Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PDHI Jateng Adakan Seminar Kewirausahaan Dokter Hewan



Seminar mengangkat tema Profesi, Etika, Hukum, dan Praktik Dokter Hewan dan Sharing Kewirausahaan Dokter Hewan akan diselenggarakan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Tengah 3. Kegiatan ini rencananya berlangsung pada Minggu (20/1/2019) di Eduwisata Terintegrasi Sapi PO Kebumen Depok, Sitiadi, Jawa Tengah.

Menurut Ketua Panitia, drh Heru Trisusila acara seminar ini berbarengan dengan pertemuan rutin pengurus dan anggota PDHI Cabang Jawa Tengah 3.

“Pertemuan rutin ini diharapkan sebagai wadah sharing kasus, interaksi langsung antar anggota serta pengurus di era digital sekarang ini,” ujar Heru.

Menghadirkan pemateri drh Bonifasius Suli Teruli (Ketua III PDHI). Pembicara kedua adalah drh Fidelis Sumantri (CEO K-One Petshop/Wakil Ketua Bidang Dana dan Kewirausahaan PDHI Jateng 3).

Jumlah peserta ditargetkan yang hadir sekitar 150 anggota PDHI Jateng 3. (NDV)

Perlunya Evaluasi Setelah Pelarangan AGP di Indonesia

Setahun pasca pelarangan AGP dalam pakan unggas perlu mendapat evaluasi dan pengkajian mendalam guna mencapai tujuan menekan AMR. (Sumber: Google)

Oleh: Budi Tangendjaja

Pelarangan AGP (Antibiotic Growth Promotor) sudah berjalan selama satu tahun semenjak pelarangannya digaungkan awal 2018 kemarin. Pemerintah masih mengijinkan penggunaan antibiotik dalam pakan melalui Petunjuk Teknis untuk Pakan Terapi (Medicated Feed). Penggunaan antibiotika pada tingkat peternak juga masih berjalan tanpa banyak perubahan.

Tetapi kelihatannya terjadi pergeseran penggunaan antibiotika, baik di peternak maupun di pabrik pakan. Berbagai upaya telah dikerjakan oleh para stakeholder industri peternakan, tetapi alangkah baiknya jika perjalanan satu tahun kebijakan pelarangan penggunaan AGP dalam pakan dievaluasi.

Hal penting yang perlu dipertimbangkan lagi untuk mencapai tujuan akhir menurunkan Antimicrobial Reistence (AMR) atau resistensi antimikroba pada manusia seperti diamanahkan oleh FAO dan WHO, perlu dibuatkan suatu rencana startegi jangka panjang bagi Indonesia. 

Perlunya Evaluasi
Belajar dari pengalaman negara-negara lain yang sudah terlebih dahulu melakukan pelarangan penggunaan AGP, salah satunya yakni Denmark yang sudah melarang AGP selama 20 tahun. Ketika pelarangan dilakukan, ternyata pemakaian antibiotika yang diberikan resep oleh dokter hewan meningkat tajam, tetapi juga pemberian antibiotika pada manusia tetap berjalan dan tidak menurun. Pemakaian antibiotika untuk pengobatan meningkat sampai 2009-2010 setelah pelarangan lebih dari 10 tahun.

Perubahan pemakaian antibiotika di Denmark setelah pelarangan AGP dalam 20 tahun.

Berbeda dengan Denmark, adapun Belanda yang juga telah melakukan pelarangan AGP, penjualan antibiotika untuk hewan secara total...



Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Januari 2019.

Tahun 2019, Dinas Peternakan NTT Giatkan Industri Pakan

Lahan tanaman Lamtoro Taramba yang dikembangkan Dinas Peternakan NTT (Foto: Antara)   

Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur di tahun 2019 ini akan fokus pada pengembangan industri pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini.

"Untuk industri pakan ternak akan kami kembangkan di beberapa kabupaten seperti Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Sumba Timur dan Rote Ndao untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi di daerah tersebut," kata Kepala Dinas Peternakan NTT Dani Suhadi di Kupang, Selasa (15/1/2019).

Dani menjelaskan, pada daerah-daerah itu akan disiapkan lahan seluas 500 hektare hingga 10.000 hektare untuk pengembangan pakan ternak. Upaya ini, ljuga diintegrasikan dengan lintas sektor lainnya seperti Dinas Kehutanan maupun masyarakat setempat.

Lanjutnya, pada sentra pengembangan industri pakan ini akan diperkuat dengan jenis-jenis tanaman yang bisa beradaptasi dengan lingkungan setempat. Salah satu tumbuhan yang menjadi fokus pengembangan adalah Lamtoro Taramba.

"Lamtoro Taramba oleh masyarakat lebih gampang, karena hanya ditanam dan berkembang dengan cepat. Tanaman Lamtoro Taramba juga memiliki kandungan protein yang cukup bagus untuk ternak sapi," katanya. (Sumber: antaranews.com)

PDHI Jabar V Gelar Bakti Sosial Sambut HUT PDHI



Pemeriksaan hewan & vaksinasi rabies gratis oleh PDHI Jabar V (Foto: Infovet/Cholill)

Banyak cara bagi seseorang maupun organisasi dalam merayakan hari ulang tahunnya. Contohnya PDHI, dalam rangka menyambut HUT PDHI yang ke – 66, PDHI cabang Jawa Barat V mengadakan kegiatan bakti sosial  berupa pemeriksaan hewan, vaksinasi rabies, dan sterilisasi gratis untuk hewan peliharaan. Acara tersebut digelar di pelataran kelurahan Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (9/1) yang lalu.

Drh Vici Imshar mengatakan bahwa acara tersebut merupakan acara yang rutin diselenggarakan oleh PDHI Jabar V. “Kita selalu mendapatkan instruksi dari ketua umum pada peringatan HUT PDHI agar tiap cabang membuat kegiatan – kegiatan seperti ini (Bakti Sosial), kami yang praktik di hewan kecil mengadakan acara seperti ini, mungkin rekan sejawat yang berkecimpung di dunia hewan besar dan lain sebagainya bentuk kegiatannya lain – lain, intinya adalah bakti sosial,” tutur drh Vici.

Dalam menyelenggarakan acara tersebut PDHI Jabar V tidak sendirian, pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi. Drh Sariyanti Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi yang turut hadir menyambut positif acara tersebut. “ Kegiatan ini positif sekali, dapat dilihat dari animo masyarakat yang datang. Kami dari DISTANIKAN Kota Bekasi bekerjasama dengan PDHI JABAR V menurunkan sekitar 20 orang dokter hewan untuk kegiatan ini,” kata Sariyanti.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini juga menjadi kegiatan rutin DISTANIKAN Kota Bekasi. “Pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya kita rutin mengadakan kegiatan pemeriksaan hewan dan vaksin rabies gratis, biasanya kita adakan di acara car free day di sekitaran Stadion Bekasi,” tuturnya.

Sementara itu Wakil Ketua Umum PDHI Jabar V drh Jack Ruben Simatupang menyatakan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai ajang edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan hewan, selain itu untuk mengingatkan juga akan bahaya rabies. “Kita sebagai dokter hewan juga bisa approaching ke masyarakat sekaligus mengenalkan profesi kita. Selama ini kan warga takut ke dokter hewan karena biayanya mahal, padahal kan enggak selalu begitu Mas,” tukas Ruben.

Lebih dari 50 ekor hewan didaftarkan untuk diperiksakan dan divaksinasi rabies pada hari itu. Salah satunya adalah milik Ibu Prihartini asal Pondok Gede. Ia mengaku senang dengan diadakannya kegiatan ini, menurutnya kegiatan seperti ini harus lebih sering diadakan karena selain pemilik hewan dapat berkonsultasi dengan gratis, Prihartini mengaku lebih tenang setelah mendengar “petuah” dari dokter hewan. (CR)

Perluasan Areal Tanam Baru Memicu Peningkatan Produksi

Dirjen Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto saat bertemu wartawan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Berdasarkan data nasional 2018, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa produksi jagung dan beberapa komoditas pertanian cukup tinggi akibat adanya perluasan areal tanam baru.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto, mengungkapkan produksi jagung sepanjang 2018 mencapai 30,05 juta ton pipilan kering. “Sedangkan kebutuhan hanya sekitar 15,58 juta ton, jadi masih ada surplus 14 juta ton pipilan kering,” ujar Gatot dalam sebuah acara bincang pertanian, Jumat (11/1).

Ia menambahkan, walau produksi jagung cukup baik dan terjadi surplus secara nasional, namun secara spesifik per daerah dan periode tertentu masih ada yang mengalami kekurangan. Kendati demikian hal itu dapat ditutupi oleh daerah yang memiliki kelebihan jagung.

“Surplus secara nasional bukan berarti tidak ada defisit di beberapa tempat. Ada daerah yang surplus dan defisit, ini perlu dipahami,” katanya.

Gatot menyebut, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari upaya khusus padi, jagung dan kedelai (Upsus PJK) sejak 2015 lalu. Dari upaya tersebut, luas tanam ketiga komoditas tersebut meningkat tajam. “Dengan begitu produksi 2019 diproyeksikan bakal meningkat lebih baik lagi dari tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Potensi produksi tersebut, lanjut Gatot, diupayakan melalui pengembangan lahan rawa, lahan kering, tumpang sari, hingga perbaikan benih, pupuk dan penanganan pasca panen. “Dengan adanya program ini, salah satunya kita upayakan lahan rawa, dapat meningkatkan indeks pertanaman menjadi dua kali setahun dari yang sebelumnya hanya satu kali,” kata Gatot.

Sementara untuk budidaya tumpang sari, Gatot mengungkapkan, pada 2019 ditargetkan luas areal tanam mencapai 1,05 juta hektar atau setara luas pertanaman 2,1 juta hektar. “Tumpang sari menjadi solusi mengatasi persaingan komoditas. Selain itu, budidaya tumpang sari bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar, selain meningkatkan luas tanam dan produksi, serta efisiensi usaha pertanian,” ucapnya.

Hal itu mendapat apresiasi dari pengamat pertanian, Siswono Yudo Husodo, yang turut hadir. Menurutnya, perluasan areal tanam baru, seperti lahan rawa dan lahan kering, merupakan terobosan yang sangat baik.

Siswono yang juga mantan Menteri Transmigrasi menegaskan, perluasan areal tanam baru tersebut merupakan upaya pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi kekurangan produksi. 

“Ini perlu disambut oleh gubernur atau bupati. Seperti contoh di Dompu, bupatinya komitmen sehingga mampu menjadikan kabupaten miskin menjadi sejahtera karena masyarakatnya bisa bertumpu pada perluasan tanam, salah satunya jagung yang sampai masuk ke hutan,” katanya. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer