Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SURAT TERBUKA MUSBAR MESDI KEPADA JOKOWI

RABU, 16 SEPTEMBER 2020 Redaksi pagi itu menerima surat terbuka Musbar Mesdi untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kondisi usaha peternakan rakyat Ayam Broiler (ayam potong) yang telah lama belum ada solusi yang menggairahkan karena kendala harga jual yang sering tidak menguntungkan bahkan merugi, karena diduga peternakan rakyat Ayam Broiler tidak mampu bersaing dengan korporasi Industri bermodal besar.

Berikut ini surat terbuka selengkapnya:

Assalamu’alaikum warrahmatulahi wabarakatuh
Kepada Yth. Presiden Republik Indonesia
Bapak Joko Widodo

Melalui media ini, kami sampaikan laporan kehadapan Bapak Presiden, bahwa kondisi dinamika persaingan Industri Perunggasan Broiler (ayam potong) dari segmen Peternak Rakyat Broiler Mandiri vs Corp Industri Broiler yang dari tahun 2014 s/d 2020 tidak selesai-selesai. Sudah melewati tiga Menteri Pertanian dan lima Dirjen PKH (Peternakan dan Kesehatan Hewan). Dan peternak-peternak ini pun sudah puluhan kali turun Demo ke Istana Presiden, Kementan dan Kemendag serta DPR.

Mohon Bapak Presiden dapat segera memerintahkan Kemenko Ekonomi agar dapat mengevaluasi dan membenahi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh DPR dan Kementan terkait pada kebijakan di sektor Peternak Broiler Rakyat sebagai pelaku aktif di lapangan. Karena kehadiran Industri Perunggasan Nasional telah terpecah dalam dua model saat ini di Indonesia, yaitu: 

1. Industri Corporasi Broiler hadir di Indonesia dengan dilindungi oleh UU 18 tahun 2009, UU 18 tahun 2012, UU 07 tahun 2014, Perpres 71 tahun 2015 dan ditunjang infrastruktur yang modern serta kapital yang mapan.

2. Peternak Broiler Rakyat Saat ini hanya dilindungi oleh peraturan-peraturan Menteri sehingga dalam Implementasinya kalah jika berhadapan dengan kepentingan Industri Corporasi.

Dampaknya sangat menyedihkan, di pasar becek (wet market) dimana terjadi persaingan bebas brutal yang menggulung hancur industri Rakyat. Persaingan bebas ini pun sangat didukung UU No. 05 tahun 1999 sehingga KPPU pun tidak bergeming.

Mohon bapak Presiden dapat melakukan langkah-langkah positif. Buatlah Keppres untuk menyelesaikan masalah Peternak Broiler Rakyat ini. Peternak-peternak Broiler sebaiknya dibuat sebagai Badan Usaha (UKM Menengah) yang ditempatkan dibawah Kemenkop serta untuk Pengolahan daging ayamnya digandengkan/diserahkan pada BUMN seperti Berdikari (Tupoksi Peternakan). Sehingga tidak ada benturan secara lansung antara Kebijakan Industri Modern dengan Industri Peternak Rakyat di area Tupoksi di Kementan. Benturan itu buktinya terjadi dari tahun ke tahun, dan tidak/belum ada penyelesaian masalah. Peternak Unggas Rakyat hancur lebur jadinya.

Demikian laporan kami, kehadapan Presiden RI Bapak Joko Widodo, dengan harapan ada solusi yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah yang sudah menahun ini.

Salam Hormat Kehadapan Bapak Presiden RI.
Wassalamu'alaikum wrwb., 

Ki Musbar Mesdi

****(DARMA)

KETIKA KONSUMSI TAK SETARA PRODUKSI


Oleh: Heri Setiawan

Sepenggal kalimat yang di-posting di salah satu WhatsApp Group (WAG), 21 Agustus 2020, pukul 20:03 itu, kesannya bak pisau bermata dua. Maklum, pengirimnya adalah pejabat Eselon II Kementerian Pertanian. Salah satu pejabat kunci yang memiliki otoritas tinggi dalam penerbitan rekomendasi.

Mungkin saja, maksud sang Pejabat mengirimkan pesan singkat itu sekedar berbasa-basi. Sekedar menjalin komunikasi dengan para anggota WAG, atau bisa jadi bersifat “intimidasi” yang tersembunyi.

Pada tanggal yang sama pukul 14:50, Beliau mem-posting pesan panjang. Isinya mengimbau kepada bapak/ibu pimpinan perusahaan pembibitan dan pakan ayam ras agar dapat menaikkan serta melaksanakan penyerapan live bird (LB) berdasarkan alokasi penyerapan masing-masing perusahaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab bersama, sehingga stabilisasi perunggasan dapat tercapai dengan lebih baik.

Landasan yang dipergunakan adalah Surat Himbauan No. B-22007/PK.230/F2.5/07/2020 tanggal 22 Juli 2020 tentang penyerapan LB peternak UMKM. Selain itu, juga Surat Himbauan No. B-12005/TU.020/F2.5/08/2020 tanggal 12 Agustus 2020 tentang penyerapan LB internal dan eksternal perusahaan pembibit ayam ras pedaging.

Tunggu punya tunggu, lebih dari 5 jam sejak pesan panjang itu tayang, (mungkin) membuat sang Pejabat penasaran dan bertanya-tanya. Eksekusinya adalah, tayangan sepenggal kalimat ambigu di WAG itu: “Wa saya tdk di respon trima kasih. Gmna hp sy nt rusak tidak bisa klik rekomendasi impor GPS.

Ajaib, dalam hitungan menit, malam itu juga muncul respon positif: Siap. Keesokan paginya, respon pertama pukul 04:25. Selanjutnya, berurutan muncul respon-respon positif lainnya hingga sore pukul 17:38.

Konsumsi Daging Ayam

Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 November 2019, merilis data “Demand Daging dan Telur Ayam Ras 2020.” BPS mengestimasikan bahwa demand daging ayam ras tahun 2020 sebesar 3.442.558 ton. Bila dikonversikan dengan jumlah penduduk Indonesia, berarti konsumsi daging ayam ras pada 2020 tersebut mencapai 12,79 kg/kapita/tahun.

Pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Tak terkecuali tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging ayam ras. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) pada 14 Juli 2020, menerbitkan skenario baru konsumsi daging ayam menjadi 9,08 kg/kapita/tahun. Berdasarkan revisi itu, demand-nya menjadi 2.447.691 ton. Surplus sekitar 1 juta ton.

Bila ditarik ke arah hulu, berarti juga terjadi kelebihan produksi DOC broiler. Semula diprediksi bahwa produksi DOC broiler pada 2020 sekitar 3,6 miliar ekor. Situasi dan kondisi pandemi COVID-19 tersebut menjadikan produksi DOC broiler berlebihan.

Dampak akhir dari semuanya itu adalah terpuruknya harga LB, khususnya di pulau Jawa. Kegaduhan pun timbul di mana-mana, apalagi di media sosial. Beraneka macam komen bermunculan di berbagai WAG perunggasan. Seperti halnya kejadian-kejadian terdahulu, Ditjen PKH pun turun tangan. Ujung-ujungnya adalah terbitnya suatu kebijakan. Kali ini bukan lagi berbentuk Surat Edaran (SE), tapi Surat Himbauan (SH).

Manfaatkan Momentum

Alih-alih memanfaatkan momentum perlunya pemenuhan gizi guna meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi pandemi COVID-19, Kementerian Pertanian (Kementan) justru me-launching kalung Anti Virus Corona Eucalyptus pada 8 Mei 2020. Promosinya luar biasa. Melibatkan berbagai media massa. Tayang di mana-mana. Bahkan, promosi lintas departemental dan institusional.

Tak ayal lagi, klaim sebagai “anti-virus” memantik polemik dan kontroversi. Masing-masing pihak berargumentasi berdasarkan sudut pandang dan latar belakang keilmuannya. Belakangan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Fadjry Djufry, dalam konferensi virtual pada 6 Juli 2020 melunak. Disebutkannya “Kalaupun tidak punya khasiat membunuh virus corona (COVID-19), paling tidak melegakan pernapasan.”

Sejatinya, Kementan juga melakukan kampanye peningkatan konsumsi daging ayam guna menguatkan daya tahan tubuh. Sayangnya, video promosi itu hanya tayang dalam akun Instagram Kementan @kementerianpertanian. Tidak dipublikasikan secara massif. Tak ada penayangan oleh media mainstream.

Dalam video berdurasi satu menit tersebut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengajak masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam sebagai salah satu cara menjaga daya tahan tubuh dari infeksi virus corona (COVID-19).

Memang, momentum selalu ada. Kapan saja dan di mana saja. Tapi uniknya, momentum bisa lewat begitu saja. Dibutuhkan kejelian dan kecerdasan untuk menangkap dan memanfaatkan momentum itu secara pas sehingga menghasilkan manfaat bagi kebanyakan masyarakat.

Dalam situasi pandemi COVID-19, konsumsi daging ayam menurun. Di sisi lain, masyarakat membutuhkan daya tahan tubuh kuat dan sehat guna mengatasi ancaman infeksi virus corona. Tentu saja ini merupakan peluang sekaligus momentum.

Sekiranya Kementan bisa menangkap peluang dan memanfaatkan momentum tersebut secara optimal, maka secara bertahap dan pasti, konsumsi daging ayam bisa setara dengan produksinya. Tak ada lagi pesan singkat pejabat dalam WAG yang bersifat ambigu. Pesan intimidasi berbungkus basa-basi komunikasi. ***

Penulis adalah,

Dewan Pakar Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia

TENTANG TAMBAHAN PAKAN TERNAK

Beberapa jenis imbuhan pakan yang diberikan pada ternak. (Foto: Istimewa)

Feed additive (imbuhan pakan) merupakan suatu bahan yang dicampurkan ke dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, maupun keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi (Adams, 2000).

Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan/atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi feed additive adalah untuk menambah vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stres, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.

Sedangkan feed supplement (pakan tambahan), merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat nutrisi, terutama zat nutrisi mikro, seperti vitamin, mineral atau asam amino. (Drh Hermawan Prihatno).

A. Enzim

Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa yang komplek menjadi sederhana. Saat ini telah terindentifikasi lebih kurang 3.000 enzim. Walaupun dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat diproduksi sendiri sesuai kebutuhan, penambahan enzim pada pakan kadang kala masih dibutuhkan. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti anti-nutrisi faktor pada bahan pakan (lectins dan trypsin inhibitor), rendahnya efesiensi kecernaan bahan pakan dan tidak tersedianya enzim tertentu dalam tubuh ternak. Xylanase dan ß-glucanase adalah contoh enzim yang digunakan pada ternak monogastrik untuk meningkatkan daya cerna ternak. Rendahnya kemampuan ternak muda untuk mencerna protein pada kacang kedele (glycin dan ß-conglycinin) dapat diatasi dengan penambahan enzim protease.

Jenis-jenis Enzim dalam Industri Pakan Ternak

Terdapat empat tipe enzim yang mendominasi pasar pakan ternak saat ini, yaitu enzim untuk memecah serat, protein, pati dan asam fitat (Sheppi, 2001).

1. Enzim Pemecah Serat

Keterbatasan utama dari pencernaan hewan monogastrik adalah bahwa hewan-hewan tersebut tidak memproduksi enzim untuk mencerna serat. Pada ransum makanan ternak yang terbuat dari gandum, barley, rye atau triticale (sereal viscous utama), proporsi terbesar dari serat ini adalah arabinoxylan dan ß-glucan yang larut dan tidak larut (White et al., 1983; Bedford dan Classen, 1992 diacu oleh Sheppy, 2001). Serat yang dapat larut dan meningkatkan viskositas isi intestin yang kecil, mengganggu pencernaan nutrisi dan karena itu menurunkan pertumbuhan hewan.

Kandungan serat pada gandum dan barley sangat bervariasi tergantung pada varitasnya, tempat tumbuh, kondisi iklim dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020 (MAS-AHD)


REMBUK PERUNGGASAN NASIONAL, SEBUAH PERTANDA BAIK?

Seluruh peserta tembug perunggasan tengah berdiskusi


Selasa 15 September 2020 seluruh stakeholder perunggasan nasional berkumpul di Hotel Aston Sentul, Kabupaten Bogor. Acara ini diinisiasi oleh PINSAR dan GOPAN dalam rangka mencari solusi dan menstabilkan harga ayam hidup.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan peternak PINSAR & GOPAN, integrator, dan pemerintah (Kementan dan Kemendag). Bisa dibilang pertemuan kali ini “lengkap” dihadiri delegasi dari semua stakeholder.

Dalam sambutannya mewakili Dirjen PKH, Sugiono selaku Direktur Perbibitan dan Produksi ternak mengakui bahwa mudah – mudahan pertemuan hari ini dapat memberikan solusi dan tidak berujung ricuh. Dirinya juga mengakui sudah jenuh dengan urusan perunggasan yang makin carut – marut.

“Saya berharap hari ini momen yang pas, jangan ada lagi demo – demo. Apalagi caci maki, kami dari Dirjen PKH sudah berusaha semaksimal mungkin melakukan yang terbaik di perunggasan, namun memang masih terus saja dinilai kurang,” tutur Sugiono.

Sugiono juga menjabarkan mengenai beberapa data dan fakta terkait pengendalian populasi yang masih over supply. Padahal menurut Sugiono berdasarkan Surat Edaran yang terkahir kali terbit bulan Juli lalu sudah ada instruksi untuk melakukan cutting HE, afkir dini dan lain – lain dalam rangka mengurangi populasi DOC yang beredar.

“Sampai hari ini penyerapan live bird target 41 juta baru tercapai 21,8 juta (62%) cutting HE dari target 14 juta di bulan September ini realisasinya sudah 9,4 juta (67%), pengurangan jumlah setting HE dari target 7,5 juta baru sekitar 652 ribu (8%), dan afkir dini PS betina umur 50 minggu dari target 4 Juta baru 600 ribu,” tutur Suigono.

Sugiono melanjutkan bahwa Surat Edaran yang terbit bulan Juli lalu tidak mendapat tanggapan yang baik dari para stakeholder khususnya integrator.

“Saya menghimbau agar Surat Edaran itu diaplikasikan. Padahal menurut BPS data permintaan ayam kita menurun, tapi kok teman – teman integrator bukannya ngerem produksi bibit tapi malah genjot terus?. Ini kan ada ketimpangan antara supply dan demand, harusnya nggak begitu dong?,” tukas Sugiono.

Ia terus menghimbau agar para produsen DOC, juga GPPU khususnya agar menertibkan anggotanya dalam menjalankan Surat Edaran tadi, karena hal di hulu juga akan mempengaruhi sektor hilir.

“Tolong dong teman – teman integrator, kalau memang mau nambah produksi main di luar dong, ekspornya ditingkatkan saya tuh pengennya integrator main di liga – liga Eropa lawan Barcelona, lawan Real Madrid, jangan lokalan terus lawan Persikabo, Persija, kasihlah ini teman – teman peternak mandiri kesempatan,” pungkas Sugiono.

Dalam kesempatan yang sama Sekretaris Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Johni Martha juga mengakui bahwa permasalahan perunggasan nasional layaknya benang kusut yang basah. Hal ini diketahuinya setelah banyak mendengar dan menyelami permasalahan mengenai perunggasan nasional.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Kementan dalam hal ini Dirjen PKH, kami sudah menyusun langkah yang sampai saat ini belum kami berani pastikan, karena selain masalahnya banyak, asosiasinya perunggasan juga banyak. makanya belum berani, jadi ribet juga kan,” tutur Johni.

Namun begitu Johni bilang bahwa pemerintah akan mengendalikan impor GPS dengan baik dengan berkoordinasi dengan Kementan. Terkait tata niaga ayam hidup, ketika permasalahan harga ayam ditimpakan kepada Kemendag, Johni menjawab dengan jawaban yang sedikit normatif.

“Apakah harga urusan Kemendag?, bisa iya bisa tidak. Iya kalau tata niaganya diatur oleh kemendag, tetapi kalau urusan harga diserahkan kepada mekanisme pasar, ya disitu berarti berlaku hukum sedehana supply dan demand,” kata Johni.

Selain itu Johni mengaku bahwa dirinya juga tahu mengenai jumlah GPS dari data rekomendasi dan realisasi impor dari importir. Menurutnya data yang ada kurang lebih sama dengan data dari Kementan, namun menjadi ambigu ketika di cross – check kepada pelaku indsutri.

“Yang saya tahu kita kebanjiran DOC, tapi pelaku beda – beda bilangnya, enggak juga tuh kata pelaku. Pokoknya macem – macem, ada yang bilang over supply ada yang bilang over stock. Saya mah yang ngurusin perdagangan ga ada bedanya over supply dan over stock. Kalau saya lihat sih sebenarnya masalah pasar, tapi pasar mana nih?, becek, modern, apa internasional?,” tuturnya.

Johni juga bercerita bahwa selama ini Kemendag sudah mencoba membendung impor daging ayam dari Brazil. Ia pun mengakui bahwa Kemendag juga babak belur tak kuasa menahan Brazil dalam hal ini, karena Indonesia statusnya juga sudah kalah di WTO dan perlindungan dari aspek halal yang selama ini jadi tempat bernaung juga sudah bisa dipenuhi Brazil.

“Jadi mungkin sebentar lagi bakal ada ancaman dari luar, kalau kita masih cakar-cakaran di sini. Entah nanti bagaimana deh, pokoknya ini harus selesai. Jangan sampai kita lagi berantem, Brazil datang habis deh kita porak – poranda,” pungkasnya.

Yang menarik Johni menjabarkan beberapa program yang akan dilakukan Kemendag dan Kementan dalam mengatur komoditi khususnya daging ayam. Pertama yakni penegakan Permendag tentang ketentuan impor GPS. Jika realisasi impor GPS tidak dilaporkan sampai tanggal 15 di bulan berikutnya maka langsung akan di blacklist.

Kedua bekerjasama dengan retail modern untuk memasarkan frozen carcass. Ketiga yakni akan digalakkan kampanye untuk mengubah pola konsumsi masyarakat dari konsumsi daging segar menjadi daging beku. Keempat bekerja sama dengan Pemda untuk menegakkan Perda terkait perunggasan. Yang kelima membuat integrator untuk menguatkan cold storage sebagai buffer stock dikala over supply.

Program Jangka Pendek

Herry Dermawan Ketua Umum GOPAN langsung memimpin sesi kedua, hal yang dibicarakan adalah tentu saja mengenai harga live bird.

“Kita langsung saja ke topik utama ini, intinya bagaimana harga naik, tidak perlu nunggu ada pertemuan, ada demo - demo tapi harga naik dan stabil. Kita akan jujur – juruan, ini harga bisa kita naikkan nggak?, makanya mari kita diskusikan,” tukas Herry.

Ia juga memohon kepada para pejabat agar tidak menyangkut pautkan masalah harga ini dengan KPPU.

“Intinya mengatur harga di sini bukan untuk menguasai dan monopoli, tapi untuk menyelamatkan peternak. Jadi bapak dan ibu pejabat di sini nggak usah khawatir dengan KPPU, kalau ada apa – apa kan kita kena juga semua,” tuturnya sembari berkelakar.

Pada sesi ini perwakilan peternak dan integrator saling buka – bukaan mengenai harga, stok dan fakta di lapangan yang terjadi terkait dengan faktor yang mempengaruhi harga di lapangan. Ada fakta menarik yang disampaikan dalam sesi ini.

Menurut Ketua Umum GPPU Ahmad Dawami mengatakan bahwa berdasarkan data milik ARPHUIN yang ia kutip, diperkirakan stok yang ada saat ini 120 ribu ton karkas, artinya ada 120 juta karkas ayam yang ada di cold storage. Sedangkan pada bulan Maret ketika Covid-19 merebak dan heboh, stok yang ada yakni 170 ribu ton karkas.

Masih menurut Dawami, pada bulan Mei sebenarnya terjadi shortage di sektor live bird sehingga harga bisa terkatrol sedikit. Namun di bulan Mei juga terjadi pencairan ayam – ayam yang disimpan dalam cold storage. Bulan juni pun demikian, shortage semakin menjadi, dan harga juga naik.

“Pada bulan Juni ini kami GPPU dan anggotanya meilhat optimisme karena harga naik, oleh karenanya kami meningkatkan produksi. Tapi pertambahan ini tidak bisa dikontrol dengan demand yang tidak bisa diperkirakan. Akhirnya bulan Juni terjadi lagi over supply karena demand menurun sampai sekarang,” tutur Dawami.

Kemudian turun Surat Edaran dari Ditjen PKH mengenai cutting dan sebagainya, menurut Dawami cutting itu tidak mengindahkan animal welfare dan ia beralasan bahwa dengan melakukan cutting lagi – lagi GPPU harus merugi dengan cara yang tidak animal welfare dan Kementan melegalkan itu, sehingga Indonesia dapat dicap sebagai Negara pembunuh.

Dawami melanjutkan bahwa terbitnya SE yang harus segera ditindaklanjuti apalagi sampai melakukan afkir PS tentunya akan berakibat panjang di depannya. Selain itu menjual afkiran PS dalam waktu yang singkat juga menjadi PR besar bagi perusahaan integrator. Namun begitu ia sepakat bahwa adanya pengaturan supply dan demand itu memang penting dan mutlak harus dilakukan dalam waktu dekat.

Pendapat Dawami mendapat tanggapan “panas” dari beberapa perwakilan peternak yang memandang bahwa dirinya terlalu melindungi integrator. Namun begitu Dawami tetap tenang dan juga menyoroti tentang efek psikologis dari pengaruh broker.

“Kalau memang mau naik cepat terserah, tetapi yang saya perlu soroti ya itu. Nanti kalau harga naik dan broker bisa mengendalikan gimana?, coba saja. Tapi saya setuju kalau memang harus ada pengaturan supply dan demand. Langsung saja kita to the point di sini,” tuturnya.

Berbuah Keputusan

Menjelang akhir sesi diskusi, Dirjen Peternakan dan Keswan Nasrullah tiba di lokasi pertemuan. Dirinya mengapresiasi semua stakeholder yang menyempatkan diri untuk datang dan menghargai semua pendapat mereka masing – masing.

Menurut pengakuannya ia sudah beberapa kali didatangi oleh Duta Besar Brazil ke kantornya. Hal ini tentu saja perihal impor daging ayam asal Brazil yang tentu saja sudah harus masuk ke Indonesia.

“Saya sudah dihantam terus sama Brazil, saya bilang belum bisa. Dan saya masih menolak untuk melakukan importasi dengan cara saya sendiri. Dari situ saya berpikir, ini kalau nggak diselesaikan segera mungkin bisa hancur ini perunggasan kita. Yang kecil, besar, sama saja pasti bakal kena imbas,” tuturnya.

Akhirnya setelah menjabarkan data – data dan fakta yang ada, disepakatilah beberapa keputusan yang akhirnya menutup pertemuan hari itu. Diantaranya adalah mengeluarkan referensi harga live bird di beberapa daerah untuk hari rabu dan kamis (16-17 September 2020), menambah keikutsertaan integrator yang berpartisipasi dalam program on – off berjualan, dan membentuk satuan tugas (task force) perunggasan nasional yang melibatkan stakeholder perunggasan.

Semoga saja semua keputusan yang diambil oleh seluruh stakeholder yang datang dapat dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Selain itu, perlu diingat juga bahwa semua orang juga sudah jenuh dengan persoalan perunggasan ini, dan oleh karenanya harus segera dituntaskan. Perlu diingat juga, musuh sebenarnya, Brazil kini tengah mengintai kita untuk memangsa perunggasan Indonesia, idealnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan stakeholder lainnya untuk menjaga kondusifitas perunggasan di negeri ini. Semoga ini adalah pertanda baik (CR).

SALURAN PENCERNAAN OPTIMAL, PRODUKSI MAKSIMAL

Peternakan layer yang dikelola Jalil. (Foto: Dok. Pribadi)

Kecukupan nutrisi pada ayam berpengaruh besar terhadap produktivitas dan berkaitan erat dengan fungsi kerja saluran pencernaan. Saluran pencernaan yang berfungsi optimal mampu memanfaatkan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi yang berujung pada produktivitas ternak yang maksimal.

Ada banyak kondisi yang mempengaruhi saluran pencernaan ayam, salah satunya faktor stres. Jika sudah begitu ayam akan mudah terserang berbagai penyakit. Hal itu seperti yang dirasakan oleh Abdul Jalil Bahar, pengelola peternakan “Rizky Layer” yang berlokasi di Desa Bulotalangi Timur, Kecamatan Bulango Timur, Kabupaten Bolango, Provinsi Gorontalo.

Abdul Jalil Bahar
Jalil bercerita, usaha peternakan ayam petelur milik sang kakak yang sudah berdiri sekitar 15 tahun ini kerap bermasalah dengan stres akibat cekaman panas, khususnya saat pergantian musim tiba.

“Masalah yang sering kita hadapi saat berganti musim, terutama saat musim panas. Mungkin akibat cekaman panas yang membuat ayam rentan stres. Akibatnya produksi menurun dan rentan terkena berbagai penyakit terutama pada saluran pencernaan,” ujar Jalil.

Ia pun sempat dibuat khawatir apabila pergantian musim tiba. “Terkadang FCR (feed conversion ratio) tinggi, namun produksi yang dihasilkan tidak mencapai target dan hanya mampu tercapai 78-79%,” jelasnya.

Dari situ ia lantas diperkenalkan Optigrin melalui personil Medion untuk mengatasi masalah tersebut. Optigrin merupakan produk berbahan alami (natural growth promotor) dengan kandungan fitobiotik yang mampu menjaga keseimbangan mikroflora pada usus, memperbaiki performa, meningkatkan daya tahan tubuh ayam dan mengurangi kematian akibat serangan penyakit.

“Pertama kali diperkenalkan Optigrin, kita masih ragu karena ada juga produk lain yang sejenis, tapi setelah dipakai pada ayam ternyata hasilnya bagus, sehingga kami merasa cocok dan sampai saat sekarang masih dipakai,” ungkap Jalil.

“Rizky Layer” yang berlokasi di Desa Bulotalangi Timur, Kecamatan Bulango Timur, Kabupaten Bolango, Provinsi Gorontalo. (Foto: Dok. Pribadi)

Alasan tersebut karena Jalil mendapat hasil yang sangat memuaskan usai menggunakan Optigrin. “Hasilnya daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit pencernaan lebih bagus disamping kita memberikan pakan yang berkualitas yang dapat diserap oleh ayam. Hal ini tentu sangat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan,” tuturnya.

Manfaat lain yang dirasakan Jalil yakni pembelian obat-obatan untuk mengatasi penyakit juga menurun. “Kondisi ayam yang sehat tentunya mengurangi pembelian obat. Performa ayam juga terlihat lebih baik. Produksi pun meningkat sebanyak 4%. Sampai saat ini saya masih merasa puas karena hasilnya bagus,” pungkasnya. (ADV)

PILAH-PILIH IMBUHAN PAKAN TERBAIK

(Sumber: ru.all.biz)

Pada industri peternakan, pakan memegang peranan sangat penting, disamping aspek manajemen lainnya. Hal ini dikarenakan biaya pakan merupakan komponen terbesar, yakni 60-70% dari keseluruhan biaya produksi. Untuk itulah berbagai upaya telah dilakukan oleh para ahli nutrisi termasuk juga nutrisionist serta peternak guna meningkatkan efisiensi pemakaian pakan, dengan menggunakan berbagai jenis bahan baku pakan, premiks, pelengkap pakan (feed supplement) dan imbuhan pakan (feed additive) untuk pembuatan pakan jadinya.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, saat ini tersedia berbagai macam jenis pelengkap dan imbuhan pakan di pasaran yang dapat digunakan untuk saling melengkapi dalam menyediakan masing-masing zat gizi yang dibutuhkan ternak.

Pelengkap pakan (feed supplement) merupakan bahan pakan yang digunakan dalam jumlah kecil untuk melengkapi ransum ternak dalam rangka pencapaian target kandungan zat gizi, yaitu asam amino dan protein, mineral, multi vitamin dan lemak beserta turunannya.

Imbuhan pakan (feed additive) merupakan bahan pakan yang ditambahkan ke dalam pakan tetapi bukan merupakan sumber gizi, sehingga tidak bisa dipakai untuk menggantikan zat gizi pakan.

Imbuhan pakan berdasarkan Permentan No. 14/2017 termasuk dalam sediaan premiks, yang pemberiannya dicampurkan ke dalam pakan atau air minum dengan dosis dan penggunaan yang harus bermutu, aman dan berkhasiat.

Imbuhan pakan bukan merupakan bahan yang terdapat dalam pakan dan tidak mengandung zat gizi atau nutrisi (nutrient), namun apabila ditambahkan dalam pakan, akan memperbaiki kualitas pakan dan dapat meningkatkan efisiensi dari pakan, sehingga dapat meningkatkan produksi ternak. Imbuhan pakan seharusnya ditambahkan dalam jumlah kecil (<5 kg/ton), karena apabila dimasukkan dalam jumlah besar akan mendesak “ruangan” (space) dalam formulasi pakan. Perlu diingat bahwa dalam membuat formula pakan, total formula harus 100% sehingga penggunaan suatu imbuhan yang tinggi misalnya lebih dari 1% akan mengurangi bahan baku utama sehingga turut menurunkan fleksibilitas dalam menyusun formula.

Pemilihan imbuhan pakan bisa didasarkan pada… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020)


Oleh: Drh MG. Juniarti,

Technical Department Manager, PT ROMINDO PRIMAVETCOM

ASPEK EKONOMIS IMBUHAN PAKAN

Perlu dilakukan perhitungan matematis yang tepat dalam formulasi pakan beserta penggunaan feed additive. (Foto: Istimewa)

Bicara penggunaan feed additive konsumen tentu akan dihadapkan pada aspek fungsi dan ekonomisnya. Beragam alasan penggunaan feed additive dilontarkan, walaupun begitu ujung-ujungnya biaya yang berbicara

Siapa yang tidak ingin ternaknya sehat, produktif dan memiliki performa baik? Tentunya semua peternak dan pembudidaya dari segi komersil penggemukan maupun pembibitan menginginkan hal tersebut. 

Masalahnya tantangan di sektor peternakan unggas makin banyak dan persaingan di dalam dan luar negeri kian ketat. Intinya siapa pun yang paling efisien, dipastikan akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan ini.

Lalu apa hubungannya dengan feed additive? Sebagaimana diketahui bahwa meskipun penggunaannya relatif sedikit dalam ransum, feed additive memiliki beberapa fungsi:

1. Mempengaruhi kestabilan pakan, proses produksi pakan dan sifat pakan

2. Memperbaiki pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan, metabolisme dan penampilan ternak

3. Mempengaruhi kesehatan ternak

4. Mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk ternak (mempengaruhi warna kaki, kuning telur, kerabang telur, kandungan gizi telur)

Penggunaan feed additive sendiri tentunya akan berbanding lurus dengan cost. Semakin banyak feed additive yang digunakan, semakin ternama dan bagus pula kualitasnya, tentunya cost yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan matematis yang tepat dalam formulasi pakan beserta penggunaan feed additive¬-nya.

Mencari Solusi Terbaik

Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Prof Nahrowi, mengatakan bahwa semakin zaman berkembang, maka semakin banyak pula ide dan inovasi yang muncul. Demikian pula dengan sediaan-sediaan feed additive yang ada di pasaran.

Namun begitu di Indonesia menurut Nahrowi, tren yang berkembang adalah penggunaan produk yang bisa menjadikan suatu ransum lebih efisien dalam penggunaan bahan baku pakan, terutama jagung dan kedelai sebagai sumber energi dan protein.

“Kita tahu kalau jagung dan kedelai (SBM) di Indonesia bisa dibilang kehadirannya semi gaib, harganya pun juga fluktuatif dan kita cenderung tergantung akan impor kedelai. Nah dengan adanya problem ini produk yang bisa memaksimalkan utilisasi penggunaan bahan baku akan laris manis di Indonesia,” kata Nahrowi.

Ia memberi mencontohkan produk enzim, di Indonesia penggunaan enzim dalam pakan sepertinya sudah menjadi suatu keniscayaan dalam mengatasi fluktuasi harga dan ketersediaan bahan baku. Sebut saja enzim yang sering digunakan yakni β-Manannase, β-glucanase, Xylanase, Protease dan lain sebagainya yang digunakan dalam memaksimalkan nutrien yang ada pada bahan baku.

“Kalau saya lihat kebanyakan formulasi di Indonesia itu corn-soy, proteinnya dari kedelai, energinya dari jagung. Di dalam kedelai ada zat namanya mannan yang jumlahnya lumayan tinggi tetapi tidak bisa digunakan oleh ayam secara endogen, jadi ditambahkanlah enzim β-Manannase yang dapat mengurai mannan menjadi MOS (Mannan Oligo Saccharida) dan energi. Kemarin pas langka jagung disubstitusi dengan tepung gandum, padahal gandum memiliki kandungan xylan tinggi, jadi mau tidak mau pakai enzim xylanase buat mengurainya, ini sebagian contoh efisiensi,” ungkap dia.

Contoh manfaat lain dari feed additive adalah bisa digunakannya… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020) (CR)

FAPET UGM SELENGGARAKAN KONTES SAPI PERAH SEMI VIRTUAL PERTAMA DI INDONESIA

Kontes sapi perah (Foto: Ist)


Fakultas Peternakan (Fapet) UGM bekerja sama dengan Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman menyelenggarakan kontes sapi perah semi virtual pertama di Indonesia pada 1—5 September 2020. Proses penjurian dan pengumuman pemenang dilakukan secara daring dan langsung dengan diikuti oleh 72 sapi milik peternak yang tergabung dalam Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan Pengabdian Masyarakat skema Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna.

Dosen Fapet UGM, Ir Yuni Suranindyah MS PhD IPM selaku ketua kegiatan mengatakan pada Minggu (13/9), karena pandemi Covid-19, kontes diadakan secara semi virtual. Pada tahap awal, setiap kelompok peternak mengidentifikasi dan menyeleksi ternak yang akan diikutkan kontes dengan berdasarkan pada petunjuk teknis yang diunggah di Youtube. Petunjuk teknis ini berupa pengukuran kuantitatif dan kualitatif yang dibuat oleh pakar dengan memperhatikan Standar Nasional Indonesia (SNI) sapi perah. Cara ini diharapkan dapat melatih kemampuan peternak dalam mengambil data ukuran tubuh sapi perah dan sifat-sifat yang mencerminkan produksi susu.

Suranindyah menambahkan, kontes ternak ini diadakan untuk memotivasi peternak dalam memproduksi  bibit  sapi  perah  yang  berkualitas sekaligus mendampingi para peternak dalam melakukan penjaringan bibit di lingkup koperasi susu. Tujuan jangka panjang dari kontes ini adalah koperasi mampu membentuk pola pembesaran bibit sapi perah unggul dari peternak secara mandiri. Kualitas bibit yang disediakan secara mandiri lebih baik, dijamin sehat dan tidak tertular penyakit dari luar, serta dapat dipilih keturunan dari sapi dengan produksi susu tinggi.

Bupati Sleman, Drs H Sri Purnomo MSi yang hadir dalam acara pengumuman pemenang kontes pada Minggu (13/9/2020) mengatakan, Kabupaten Sleman menyambut baik diselenggarakannya kontes sapi perah dan setuju untuk diadakan kerja sama di masa yang akan datang. Sri Purnomo juga berharap kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh Fapet UGM di Sleman dapat ditingkatkan.

 Sri Purnomo mengatakan, Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman yang satu bulan yang lalu dikunjungi oleh Menteri Koperasi dan UKM masih perlu dioptimalkan agar mendapat dukungan berupa penguatan modal oleh pemerintah pusat. Dirinya berharap, dengan bimbingan dari Fapet UGM, sapi-sapi perah di Sleman berkualitas baik sehingga para peternak mendapatkan hasil yang lebih baik. Tim dari Fapet UGM dapat melihat langsung ke lereng Merapi untuk memilih sapi yang tidak hanya menghasilkan susu dalam jumlah lebih banyak tetapi juga berkualitas. Ketika susu banyak dan baik, dapat diserap pabrik susu di sekitar Merapi bahkan saat ini ada sebagian susu yang telah disetor ke pabrik susu di Surabaya.

Dekan Fapet UGM, Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA IPU ASEAN Eng yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan, pengabdian masyarakat merupakan komitmen UGM yang dilahirkan pada masa perjuangan untuk menegakkan kemerdekaan dan untuk membantu mencerdaskan masyarakat. Ilmu pengetahuan teknologi yang dikembangkan di Fapet UGM harus disampaikan ke masyarakat termasuk peternak sapi perah, apalagi UGM berada di Sleman. Oleh karena itu, Fapet berkomitmen untuk selalu mendukung transfer ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meingkatkan ketrampilan dan kesejahteraan masyarakat.

Fapet UGM turut gembira atas keberadaan dan kiprah Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman. Adanya koperasi ini  mempercepat langkah maju perekonomian dari sektor persusuan berbasis kerakyatan karena bekerja sama dengan peternak dan untuk saling menguatkan.

Ali Agus juga berharap kontes dapat diselenggarakan setiap tahun untuk memotivasi petani petenak di Sleman dalam mengelola usahanya, memilih bibit sapi yang unggul dengan produktivitas tinggi, sehingga akan meningkatkan keuntungan dan kesejateraan mereka. Saat pandemi Covid-19 ini, peternak sapi perah pun masih tetap eksis bahkan meningkat usahanya karena permintaan akan susu segar tetap ada bahkan cenderung meningkat.

Tim juri yang diketuai oleh Prof Dr Sumadi MS IPU dari Fakultas Peternakan UGM, beserta drh. Nanang Danardono selaku juri dari Dinas Pertanian Sleman melakukan penilaian dengan mendatangi peserta dengan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat. Sementara itu, drh. Samsu Fikar, juri dari BBPTU Baturraden, melakukan penilaian dari aspek kualitatif secara daring berdasarkan pada foto masing-masing sapi dan hasil penjaringan pengukuran data kuantitatif.

Pengumuman pemenang dilakukan secara semi virtual, yaitu melalui live streaming Youtube dan pertemuan langsung pada 13 September 2020 dengan jumlah terbatas dengan mematuhi protokol kesehatan di lingkungan koperasi Samesta, Ploso Kerep, Umbulharjo, Cangkringan. Selain memperoleh sertifikat dan uang pembinaan, sapi pemenang kontes didaftarkan untuk mendapatkan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) dari Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.

Menurut Suranindyah, dengan cara sistem semi virtual ini, sapi tidak perlu diangkut ke lokasi kontes sehingga tidak stres dan tidak terganggu produksinya. Peternak juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengangkut ternak. Selain itu, penilaian riil di lokasi memungkinkan juri melihat kondisi sehari-sehari peternak.

Dari lomba tersebut, pada umumnya kondisi sapi baik bahkan ada sapi dengan tingkat produksi istimewa.  Namun, masih ditemui kendala, yaitu proses pemeliharaan selama pembesarannya yang kurang baik sehingga waktu beranaknya terlambat. Peternak sapi perah di Sleman mayoritas menyuplai kebutuhan susu di DIY dan sebagian disetor ke pabrik susu di Jawa Barat. Rata-rata setiap sapi menghasilkan 12 hingga 23 liter susu per hari bahkan ada yang dapat mencapai hingga 45 liter per hari.

Peserta kontes adalah anggota Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera yang terdiri   atas  4  koperasi  susu  yaitu  Warga Mulya, Sarono Makmur, Sapi Merapi Sejahterata (Samesta) dan Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Kaliurang. Kontes ternak dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori sapi dara dan induk laktasi. Setiap kelompok mengajukan 1 sapi yang akan dinilai di setiap kategori.  Penentuan peserta kontes di setiap kelompok didampingi oleh pengurus koperasi susu.

Pemenang kontes kategori sapi dara juara I Suwondo dari Koperasi Sarono Makmur, juara II Sarijani dari Koperasi Sapi Merapi Sejahterata, juara III Suprapto dari Koperasi Sarono Makmur, juara harapan I Sukamto dari Koperasi Warga Mulya, dan juara harapan II Marsudi dari Koperasi Warga Mulya.

Pemenang kontes kategori induk laktasi, juara I Waji dari Boyong, juara II Pardi dari Boyong, juara III Sarijani dari Ngipiksari, juara harapan I Supriyanto dari Kemiri, dan juara harapan II Pardi Mulyo dari Boyong. (Humas UGM)

 

 


RELATIVE GROWTH BROILER MODERN

“PARAMETER PERFORMA YANG TERLUPAKAN” (DALAM PERSPEKTIF DENSITY NUTRISI PAKAN)

Ternak ayam broiler. (Foto: Dok. Infovet)

Seiring ketatnya persaingan dan dinamika usaha budi daya broiler modern menuju titik efisiensi optimal belakangan ini, diperlukan upaya lebih untuk memonitor dan mengevaluasi performa ayam yang dipelihara secara berkala. Peternak tidak hanya disibukkan oleh perkembangan genetik broiler modern yang tumbuh cepat dengan teknologi perkandangan modern yang terus berkembang, namun juga harus memahami perkembangan teknologi pakan terbaru sehingga bisa disesuaikan penggunaannya dengan lebih tepat sasaran.

Pemahaman terkait dengan spesifikasi nutrisi pakan yang dihubungkan dengan pola pertumbuhan ayam saat periode berjalan menjadi suatu hal penting. Ini bertujuan untuk mendapatkan performa ayam mendekati potensi genetiknya, menghindari risiko negatif dari dinamika pertumbuhannya, juga untuk mendapatkan harga pokok produksi (HPP) yang seefisien dan serendah mungkin. Bagaimana tidak? Komponen terbesar dari  HPP  berasal dari pakan (berkisar 63-68%). Titik efisiensi bisnis jelas dipertaruhkan pada komponen ini. Sehingga strategi penggunaannya harus benar-benar disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan fase awal broiler itu sendiri, faktor pendukung/sarana dan prasarana produksi, serta perencanaan panen tahap I (penjarangan) yang akan dilakukan bahkan ketika terjadi badai harga live bird yang semakin susah diprediksi.

Apabila salah dalam mengaplikasikan teknologi pakan, akan berakibat fatal tidak hanya pada tingginya HPP, namun akan menimbulkan dampak performa produksi yang justru malah semakin tererosi. Seperti contoh kasus tingginya spesifikasi density nutrisi pakan diantaranya heat stress, sudden dead syndrome, atau penyakit metabolik lain oleh tingginya metabolisme sehingga ayam mengalami kesusahan membuang keluar sisa energi panas dalam tubuhnya. Atau bahkan kasus lambat tumbuh, pertambahan berat harian yang lambat, slow growth bahkan kasus difisiensi lanjut oleh faktor status nutrisi pakan yang marginal.

Definisi Relative Growth/RG (Nilai Pertumbuhan Relatif) 

Merupakan cerminan dari mesin metabolisme (hiperplasi sel tubuh) pada fase awal pertumbuhan sampai ayam berumur tujuh hari. Mesin metabolisme yang mantap di awal akan memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian performa ayam dan perkembangan kondisinya sampai minggu-minggu berikutnya. Dengan demikian potensi yang dimiliki ayam broiler modern bisa terekspresikan dengan baik.

BB = Berat Badan; DOA = Day On Arrival  (pada saat DOC sampai di lokasi farm). Target RG : > 380 (kandang open), >400 kandang closed house (broiler modern, 2018)BB = Berat Badan

RG ini mempunyai pengaruh signifikan terhadap perkembangan ayam pada fase berikutnya. Semakin tinggi nilai RG maka kecepatan metabolisme ayam juga semakin meningkat. Pembelahan sel pada fase hiperplasi (perbanyakan jumlah sel) bisa berjalan optimal saat nilai RG-nya tinggi. Tidak hanya sel-sel usus di sepanjang saluran pencernaan yang terdampak baik untuk penyerapan nutrisi selama hidupnya, namun juga sel-sel yang ada di sepanjang saluran pernapasan sebagai sarana vital kebutuhan oksigen untuk pertumbuhan. Demikian juga sel-sel yang ada di organ pertahanan tubuh primer (bursa fabrisius, tymus dan sumsum tulang) yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program vaksinasi dan pembentukan zat kebal (antibodi) sebagai upaya tubuh mempertahankan stabilitas stamina terhadap berbagai serangan penyakit.

Di sisi lain, tingginya nilai RG ini menuntut perlakuan penyesuaian tata laksana manajemen fase berikutnya dengan lebih detail dan rinci. Fase pertumbuhan awal yang cukup tinggi harus diikuti oleh pemenuhan semua hal sebagai persyaratan kenyamanan ayam (kebutuhan ventilasi/oksigen yang lebih tinggi, percepatan pelebaran, fase pergantian pakan yang lebih smooth, kualitas sekam yang rendah amonia, kepadatan semu yang minimal dan lain-lain). Bisa dibayangkan saat pertumbuhan awal sudah cukup tinggi, sementara daya dukung sarana pemeliharaan dan daya topang kandang  tidak mampu mengimbanginya, maka dampak performa jangka panjang ke depan bisa terancam. Menurut beberapa penelitian, ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketercapaian RG, diantaranya:... (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020)


Drh Eko Prasetio

Praktisi perunggasan (commercial broiler farm consultant)



TANTANGAN MENINGKAT BAGI PETERNAK BURUNG UNTA DI KLEIN KAROO, AFRIKA SELATAN

Karena kekeringan yang berkepanjangan, ketidakpastian yang diciptakan oleh pandemi Covid-19, dan pemadaman listrik yang berkelanjutan, peternak burung unta menghadapi tantangan produksi.

“Saat ini tidak ada produksi tanaman apa pun. Hal ini menimbulkan masalah besar bagi produsen burung unta karena tidak ada lucerne, yang merupakan komponen besar pakan burung unta. Pakan harus diangkut dari jauh, yang memberikan tekanan finansial yang besar pada produsen," kata Joey Potgieter, ketua Agri Klein Karoo, sambil menambahkan bahwa wilayah tersebut sedang memasuki tahun ke-6 kekeringan.

Selain itu, harga produk burung unta telah turun setengahnya, menambah kekhawatiran para peternak. Sekitar 70-75% bulu dunia diimpor oleh perusahaan di Cina, menurut Potgieter. Sejak penutupan perbatasan awal tahun ini, pasar bulu telah anjlok. “Kalau biasanya kami menerima R1.600 untuk bulu burung yang disembelih, harganya sekarang R800 per ekor.”

Selain itu, kuota pemotongan untuk tahun produksi 2020/2021 telah diberlakukan untuk mengurangi volume daging burung unta di pasaran. Afrika Selatan menghasilkan lebih dari 65% dari produksi produk burung unta dunia, menurut Piet Kleyn dari SA Ostrich Business Chamber. Afrika Selatan memiliki sekitar 360 kepemilikan burung unta yang terdaftar meskipun jumlah yang secara aktif berproduksi kemungkinan besar kurang dari 200.

Produksi Afrika Selatan sekitar 150.000 burung unta per tahun diperkirakan akan berkurang. Menurut Potgieter, sebagian besar daging burung unta Afrika Selatan diekspor ke Eropa, tetapi karena ekspor mandek/melambat sebagai akibat dari wabah flu burung, maka banyak penyedia daging burung unta telah kehilangan ruang rak mereka di supermarket Eropa. (Dari poultryworld.net)


INI PERSYARATAN BERGABUNG MENJADI MITRA PETERNAK CHAROEN POKPHAND INDONESIA

Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand Indonesia: Broiler Production with Closed House Management. Dilaksanakan Kamis 10 September 2020, dalam webinar itu Ismoyowati juga menyampaikan tentang program kemitraaan Charoen Pokphand Indonesia.

Sistem Kemitraan Charoen Pokphand Indonesia

Bentuk kemitraannya: inti-plasma. Pola kerjasamanya yaitu perusahaan sebagai penyedia sarana produksi peternakan (sapronak) di bidang peternakan ayam pedaging (broiler) yang disebut inti dan peternak yang disebut plasma.

Prinsip Dalam Kemitraan Charoen Pokphand Indonesia

Saling memerlukan, saling mempercayai, saling memperkuat, dan saling menguntungkan inti/plasma secara sadar, bebas, dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Peran dan Tanggung Jawab Perusahaan Inti

  1. Memberikan know how berupa bimbingan teknis pemeliharaan atau budidaya ayam, bimbingan manajemen dan administrasi usaha, dan bantuan pemasaran hasil budidaya/peternakan, bantuan manajemen keuangan, antara lain dengan cara menugaskan seorang petugas Technical Service (TS) untuk sewaktu-waktu mengajar dan membimbing pekerja peternakan peternak.
  2. Menyediakan atau memasok sarana produksi peternakan meliputi pakan, anak ayam umur sehari (Day Old Chicks/DOC) dan obat-obatan.
  3. Membantu mengelola penggunaan sapronak, termasuk memediasi pengalihan sapronak yang tidak digunakan kepada pihak lain melalui mekanisme jual beli, tukar-menukar, ataupun dengan cara lainnya.
  4. Membeli ayam hasil produksi/budidaya peternak.
  5. Membantu plasma dalam administrasi keuangan dan pengelolaan hutang piutang.

Peran dan Tanggung Jawab Plasma

  1. Menyediakan lahan peternakan dan tenaga kerja.
  2. Membangun kandang ayam dan menyediakan perlengkapan/peralatannya sesuai standar.
  3. Melaksanakan budidaya atau pemeliharaan ayam menurut petunjuk-petunjuk dan tata cara budidaya/pemeliharaan ayam yang ditetapkan oleh perusahaan inti.
  4. Menjalankan prosedur administrasi dan tata cara panen yang ditetapkan dan menjaga keamanan kandang dan sapronak.
  5. Menjalankan biosecurity (sistem pengamanan hayati) yang ketat, tidak mencampur ayam dari luar kandang/farm dan tidak memasukkan pakan yang tidak direkomendasikan ke kandang/farm.
  6. Melapor secara periodik perkembangan budidaya ayam kepada inti melalui media Laporan Pemeliharaan Ayam Broiler (LPAB).
  7. Menjual ayam hasil budidaya kepada inti menurut syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang disepakati.
  8. Dalam tempo kurang dari 12 jam segera memberitahu atau melapor kepada inti apabila terjadi berjangkitnya penyakit unggas.

Prosedur dan Syarat Penerimaan Mitra di Charoen Pokphand Indonesia

  • Peternak mendaftarkan diri ke pihak perusahaan untuk bergabung menjadi mitra yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh PPL dengan diadakannya survei lokasi secara langsung.
  • Jika peternak merupakan peternak yang telah dipilih langsung oleh PPL area peternak mendapatkan pilihan untuk bergabung atau tidak dengan PT Charoen Pokphand.
  • Peternak menyerahkan syarat-syarat berupa fotokopi KTP, KK, buku rekening, dan NPWP.
  • Peternak menyerahkan jaminan berupa sertifikat tanah/BPKB disertakan uang Rp 1.000/ekor. Peternak menandatangani surak perjanjian/kesepakatan kerjasama.

Untuk webinar selengkapnya bisa dilihat ulangannya di:




SELEKTIF DALAM MEMILIH FEED ADDITIVE

Peternak unggas terutama self-mixing harus cerdas dalam memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement. (Foto: Dok. Infovet)

Sejak penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) dilarang oleh pemerintah dua tahun lalu, para produsen pakan dan peternak self-mixing berlomba-lomba mencari imbuhan pakan untuk pengganti antibiotik. Bukan hanya itu saja, banyak faktor lain yang juga membuat mereka memilah imbuhan pakan yang harus digunakan demi efisiensi produksi

Jangan lupa, biaya produksi terbesar dari suatu usaha peternakan berasal dari pakan. Kurang lebih 60-70 % pengeluaran dalam beternak yakni dialokasikan untuk pakan. Berbagai upaya juga dilakukan oleh para ahli yang berkecimpung di bidang nutrisi ternak guna meningkatkan efisiensi pemakaian pakan, dengan menggunakan berbagai jenis bahan baku pakan beserta kompelementernya.

Dalam dunia pakan perlu diingat ada dua jenis imbuhan pakan yakni feed additive dan feed supplement. Imbuhan Pakan (feed additive) merupakan bahan pakan yang ditambahkan ke dalam pakan tetapi bukan merupakan sumber gizi sehingga tidak bisa dipakai untuk menggantikan zat gizi pakan. Contohnya adalah enzim (mannanase, protease dan lain-lain), antibiotik, antioksidan, probiotik, flavouring agent, pewarna dan lain sebagainya.

Sedangkan feed supplement merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat nutrisi, terutama zat nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino. Penambahan feed supplement dalam ransum berfungsi untuk melengkapi atau meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro yang seringkali kandungannya dalam ransum kurang atau tidak sesuai standar.

Berdasarkan Permentan No. 14/2017 feed additive termasuk dalam sediaan premiks, yang pemberiannya dicampurkan ke dalam pakan atau air minum hewan, dengan dosis dan penggunaan yang harus bermutu, aman dan berkhasiat.

Cerdas Memilih

Prof Budi Tangendjaja salah satu peneliti Balitnak Ciawi yang juga konsultan peternakan unggas, mengatakan bahwa peternak terutama self-mixing harus cerdas memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement.

“Ini penting, walaupun penggunaannya sedikit kalau tidak efektif nati boros-boros juga, kasihan peternak juga kalau boros di biaya pakan, sudah bersaing dengan yang besar-besar, tidak efisien, nanti harga produksi melonjak, harga jual jeblok, masalah kan?,” tutur Budi.

Ia sangat concern akan hal ini karena menurutnya peternak mandiri terutama self-mixing rentan “diakali” oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terlebih lagi jika peternaknya sendiri memang “kurang pergaulan” dan tidak mendapatkan pengetahuan di bidang nutrisi dengan baik.

“Saya beri contoh, misalnya probitoik, ada itu peternak pernah saya kunjungi bilangnya buat ganti AGP pakai probiotik merk A, biasa beli di poultry shop. Saya tanya, hasilnya gimana? Ada peningkatan? Dia bilang enggak begitu ada. Nah ini jadinya korban akal-akalan,” jelas dia.

Ia juga menemukan ketidakefisienan pada peternak self-mixing dalam menggunakan feed additive tertentu. Ia memberi contoh, misalnya yang menggunakan komposisi… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020) (CR)

MENGENAL KPPU DAN TUGASNYA (DOWNLOAD MATERI PRESENTASI)

Kodrat Wibowo SE PhD, Komisioner KPPU RI, menjadi salah satu pemateri dalam Webinar PATAKA Seri Forum Diskusi Publik 6, yang diadakan Kamis 10 september 2020. Kodrat membawakan tema “Pengawasan Pelaksanaan Kemitraan Dalam Sub-Sektor Perunggasan”, berikut ringkasan materinya.

KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) merupakan lembaga yang diberi amanat untuk mengawasi pelaksanaan UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Tugas KPPU dalam Mengawasi Persaingan Usaha dan Kemitraan

Berdasarkan UU No 5/1999 dan UU No 20/2008:

  • Penegakan hukum persaingan usaha
  • Saran kepada pemerintah
  • Notifikasi merger
  • Pengawasan pelaksanaan kemitraan
  • Pengawasan Kemitraan oleh KPPU

Pengawasan Kemitraan oleh KPPU

Aspek pengawasan kemitraan:

  • Mewujudkan kemitraan antar UMKM dan UMKM dengan Besar
  • Mendorong hubungan saling menguntungkan antar UMKM dan UMKM dengan Besar
  • Meningkatkan posisi tawar UMKM
  • Mendorong struktur pasar yang menjamin persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen
  • Mencegah penguasaan pasar dan pemusatan usaha

Penegakan Hukum Pelanggaran Kemitraan

Tata cara melaporkan kasus kemitraan:

Setiap Orang yang mengetahui telah terjadi atau patut diduga telah terjadi pelanggaran pelaksanaan Kemitraan dapat melaporkan secara tertulis kepada Komisi. Laporan tertulis sebagaimana dimaksud ditujukan kepada Ketua Komisi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan ditandatangani oleh Pelapor. Laporan sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat (Pasal 8 Peraturan KPPU Nomor 4 Tahun 2019):

  • identitas Pelapor dan Terlapor;
  • uraian secara jelas mengenai dugaan pelanggaran pelaksanaan Kemitraan;
  • alat bukti dugaan pelanggaran pelaksanaan Kemitraan; dan
  • nama dan tanda tangan Pelapor.

Laporan dapat disampaikan melalui :

  1. Kantor KPPU, Jl. Ir. H. Juanda No. 36,Jakarta Pusat
  2. Kantor Perwakilan KPPU terdekat
  3. Email: pengaduan@kppu.go.id

Potensi Pelanggaran Kemitraan Dalam Sektor Peternakan

Potensi pelanggaran dalam pelaksanaan kemitraan inti plasma sektor peternakan ayam:

  • Pengaturan jangka waktu dan jaminan yang tidak wajar
  • Akses, harga, resiko, pembebanan utang dan bunga yang tidak transparan dalam perjanjian
  • Pengalihan dan atau pengakhiran perjanjian yang merugikan mitra/plasma
  • Pencampuradukan antara perjanjian inti plasma kemitraan peternakan ayam dengan perjanjian kredit/pinjaman dana
  • Transparansi kualitas sapronak

Download materi presentasi lengkap disini.


PENTINGNYA INTEGRASI VERTIKAL DI INDUSTRI PERUNGGASAN (DOWNLOAD MATERI PRESENTASI)

Dalam Webinar PATAKA Seri Forum Diskusi Publik 6, Kamis 10 September 2020, Arief Daryanto PhD membawakan tema “Daya Saing dan Modernisasi Industri Perunggasan”. Dimana ada bahasan menarik tentang konsep vertikal integrasi industri perunggasan dan implementasinya.

Menurut Arief, integrasi vertikal industri perunggasan adalah proses produksi (pembibitan, industri pakan, budidaya) hingga industri hilirnya (pemotongan, pengolahan, dan pemasaran) berada pada satu komando keputusan manajemen.

Integrasi vertikal dapat terjadi secara parsial atau penuh. Parsial misalnya integrasi ke belakang (backward integration) yang telah dicapai Indonesia saat ini, melalui pengembangan industri pembibitan (hatchery/breed development) dan pakan ternak. Atau integrasi ke depan (forward integration) yang menggarap pengembangan industri hilir. Indonesia sendiri belum banyak melakukan integrasi ke depan.

Integrasi ke depan merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah melalui kegiatan pengolahan, penyimpanan, pengemasan, dan pemerekan (branding). Pada saat ini, 80% komoditas ayam masih diperdagangkan dalam bentuk hidup dan dipasarkan dalam pasar basah (pasar tradisional). Sebanyak 20% sisanya diperdagangkan sebagai ayam potong dalam bentuk beku atau dalam bentuk olahan misalnya burger, nugget, kiev, bologna, smoked chicken, sate, sosis, dan bakso yang dipasarkan di pasar modern.

Kurangnya diferensiasi dalam produk dalam industri ayam ras tentu saja menghambat terjadinya peningkatan nilai tambah. Pada umumnya ayam ras masih diperlakukan sebagai komoditas, belum sebagai barang industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi.

Faktor rendahnya integrasi industri ayam ras di Indonesia menyumbang porsi yang sangat besar terhadap tingginya votalitas harga ayam hidup di pasar basah. Mengingat belum semua perusahaan peternakan memiliki Rumah Potong Ayam, cold storage, dan pabrik pengolahan ayam, maka sebagian besar ayam yang dihasilkan dijual di pasar basah.

Faktor-faktor pendorong integrasi vertikal:

  • Jaminan pemasaran produk dan pelayanan
  • Kompetisi harga untuk melakukan retensi keuntungan
  • Keragaman input dan output untuk lebih mampu mengelola resiko
  • Pengembangan kontrak-kontrak untuk membatasi modal sesuai kebutuhan

Industri perunggasan memiliki resiko sangat tinggi terhadap harga input dan output. Integrasi vertikal merupakan model yang dilaksanakan dengan menggunakan kerjasama atau kemitraan kontrak dengan para peternak. Kiranya bakal banyak permasalahan mendasar yang bisa diatasi jika integrasi vertikal ini sudah berjalan baik kelak.

Download materi presentasi lengkap disini.


PDHI AUDIENSI BERSAMA DIRJEN PETERNAKAN DAN KESWAN

Delegasi PDHI menyerahkan sumbangan pemikiran untuk Dirjen PKH


Sebagai salah satu organisasi profesi yang berdedikasi dan profesional, PDHI terus konsisten berperan dalam dunia peternakan dan kesehatan hewan Indonesia. Salah satu sumbangsih PDHI dalam membangun bangsa di bidang peternakan dan kesehatan hewan yakni konsisten memberikan ide dan pemikirannya kepada pemerintah dalam menghadapi permasalahan yang ada.

Seperti yang terjadi pada Rabu (9/9) yang lalu ketika beberapa orang delegasi PDHI menyambangi Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di kantornya. Pertemuan tersebut selain sebagai ajang silaturahmi antara PDHI dan pemerintah juga menjadi momen brainstorming dan saling berbagi ide dalam menghadapi permasalahan di bidang peternakan  dan kesehatan hewan.

Ketua Umum PDHI Drh Muhammad Munawaroh mengatakan bahwa dirinya beserta segenap pengurus PDHI memang selalu mengagendakan pertemuan tersebut sejak lama, namun karena beberapa hal termasuk kesibukan Dirjen sendiri maka beberapa kali pertemuan itu harus ditunda. 

Ia sendiri mengakui bahwa PDHI selalu siap untuk dipanggil, dimintai ide, bahkan dimintai bantuan langsung oleh pemerintah dalam mengatasi problema di bidang peternakan dan kesehatan hewan.

"Kami ingin profesi ini dapat membangun bangsa dan menjadi mitra pemerintah, sebagai organisasi yang netral dan profesional, kami siap membantu siapapun yang memiliki tujuan mulia di bidang ini," tutur Munawaroh.

Infovet sendiri cukup beruntung dapat ikut secara eksklusif mengikuti pertemuan tersebut. Dalam pertemuan yang berjalan sekitar dua jam tersebut PDHI memberikan sumbangan pemikirannya terkait permasalahan yang ada. 

Dimulai dari masalah regulasi dan peraturan perundangan, penanganan wabah baik zoonosis maupun non zoonosis, perunggasan, persapian, Anti Microbial Ressistance (AMR), peredaran obat hewan ilegal, keprofesian, dan bahkan peluang bisnis bagi Indonesia di tengah cekaman beberapa pandemi pun dibahas dalam pertemuan tersebut.

Ketua Umum PDHI sendiri menitikberatkan pembahasan kepada peraturan perundangan yang ada, utamanya pada UU No. 18 tahun 2009 dan UU No. 41 tahun 2014 yang masih butuh beberapa perbaikan di beberapa pasal. 

"Ada beberapa pasal yang perlu direvisi, bahkan bila perlu diganti. Hal ini terkait masalah keprfoesian dan keberpihakan pemerintah kepada rakyat. Menurut hemat kami, jika peraturan induknya (UU) dibuat sebaik mungkin dan dijalankan sebaik mungkin, peraturan turunannya pun juga akan berjalan baik dan minim permasalahan, masalah yang ada sekarang juga ada keterkatiannya dengan undang - undangnya," tutur Munawaroh.

Beberapa usulan dan sumbangan pemikiran yang diberikan oleh PDHI diapresiasi oleh Dirjen PKH Nasrullah. Ia juga mengucapkan banyak terima kasih atas sumbangan pemikiran yang diberikan oleh PDHI.

"Sungguh pertemuan yang menyenangkan dan diskusi yang berkualitas. Saya sangat berterima kasih kepada PDHI yang sudah ikut berpartisipasi dalam hal ini, semoga PDHI terus dapat menjadi mitra pemerintah dan berkontribusi dalam membangun bangsa," tukas Nasrullah.

Ia pun meminta kepada jajarannya agar segera membentuk tim kecil bersama PDHI untuk menindaklanjuti usulan yang telah diberikan oleh PDHI agar dapat segera diekeskusi. Semoga saja ini menjadi sinyalemen baik di bidang peternakan dan kesehatan hewan Indonesia (CR).

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer