Ia memberi contoh misalnya terkait harga bahan baku pakan yang kian hari semakin meroket yang diakibatkan oleh berbagai penyebab. Hal ini tentu saja akan semakin menambah cost dari produksi karena sebagaimana kita ketahui bahwa pakan merupakan komponen biaya paling utama dalam suatu budidaya peternakan.

"Efisiensi biaya pakan memang suatu keniscayaan namun begitu ada satu solusi lagi meskipun biaya pakan tidak dapat ditekan yakni kenaikan performa dari ternak itu sendiri, menaikkan performa ternak dengan biaya pakan yang tetap juga merupakan suatu keharusan," tuturnya.

Lalu kemudian ia memberi pemahaman mengenai indukan babi hyperprolific. Secara umum indukan hyperprolific dapat diartikan sebagai indukan yang dapat melahirkan anak babi melebihi jumlah puting susu yang dimiliki.

"Pernah di Eropa suatu perusahaan breeding merilis satu ras babi yang dapat melahirkan lebih dari 41 ekor anak babi dalam setahun, artinya dalam satu siklus sekitar 16-18 ekor anak babi dilahirkan. Dan ras ini sempat populer, namun masalahnya bukan pada seberapa banyak anak babi yang dilahirkan," tutur dia.

Dr Mauro mengatakan problem utama dari indukan hyperprolific yakni pada kecukupan gizi anak yang dilahirkan. Setidaknya menurut beliau, indukan dengan 13 anak babi harus dapat memproduksi susu sebanyak 390 liter hingga anak babi disapih, hal  ini dibutuhkan agar anak babi mendapatkan nutrisi yang cukup dari induk.

"Yang kebanyakan terjadi di lapangan, induk babi hampir tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut, sehingga nutrisi dari anakan tidak terpenuhi, bobot setelah disapih tidak mencapai target, sehingga pertumbuhan kedepannya menjadi kurang maksimal," kata Mauro.

Lalu bagaimana solusinya?, dalam berbagai riset yang telah ia lakukan, kombinasi penggunaan enzim dan emulsifier adalah solusi terbaik dalam meningkatkan utilisasi nutrisi dalam pakan serta menjaga kesehatan saluran pencernaan induk babi.

Enzim yang dapat digunakan yakni fitase, protease, dan karbohidrase. Sementara emulsifier yang dimaksud yakni lisolecitin. Enzim akan bekerja memecah zat yang sulit dicerna menjadi partikel lebih kecil sehingga lebih mudah dicerna, sementara emulsifier membantu kinerja enzim lipase serta meningkatkan kemampuan absorpsi usus dalam menyerap nutrisi.

"Berbagai trial yang kami lakukan di beberapa negara produsen babi terbesar telah berhasil menjawab tantangan ini, hasilnya susu yang dilahirkan induk lebih banyak dengan nilai FCR yang baik. Selain itu jumlah anak babi yang bertahan hidup setelah penyapihan meningkat, dan bobot targetnya tercapai," tutupnya. (CR)


IKUTI DAN SEGERA DAFTAR SEMINAR NASIONAL HARI AYAM DAN TELUR TAHUN 2022


 

Menyemarakkan Hari Ayam dan Telur Tahun 2022, Fakultas Peternakan Universitas Andalas bersiap menggelar Seminar Nasional Hari Ayam dan Telur Tahun 2022”.

Segera berpartisipasi dan mendaftar melalui Registrastion Link: https://bit.ly/Pendaftaran-SemnasAyamTelur2022

*Contact Person: Ananda, MSi (+62853-1260-6584)

SEKOLAH VOKASI IPB, EKSPOSE HASIL RISET PAKAN UNGGAS LOKAL

 

Kegiatan ekspose hasil riset pakan unggas lokal. (Foto: Istimewa)

Sekolah Vokasi IPB (SV IPB) mengadakan ekpose hasil riset pakan unggas lokal Magnesia22, Jumat (16/9). Seperti diketahui bersama pakan merupakan struktur pembentuk harga paling dominan dalam usaha budidaya unggas.

Sekitar 60-70% pakan membentuk harga pokok produksi dalam usaha budidaya unggas dan usaha budidaya unggas lokal (ayam kampung). Tingginya harga pakan akhir-akhir ini dan belum idealnya formulasi pakan untuk pakan unggas lokal, menjadikan reformulasi pakan menjadi upaya penting dalam mengefisiensikan penggunaan pakan pada usaha budidaya unggas lokal.

Riset ini bertujuan untuk menghasilkan ransum unggas lokal pedaging yang memanfaatkan bahan baku sumber protein alternatif dari tepung maggot black soldier fly (BSF). Penerapan ransum yang memanfaatkan sumber daya lokal ini diharapkan dapat menekan penggunaan bahan baku sumber protein hewani yang berasal dari impor,” ungkap Dr Pria Sembada SPt MSc MSi, Ketua Tim Riset Magnesia22 pada acara diseminasi hasil riset yang dilaksanakan SV IPB.

Pria menjelaskan Magnesia22 merupakan pakan unggas lokal yang bahan baku sumber proteinnya memanfaatkan sumber protein alternatif. “Penggunaan magoot BSF sebagai sumber protein hewani alternatif memberikan keuntungan tersendiri bagi peternak. Dimana bahan baku ini diperoleh dari lokal dan hasil riset menunjukkan dampak signifikan terhadap efisiensi penggunaan pakan. Selain itu penggunaan magoot BSF ini juga ramah lingkungan,” papar Dr Pria

Dalam diseminasi riset ini SV IPB melibatkan mitra pelaku budidaya unggas lokal. Hal ini dilakukan untuk memberi masukan dan sharing mengenai penggunaan pakan dalam usaha budidaya unggas lokal.

“Diseminasi riset ini menarik bagi kami pelaku usaha budidaya unggas lokal. Mengingat efisiensi pakan dalam usaha budidaya unggas lokal menjadi hal penting yang dicapai untuk efisiensi usaha sekaligus efisiensi pakan ini menjadi tantangan yang berat dalam usaha budidaya unggas lokal,” ujar M Mansyur dari kelompok peternak Tiga Putra Farm. (Jefri/INF)

 

 

 

 

 

PIG QUALITY CONFERENCE 2022 DIGELAR SECARA DARING

Dr Megan Edwards mempresentasikan materinya

Pig Quality Conference 2022 dihelat secara daring per tanggal 15 September 2022 yang lalu. Rencananya acara tersebut akan melakukan streaming secara berkala setiap kamis sampai empat minggu ke depan, tepatnya hingga 6 Oktober 2022. Lebih dari 200 peserta dari 16 negara menghadiri konferensi online tersebut pada 15 September lalu.

Seminar diawali oleh Dr Megan Edwards, konsultan nutrisi dari Integral Nutrition. Dalam presentasinya beliau membahas mengenai berbagai cara dalam mengefisienkan cost pakan. Secara garis besar, Dr Megan membahas beberapa hal seperti penggunaan bahan baku alternatif dan imbuhan pakan.

Peternak Wajib Me-review Program Pemberian Pakan

Banyak peternakan di Asia terus memberi makan ternak babi mereka dua atau tiga kali diet dari mulai penyapihan hingga akhir, akan tetapi perlu untuk meninjau program pemberian pakan saat ini, kata Dr Edwards. Kenyataannya adalah praktik pemberian pakan seperti itu tidak memungkinkan utilisasi nutrisi secara efisien.

“Bukan berarti harus ada enam fase, tapi harus ditinjau dan dilihat apakah fasenya cukup. Saya pikir empat atau lima fase akan ideal, ”jelasnya.

Mencari Sumber Fosfor Alternatif

Saat ini, tepung ikan merupakan bahan baku sumber asam amino dan fosfor yang dapat dicerna, produsen pakan babi kini mulai mengurangi ketergantungan penggunaan tepung ikan. Dr Edwards mengatakan bahwa dalam diet jagung dan SBM, dosis fitase yang relatif rendah dapat melepaskan fosfor. Dalam kasus lain misalnya dedak padi, bahan umum di Asia, ada peluang untuk membuka lebih banyak sumber fosfor organik.

“Industri harus mempertimbangkan sumber fosfor lain yang tersedia dan memastikan penggunaan enzim fitase yang optimal. Selain itu, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi efikasi fitase,” jelasnya. (CR)


LAUNCHING BUKU “RISALAH KHUSUS PMK” KARYA SOFJAN SUDARDJAT

Webinar sekaligus launching buku karya Sofjan Sudardjat. (Foto: Dok. Infovet)

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali mewabah di Indonesia sejak Mei 2022 kemarin, membuat banyak pihak terkejut melihat betapa banyaknya kerugian yang diderita peternak.

Pengakuan Indonesia menjadi negara bebas PMK sejak 1990 sirna begitu saja. Padahal banyak upaya dilakukan dalam mengamankan Indonesia dari PMK. Mantan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan periode 1999-2003, Dr Drh Sofjan Sudardjat MS, menjadi aktor penting dalam pembebasan PMK di Indonesia.

Sejak mewabahnya PMK kembali, Sofjan langsung sigap memberikan saran penanganan dan pengalamannya, salah satunya melalui buku tebarunya berjudul “Konsep Pemikiran dan Aplikasi Pengamanan Maksimum Kesehatan Hewan, Risalah Khusus Penyakit Mulut dan Kuku di Indonesia” yang di-launching pada Rabu (14/9/2022), dalam acara Webinar Nasional “Strategi Indonesia Bebas PMK (Belajar dari Pelaku Sejarah).”

Di dalam bukunya, Sofjan banyak menjabarkan pengalamannya sewaktu menangani PMK. Dalam bukunya yang berjumlah 384 halaman terbitan Gita Pustaka itu, Sofjan juga menjabarkan sejarah PMK, usaha pemberantasan, program pembebasan, hingga kebijakan maximum security terhadap PMK.



Hadirnya buku ini mendapat banyak apresiasi. Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Gani Harijanto, menyampaikan sambutan dalam buku tersebut yang merupakan pengalaman lengkap Sofjan tentang PMK dan saran penanganan PMK, sehingga buku ini sangat penting bagi institusi, ilmuwan, mahasiswa, pelaku usaha maupun asosiasi peternak.

Hal senada juga disampaikan Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari. Ia mengungkapkan bahwa buku ini bisa menjadi referensi penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan, sekaligus saran penanganan PMK di Indonesia. 

“Semoga buku ini dapat menginspirasi kita untuk lebih berpikir dan bertindak positif dalam upaya menangani masalah kesehatan hewan dan juga dalam menangani usaha pengendalian wabah PMK yang sedang berkecamuk di negera kita sekarang ini,” ungkapnya seperti dikutip dalam sambutan pada buku karya Sofjan tersebut. (RBS)


*Untuk informasi lebih lanjut mengenai pembelian Buku “Konsep Pemikiran dan Aplikasi Pengamanan Maksimum Kesehatan Hewan, Risalah Khusus Penyakit Mulut dan Kuku di Indonesia” karya Sofjan Sudardjat, bisa hubungi: Wawan Kurniawan (0856-8800-752) / Nur Ayu Sharfina (0858-9540-1298).

AUSTRALIA MENGUMUMKAN STANDAR ANIMAL WELFARE BARU UNTUK UNGGAS

Departemen Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia telah mengumumkan penyelesaian pekerjaan untuk mengembangkan Standar dan Pedoman Kesejahteraan Hewan Australia yang baru untuk unggas.

Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Panel Kesejahteraan Unggas Independen yang ditugaskan oleh Menteri Pertanian pada tahun 2019.

Standar adalah persyaratan kesejahteraan hewan yang akan diberlakukan dalam undang-undang negara bagian dan teritori dan harus dipenuhi berdasarkan undang-undang untuk tujuan kesejahteraan hewan ternak. Pedoman bersifat sukarela dan merupakan praktik yang direkomendasikan untuk mencapai hasil kesejahteraan hewan yang diinginkan.

Peningkatan kesejahteraan unggas yang paling signifikan

Perbaikan yang paling signifikan untuk kesejahteraan unggas dalam standar dan pedoman meliputi:

  • Penghapusan bertahap kandang ayam petelur konvensional selama 10 hingga 15 tahun (paling lambat pada tahun 2036), tergantung pada usia infrastruktur saat ini.
  • Persyaratan untuk memberikan pengayaan lingkungan bagi peternak ayam pedaging.
  • Perubahan intensitas cahaya minimum dan periode kegelapan, ventilasi, dan parameter suhu yang diperlukan untuk semua spesies. Ayam sekarang harus diberikan total minimal 6 jam kegelapan dalam periode 24 jam, dengan setidaknya 1 periode kegelapan tanpa gangguan minimal 4 jam.
  • Persyaratan untuk menyediakan akses air mandi/dunking bagi bebek bagi peternak.

(via poultryworld)

SOLUSI JITU ATASI POLUSI BAU PADA PETERNAKAN AYAM

Salah satu masalah klasik yang menghinggapi setiap peternak ayam adalah bau pada kandang yang disebabkan oleh feses. (Foto: Dok. Rochim)

Tak hanya mengundang kemarahan warga sekitar, bau kandang yang menyengat terkait erat dengan gas berbahaya yang bisa mengganggu kesehatan ayam. Bahkan, mengakibatkan kegagalan usaha.

Salah satu masalah klasik yang menghinggapi setiap peternak ayam adalah bau pada kandang yang disebabkan oleh kotoran ayam. Apalagi peternak ayam kampung skala rumah tangga, yang umumnya memiliki lokasi kandang tak jauh dari lingkungan pemukiman warga. Tak jarang, kekhawatiran munculnya bau dari kandang ayam menyebabkan calon peternak mengurungkan niat usahanya.

Memang, bila tidak segera ditangani, bau yang menguar dari kandang dapat berdampak erat pada kesehatan ayam, hingga kesehatan peternak sendiri. Kelalaian dalam menangani masalah bau pada kandang dapat mengakibatkan ayam mengalami kesulitan bernapas, iritasi tabung pernapasan, radang kantung udara, radang selaput lendir mata, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

Selain itu, kondisi tak nyaman akibat bau dapat memicu munculnya stres yang berpengaruh pada sistem imun tubuh ayam. Akibatnya, tingkat efektivitas pakan dan produktivitas ayam pun menurun.

Akar Masalah Bau Kandang
Penyebab utama munculnya bau pada kandang tidak lain adalah amonia dalam kotoran atau feses yang dihasilkan ayam. Amonia adalah salah satu sumber utama bau pada kandang. Gas ini berbau menyengat dan merupakan senyawa tidak berwarna yang dapat larut dalam air.

Feses ayam tidak menghasilkan gas amonia secara langsung. Gas ini terbentuk melalui penguraian unsur asam urat pada feses ayam oleh mikroba yang seringnya terjadi di litter atau alas kandang atau tanah. Kelebihan protein atau unsur nitrogen berasal dari pakan yang diekskresikan ayam dalam bentuk zat asam urat di dalam feses.

Secara alami, feses ayam akan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2022.

Ditulis oleh: 
Muhammad Faris Ridwan &
Rochim Armando
Koresponden Infovet Tulungagung, Jawa Timur

INDONESIA BIMBING PELATIHAN BIOINFORMATIKA UNTUK TENAGA LABORATORIUM ASEAN

 Lokakarya Bioinformatika se-ASEAN di Yogyakarta

Indonesia berbagi keahlian di bidang bioinformatika dengan melatih personel laboratorium dari sembilan negara ASEAN, 23 laboratorium Indonesia, dan beberapa negara anggota Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP), seperti Pakistan dan Bangladesh. ZDAP adalah kolaborasi global untuk menanggapi ancaman penyakit zoonosis (menular dari hewan kepada manusia); serta untuk mengedepankan agenda keamanan kesehatan global. 

Pada tahun 2021, Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Yogyakarta disahkan sebagai Pusat Rujukan Regional untuk Bioinformatika Veteriner di Asia Tenggara oleh  Kelompok Kerja Sektor Peternakan ASEAN (Sectoral Working Group on Livestock - SWGL). Dengan pengakuan ini, BBVet Wates telah memantapkan dirinya sebagai laboratorium dengan keahlian di bidang bioinformatika dan telah mendukung dan memberi saran kepada laboratorium lain di negara-negara ASEAN tentang isu-isu terkait bioinformatika. 

Bioinformatika adalah sarana interdisipliner untuk menghitung dan menganalisis data biologis, termasuk agen yang berpotensi menyebabkan penyakit pada hewan, tumbuhan, dan manusia. Dengan menggunakan bioinformatika, karakteristik agen penyakit dapat dipelajari secara komprehensif sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian penyakit. 

Dalam lokakarya ini, terselenggara serangkaian sesi pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas bioinformatika para petugas laboratorium yang memungkinkan laboratorium di negara-negara ASEAN dan ZDAP untuk memahami evolusi agen virus tertentu agar dapat dengan cepat mendeteksi ancaman penyakit menular baru. Lokakarya ini juga berfungsi sebagai wadah bagi para peserta untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk membangun jaringan bioinformatika yang kuat di wilayah Asia.  

“Lokakarya ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam memperkuat mekanisme regional ASEAN untuk pencegahan, deteksi dini dan penanggulangan penyakit hewan dan zoonosis dengan potensi pandemi, serta penguatan sektor kesehatan hewan melalui pendekatan One Health,” ujar Nuryani Zainuddin selaku Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 

Nuryani menjelaskan, pada lokakarya ini, Indonesia berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas dan jejaring laboratorium di ASEAN untuk bioinformatika. “Sebagai negara pimpinan dalam Global Health Security Agenda dan Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP), Indonesia juga melibatkan dan memperkuat laboratorium kesehatan masyarakat dan veteriner di Indonesia, ASEAN, dan negara-negara yang bergabung dalam ZDAP untuk menerapkan bioinformatika menggunakan pendekatan One Health,” imbuh Nuryani. 

“Kerjasama bertahun-tahun antara FAO dan Pemerintah Indonesia telah memperkuat kapasitas balai-balai veteriner untuk meningkatkan deteksi dan pencegahan ancaman zoonosis. Kami berbahagia dapat melihat bahwa peningkatan pengetahuan dan kapasitas tersebut dapat dibagikan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara,” ujar Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, seraya mengapresiasi kegiatan lokakarya ini sebagai tonggak pencapaian di bidang kesehatan hewan. 

Duta Besar Australia untuk ASEAN, H.E. Will Nankervis mengatakan, “Australia sangat senang dapat mendukung lokakarya Bioinformatika ini melalui kemitraan SMART ASEAN kami dengan ASEAN dan FAO. Lokakarya tersebut, bersama dengan penunjukan Disease Investigation Center Wates sebagai ASEAN Regional Reference Center for Bioinformatics, merupakan langkah penting dalam memastikan respons yang terkoordinasi terhadap ancaman penyakit di ASEAN.” 

Seperti disampaikan oleh Pelaksana Tugas Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia David Stanton, “peningkatan Balai Besar Veteriner Wates menjadi Pusat Referensi Bioinformatika Regional ASEAN adalah bukti kerja keras dan layanan luar biasa selama beberapa dekade dari staf BBVet Wates dan tim Kementerian Pertanian. USAID gembira dapat bekerja bersama Kementerian Pertanian dan FAO dalam mendukung pekerjaan ini.”  

Sejak tahun 2006, FAO dengan dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memberikan pelatihan yang komprehensif kepada sejumlah balai-balai veteriner tentang keselamatan dan keamanan hayati laboratorium, jaminan kualitas, mitigasi risiko dan standarisasi prosedur. Khusus di bidang bioinformatika, inisiatif ini didanai bersama oleh USAID dan Pemerintah Australia melalui proyek bersama FAO-Australia-ASEAN tentang Penguatan Mekanisme Kesehatan Hewan (SMART-ASEAN). (INF)

MEWASPADAI KEBERADAAN LALAT

Lalat Tabanus rubidus, salah satu vektor penyakit surra pada hewan besar. (Foto: Istimewa)

Keberadaan lalat dinilai sebagai indikator buruknya aspek kebersihan suatu lingkungan. Bukan hanya di kawasan pemukiman, keberadaan lalat di peternakan juga dinilai meresahkan.

Hewan dari filum arthropoda ini memang sudah seperti menjadi bagian sehari-hari dalam kehidupan. Hampir di tiap tempat bakal mudah menemukan keberadaan lalat. Serangga yang bisa terbang ini dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif.

Begitu pula dalam dunia peternakan, lalat merupakan musuh yang harus dibasmi. Ledakan populasi lalat di suatu peternakan dapat menambah daftar panjang masalah yang harus diselesaikan.

Berbagai Jenis, Beragam Ancaman
Menurut Prof Rosichon Ubaidillah, seorang peneliti entomologi dari BRIN, ada sekitar 240.000 spesies diptera (serangga dua sayap) dan secara umum dikenal sebagai lalat/fly termasuk simulium. Berdasarkan penemuannya, lalat sudah hidup sekitar 225 juta tahun lalu.

“Keberadaan lalat ini sudah lama ada, coba bayangkan sejak zaman dinosaurus mereka sudah ada. Beberapa jenis lalat secara langsung dan tidak juga memengaruhi kehidupan kita, baik secara ekologi, medis, bahkan sampai ekonomis,” tuturnya.

Rosichon juga mengatakan bahwa  beberapa spesies lalat bersifat parasit dan merugikan manusia termasuk di dunia peternakan. Oleh karenanya, perlu diwaspadai keberadaan lalat di suatu peternakan. Hal ini dikarenakan tiap spesies alat memiliki inang yang berbeda-beda.

Hal tersebut diamini oleh Guru Besar dan staf pengajar parasitologi SKHB IPB University, Prof Upik Kesumawati. Di dunia peternakan, baik hewan besar maupun kecil lalat adalah masalah yang harus dikendalikan. Ia memberi contoh pada hewan besar misalnya, lalat spesies Tabanus, Stomoxys, Haematopota dan Chrysops.

“Mereka itu lalat yang biasa ditemukan pada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2022. (CR)

FLU BURUNG DI PUSAT PRODUKSI UTAMA DI BELANDA

Tidak kurang dari 220 peternakan unggas komersial di Belanda terkena tindakan pencegahan untuk menghentikan penyebaran flu burung. Flu burung didiagnosis lagi di sebuah peternakan unggas di Barneveld akhir Agustus, pada saat virus biasanya surut selama musim panas. 

“Ini pukulan keras,” kata Bart-Jan Oplaat dari Persatuan Petani Unggas Belanda. “Itu berarti tidak ada penghasilan selama lebih dari 6 bulan.”

Wabah terbaru (di satu peternakan) memiliki konsekuensi serius. Larangan pengangkutan berlaku untuk peternakan unggas dalam radius 10 km di sekitar perusahaan untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut. Sejauh ini, 220 perusahaan di jantung sektor unggas terkena dampaknya.

Tidak ada peternakan unggas lain di sekitar perusahaan yang sekarang terkena dampak. Namun, pihak berwenang Belanda akan mengawasi 34 peternakan dalam radius 3 km selama 2 minggu ke depan. (via poultryworld)

SV IPB GANDENG TRI GROUP KEMBANGKAN TEACHING FARM SMART MINI CLOSED HOUSE

Foto: Istimewa

Senin, (5/9) Kampus Sekolah Vokasi IPB (SV IPB) melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Teaching Farm Smart Mini Closed House ayam broiler. Kegiatan ini merupakan tahap awal atas kerjasama yang dilakukan oleh SV IPB dengan Tri Group.

“Kerjasama ini merupakan rangkaian kerjasama yang sudah terjalin antara SV IPB dengan Tri Group sejak penandatangan Memorandum of Academic sejak 2020 lalu dan berbagai, ” ungkap Prof Arief Daryanto MEc, Dekan SV IPB.

Dukungan dan kerjasama dunia usaha dan dunia industri menurut Prof Arief amat penting bagi dunia kampus. Dimana diantara kedua belah pihak saling memberikan masukan mengenai tantangan yang dihadapi dalam hal ini dunia perunggasan. “Harapannya kerjasama ini menjadi model atau opsi alternatif terhadap tantangan yang selalu dihadapi dunia perunggasan. Yang setiap saat selalu dihadapi permasalahan jatuhnya harga ayam, dimana salah satu upayanya dapat dilakukan dengan mengejar efisiensi usaha melalui manajemen perkandangan,” ungkap Arief.

Ramadhana Dwi Putra Mandri, Direktur PT Tri Satya Mandiri (TSM – Tri Grouup) menyampaikan bahwa efisiensi melalui perkandangan Mini Closed House suatu keniscayaan. “Kita tahu konsep perkandangan closed house system (CHS) merupakan suatu yang ideal saat ini dalam usaha budidaya ayam broiler. Namun dari sisi pendanaan tidak semua peternak khususnya peternak rakyat yang bisa membangun CHS. Karena itu kita menawarkan model Mini Closed House, dimana kita membangun perkandangan mini populasi 4.000-8.000 ekor sehingga peternak diharapkan dapat membangun perkandangan dengan prinsip CHS,” papar Rama.

Ditambahkan Danang Priyambodo SPt MSi selaku Ketua Program Pengembangan Teaching Farm Smart Mini Closed House, “Kegiatan ini merupakan pengembangan yang dilakukan SV IPB dengan menambahkan manure system yang terintegrasi dengan internet of things (IoT). Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh Direktur Jenderal Pendidian Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.”

Tri Group juga membuka diri kepada seluruh civitas akademika SV IPB untuk menggunakan fasilitas produksi untuk kegiatan pembelajaran dan penelitian. “Kami berharap fasilitas budidaya yang kami miliki dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen SV IPB untuk pembelajaran dan penelitian. Melalui kegiatan ini Tri Group juga terbuka menerima masukan bagi proses usaha budidaya yang kami lakukan,” ujar Rama. (Jefri)

ENTREPRENEURSHIP TRAINING CENTER LAHIRKAN 5 PRODUK INOVASI BERBAHAN AYAM

Foto: Istimewa

Kegiatan closing seremony Entrepreneurship Training Center (ETC) Batch 2, Minggu 4 September 2022 di IPB International Convention Center diawali dengan pameran produk inovasi 20 peserta ETC dari Sekolah Vokasi IPB. Para peserta terbagi ke dalam 5 kelompok dan menciptakan 5 produk inovasi berbahan dasar ayam diantaranya Glasaos Chick, Pokazee, Yakitoriin, Ceker Lunak Belakang Kampus (CLBK), dan Snack Kripik Krispi (Skripsi).

Pelatihan ini merupakan kerjasama Sekolah Vokasi IPB bersama PT Charoen Pokphand Indonesia. Acara penutupan diadakan sebagai penutup rangkaian kegiatan pada program ETC Batch 2 yang telah berlangsung pada 20 Juni-20 Agustus 2022. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mempresentasikan business plan.

Dalam sambutannya, Dekan Sekolah Vokasi IPB Prof Arief Daryanto memberikan motivasi sekaligus harapan bagi seluruh peserta ETC. "Mari kita tingkatkan kompetensi SDM untuk meningkatkan daya saing industri Tanah Air seiring dengan upgrading program studi di lingkungan SV-IPB menjadi D4. Salah satunya para mahasiswa dapat mendalami retail entrepreneurship,” tutur Arief dalam keterangan resmi yang diterima Redaksi Infovet.

Menurut Arief, merubah persepsi bisnis pertanian bukan bisnis yang menarik tetapi merupakan bisnis yang inovatif, produktif, adaptif dan remuneratif menjadi hal yang sangat penting. Pihaknya dapat memberikan pelatihan atau kesempatan kepada mahasiswa untuk memasarkan produk inovasi mereka berkolaborasi dengan SV-IPB melalui berbagai strategi, salah satunya dengan menyalurkan paket boga mahasiswa dalam kegiatan katering di kampus.

Sementara itu PT Charoen Pokphand melalui GM Marketing PT Prima Food Internasional (PFI), Laurensius Zaoputra menyampaikan kesiapannya untuk menginisiasi dan mendukung program-program seperti ini. “Kami terus berinovasi memberikan kesempatan agar adik-adik mahasiswa dapat mengikuti kegiatan magang langsung di Prima Food International, sehingga dapat tercetak entrepreneur muda indonesia." pungkasnya. (WB/ARS/INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer