Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1
Adalah buku terbaru karya Prof. drh. Charles Rangga Tabbu, M.Sc, Ph.D.

Kehadiran buku yang menyediakan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti tentu sangat bermanfaat dan akan sangat dinanti oleh para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan atau mahasiswa Perguruan Tinggi sejenis, dan peternak unggas.
Khususnya buku yang secara spesifik menyajikan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti pada peternakan ayam petelur komersial, pedaging komersial, breeding farm, hatchery (penetasan ayam), serta pabrik pakan unggas. Sebagaimana buku berjudul Manajemen Kesehatan Ayam - Volume 1 yang ditulis dan diluncurkan oleh Pakar Patologi unggas dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Drh. Charles Rangga Tabbu, MSc. PhD.
Prof. Charles, demikian ia akrab disapa, dijuluki sebagai Profesor Ayam karena sering menjadi konsultan di berbagai Perusahaan peternakan unggas terbesar di Indonesia. Kiprahnya telah malang melintang dan diakui oleh para stakeholder dalam mengawal perkembangan industri perunggasan di Tanah Air. Profesor yang mengambil gelar Master di Washington State University, AS dan gelar Doctor di Michigan State University, AS ini sebelumnya juga telah menulis buku legendaris berjudul Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Vol. 1 dan 2 yang menjadi Best Seller di kalangan dokter hewan dan pelaku industri perunggasan.
Buku terbarunya setebal 300 halaman ini menguraikan secara khusus ruang lingkup manajemen kesehatan ayam, pertimbangan ekonomik sehubungan dengan manajemen kesehatan ayam, peranan manajemen peternakan terhadap kesehatan ayam, dan cara diagnosis praktis penyakit ayam pada kondisi lapang.
Buku ini juga secara khusus membahas tentang peranan biosekuriti dalam pencegahan dan pengendalian penyakit pada peternakan ayam komersial, breeding farm, dan hatchery, level biosekuriti pada peternakan ayam, standard operating procedures (SOP) untuk biosekuriti, sistem peringatan dini early warning system (EWS) terhadap penyakit, rancangan peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, pabrik pakan unggas, dan cleaning/desinfeksi pada peternakan ayam.
Prof Charles menyerahkan buku terbarunya
kepada Pimred Majalah Infovet Ir Bambang Suharno.
Menurut Prof Charles yang di momen pameran Indo Livestock lalu secara khusus menyerahkan buku ini untuk pertama kalinya kepada Pemimpin Redaksi Majalah Infovet Ir Bambang Suharno, mengatakan bahwa pokok bahasan dalam buku ini, terutama menyangkut program kesehatan ayam, khususnya biosekuriti yang diterapkan pada peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, dan pabrik pakan unggas di berbagai daerah di Indonesia.
“Sebagian besar uraian buku ini merupakan hasil pengamatan lapangan selama berkunjung ke berbagai peternakan dan feedmill di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara,” ujar Charles.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit PT Kanisius ini diharapkan dapat menambah informasi tentang manajemen kesehatan dan biosekuriti pada peternakan ayam, hatchery, maupun pabrik pakan unggas bagi para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Kedokteran Hewan dan mahasiswa pendidikan tinggi lain yang terkait, dan peternak unggas.
Diakhir pertemuan Prof Charles membocorkan harga buku ini bagi siapa saja yang berminat bisa menebusnya dengan harga Rp 135.000/eks. Jadi jika anda adalah peternak ayam, mahasiswa kedokteran hewan dan peternakan, pelaku industri pembibitan, dan feedmill, maka Buku ini adalah kitab wajib yang harus anda miliki. Very highly recommended! (wan)...

Harga Domba Bibit Capai Ratusan Juta Rupiah

Kambing dan domba adalah hewan ternak yang cocok untuk dikelola oleh rakyat. Kelebihan dua jenis hewan ternak ini dibandingkan hewan lainnya adalah daur perkembangbiakannya yang cepat. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo ketika menghadiri temu wicara dengan peternak domba dan kambing di Kebun Raya Bogor, Sabtu 27 Agustus 2016.
"Dua tahun tiga kali beranak. Umur panen cepat dan modalnya tidak besar. Tidak butuh lahan yang luas," jelas Presiden.
Domba Garut Indonesia kuat, gagah, dan memukau
dengan segala keunikan dan keunggulannya.
Selain keunggulan tersebut, Presiden juga meminta adanya sosialisasi kepada masyarakat untuk menjelaskan bahwa daging kambing merupakan jenis makanan yang aman untuk dikonsumsi.
"Daging kambing lebih sehat. Saya setiap hari makan daging kambing, asal dagingnya ya, bukan jeroannya. Kolesterol saya rendah," ujar Presiden.
Himpunan Pengusaha Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) harus menjaga dan melestarikan keberadaan plasma nutfah domba dan kambing di Indonesia. Dalam temu wicara itu, seorang peternak asal Ciamis menyebutkan bahwa kini domba banyak dibeli oleh pengusaha asal Malaysia. "Kami menghawatirkan nanti domba Garut nasibnya seperti reog Ponorogo yang diakui sebagai budaya dari negara lain," ucap peternak tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Presiden meminta agar para peternak yang terhimpun dalam Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) menjaga betul plasma nutfah. "Plasma nufah harus betul-betul dilindungi dan dijaga, jangan sampai dibeli negara lain. Keturunan jangka panjang bisa hilang. Proses jangka panjang melindungi plasma nutfah itu. Yang bisa menjaga ternak kita, domba kita, kambing kita adalah Bapak/Ibu semua," pesan Presiden.
Hasan, seorang peternak asal Sulawesi Barat mengeluhkan mahalnya memperoleh bibit unggul. "Harganya bisa menjadi enam kali lipat dari harga asalnya di Pulau Jawa karena tingginya biaya transportasi," keluh Hasan.
Presiden mengakui bahwa biaya transportasi antar pulau, antar kabupaten masih mahal. "Dibanding Singapura dan Malaysia, kita 2,5 kali lebih mahal," ujar Presiden.
Presiden memberi contoh, tidak mengherankan bila harga BBM di Papua dapat mencapai 30 ribu rupiah sampai 60 ribu rupiah per liternya karena mahalnya biaya transportasi untuk pengangkutan BBM tersebut. Itulah sebabnya, lanjut Presiden, pemerintah sangat fokus membangun infrastruktur untuk menekan biaya transportasi.

Presiden Jokowi tengah memberi makan domba dan kambingnya
yang diberi nama Bera, Beri, Nyai, Edo dan Dogar. 
Presiden Minder Lihat Domba Bibit 
Sebelum memulai temu wicara, Presiden mengatakan bahwa semula dirinya hendak membawa domba-domba yang dimilikinya untuk ditunjukkan kepada peternak.
"Saya masuk ke sini kaget sekali. Saya kan punya domba 5, belinya 3 juta sampai 5 juta rupiah per ekor. Saya pikir sudah mahal sekali. Tapi, begitu lihat domba di sini, langsung minder," ucap Presiden yang merasa beruntung tidak jadi membawa domba peliharaannya.
Saat melihat-lihat domba-domba tersebut, Presiden mengatakan dirinya dibisiki Ketua Umum HPDKI Yudi Guntara, bahwa harga satu ekor domba yang berada di Kebun Raya Bogor ini berada di kisaran 50 juta sampai 120 juta rupiah.
"Untung saya tidak jadi membawa domba-domba peliharaan saya. Minder saya," imbuhnya.
Seorang peternak menjelaskan bahwa seekor domba dapat mencapai harga puluhan bahkan ratusan juta karena mengikuti kontes. "Domba Bapak Presiden juga bisa mencapai 20 juta rupiah setelah mengikuti kontes. Untuk itu kami mohon ada kontes domba yang memperebutkan Piala Presiden," kata peternak itu.
Usulan kontes domba memperebutkan Piala Presiden tersebut langsung mendapatkan respons dari Presiden. "Saya perintahkan kepada Menteri Pertanian untuk menyiapkan tahun ini, bulan Oktober atau November. Tempat di Bogor atau Jakarta. Hadiah, piala dan sertifikat. Hadiahnya besar, 1 miliar rupiah untuk pembinaan," kata Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden pada acara tersebut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Dalam acara tersebut juga dilaksanakan kontes domba Garut memperebutkan Piala Kemerdekaan Republik Indonesia yang diikuti oleh 875 domba yang berasal dari kota dan kabupaten se-Jawa Barat dengan kategori Raja Pedaging, Raja Petet, Raja Kasep dan Ratu Bibit.
Selain kontes domba, juga digelar pementasan kambing perah dan domba catwalk. Yang menarik pada domba catwalk, dipertunjukkan pula lima domba yang dimiliki Presiden, yang memiliki nama Bera, Beri, Nyai, Edo dan Dogar. (wan)

INVESTASI ASING DI PERUNGGASAN LEGAL: MK Tolak Revisi UU Peternakan

JAKARTA – Mahkamah Konstitusi menolak mengabulkan permohonan uji materi (judicial review) sejumlah asosiasi peternakan unggas skala kecil-menengah yang meminta aturan soal investasi peternakan unggas dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) untuk direvisi.
Panitera MK Kasianur Sidauruk memberikan salinan putusan kepada kuasa hukum pemohon Rojikin usai sidang putusan uji Undang-Undang No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Kewan, Kamis (4/8) di Ruang sidang MK.
Ada dua pasal yang diajukan oleh tim pemohon yang diketuai Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) yaitu Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (2). Kedua pasal ini dinilai membuka peluang penguasaan pasar bagi investor asing bermodal besar sehingga berpotensi mematikan peternakan unggas rakyat.
Adapun, PPUI menggugat UU nomor 18 tahun 2009 karena UU tersebut dinilai untuk pertama kalinya membuka investasi perunggasan bagi asing. Saat ini, UU PKH terbaru adalah UU nomor 41/2014 yang hanya memuat aturan yang direvisi sehingga UU 18/2009 tetap digunakan dan menjadi acuan.
PPUI menilai sejak UU 18/2009 tersebut lahir, para pemodal asing di bisnis perunggasan kian menggurita. Menurut data yang dimiliki PPUI, pada 2009, jumlah peternak ayam mandiri masih 80.000 orang, namun sekarang jumlahnya tidak lebih dari 5.000 orang.
Dalam amar putusan yang dibacakan Ketua Hakim Konstitusi, Arief Hidayat, diungkapkan bahwa MK menilai fakta yang terjadi di lapangan tersebut bukan merupakan kesalahan pasal, namun hasil dari lemahnya pengawasan atau implementasi pasal atau norma.
“Pemohon menyebut kalimat dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut memberikan peluang integrasi secara vertikal. Dalam kalimat pasal tersebut, tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan sebagai integrasi vertikal,” ujar Arief.
Pasal 2 ayat (1) UU 18/2009 menyebut Peternakan dan kesehatan hewan diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia yang dilaksanakan secara tersendiri dan/atau melalui integrasi dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, atau bidang lainnya yang terkait.
PPUI beranggapan pasal tersebut membuka peluang bagi perusahaan untuk membangun peternakan unggas terintegrasi dari hulu-hilir. Akibatnya, saat ini perusahaan-perusahaan besar terindikasi melakukan praktik monopoli dan cenderung menguasai pembentukan harga atau kartel.
Sedangkan Pasal 30 ayat (2) menyebut Perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja sama dengan pihak asing sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang penanaman modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Hakim mengatakan untuk menghindari terjadi hal yang dikhawatirkan oleh para peternak, maka yang seharusnya dilakukan adalah pemerintah wajib mengawasi usaha budidaya peternakan dan melindungi para peternak.
“Kekhawatiran itu bisa terjadi karena pemerintah tidak maksimal dalam melaksanakan peran dan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam UU tersebut,” ungkap Arief. Soal investasi asing, Hakim menyebut peternak sebaiknya justru menggugat UU Penanaman Modal.
Sementara itu, Ketua Umum PPUI, Waryo Sahru menyampaikan pihaknya mengajukan revisi UU 18/2009 justru karena investasi peternakan dibuka bagi asing dengan merujuk pada UU tersebut. UU Peternakan dan Keswan sebelumnya yaitu nomor 6 tahun 1967, menutup investasi unggas bagi pemodal asing.
“UU yang dulu itu orientasinya keadilan berusaha, kecukupan protein, dan ekspor. Kalau yang sekarang, hanya ketahanan pangan. Selama 42 tahun UU 6/1967 ada, peternak bisa hidup. Sekarang jumlah peternak mandiri hanya 5% dari total peternak yang ada,” ujar Waryo pada Bisnis.
Peternak mandiri saat ini berebut pasar dengan peternak mitra perusahaan besar dan perusahaan besar itu sendiri yang juga memasok ayam potong ke pasar. Karena diproduksi jauh lebih efisien, harga ayam potong yang diproduksi perusahaan bisa ditekan.
Sementara itu, peternak mandiri harus menjual ayamnya mengikuti harga ayam yang dijual perusahaan. Hal ini berakibat peternak mandiri mengalami kerugian karena mereka harus menjual ayam potong dibawah biaya pokok produksi. (bis/wan)

Kalsel Siap Sukseskan Hari Ayam Telur Nasional

Pinsar Indonesia kalimantan Selatan dan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Kalsel, siap menyukseskan rangkaian acara Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang akan berlangsung 9 Oktober 2016 sebagai acara puncaknya. Demikian dikemukakan oleh Ketua Daerah Panitia HATN Suwondo yang juga pengurus Pinsar Kalsel, didampingi Ketua ASOHI Kalsel Agung Wahyudi kepada PinsarIndonesia.com.
Dalam kunjungannya ke Jakarta Selasa (30/8/2016) keduanya mengadakan rapat kordinasi dengan Panitia Nasional yakni Ricky Bangsaratoe, Eddy Wahyudin, Samhadi dan Bambang Suharno beserta staf. HATN didukung oleh beberapa asosiasi perunggasan setempat, Pemda Provinsi Kalsel, Dinas Peternakan, Badan Ketahanan Pangan, Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Peternakan dan lembaga terkait lainnya.
Dari kiri ke kanan: Ricky, Dibyo, Suwondo, Agung
Tahun ini Kalsel ditunjuk sebagai tuan rumah HATN mengingat kesiapan dan pengalaman organisasi daerah tersebut dalam kegiatan kampanye ayam dan telur. HATN dicanangkan oleh Menteri Pertanian Suswono tahun 2011 di Jakarta, dan selanjutnya sejak 2013 Pinsar Indonesia dan ASOHI menyelenggarakan acara HATN di daerah yaitu di Denpasar (2013), Makassar (2014), Palembang (2015).
Acara HATN antara lain meliputi talkshow edukasi ayam dan telur di radio dan TV setempat, seminar edukasi ayam dan telur, bazaar, konferensi pers, kunjungan ke pabrik pakan dan pemotongan unggas, aneka lomba, senam jantung sehat dan sebagainya. Direncanakan acara di Kalsel akan dibuka oleh Gubernur Kalsel.
Suwondo mengatakan, di tengah menurunnya konsumsi ayam dan telur di kalsel akibat lesunya ekonomi Kalimatan, peringatan HATN ini diharapkan dalam mendongkrak konsumsi ayam dan telur sebagai sumber protein yang murah dan berkualitas.
“Usaha tambang batubara sedang lesu berdampak pada lesunya ekonomi dan menyebabkan penurunan konsumsi ayam dan telur. Hal ini tidak semestinya terjadi karena faktanya konsumsi rokok tetap tinggi. Untuk itu kami ingin menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi yakni daging ayam dan telur melalui peringatan HATN,” katanya.
Peningkatan konsumsi daging ayam dan telur otomatis akan menggerakan ekonomi masyarakat yakni para peternak ayam di wilayah Kalsel sebagai sentra usaha perunggasan di Kalimantan.

CONTINUING EDUCATION PDHI CABANG JATIM VI

Foto bersama para peserta program Continuing Education PDHI Jatim 6.
Setelah melalui persiapan panjang didukung pebisnis lokal yang menjadi sponsor, dengan iuran setiap peserta akhirnya PDHI Cabang Jawa Timur VI (Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban) berhasil menyelenggarakan acara Continuing Education (Pendidikan Berkelanjutan).
Acara bertujuan membekali para dokter hewan setempat dengan hal terbaru dan terkini. Tema yang diangkat “Meningkatkan Kompetensi Dokter Hewan dalam Penanganan Kasus di lapangan”. Acara diikuti peserta sekitar sejumlah 60 orang, terselenggara di Rumah Makan Apung Rahmawati Gresik Jawa Timur pada Sabtu 23 Juni 2016.
Kasus lapangan yang dimaksud adalah “Operasi Caesar pada Sapi” dengan narasumber Drh M Saifoel NP. Lalu, “Revolusi Penangangan pada Luka Terbuka Tanpa Antibiotik” dengan narasumber Deddy F Kurniawan.
Drh Supratmi Sekretaris PDHI Cabang Jatim VI yang merupakan staf Dinas Peternakan Kabupaten lamongan berpendapat, “Saya pribadi dan sebagai pengurus salut dan angkat topi untuk tim kolega dokter hewan Kabupaten Gresik, sebagai penyelenggara CE perdana PDHI Cabang Jatim VI yang bisa menyelenggarakan acara dengan baik, lancar, sukses.”
Ketua Panitia Drh Budi Santoso yang juga staf Dinas Peternakan Kabupaten Gresik menyatakan terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya. “Pesertanya haus ilmu sehingga acara meriah,” tegasnya. Selanjutnya diagendakan workshop caesar jilid dua. Katanya, “Jadi ada prakteknya. Dan juga ada materi untuk pet-animal (hewan kesayangan).”
Dari peristiwa ini pembaca dapat melihat bahwa acara pendidikan berkelanjutan untuk dokter hewan berdasar kasus praktis di lapangan sangat dibutuhkan. Penyelenggaraannya dapat secara gotong royong antar peserta. Geliat bisnis sarana dan prasarana peternakan di tingkat lokal telah berkembang begitu baik.
Maka pada acara ini berbagai door prize diberikan oleh para perusahaan sponsor. Mereka antara lain: San PS, Maju Bersama PS, Dairy Pro, dan lain-lain. (Yonathan)

Bijak Pilih Enzim yang Tepat

Salah satu strategi untuk bisa sukses menjalankan bisnis perunggasan adalah kemampuan untuk melakukan penghematan biaya pakan.  Khususnya saat ketersediaan bahan baku pakan sedang terbatas atau sulit didapatkan. Guna menyiasati hal tersebut digunakan tambahan enzim untuk membantu optimalisasi nilai nutrisi dari bahan baku pakan yang dipilih.
Komponen pakan menghabiskan 60–70 persen dari total biaya produksi yang dikeluarkan  peternak. Tanpa adanya manajemen pakan yang baik, akan terjadi pemborosan pakan yang berimbas pada tingginya biaya produksi serta menurunnya performa unggas.
Demikian dpaparkan ahli nutrisi pakan dari Fakultas Peternakan IPB Prof Dr Ir Nachrowi, MSc belum lama ini dalam sebuah seminar di Jakarta. Lebih lanjut Prof Nachrowi menjelaskan  tentang aplikasi teknologi enzim guna memaksimalkan nilai nutrisi dan mengurangi biaya pakan.
Enzim merupakan senyawa protein dapat larut yang diproduksi oleh organisme hidup dan berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi sederhana. Enzim dapat meningkatkan nilai nutrisi (nutrient value)  pakan sehingga dapat dimanfaatkan secara lebih baik.
Prof. Nachrowi
Secara alami, kata Nachrowi, setiap jenis ternak mempunyai enzim sehingga dapat mencerna makanan yang dikonsumsi. Enzim tersebut dapat diproduksi sendiri maupun oleh mikroba yang terdapat dalam alat pencernaan ternak. Namun biji-bijian maupun serat kasar yang terdapat pada pakan seringkali sulit dicerna secara alami oleh ternak, sehingga diperlukan suplemen untuk membantu memecahnya sehingga dapat terserap lebih maksimal dalam sistem pencernaan ternak.  Pakan yang tidak tercerna dengan baik akan terbuang sia-sia.
Enzim yang penting untuk unggas adalah Non- Starch Polysaccharide (NSP) yaitu selulose (cellulose), xilanase (xylanase), glucan (glucanase) dan lain-lain. NSP dapat menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida. Manfaat NSP antara lain membantu memelihara kesehatan usus dan pencernaan unggas, meningkatkan konsistensi, meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi biayanya.
Namun demikian, peraih gelar PhD bidang Microbial Biochemistry dari Ehime University Jepang ini mengingatkan perlunya memahami struktur kimiawi dan konsentrasi enzim NSP dan untuk tujuan apa NSP akan digunakan. Memberikan multi enzim pada pakan unggas lebih baik daripada enzim tunggal karena adanya kandungan nutrisi yang berbeda-beda dari setiap jenis pakan unggas.
Hery Santoso 
Hal ini dibenarkan Hery Santoso, General Manager Alltech Biotechnology Indonesia yang mengungkapkan, “Indonesia kaya akan peluang penggunaan bahan baku baru untuk substitusi pakan dengan bantuan teknologi enzim. Sebagai contoh saat jagung sulit didapat pelaku industri umumnya beralih ke gandum atau wheat. Dengan penambahan investasi di enzim SSF nilai energi dari pakan yang didapat akan jauh lebih besar.”
Hery menambahkan, dari sekian banyak enzim pakan yang ada, ada dua jenis enzim yang banyak digunakan pabrik pakan. Yaitu enzim phytase dan enzim yang mendegradasi NSP (Non-Starch Polysaccharide). Enzim yang mendegradasi NSP ada beberapa macam, antara lain xylanase, β-glucanase, dan β-mannanase.

Tantangan Penggunaan Enzim 
Enzim mempunya sifat yang unik, akan menunjukkan aktivitasnya pada kondisi lingkungan yang cocok, baik pH maupun Suhu. Masing-masing jenis enzim mempunya kisaran pH dan suhu optimalnya. Pelet pakan ternak dibuat melalui proses pemanasan pada suhu tinggi, karena itu kestabilan enzim terhadap perlakuan panas pada industri pakan sangat diperlukan.
Prof Nachrowi menjelaskan, enzim bekerja sebagai katalisator untuk mempercepat suatu proses reaksi kimia, karena itu aktivitasnya juga akan ditentukan oleh dosis enzim itu sendiri.  Pemberian enzim exogeneous harus mempertimbangkan juga enzim endogeneous yang sudah ada pada hewan, karena itu sebelum membuat formulasi produk harus dilakukan penelitian terlebih dahulu dan dilihat performance hewannya pada berbagai tingkatan umur.
Metoda analisis yang mudah dan tepat untuk menentukan jumlah enzim yang aktif  juga merupakan suatu tantangan yang perlu mendapatkan perhatian dari para ilmuwan,  Dengan adanya metode analisis yang akurat dan cepat makan akan sangat mempermudah pembuatan formulasi produk pakan ternak.
“Walaupun telah terbukti bahwa suplemen enzim dapat meningkatkan produksi ternak, namun karena untuk mendapatkan enzim itu sendiri tidak mudah maka produk pakan ternak berenzim harganya menjadi mahal, karena itu komponen biaya lain dari produksi pakan sedapat mungkin dapat ditekan sehingga akan menurunkan harga pakan ternak berenzim. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melakukan penelitian untuk mendapatkan enzim secara mudah dan murah,” imbuh Prof Nachrowi.
“Indonesia merupakan negara yang mempunya julukan megabiodiversiti, karena itu explorasi untuk mendapatkan sumber penghasil enzim baru  sangat dimungkinkan, baik dari jamur maupun bakteri.  Saat ini belum banyak enzim termostabil yang dihasilkan dari Indonesia, padahal sumber-sumber baik bakteri maupun jamur dari lokasi kawah sangat berlimpah,” pungkas Prof Nachrowi. (wan)

Keluarga Alumni Fapet Unsoed Gelar Sarasehan Peternakan Nasional


Konsumsi pakan ternak tahun 2020 yang akan datang menurut perkiraan GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak ) bisa mencapai 26 juta ton, atau naik 62,5% dibanding konsumsi pakan tahun 2015 yang sebesar 16 juta ton.  Angka ini menunjukan prospek usaha peternakan sangat cerah dengan pertumbuhan rata-rata12,5% per tahun, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang rata-rata 5% per tahun. Namun dunia usaha peternakan masih menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya sering terjadi oversupply ayam broiler yang menyebabkan harga jatuh di tingkat peternak, ketergantungan impor bahan baku pakan, pro kontra kebijakan pengendalian supply bibit, isu kartel dan sebagainya. Sementara itu di usaha sapi potong, ketergantungan terhadap impor daging masih cukup tinggi.

Masalah-masalah di atas akan menjadi bahasan menarik dalam sarasehan peternakan nasional yang akan diselenggarakan Keluarga Alumni Fakultas Peternakan Unsoed yang akan diselenggarakan di auditorium gedung D Kementerian Pertanian  dengan topik bahasan "Situasi Peternakan Terkini, Masalah dan Solusi", pada Minggu 4 September 2016 mendatang.

Acara tersebut berbarengan dengan Temu Alumni Tahunan dengan tema Satu Keluarga. Satu Tujuan, Bersatu untuk Maju. Ketua Panitia Temu Alumni Tahunan Puji Hartono mengatakan, sarasehan nasional terselenggara atas kerja sama antara Kafapet Unsoed, Fapet Unsoed, dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Sarasehan akan menghadirkan Narasumber yaitu Plh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr Ir Riwantoro (Alumni Fapet 81), Dekan Fapet Unsoed Prof Ahmad Sodiq (Alumni Fapet Unsoed 87), Guru Besar Monash University Ausralia Prof Mulyoto Pangestu (Fapet Unsoed 82), Teguh Sudaryanto (Pengusaha Peternakan Ayam  alumni Fapet Unsoed 89), Tri Nugrahwanto  (Praktisi feedlot Sapi Potong, alumni Fapet Unsoed 83), dan Shita Annisa Doman (alumni Fapet Unsoed 88). Moderator acara ini yakni Bambang Suharno (wartawan senior Peternakan, alumni Fapet Unsoed 85). Artis Cici Tegal direncanakan akan hadir untuk meramaikan acara ini.

Diharapkan melalui sarasehan ini, alumni Fapet Unsoed dapat memberikan masukan yang konstruktif dan komprehentif mengenai situasi peternakan saat ini, baik kepada pemerintah maupun pihak terkait lainnya. Ia menambahkan, alumni Fapet Unsoed sudah berkiprah banyak di bidang peternakan dari industri hulu hingga hilir, mulai dari usaha breeding, feedmill, budidaya, feedlot, industri obat hewan, peralatan peternakan, industri pengolahan, birokrat, peneliti, tenaga pengajar, konsultan dan sebagainya. Mereka akan hadir untuk ikut mendiskusikan permasalahan riil peternakan.

Ketua Kafapet Unsoed Wilayah Jabodetabeksesuci (Jakarta Bogor Tangerang Bekasi Serang Sukabumi Cianjur) Roni Fadilah menuturkan, pengambilan tema Satu Keluarga. Satu Tujuan, Bersatu untuk Maju dilandasi fakta bahwa Fapet Unsoed telah meluluskan lebih dari 8.000 sarjana peternakan yang tersebar ke seluruh wilayah Indonesia dengan beragam profesi, namun tetap mempunyai satu tujuan,  yaitu pengabdian yang tidak henti untuk negeri tercinta Indonesia.  ”Acara Temu Alumni Tahunan Fapet Unsoed akan dihadiri oleh alumni dari berbagai daerah, seperti Jabar dan Banten, Jateng, Jatim, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,” ujarnya di Jakarta, .

Rony menambahkan, pada temu alumni tahunan ini juga akan diadakan pelantikan kepengurusan baru Kafapet wilayah Sumatera Selatan, Lampung, dan Sulawesi oleh Ketum PP Kafapet Unsoed  Bambang Riyanto Japutra. Tiga kepengurusan tersebut menyusul kepengurusan Kafapet yang sudah terbentuk sebelumnya yaitu wilayah Jabodetabeksesuci, Bandung Raya, Priangan, Pantura, Barlingmascakep (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, kebumen) Joglosemar (Jogja Solo Semarang), dan Surabaya.

Bagi alumni yang berminat hadir bisa menghubungi 0812 9333 289 (Rony), 0812 9416 2405 (Puji), 0812 1991 9286 (Yudhi).

JOKOWI: SAATNYA DOMBA DAN KAMBING MENJADI ALTERNATIF PRIORITAS SUMBER PROTEIN HEWANI

KEBUN RAYA BOGOR - Dalam rangka mendorong peningkatan peran dan kontribusi ternak domba dan kambing yang mempunyai potensi tinggi dalam hal populasi dan produktivitas, Pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan “Temu Wicara Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kontes Domba Garut-Kambing dengan Presiden Republik Indonesia” yang diinisiasi oleh peternak yang bergabung dalam Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI).
Acara ini dilangsungkan pada Sabtu, (27/8) di Kebun Raya Bogor, dan dihadiri oleh lebih kurang 1.000 orang peserta dari unsur-unsur Menteri Kabinet Kerja, Kepolisian Rl, Komisi IV DPR Rl, Gubernur Provinsi Jawa Barat, DPRD Provinsi Jawa Barat, Para Bupati/walikota se Provinsi Jawa Barat, DPRD Kota Bogor, peternak domba dan kambing, serta Pemerintah Pusat dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan seluruh Indonesia.
Kedaulatan bangsa salah satunya diukur dari kemampuannya menyediakan pangan bagi rakyatnya. Hal ini dapat diwujudkan apabila Indonesia mempunyai kedudukan yang kuat di kancah perdagangan internasional. Peran sektor pertanian (termasuk di dalamnya peternakan dan kesehatan hewan) tidak hanya sebagai penyedia pangan, namun juga berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja, dan penghasil devisa.
NAWA CITA Kabinet Kerja tentang kedaulatan pangan, produktivitas rakyat dan kemandirian ekonomi, digunakan sebagai acuan kebijakan pengembangan komoditas domba dan kambing sebagai sumber protein hewani. Ini mengingat komoditas tersebut terbukti dalam kurun waktu 2011-2015 populasinya tumbuh rata-rata 5,8% per tahun.
Pada tahun 2015, populasi ternak domba dan kambing mencapai 36 juta ekor yang menyebar di seluruh wilayah Indonesia, dan didominasi oleh Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pertumbuhan populasi ternak tersebut diprediksi akan tetap meningkat pada periode lima tahun berikutnya (2017-2021).
Berdasarkan Proyeksi FAO-OECD Agriculture Outlook Tahun 2015-2025 konsumsi daging global diperkirakan mencapai 35,3 kg per kapita/tahun, dari 1,3 kg pada tahun 2015. Walaupun daging domba dan kambing tidak termasuk dalam pangsa produk yang diperdagangkan secara global, namun untuk pemenuhan kepentingan tertentu (ritual keagamaan), komoditas ini mempunyai segmentasi pasar global yang sangat menjanjikan di wilayah Asia, Afrika, dan Pasifik.
Mempertimbangkan aspek teknis, pemenuhan lokal dan perkembangan isu perdagangan global, diprediksi pada tahun 2018 Indonesia akan mampu mengekspor domba dan kambing. Pada tahun itu, populasi domba dan kambing yang siap diekspor sebanyak 800 ribu ekor, dan diperkirakan ekspor semakin meningkat pada tahun 2021 menjadi 1,5 juta ekor.
Sementara itu, Kontes Domba diikuti oleh 759 ekor domba memperebutkan Piala Kemerdekaan untuk kategori Raja Pedaging, Ratu Bibit, Raja Kasep, Raja Petet. Peternak yang dilibatkan sebanyak 731 orang.   Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan hibah 100 ekor kambing dari Presiden kepada kelompok ternak. Kambing tersebut merupakan hasil produksi BBPTU HPT Baturraden  dengan rincian 75 ekor kambing Peranakan Etawa (PE) dan 25 Ekor kambing Saanen Penyerahan kambing hibah oleh Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui BBPTUHPT Baturraden.
Hibah kambing ini juga dalam rangka mendorong pembangunan peternakan dan kesehatan hewan khususnya dalam pengembangan ternak domba dan kambing sebagai salah satu penghasil sumber protein hewani. Sehingga total seluruhnya domba dan kambing yang ikut dalam acara ini berjumlah 953 ekor.
Pada usia 180 tahun, yang merupakan usia sangat matang sejak lahirnya Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 26 Agustus 1836, acara ini menjadi momentum kebangkitan sekaligus penyadaran kepada seluruh masyarakat peternakan Indonesia memberikan perhatian lebih serius kepada peningkatan produksi dan skala usaha komoditas domba dan kambing, sehingga mampu berperan menjadi alternatif prioritas utama sumber protein hewani. (wan)

Workshop Teknik Kepemimpinan Terbaru: “Modern Leadership with Emergenetics Model” (Bersertifikat)

Apakah Anda percaya bahwa science dapat membantu meningkatkan efektifitas kepemimpinan Anda? Apakah Anda menyadari bahwa tantangan kepemimpinan saat ini dan di masa mendatang adalah Flexibility dan Adaptability dalam mengelola tim Anda ? Adaptability dan Flexibility ini diperlukan bukan hanya karena berkembangnya tuntutan kepuasan tim Anda tetapi juga faktor eksternal yang tidak beraturan, chaos, uncertain, dan berubah-ubah dengan cepat.

Model Emergenetics adalah hasil dari riset neuroscience terkini dan mampu membantu meningkatkan adaptability dan flexibility Anda sebagai pimpinan. Saat American Airlines dan US Airways merger di tahun 2015 senilai $ 11 Milyar, mereka menggunakan emergenetics untuk membantu penyatuan dua kultur kepemimpinan yang berbeda. 

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer