Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Drama Impor Sapi Bakalan Catur Wulan III

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, rupanya tak main-main dengan janjinya, yakni mewajibkan importir memasok 20% sapi indukan dari kuota sapi bakalan yang diterimanya.

Dengan tidak adanya kepastian Izin Impor sapi bakalan Cawu III akan berdampak terhadap penyediaan sapi potong untuk kebutuhan perayaan natal dan tahun baru serta berpotensi menguras sapi lokal untuk di potong.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano mengungkapkan, sejumlah pengusaha sampai saat ini belum juga mendapatkan Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), meski telah mendapat rekomendasi impor sapi bakalan dari Kementerian Pertanian.
Joni Liano, Direktur Eksekutif Gapuspindo
"Persoalannya itu kebijakan tersebut hanya disampaikan secara lisan, bukan tertulis. Bagi kita pengusaha harus ada landasan hukumnya. Padahal jelas kita sudah mematuhi regulasi impor sapi bakalan. Pasalnya 39 perusahaan anggota Gapuspindo sampai saat ini belum juga mendapatkan Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kemendag atas rekomendasi impor sebanyak 150.000, meski telah mendapat rekomendasi impor sapi bakalan dari Kementerian Pertanian," jelas Joni di kantor Gapuspindo, Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (28/9).
Menurutnya, Menteri Perdagangan memaksa pengusaha agar mau memenuhi keinginannya dengan mengimpor 20% sapi indukan. Sementara rekomendasi impor sebanyak 150.000 ekor sapi yang saat ini sudah diteken Kementan belum mengantongi SPI dari Kemendag.
"Maunya Menteri Perdagangan kebijakan lisannya diterapkan (impor indukan). Tapi kenapa izin impor sapi kita di catur wulan III ikut disandera. Kita sudah ajukan SPI sejak 24 Agustus, tapi sampai sekarang belum keluar. Sesuai aturan dua hari setelah pengajuan SPI, harus sudah ada keputusan," ucap Joni.
Regulasi yang dimaksudnya yakni Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemasukan Sapi Bakalan, dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 59 Tahun 2016 tentang Ekspor Impor Produk Hewan.
"Artinya kalau mau menyandera impor sapi bakalan, harus ada aturan barunya. Jangan tiba-tiba, jadi menurut saya tidak ada alasan Menteri Perdagangan sandera izin sapi bakalan untuk catur wulan III. Karena dasar hukumnya tak ada," ujar Joni.
Kebijakan lisan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang memberlakukan instrumen impor sapi bakalan yang dikaitkan dengan sapi indukan dengan rasio 1:5 dimana setiap 5 ekor sapi bakalan yang di impor harus ada pengadaan 1 ekor sapi indukan lokal atau impor, sangat memberatkan para perusahaan penggemukan sapi potong.
“Terus terang kami terkendala dari segi aspek pendanaan, persiapan infrastruktur, dan lainnya, bahkan dari segi bisnis ternyata juga merugikan,” ujar Joni Liano.
Di luar itu, sambung dia, pengusaha tak masalah jika harus mengimpor sapi indukan. Namun hal tersebut perlu waktu menyiapkan infrastruktur dari kandang, sampai pengadaan sapi indukannya. Selain itu, rasio 20% sapi indukan yang diwajibkan juga dianggap terlalu tinggi dan tidak ada kajian teknis dan akademisnya.
"Jangan lisan saja, perlu waktu penyiapan, secara teknis memelihara sapi indukan dengan penggemukan bakalan berbeda. Harus ada kajian teknis dulu penetapan rasio 1:5 atau 20% itu," tandasnya.
“Idealnya untuk saat ini rasio 1:15 baru memungkinkan bagi pengusaha feedlot,” imbuh Joni seraya mempertanyakan kenapa kewajiban yang sama tidak diberlakukan bagi perusahaan pengimpor daging beku yang sama sekali tidak memberi nilai tambah bagi usaha peternakan dalam negeri.
Didik Purwanto, Wakil Ketua Gapuspindo
Sebagai Ilustrasi jika perusahaan memiliki kapasitas kandang 10.000 ekor maka impor sapi bakalan dapat dilakukan 3 kali periode per tahun sehingga total impor sapi bakalan 30.000 ekor/tahun dan harus memiliki sapi indukan 6.000 ekor (20% dari total impor sapi bakalan). Jika pola tersebut direalisasikan maka pada tahun 2018 total populasi indukan plus anak menjadi 14.880 ekor (148% dari kapasitas kandang-Road map terlampir), kandang akan dipenuhi sapi indukan artinya usaha penggemukan dipaksa untuk berubah menjadi usaha indukan yang bisnisnya jelas merugi.
Total investasi untuk 6.000 ekor sapi indukan senilai Rp. 254,7 Milyar dan selama 14 bulan kerugian sebesar Rp. 21 Milyar (struktur biaya terlampir). Apabila kebijakan lisan tersebut dipaksakan maka Industri penggemukan sapi akan mati, pada hal jumlah tenaga kerja langsung sebanyak 22.000 KK (Kepala Keluarga) dan nilai investasi Rp.15,5 Triliun ditambah 2.5 Triliun per tahun untuk pembelian bahan baku pakan ke petani di pedesaan (Monetisasi Ekonomi di Pedesaan).
Sangat mengkhawatirkan dengan tidak adanya kepastian Izin Cawu III dan tentu akan berdampak terhadap penyediaan sapi potong pada bulan Januari, Februari dan bulan seterusnya di tahun 2017. Saat ini stock sapi sebanyak 160.000 ribu ekor jumlah ini mensuplai kebutuhan akan konsumsi daging yang cenderung meningkat pada bulan November, Desember bertepatan hari Natal dan Tahun baru.
Dampak lainnya adalah akan menguras sapi lokal untuk di potong. Proyeksi kebutuhan konsumsi daging sapi tahun 2017 sebesar 685 .000 ton atau equal sapi hidup sejumlah 3,8 juta ekor sapi yang harus di potong diantaranya 700.000 ekor adalah sapi bakalan impor (kuota sudah ditetapkan Pemerintah sebanyak 700. 000 ekor tahun 2017). Apabila kontribusi sapi bakalan impor tidak dapat direalisasikan karena Industri penggemukan sapi potong tidak beroperasional atau mati akibat dari kebijakan lisan Menteri Perdagangan maka tentu sapi lokal akan terkuras sebanyak 3,8 juta ekor atau 23% dari total populasi. Angka ini menunjukkan negatif growth population (rata-rata angka kelahiran 20,8%). Kondisi tersebut sangat kontradiktif terhadap program pemerintah berswasembada pada 10 tahun kedepan.
“Berita mengejutkannya, saya menyesalkan keputusan Mendag memberikan izin impor sapi bakalan kepada tiga perusahaan penggemukan sapi potong pada 23 September lalu, yang dinilai bersifat diskriminasi, sebab anggotanya tidak dapat,” tegas Joni.
Menurutnya, kebijakan tersebut menciptakan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan mendorong oligopoli karena kuota impor hanya diberikan pada tiga perusahaan besar. Bahkan jika sampai akhir tahun Kemendag tetap tidak menerbitkan SPI kepada seluruh anggota Gapuspindo, maka pasokan sapi untuk awal tahun 2017 akan kosong. Tentu saja ini berpotensi menggerek harga daging sapi dan meningkatkan volume sapi lokal yang dipotong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita
Kuota Impor Sapi dan Daging Beku Resmi Dihapus
Sebelumnya Pemerintah resmi menghapus sistem kuota impor sapi sebagai disampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di kantornya, Senin, 26 September 2016. “Tak hanya berlaku untuk sapi hidup, kuota impor daging beku juga dihapus. Hilang, enggak ada kuota-kuotaan," kata Enggartiasto Lukita.
Sebagai penggantinya, pemerintah akan mengeluarkan ketentuan baru yakni importir diwajibkan mendatangkan satu ekor sapi indukan untuk setiap lima sapi bakalan yang diimpornya. Ketentuan itu akan dituangkan dalam revisi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemasukan Ternak Ruminansia Besar ke Dalam Wilayah Republik Indonesia.
Kebijakan ini sebenarnya telah berjalan. Saat ini, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan izin impor 300 ribu ekor sapi bakalan hingga 2018 dengan ketentuan tersebut. Ada tiga perusahaan importir yang telah berkomitmen menjalankannya. Dua di antaranya adalah Santori dan Great Giant Livestock (GGL). "Mereka sudah tanda tangan di atas meterai untuk impor 60 ribu sapi indukan, di luar izin impor 300 ribu sapi bakalan yang didapatnya," kata Enggar.
Kendati izin ini sampai 2018, Enggar tidak menutup kemungkinan ada tambahan impor sapi jika ada pengusaha lain yang memenuhi syarat. "Ya keluarin lagi, mengajukan berapa pun sapi indukan saya kasih," katanya.
Yang pasti, kata Enggar, pada 2018 pemerintah akan melakukan audit di tiap perusahaan penerima izin impor. Bila terbukti mereka tak memenuhi ketentuan, "Kami sita sapinya, kalau tidak ada ya asetnya, itu sesuai perjanjian," kata Enggar.
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf mendukung langkah pemerintah ini. Sebab ia menilai pembatasan impor dengan kuota akan membuka peluang korupsi. "Kuota itu banyak moral hazard-nya, seperti kasus suap impor sapi dulu kan karena adanya kuota," katanya.
Ia menambahkan, kewajiban mengimpor indukan juga bisa menambah populasi sapi di dalam negeri. "Ini kami apresiasi," katanya. (wan)

Hari ini Drh. Ketut Diarmita Menjadi Dirjen PKH

Ketut dan Istri
Akhirnya terjawablah teka teki tentang siapa Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) pengganti Muladno yang diberhentikan bulan Juli lalu. Hari ini, Senin, 10 Oktober 2016, Menteri Pertanian Amran Sulaiman melantik Drh I Ketut Diarmita MP sebagai Dirjen PKH.

Mengenang Dr. Drh. Soehadji ; Butir-Butir Pasir Membangun Gunung

Buku karya Soehadji terbitan Gita Pustaka


Hari Minggu, 25 September 2016, sekitar jam 15 kami menerima kabar duka cita yang mengejutkan; Innalilahi wainnailaihi Rojiun. Telah meninggal dunia Dr. Drh. H. Soehadji, mantan Dirjen Peternakan. Semoga Khusnul Khotimah. Aamiin. (dari Drh. Andi Wijanarko).

Meskipun meninggal di usia 80 tahun, kepergiaan Dr. Soehadji tetap mengagetkan kami. Minggu lalu, ia datang ke kantor Infovet dalam kondisi yang segar bugar dalam usia 80 tahun. Waktu itu ia mengabarkan tentang rencana Kongres Peternak Rakyat yang konon akan diselenggarakan bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2016. Ia menunjukkan usulan tema dengan kalimat yang apik "Merakyatkan Peternakan Rakyat". "Saya sudah usulkan tema ini ke Pak Teguh Boediyana (Penggagas kongres)," ujarnya bangga, sambil menunjukkan draft disain konsep kongres.

Rantai Distribusi Jagung Dipangkas

JAKARTA — Pemerintah memotong peran pedagang perantara dalam rantai distribusi jagung dengan melibatkan pelaku industri pakan ternak dari perencanaan tanam hingga penyerapan panen. Guna mewujudkan hal itu, Kementerian Pertanian telah menandatangani nota kesepahaman dengan 41 perusahaan anggota Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dan 29 dinas pertanian provinsi.
Kementerian Pertanian gelar kesepakatan kemitraan
penyerapan jagung nasional dengan Dinas Pertanian Provinsi dan
Gabungan Perusahaan Makanan ternak (GPMT) di Jakarta, (19/9).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menuturkan, kolaborasi itu membuat rantai pasok jagung dari petani hingga pengusaha terpangkas. Perusahaan akan disebar ke seluruh sentra penghasil jagung agar serapan bisa lebih pasti dan harga beli tidak jatuh.
“Kami dan GPMT sepakat membagi wilayah untuk 41 perusahaan. Kalau misalnya ada satu perusahaan butuh 200.000 ton jagung per tahun berarti butuh 50.000 hektar lahan. Kami akan tentukan nanti dia masuk di kabupaten, provinsi mana,” katanya usai penandatanganan nota kesepahaman pasokan jagung oleh Kementan, GPMT, dan Dinas Pertanian se-Indonesia, Senin (19/9).
Amran menyebutkan, perusahaan pakan akan dilibatkan sejak dari perencanaan pembukaan lahan dan penyaluran benih. Setiap usulan calon petani dan calon lokasi (CPCL) dari dinas pertanian kepada Kementan akan sepengetahuan GPMT. Dengan demikian, tidak ada celah bagi timbulnya kelangkaan pasokan atau jatuhnya harga beli di tingkat petani.
“Kalau biasanya orang-orang di tengah yang memainkan harga kini tidak ada lagi. Kami membangun sistem dan ini merupakan solusi permanen untuk jagung sebagai pakan ternak,” kata Menteri Amran.
Kementerian Pertanian menyiapkan anggaran Rp 3 triliun dari kuartal IV/2016 hingga tahun depan untuk meningkatkan produksi jagung. Dana itu akan dialokasikan untuk pengadaan benih, pupuk, alat dan mesin pertanian, pembangunan irigasi, dan pendampingan petani jagung.

Anggaran Ditingkatkan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menambahkan bahwa salah satu upaya untuk menghentikan impor jagung yakni dengan menaikkan anggaran produksi jagung hingga 10 kali lipat. Pada 2014, anggaran jagung hanya Rp 100 miliar, meningkat menjadi Rp 1,2 triliun pada 2015. Sementara pada 2016 ditingkatkan lagi menjadi Rp 2,1 triliun. Bahkan, Kementan memberi tambahan anggaran Rp 2,1 triliun pada tahun ini.
"Anggaran Rp 3 triliun di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tidak ada main-main sehingga kami meminta pengusaha juga tidak main-main," katanya.
Ia mengatakan, pola kemitraan antara industri pakan ternak dengan petani jagung ini diwujudkan pada tahap pertama dengan mengembangkan 724 ribu hektare lahan jagung di 29 provinsi. Ia menargetkan produksi mencapai 3,5 juta ton jagung kering pipil.
Nantinya, GPMT akan menyerap jagung tersebut sehingga menghentikan impor jagung pada 2017. Harga yang diatur pemerintah adalah Rp 3.150 per kilogram dengan kadar air 15 persen.
Jagung merupakan pangan alternatif nonberas yang juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Indonesia merupakan lumbung jagung dunia dan berada di posisi kedelapan dengan kontribusi 2,06 persen terhadap produksi jagung dunia.
Namun, petani jagung kerap merasa kesulitan untuk menjual hasil panennya sementara perusahaan pakan memilih mengambil impor. Padahal, kata Amran, jagung lokal lebih segar dan baik untuk diolah menjadi pakan ternak. "Jagung kita lebih baik dari yang impor," katanya.
Ia menjelaskan, cara ini merupakan pola kemitraan permanen antara petani jagung dengan industri pakan ternak. Pemerintah juga menggenjot produksi jagung sehingga dapat mengendalikan impor serta mendorong ekspor jagung. Untuk kebijakan jangka menengah dan panjang, ia melanjutkan, yakni dengan mendorong investasi pada lahan hutan 500 ribu hektare dan 265 ribu hektare lahan Perhutani.
"Ini merupakan solusi permanen dalam rangka mensejahterakan petani jagung dan pemenuhan kebetuhan ternak," ujar Amran.

Koordinasi Diperkuat 
Di tempat yang sama, Pelaksana Harian Ketua GPMT Desianto B. Utomo mengatakan, asosiasi akan secepatnya mengatur penyebaran anggota yang akan menyerap jagung ke berbagai daerah. GPMT membutuhkan 800.000 ton jagung per bulan untuk dipasok ke 72 pabrik pakan ternak milik anggotanya.
“Kini kami dilibatkan sejak awal. Ini akan memberkuat koordinasi. Yang jelas ini akan memperpendek rantai pasok,” ujarnya. Kendati demikian, Desianto mewanti-wanti bahwa kesukseskan kerja sama ini akan sangat ditentukan oleh dinas pertanian. Pasalnya, dinas pertanian tersebut menjadi ujung tombak dalam penyaluran benih dan pupuk dan memiliki akses kepada gabungan kelompok tani (gapoktan) sebagai pemasok jagung.
Pada tahap awal, kolaborasi ini akan dilakukan di Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat yang tengah memasuki masa panen. Walau demikian, Desianto belum berani memprediksi berapa potensi kenaikan volume produksi jagung yang bisa diserap.
Mentan Amran Sulaiman meyakini kerja sama ini dapat dieksekusi di lapangan dengan optimal dalam jangka waktu setahun. Produksi, menurut dia, bisa dipacu karena pemerintah menyiapkan 1 juta hektar lahan jagung hingga 2017. Lahan itu berasal baik dari lahan tidur maupun area perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, hingga konsesi Perum Perhutani.
“Petani akan terus menanam karena dengan harga patokan Rp 3.150 per kilogram sudah menguntungkan,” katanya. Bila berhasil, Amran berpendapat kelak tidak ada lagi justifikasi perusahaan pakan untuk meminta kuota impor jagung. Bahkan, dia mengklaim, sebelum kerja sama itu dijalankan pun impor jagung per Agustus 2016 baru mencapai 800.000 ton.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu mencapai 2,5 juta ton sehingga realiasi tahun ini sudah terpangkas 60%. “Insya Allah paling lambat pada 2018 Indonesia tidak lagi impor jagung. Kalau bisa lebih cepat lebih bagus,” katanya. (wan)

Sarasehan Peternakan Nasional Rekomendasikan Reformasi Kebijakan

Sarasehan Peternakan Nasional yang diselenggarakan oleh Keluarga Fakultas Peternakan (Kafapet) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)  yang berlangsung 4 September lalu, secara resmi mengeluarkan rekomendasi untuk pemerintah khususnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Rekomendasi itu dibagi dua bagian yakni untuk bidang usaha perunggasan dan untuk usaha peternakan sapi (sapi potong dan sapi perah).

SIMA ASEAN Bangkok, Tampilkan Teknologi Pertanian dan Peternakan Terkini

Wilayah ASEAN kini menjadi magnet bagi industri sarana pertanian modern dunia. Hal ini terjadi karena tumbuhnya mekanisasi pertanian, perikanan dan peternakan di kawasan ini, sebagaimana tampak dari pameran agribisnis SIMA ASEAN . Diperkirakan volume perdagangan yang dihasilkan dari pameran ini lebih dari 1 miliar baht (Rp 400 miliar) selama 3 hari. Infovet berkunjung ke Bangkok untuk melaporkan pameran tersebut.


Pejabat dan penyelenggara berfoto saat pembukaan




Bertempat di Hall 5-6, IMPACT Exhibition and Convention Center (IECC) , Muang Thong Thani, dan IMPACT Lakeside, Bangkok, pameran bertajuk Sima ASEAN berlangsung selama 3 hari, 8-10 September 2016. Pameran
Para peserta acara pembukaan
ini diselenggarakan oleh COMEXPOSIUM (organizer pameran terkemuka Perancis) bekerjasama dengan  AXEMA (organisasi peralatan pertanian Perancis) dan IMPACT exhibition management, penyelenggara pameran terkemuka di Thailand dan  dibuka oleh wakil Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand Jintana Chaiyawannakan



Saat menyampaikan sambutan pembukaan, Jintana Chaiyawannakan, mengungkapkan,
Traktos dan berbagai peralatan pertanian
Kementerian Pertanian dan Koperasi Thailand sangat bangga menjadi tuan rumah SIMA ASEAN Thailand 2016, pameran internasional terbesar dan konferensi agribisnis di ASEAN .

Infovet di stand sapi perah
Stand Small Holder Dairy Farmer
"Saya melihat pentingnya acara ini dalam membantu untuk mendukung dan mengembangkan industri pertanian Thailand . Acara ini memiliki kepentingan besar bagi industri pertanian karena akan mendorong petani untuk meningkatkan taraf hidup dengan dapat membawa teknologi baru untuk dikembangkan di usaha mereka," ujarnya.

Menurutnya, pameran ini dapat membantu petani meningkatkan kemampuan produksi serta standarisasi produk mereka dan meningkatkan produk agar sesuai standar internasional. Sebagai bentuk komitmen mendukung acara internasional ini, Pemerintah Thailand mengikutsertakan mengirimkan 4 departemen yaitu Departemen Pertanian, Departemen Pembangunan Peternakan dan Departemen Perikanan  untuk memamerkan inovasi terbaru dan teknologi dalam rangka kerjasama lebih lanjut terhadap penguatan sektor pertanian Thailand. 

Sementara itu Loy Joon How, General Manager, IMPACT Exhibition Management Co Ltd, mengatakan, SIMA ASEAN Thailand 2016 merupakan kesempatan penting bagi Thailand untuk melangkah menjadi pusat industri pertanian di ASEAN. Organisasi acara ini telah menerima tanggapan positif dari lebih dari 300 perusahaan terkemuka di seluruh dunia, termasuk merek-merek terkenal seperti New Holland, Case IH, Yanmar dan Claas. Tahun ini, sebagai yang kedua kalinya acara Sima ASEAN, ada perkembangan baru yakni adanya stand outdoor sebagai tempat demonstrasi peralatan dan mesin pertanian yang berlokasi di IMPACT Lakeside, kira-kira 1 km dari lokasi indoor pameran.

Ia menambahkan, lebih dari 20.000 orang dari lebih dari 50 negara hadir di pameran ini baik indoor maupun outdoor, yang juga akan memberikan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Thailand. Pada saat yang sama, pameran ini juga menjadi tuan rumah beberapa konferensi internasional, termasuk konferensi tentang Masa Depan Pertanian , konferensi organisasi insinyur pertanian Thailand dan Konferensi Internasional tentang Value Chain Berkelanjutan serta lebih dari 30 lokakarya dan seminar dengan pembicara ternama dari industri pertanian. 

Sementara itu General Manager COMEXPOSIUM Valérie Lobry-Granger,  mengatakan , SIMA merupakan ajang pertanian internasional yang telah diselenggarakan lebih dari 75 kali dalam 150 tahun terakhir di Perancis. SIMA merupakan panggung yang mengumpulkan inovasi terknologi terbaru, khususnya mesin dan peralatan pertanian, dan merupakan kegiatan yang telah dikenal sebagai forum bertemunya pembeli, penjual, pemilik bisnis, importir, eksportir, petani, ahli dan profesional di agribisnis . 

Tahun ini, SIMA telah tumbuh dalam mengorganisir acara di 3 benua - Eropa, Afrika Selatan dan Asia. SIMA ASEAN, khususnya, telah memperlihatkan pertumbuhan yang luar biasa, baik dari ukuran area pameran, jumlah dan merek yang dipamerkan dari berbagai negara antara lain Kanada, Cina, Perancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Malaysia, Polandia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Taiwan, Turki, Inggris dan banyak lainnya. "Hal ini membuat acara ini menjadi acara benar-benar berskala internasional. Kami yakin bahwa acara ini akan menarik investor dan mitra bisnis dari seluruh dunia, "tegasnya.

Peserta Indonesia

Sebagai pameran yang baru dilaksanakan yang kedua di Bangkok, pameran ini terbilang sukses. menempati 2 hall area ditambah satu area outdoor, pameran ini menampikan bermacam teknologi pertanian khususnya alat dan mesin pertanian termasuk peternakan.  Beberapa peralatan yang sepesifik peternakan yang ditampilkan pada acara ini antara lain teknologi alat pemerah susu otomatis yang disajikan antara lain oleh Barbaros, perusahaan asal Turkey. Juga teknologi peternakan sapi terpadu yang ditampilkan oleh Smallholder Dairy Development Programme, sebuah lembaga yang didukung oleh FAO .

Dari Indonesia, tampil stand dari Kedutaan Besar Indonesia di Thailand yang menampilkan ekspor kelapa sawit, serta stand Universitas Indonesia (UI) yang menampilkan inovasi green teknologi antara lain kompos dari daun. Kasubdit Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Promosi UI Hening Hapsari Setyorini yang memimpin delegasi stand UI mengatakan, UI sering ikut pameran internasional untuk memperkenalkan hasil temuan teknologi UI di bidang kedokteran, pengobatan, termasuk teknologi pertanian. Hal ini ditujukan agar hasil riset UI dapat diterapkan di masyarakat dan industri.

Outdoor dan Pasar Tani

Penyelenggara pameran menyediakan shuttle bus dan kendaraan khas Thailand Tuk Tuk secara gratis setiap 10 menit untuk pengunjung pameran yang ingin melihat stand outdoor, yang lokasinya di Impact lakeside, sekitar 1 km dari hall indoor Impact. Di lokasi ini ditampilkan demo penggunakan peralatan pertanian berupa traktor dan peralatan lainnya yang bisa digunakan untuk usaha pertanian, perkebunan, peternakan. Terdapat juga baazar produk pertanian karya petani Thailand antara lain bibit/benih pertanian unggul, buah dan sayuran unggul yang bisa dinikmati di lokasi pameran dengan harga yang cukup wajar.

Box
Profil SIMA ASEAN
Waktu: 8-10 September 2016 , pukul 10:00 – 18:00 hrs.
Tempat: Hall 5-6, IMPACT Exhibition and Convention Center, Bangkok, Thailand
Organizer: COMEXPOSIUM AXEMA IMPACT Exhibition Management Co., Ltd.
Luas area: 13,500 sm2.
Jumlah Exhibitors: 350 perusahaan
Profil exhibitor: Tractors and Power Equipment | Spare Parts and Accessories, Embedded Electronics | Tilling,
Sowing, Planting | Harvestry (Fodder, Cereals, Root, Fruits and Vegetables, etc.) | Post-
Harvestry (Cleaning, Sorting, Drying, Conservation) | Equipment for Tropical and Special
Crops | Handling, Transportation, Storage, and Buildings | Breeding Equipment |
Dairy and Milking Products | Creation and Maintenance of Rural and Wooded Areas | Pro
Equipment for Green Spaces | Sustainable Development, Renewable Energy | Agro
Chemical, Fertilizer, Pesticides, Insecticides | Irrigation System | Professional Organization,
Services, Consultancy | Management and IT Software
Jumlah pengunjung: 15,000 Professional Trade Visitors
Profil pengunjung: Koperasi pertanian/peternakan, pengusaha mesin dan peralatan pertanian, asosiasi pertanian, distributor produk pertanian, toko sarana pertanian, konsultan , lembaga pemerintah, konsulat pertanian,  petani, peternak, breeder, organisasi pertanian, peneliti, perguruan tinggi dll
 

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1
Adalah buku terbaru karya Prof. drh. Charles Rangga Tabbu, M.Sc, Ph.D.

Kehadiran buku yang menyediakan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti tentu sangat bermanfaat dan akan sangat dinanti oleh para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan atau mahasiswa Perguruan Tinggi sejenis, dan peternak unggas.
Khususnya buku yang secara spesifik menyajikan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti pada peternakan ayam petelur komersial, pedaging komersial, breeding farm, hatchery (penetasan ayam), serta pabrik pakan unggas. Sebagaimana buku berjudul Manajemen Kesehatan Ayam - Volume 1 yang ditulis dan diluncurkan oleh Pakar Patologi unggas dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Drh. Charles Rangga Tabbu, MSc. PhD.
Prof. Charles, demikian ia akrab disapa, dijuluki sebagai Profesor Ayam karena sering menjadi konsultan di berbagai Perusahaan peternakan unggas terbesar di Indonesia. Kiprahnya telah malang melintang dan diakui oleh para stakeholder dalam mengawal perkembangan industri perunggasan di Tanah Air. Profesor yang mengambil gelar Master di Washington State University, AS dan gelar Doctor di Michigan State University, AS ini sebelumnya juga telah menulis buku legendaris berjudul Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Vol. 1 dan 2 yang menjadi Best Seller di kalangan dokter hewan dan pelaku industri perunggasan.
Buku terbarunya setebal 300 halaman ini menguraikan secara khusus ruang lingkup manajemen kesehatan ayam, pertimbangan ekonomik sehubungan dengan manajemen kesehatan ayam, peranan manajemen peternakan terhadap kesehatan ayam, dan cara diagnosis praktis penyakit ayam pada kondisi lapang.
Buku ini juga secara khusus membahas tentang peranan biosekuriti dalam pencegahan dan pengendalian penyakit pada peternakan ayam komersial, breeding farm, dan hatchery, level biosekuriti pada peternakan ayam, standard operating procedures (SOP) untuk biosekuriti, sistem peringatan dini early warning system (EWS) terhadap penyakit, rancangan peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, pabrik pakan unggas, dan cleaning/desinfeksi pada peternakan ayam.
Prof Charles menyerahkan buku terbarunya
kepada Pimred Majalah Infovet Ir Bambang Suharno.
Menurut Prof Charles yang di momen pameran Indo Livestock lalu secara khusus menyerahkan buku ini untuk pertama kalinya kepada Pemimpin Redaksi Majalah Infovet Ir Bambang Suharno, mengatakan bahwa pokok bahasan dalam buku ini, terutama menyangkut program kesehatan ayam, khususnya biosekuriti yang diterapkan pada peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, dan pabrik pakan unggas di berbagai daerah di Indonesia.
“Sebagian besar uraian buku ini merupakan hasil pengamatan lapangan selama berkunjung ke berbagai peternakan dan feedmill di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara,” ujar Charles.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit PT Kanisius ini diharapkan dapat menambah informasi tentang manajemen kesehatan dan biosekuriti pada peternakan ayam, hatchery, maupun pabrik pakan unggas bagi para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Kedokteran Hewan dan mahasiswa pendidikan tinggi lain yang terkait, dan peternak unggas.
Diakhir pertemuan Prof Charles membocorkan harga buku ini bagi siapa saja yang berminat bisa menebusnya dengan harga Rp 135.000/eks. Jadi jika anda adalah peternak ayam, mahasiswa kedokteran hewan dan peternakan, pelaku industri pembibitan, dan feedmill, maka Buku ini adalah kitab wajib yang harus anda miliki. Very highly recommended! (wan)...

Harga Domba Bibit Capai Ratusan Juta Rupiah

Kambing dan domba adalah hewan ternak yang cocok untuk dikelola oleh rakyat. Kelebihan dua jenis hewan ternak ini dibandingkan hewan lainnya adalah daur perkembangbiakannya yang cepat. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo ketika menghadiri temu wicara dengan peternak domba dan kambing di Kebun Raya Bogor, Sabtu 27 Agustus 2016.
"Dua tahun tiga kali beranak. Umur panen cepat dan modalnya tidak besar. Tidak butuh lahan yang luas," jelas Presiden.
Domba Garut Indonesia kuat, gagah, dan memukau
dengan segala keunikan dan keunggulannya.
Selain keunggulan tersebut, Presiden juga meminta adanya sosialisasi kepada masyarakat untuk menjelaskan bahwa daging kambing merupakan jenis makanan yang aman untuk dikonsumsi.
"Daging kambing lebih sehat. Saya setiap hari makan daging kambing, asal dagingnya ya, bukan jeroannya. Kolesterol saya rendah," ujar Presiden.
Himpunan Pengusaha Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) harus menjaga dan melestarikan keberadaan plasma nutfah domba dan kambing di Indonesia. Dalam temu wicara itu, seorang peternak asal Ciamis menyebutkan bahwa kini domba banyak dibeli oleh pengusaha asal Malaysia. "Kami menghawatirkan nanti domba Garut nasibnya seperti reog Ponorogo yang diakui sebagai budaya dari negara lain," ucap peternak tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Presiden meminta agar para peternak yang terhimpun dalam Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) menjaga betul plasma nutfah. "Plasma nufah harus betul-betul dilindungi dan dijaga, jangan sampai dibeli negara lain. Keturunan jangka panjang bisa hilang. Proses jangka panjang melindungi plasma nutfah itu. Yang bisa menjaga ternak kita, domba kita, kambing kita adalah Bapak/Ibu semua," pesan Presiden.
Hasan, seorang peternak asal Sulawesi Barat mengeluhkan mahalnya memperoleh bibit unggul. "Harganya bisa menjadi enam kali lipat dari harga asalnya di Pulau Jawa karena tingginya biaya transportasi," keluh Hasan.
Presiden mengakui bahwa biaya transportasi antar pulau, antar kabupaten masih mahal. "Dibanding Singapura dan Malaysia, kita 2,5 kali lebih mahal," ujar Presiden.
Presiden memberi contoh, tidak mengherankan bila harga BBM di Papua dapat mencapai 30 ribu rupiah sampai 60 ribu rupiah per liternya karena mahalnya biaya transportasi untuk pengangkutan BBM tersebut. Itulah sebabnya, lanjut Presiden, pemerintah sangat fokus membangun infrastruktur untuk menekan biaya transportasi.

Presiden Jokowi tengah memberi makan domba dan kambingnya
yang diberi nama Bera, Beri, Nyai, Edo dan Dogar. 
Presiden Minder Lihat Domba Bibit 
Sebelum memulai temu wicara, Presiden mengatakan bahwa semula dirinya hendak membawa domba-domba yang dimilikinya untuk ditunjukkan kepada peternak.
"Saya masuk ke sini kaget sekali. Saya kan punya domba 5, belinya 3 juta sampai 5 juta rupiah per ekor. Saya pikir sudah mahal sekali. Tapi, begitu lihat domba di sini, langsung minder," ucap Presiden yang merasa beruntung tidak jadi membawa domba peliharaannya.
Saat melihat-lihat domba-domba tersebut, Presiden mengatakan dirinya dibisiki Ketua Umum HPDKI Yudi Guntara, bahwa harga satu ekor domba yang berada di Kebun Raya Bogor ini berada di kisaran 50 juta sampai 120 juta rupiah.
"Untung saya tidak jadi membawa domba-domba peliharaan saya. Minder saya," imbuhnya.
Seorang peternak menjelaskan bahwa seekor domba dapat mencapai harga puluhan bahkan ratusan juta karena mengikuti kontes. "Domba Bapak Presiden juga bisa mencapai 20 juta rupiah setelah mengikuti kontes. Untuk itu kami mohon ada kontes domba yang memperebutkan Piala Presiden," kata peternak itu.
Usulan kontes domba memperebutkan Piala Presiden tersebut langsung mendapatkan respons dari Presiden. "Saya perintahkan kepada Menteri Pertanian untuk menyiapkan tahun ini, bulan Oktober atau November. Tempat di Bogor atau Jakarta. Hadiah, piala dan sertifikat. Hadiahnya besar, 1 miliar rupiah untuk pembinaan," kata Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden pada acara tersebut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Dalam acara tersebut juga dilaksanakan kontes domba Garut memperebutkan Piala Kemerdekaan Republik Indonesia yang diikuti oleh 875 domba yang berasal dari kota dan kabupaten se-Jawa Barat dengan kategori Raja Pedaging, Raja Petet, Raja Kasep dan Ratu Bibit.
Selain kontes domba, juga digelar pementasan kambing perah dan domba catwalk. Yang menarik pada domba catwalk, dipertunjukkan pula lima domba yang dimiliki Presiden, yang memiliki nama Bera, Beri, Nyai, Edo dan Dogar. (wan)

INVESTASI ASING DI PERUNGGASAN LEGAL: MK Tolak Revisi UU Peternakan

JAKARTA – Mahkamah Konstitusi menolak mengabulkan permohonan uji materi (judicial review) sejumlah asosiasi peternakan unggas skala kecil-menengah yang meminta aturan soal investasi peternakan unggas dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) untuk direvisi.
Panitera MK Kasianur Sidauruk memberikan salinan putusan kepada kuasa hukum pemohon Rojikin usai sidang putusan uji Undang-Undang No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Kewan, Kamis (4/8) di Ruang sidang MK.
Ada dua pasal yang diajukan oleh tim pemohon yang diketuai Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) yaitu Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (2). Kedua pasal ini dinilai membuka peluang penguasaan pasar bagi investor asing bermodal besar sehingga berpotensi mematikan peternakan unggas rakyat.
Adapun, PPUI menggugat UU nomor 18 tahun 2009 karena UU tersebut dinilai untuk pertama kalinya membuka investasi perunggasan bagi asing. Saat ini, UU PKH terbaru adalah UU nomor 41/2014 yang hanya memuat aturan yang direvisi sehingga UU 18/2009 tetap digunakan dan menjadi acuan.
PPUI menilai sejak UU 18/2009 tersebut lahir, para pemodal asing di bisnis perunggasan kian menggurita. Menurut data yang dimiliki PPUI, pada 2009, jumlah peternak ayam mandiri masih 80.000 orang, namun sekarang jumlahnya tidak lebih dari 5.000 orang.
Dalam amar putusan yang dibacakan Ketua Hakim Konstitusi, Arief Hidayat, diungkapkan bahwa MK menilai fakta yang terjadi di lapangan tersebut bukan merupakan kesalahan pasal, namun hasil dari lemahnya pengawasan atau implementasi pasal atau norma.
“Pemohon menyebut kalimat dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut memberikan peluang integrasi secara vertikal. Dalam kalimat pasal tersebut, tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan sebagai integrasi vertikal,” ujar Arief.
Pasal 2 ayat (1) UU 18/2009 menyebut Peternakan dan kesehatan hewan diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia yang dilaksanakan secara tersendiri dan/atau melalui integrasi dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, atau bidang lainnya yang terkait.
PPUI beranggapan pasal tersebut membuka peluang bagi perusahaan untuk membangun peternakan unggas terintegrasi dari hulu-hilir. Akibatnya, saat ini perusahaan-perusahaan besar terindikasi melakukan praktik monopoli dan cenderung menguasai pembentukan harga atau kartel.
Sedangkan Pasal 30 ayat (2) menyebut Perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja sama dengan pihak asing sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang penanaman modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Hakim mengatakan untuk menghindari terjadi hal yang dikhawatirkan oleh para peternak, maka yang seharusnya dilakukan adalah pemerintah wajib mengawasi usaha budidaya peternakan dan melindungi para peternak.
“Kekhawatiran itu bisa terjadi karena pemerintah tidak maksimal dalam melaksanakan peran dan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam UU tersebut,” ungkap Arief. Soal investasi asing, Hakim menyebut peternak sebaiknya justru menggugat UU Penanaman Modal.
Sementara itu, Ketua Umum PPUI, Waryo Sahru menyampaikan pihaknya mengajukan revisi UU 18/2009 justru karena investasi peternakan dibuka bagi asing dengan merujuk pada UU tersebut. UU Peternakan dan Keswan sebelumnya yaitu nomor 6 tahun 1967, menutup investasi unggas bagi pemodal asing.
“UU yang dulu itu orientasinya keadilan berusaha, kecukupan protein, dan ekspor. Kalau yang sekarang, hanya ketahanan pangan. Selama 42 tahun UU 6/1967 ada, peternak bisa hidup. Sekarang jumlah peternak mandiri hanya 5% dari total peternak yang ada,” ujar Waryo pada Bisnis.
Peternak mandiri saat ini berebut pasar dengan peternak mitra perusahaan besar dan perusahaan besar itu sendiri yang juga memasok ayam potong ke pasar. Karena diproduksi jauh lebih efisien, harga ayam potong yang diproduksi perusahaan bisa ditekan.
Sementara itu, peternak mandiri harus menjual ayamnya mengikuti harga ayam yang dijual perusahaan. Hal ini berakibat peternak mandiri mengalami kerugian karena mereka harus menjual ayam potong dibawah biaya pokok produksi. (bis/wan)

Kalsel Siap Sukseskan Hari Ayam Telur Nasional

Pinsar Indonesia kalimantan Selatan dan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Kalsel, siap menyukseskan rangkaian acara Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang akan berlangsung 9 Oktober 2016 sebagai acara puncaknya. Demikian dikemukakan oleh Ketua Daerah Panitia HATN Suwondo yang juga pengurus Pinsar Kalsel, didampingi Ketua ASOHI Kalsel Agung Wahyudi kepada PinsarIndonesia.com.
Dalam kunjungannya ke Jakarta Selasa (30/8/2016) keduanya mengadakan rapat kordinasi dengan Panitia Nasional yakni Ricky Bangsaratoe, Eddy Wahyudin, Samhadi dan Bambang Suharno beserta staf. HATN didukung oleh beberapa asosiasi perunggasan setempat, Pemda Provinsi Kalsel, Dinas Peternakan, Badan Ketahanan Pangan, Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Peternakan dan lembaga terkait lainnya.
Dari kiri ke kanan: Ricky, Dibyo, Suwondo, Agung
Tahun ini Kalsel ditunjuk sebagai tuan rumah HATN mengingat kesiapan dan pengalaman organisasi daerah tersebut dalam kegiatan kampanye ayam dan telur. HATN dicanangkan oleh Menteri Pertanian Suswono tahun 2011 di Jakarta, dan selanjutnya sejak 2013 Pinsar Indonesia dan ASOHI menyelenggarakan acara HATN di daerah yaitu di Denpasar (2013), Makassar (2014), Palembang (2015).
Acara HATN antara lain meliputi talkshow edukasi ayam dan telur di radio dan TV setempat, seminar edukasi ayam dan telur, bazaar, konferensi pers, kunjungan ke pabrik pakan dan pemotongan unggas, aneka lomba, senam jantung sehat dan sebagainya. Direncanakan acara di Kalsel akan dibuka oleh Gubernur Kalsel.
Suwondo mengatakan, di tengah menurunnya konsumsi ayam dan telur di kalsel akibat lesunya ekonomi Kalimatan, peringatan HATN ini diharapkan dalam mendongkrak konsumsi ayam dan telur sebagai sumber protein yang murah dan berkualitas.
“Usaha tambang batubara sedang lesu berdampak pada lesunya ekonomi dan menyebabkan penurunan konsumsi ayam dan telur. Hal ini tidak semestinya terjadi karena faktanya konsumsi rokok tetap tinggi. Untuk itu kami ingin menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi yakni daging ayam dan telur melalui peringatan HATN,” katanya.
Peningkatan konsumsi daging ayam dan telur otomatis akan menggerakan ekonomi masyarakat yakni para peternak ayam di wilayah Kalsel sebagai sentra usaha perunggasan di Kalimantan.

CONTINUING EDUCATION PDHI CABANG JATIM VI

Foto bersama para peserta program Continuing Education PDHI Jatim 6.
Setelah melalui persiapan panjang didukung pebisnis lokal yang menjadi sponsor, dengan iuran setiap peserta akhirnya PDHI Cabang Jawa Timur VI (Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban) berhasil menyelenggarakan acara Continuing Education (Pendidikan Berkelanjutan).
Acara bertujuan membekali para dokter hewan setempat dengan hal terbaru dan terkini. Tema yang diangkat “Meningkatkan Kompetensi Dokter Hewan dalam Penanganan Kasus di lapangan”. Acara diikuti peserta sekitar sejumlah 60 orang, terselenggara di Rumah Makan Apung Rahmawati Gresik Jawa Timur pada Sabtu 23 Juni 2016.
Kasus lapangan yang dimaksud adalah “Operasi Caesar pada Sapi” dengan narasumber Drh M Saifoel NP. Lalu, “Revolusi Penangangan pada Luka Terbuka Tanpa Antibiotik” dengan narasumber Deddy F Kurniawan.
Drh Supratmi Sekretaris PDHI Cabang Jatim VI yang merupakan staf Dinas Peternakan Kabupaten lamongan berpendapat, “Saya pribadi dan sebagai pengurus salut dan angkat topi untuk tim kolega dokter hewan Kabupaten Gresik, sebagai penyelenggara CE perdana PDHI Cabang Jatim VI yang bisa menyelenggarakan acara dengan baik, lancar, sukses.”
Ketua Panitia Drh Budi Santoso yang juga staf Dinas Peternakan Kabupaten Gresik menyatakan terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya. “Pesertanya haus ilmu sehingga acara meriah,” tegasnya. Selanjutnya diagendakan workshop caesar jilid dua. Katanya, “Jadi ada prakteknya. Dan juga ada materi untuk pet-animal (hewan kesayangan).”
Dari peristiwa ini pembaca dapat melihat bahwa acara pendidikan berkelanjutan untuk dokter hewan berdasar kasus praktis di lapangan sangat dibutuhkan. Penyelenggaraannya dapat secara gotong royong antar peserta. Geliat bisnis sarana dan prasarana peternakan di tingkat lokal telah berkembang begitu baik.
Maka pada acara ini berbagai door prize diberikan oleh para perusahaan sponsor. Mereka antara lain: San PS, Maju Bersama PS, Dairy Pro, dan lain-lain. (Yonathan)

Bijak Pilih Enzim yang Tepat

Salah satu strategi untuk bisa sukses menjalankan bisnis perunggasan adalah kemampuan untuk melakukan penghematan biaya pakan.  Khususnya saat ketersediaan bahan baku pakan sedang terbatas atau sulit didapatkan. Guna menyiasati hal tersebut digunakan tambahan enzim untuk membantu optimalisasi nilai nutrisi dari bahan baku pakan yang dipilih.
Komponen pakan menghabiskan 60–70 persen dari total biaya produksi yang dikeluarkan  peternak. Tanpa adanya manajemen pakan yang baik, akan terjadi pemborosan pakan yang berimbas pada tingginya biaya produksi serta menurunnya performa unggas.
Demikian dpaparkan ahli nutrisi pakan dari Fakultas Peternakan IPB Prof Dr Ir Nachrowi, MSc belum lama ini dalam sebuah seminar di Jakarta. Lebih lanjut Prof Nachrowi menjelaskan  tentang aplikasi teknologi enzim guna memaksimalkan nilai nutrisi dan mengurangi biaya pakan.
Enzim merupakan senyawa protein dapat larut yang diproduksi oleh organisme hidup dan berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi sederhana. Enzim dapat meningkatkan nilai nutrisi (nutrient value)  pakan sehingga dapat dimanfaatkan secara lebih baik.
Prof. Nachrowi
Secara alami, kata Nachrowi, setiap jenis ternak mempunyai enzim sehingga dapat mencerna makanan yang dikonsumsi. Enzim tersebut dapat diproduksi sendiri maupun oleh mikroba yang terdapat dalam alat pencernaan ternak. Namun biji-bijian maupun serat kasar yang terdapat pada pakan seringkali sulit dicerna secara alami oleh ternak, sehingga diperlukan suplemen untuk membantu memecahnya sehingga dapat terserap lebih maksimal dalam sistem pencernaan ternak.  Pakan yang tidak tercerna dengan baik akan terbuang sia-sia.
Enzim yang penting untuk unggas adalah Non- Starch Polysaccharide (NSP) yaitu selulose (cellulose), xilanase (xylanase), glucan (glucanase) dan lain-lain. NSP dapat menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida. Manfaat NSP antara lain membantu memelihara kesehatan usus dan pencernaan unggas, meningkatkan konsistensi, meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi biayanya.
Namun demikian, peraih gelar PhD bidang Microbial Biochemistry dari Ehime University Jepang ini mengingatkan perlunya memahami struktur kimiawi dan konsentrasi enzim NSP dan untuk tujuan apa NSP akan digunakan. Memberikan multi enzim pada pakan unggas lebih baik daripada enzim tunggal karena adanya kandungan nutrisi yang berbeda-beda dari setiap jenis pakan unggas.
Hery Santoso 
Hal ini dibenarkan Hery Santoso, General Manager Alltech Biotechnology Indonesia yang mengungkapkan, “Indonesia kaya akan peluang penggunaan bahan baku baru untuk substitusi pakan dengan bantuan teknologi enzim. Sebagai contoh saat jagung sulit didapat pelaku industri umumnya beralih ke gandum atau wheat. Dengan penambahan investasi di enzim SSF nilai energi dari pakan yang didapat akan jauh lebih besar.”
Hery menambahkan, dari sekian banyak enzim pakan yang ada, ada dua jenis enzim yang banyak digunakan pabrik pakan. Yaitu enzim phytase dan enzim yang mendegradasi NSP (Non-Starch Polysaccharide). Enzim yang mendegradasi NSP ada beberapa macam, antara lain xylanase, β-glucanase, dan β-mannanase.

Tantangan Penggunaan Enzim 
Enzim mempunya sifat yang unik, akan menunjukkan aktivitasnya pada kondisi lingkungan yang cocok, baik pH maupun Suhu. Masing-masing jenis enzim mempunya kisaran pH dan suhu optimalnya. Pelet pakan ternak dibuat melalui proses pemanasan pada suhu tinggi, karena itu kestabilan enzim terhadap perlakuan panas pada industri pakan sangat diperlukan.
Prof Nachrowi menjelaskan, enzim bekerja sebagai katalisator untuk mempercepat suatu proses reaksi kimia, karena itu aktivitasnya juga akan ditentukan oleh dosis enzim itu sendiri.  Pemberian enzim exogeneous harus mempertimbangkan juga enzim endogeneous yang sudah ada pada hewan, karena itu sebelum membuat formulasi produk harus dilakukan penelitian terlebih dahulu dan dilihat performance hewannya pada berbagai tingkatan umur.
Metoda analisis yang mudah dan tepat untuk menentukan jumlah enzim yang aktif  juga merupakan suatu tantangan yang perlu mendapatkan perhatian dari para ilmuwan,  Dengan adanya metode analisis yang akurat dan cepat makan akan sangat mempermudah pembuatan formulasi produk pakan ternak.
“Walaupun telah terbukti bahwa suplemen enzim dapat meningkatkan produksi ternak, namun karena untuk mendapatkan enzim itu sendiri tidak mudah maka produk pakan ternak berenzim harganya menjadi mahal, karena itu komponen biaya lain dari produksi pakan sedapat mungkin dapat ditekan sehingga akan menurunkan harga pakan ternak berenzim. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melakukan penelitian untuk mendapatkan enzim secara mudah dan murah,” imbuh Prof Nachrowi.
“Indonesia merupakan negara yang mempunya julukan megabiodiversiti, karena itu explorasi untuk mendapatkan sumber penghasil enzim baru  sangat dimungkinkan, baik dari jamur maupun bakteri.  Saat ini belum banyak enzim termostabil yang dihasilkan dari Indonesia, padahal sumber-sumber baik bakteri maupun jamur dari lokasi kawah sangat berlimpah,” pungkas Prof Nachrowi. (wan)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer