Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PETERNAK PESERTA BEASISWA FONTERRA SUKSES TINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU

Tahun ini pemerintah kembali memberikan kesempatan kepada peternak sapi perah Indonesia untuk mengikuti program beasiswa Fonterra Dairy Scholarship. Program ini merupakan pelatihan kegiatan budidaya langsung di negara penghasil susu sapi dunia, Selandia Baru.  

Foto alumnus Program Dairy Scholarship bersama Dirjen PKH Muladno 
dan Pimpinan Fonterra Brands Indonesia.

Memasuki tahun keempat, program beasiswa ini merupakan hasil kerjasama antara Fonterra Brands Indonesia, perusahaan berbasis koperasi yang dimiliki para peternak Selandia Baru dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH). Program Fonterra Dairy Scholarship terbuka bagi peserta yang tidak hanya terbatas peternak namun juga bagi para petugas lapang di bidang sapi perah baik pemerintah maupun swadaya.
Presiden Direktur Fonterra Brands Indonesia, Achyut Kasireddy, mengatakan bahwa sejak didirikan pada tahun 2013, program beasiswa ini telah melatih 30 peternak sapi perah dan enam petugas lapangan serta 12 peserta lainnya juga telah dipastikan untuk bergabung dalam program beasiswa di tahun 2016 ini.
Berdasarkan evaluasi dan respon yang diberikan oleh peserta yang mengikuti pelatihan di tahun 2013 hingga 2015, diketahui bahwa pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama pelatihan dapat berdampak pada peningkatan produksi susu, pengurangan biaya produksi dan peningkatan pendapatan. 
Hal ini dibuktikan Infovet saat melakukan kunjungan langsung ke dua lokasi peternakan sapi perah di Lembang milik peternak Adieb Iryanto dan Deni Mahakara yang telah berpartisipasi dalam program Fonterra Dairy Scholarship 2015. Terbukti mereka telah berhasil memproduksi lebih banyak dan lebih berkualitas sebagai hasil dari peningkatanpengetahuan tentang kebersihan susu, manajemen ternak dan pengelolaan peternakan yang mereka pelajari semasa pelatihan. 

Deni Mahakara, peternak sapi perah Lembang

Tak sampai disitu, hal serupa juga disampaikan oleh hampir seluruh peternak yang hadir pada acara Reuni Alumni program Fonterra Dairy Scholarship di Lembang, Jawa Barat pada Selasa, 12 Januari 2016. Acara ini secara khusus dihadiri oleh Dr Trevor Matheson Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Prof Dr Ir Muladno MSA Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Rl, Ir Ali Rachman MSi Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ir Dody Firman Nugraha Kadisnak Jawa Barat.
Hampir 90 persen dari peserta peternak tahun 2015 telah meningkatkan kualitas susu setelah mengikuti program pada bulan September 2015 dan hampir sebagiannya telah memproduksi susu lebih banyak lagi, meskipun keadaan cuaca saat itu sangat kering dan dapat memberikan dampak terhadap produksi susu. Perubahan ini telah meningkatkan keuntungan peternakan dan semua peserta pun aktif berbagi keahlian baru yang diperolehnya kepada masyarakat yang berada di komunitasnya. 
"Acara reuni ini menghadirkan seluruh peserta program dari 3 tahun terakhir untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pelajari dan perkembangan apa saja yang telah mereka lakukan sejak mereka memulai pelatihan. Banyak peternak yang menyampaikan bahwa mereka telah mempelajari keahlian baru dalam hal pememberian pakan, melakukan catatan perkembangan, pengelolaan peternakan, serta bidang lainnya yang telah membantu mereka untuk memproduksi lebih banyak susu, mengurangi biaya operasional serta meningkatkan keuntungan dari bisnis peternakannya," ujar Achyut.
Prof. Muladno mengatakan, "Kami senang program Fonterra Dairy Scholarship telah berjalan dengan baik selama tiga tahun terakhir, program ini membantu pemerintah untuk mengembangkan kapabilitas dan pertumbuhan industri susu lokal di Indonesia."
"Manfaat dari pelatihan dan pendidikan yang diperoleh peserta program pun sangat luar biasa. Para peternak dan petugas lapangan yang berpartisipasi, secara aktif telah berbagi pengetahuannya kepada masyarakat di komunitasnya. Ini berarti bahwa manfaat pelatihan juga dapat diperoleh orang lain, tidak hanya untuk peserta yang mengikuti program saja, sehingga membantu meningkatkan produktifitas, profitabilitas dan skala kepemilikan yang berujung pada peningkatan produksi susu segar dalam negeri," sebutnya.
"Kami akan terus mendukung pengembangan program ini agar dapat berjalan secara berkesinambungan, sehingga dapat membantu mendorong konsumsi susu dalam negeri yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia," tambahnya.

Adieb Iryanto, peternak sapi perah Lembang

Peserta beasiswa tahun lalu Adieb Iryanto mengatakan ia telah memperkenalkan beberapa teknik peternakan baru sebagai hasil yang didapatkan dari program Fonterra Dairy Scholarship.
"Kini saya mulai menyimpan catatan dari sapi ternak dan juga keuangan saya agar dapat lebih mudah dalam memantau kinerja dan kesehatan dari setiap sapi serta keuntungan yang diperoleh secara menyeluruh dan juga biaya operasional perternakan saya. Hal ini membuat saya lebih memperhatikan bisnis peternakan dan mengetahui perubahan yang diperlukan untuk menjadi lebih efisien dan produktif," ungkapnya.
"Saya juga telah menerapkan teknik baru dalam hal pemberian pakan, pemeliharaan kualitas dan perawatan sapi. Saya telah menanam tanaman pakan yang baru dan meningkatkan jumlah protein dalam pakan sapi untuk memberikan nutrisi yang lebih baik. Saya juga mulai menggunakan air panas untuk membersihkan sapi dan mulai fokus dalam menjaga kehigienisan sapi sebelum susunya diperah dan melakukan penyemprotan disinfektan setelah pemerahan. Hal ini telah membantu saya untuk meningkatkan kesehatan sapi berikut kualitas susunya," jelasnya.
Peserta beasiswa tahun 2015 yang juga petugas lapangan, Aril Tri Setyo Perdata, mengatakan bahwa program Fonterra Dairy Scholarship telah mengajarkannya keahlian baru. 
"Saya mempelajari beberapa keahlian praktis yang baru melalui program ini, yang membantu meningkatkan kepercayaan diri saya. Saya juga memberikan sesi pelatihan kepada peternak lainnya di komunitas lokal saya, Nongkojajar-Pasuruan Jawa Timur, hal ini saya lakukan agar mereka juga dapat memperoleh pengetahuan baru," pungkasnya. (wan)

Kualitas dan Keamanan, Kunci Kemajuan Industri Pakan




Bisnis peternakan dari waktu ke waktu terus tumbuh seiring dengan perkembangan jaman. Beberapa pemicu perubahan bisnis peternakan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain peningkatan jumlah penduduk dunia, terjadinya perubahan iklim,  terjadinya peningkatan permintaan pangan, utamanya pangan asal hewani seperti daging, telur dan susu. Faktor pemicu lainnya yakni adanya persaingan bisnis global, persaingan sumberdaya pangan, pakan, dan energi, tuntutan adanya keamanan pangan dan industri yang ramah lingkungan, serta terbitnya berbagai aturan dan kebijakan pemerintah baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Terjadinya perubahan industri peternakan tersebut menjadikan industri pakan harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini. Ahli Nutrisi dan Pakan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dewi Apri Astuti dalam sebuah pelatihan tentang kompetensi keahlian pakan di Bogor pada pertengahan Desember 2015 lalu mengatakan, beberapa tantangan industri pakan saat ini yakni peningkatan produksi pakan di bawah tekanan biaya bahan pakan yang tinggi, keamanan pakan dan pangan asal ternak, kompetisi pangan, pakan dan energi, keterbatasan sumberdaya pakan dan air, harga dan kualitas pakan yang kompetitif, dan terjadinya perubahan suhu dan kelembaban, tuntutan adanya kesejahteraan ternak (animal welfare), serta tuntutan peternakan yang ramah lingkungan, yang tidak menimbulkan banyak polusi.
Dari sisi pelaku industri, tantangan industri pakan saat ini yakni kebijakan dan program pemerintah dalam penerapan peraturan mutu pakan, penerapan cara pembuatan pakan yang baik (GMP) dan HACCP/ISO, pendaftaran dan labelisasi pakan, serta melakukan pengawasan mutu pakan (Desianto, 2015). Dalam hal ini, faktor kualitas dan keamanan pakan menjadi faktor yang sangat penting untuk membangun keunggulan daya saing dalam meningkatkan keuntungan sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan dari perusahaan yang bersangkutan. Bagi produsen pakan ternak, tantangan utamanya adalah seberapa jauh dapat menjaga kualitas dan keamanan pakan yang diproduksi, serta bagaimana aplikasi sistem kontrol kualitas yang baik.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, maka industri pakan harus berani melakukan langkah-langkah strategis (Anuraga, 2015) seperti re-formulasi pakan, memproduksi pakan yang aman, memproduksi pakan yang dapat menjamin kesehatan saluran pencernaan, memproduksi pakan yang ramah lingkungan, memproduksi pakan yang dapat menanggulangi stres pada ternak, memproduksi pakan yang dapat memperkaya produk ternak melalui manipulasi pakan. Beberapa langkah tersebut harus didukung oleh uji kualitas bahan pakan. Makin cepat dan akurat pengujian bahan baku pakan, makin terjaga pula kualitas pakan yang dihasilkan.



Evaluasi dan analisis bahan baku pakan
Banyak sekali bahan baku pakan yang berasal dari hasil samping suatu produk industri, seperti industri minyak sawit, industri minyak kedelai, tahu, tempe, penggilingan padi, industri roti, dan lain-lain. Padahal, seringkali kualitas bahan baku pakan tersebut berada di bawah standar kualitas yang ditentukan. Hal ini memberi dampak pada upaya pabrik pakan untuk harus terus mencari bahan baku pakan yang terbaik. Terlebih bahan baku pakan menyumbang 70-90% dari total biaya produksi pakan, bahkan sangat berpengaruh terhadap variasi nutrisi pakan yang berkisar antara 40-70%.
Untuk menghasilkan daging, susu dan telur dengan kualitas prima, maka pakan yang diberikan pun haruslah dengan kualitas prima pula. Dengan demikian, sangat diperlukan bahan baku berkualitas baik untuk menghasilkan pakan berkualitas baik. Dalam hal ini, kontrol kualitras (Quality Control/QC) mutlak diperlukan. Untuk mengetahui kualitas bahan baku pakan, maka perlu dilakukan evaluasi
dan analisis kualitas pakan.



Menurut ahli nutrisi pakan dari IPB, Dr. M Ridla, pakan yang baik mengacu pada nilai biologis pakan untuk dapat menghasilkan tingkat produktifitas ternak yang diinginkan. Evaluasi kualitas pakan yang baik meliputi karakteristik sensori dan fisik, komposisi nutrien dengan melakukan uji kimia, serta melakukan uji biologis untuk melihat manfaat pakan di dalam tubuh ternak.
Karakteristik sensori dan fisik suatu bahan baku pakan meliputi warna, aroma, tekstur, temperatur, kemurnian bahan, dan bulk density. Evaluasi ini memerlukan bahan standar sebagai pembanding, jika terjadi penyimpangan dari bahan standar yang telah ditetapkan, maka telah terjadi penurunan kualitas secara signifikan.
Adapun evaluasi mengenai komposisi nutrien bahan baku pakan, dapat dilakukan dengan metode konvensional, yakni dengan analisis proksimat, analisis serat van soest, atau dengan menggunakan metode cepat, yakni dengan metode  Near Infrared Reflectance Spectrophotometry (NIRS).
Indikator utama kualitas bahan baku pakan yakni dari kandungan protein kasar dan serat kasar. Kandungan protein dapat dideteksi dari komposisi asam aminonya, yang dapat dideteksi dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
Penentuan mutu suatu bahan baku pakan secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk menjamin kualitas bahan pakan untuk dapat diproses lebih lanjut menjadi pakan yang berkualitas baik. Uji kimia terhadap bahan baku pakan akan menghasilkan data yang akurat, namun membutuhkan waktu dan biaya lebih tinggi. Sedangkan uji fisik bersifat cepat (rapid test) serta biayanya murah, namun belum ada standar baku serta tingkat keakuratannya rendah.


Andang S Indartono | twitter: @andangindartono | email: andang@ainionline.org

Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

UPGRADE MANAJEMEN BREEDER DAN HATCHERY MELALUI PAS REFORM ACADEMY

Bertempat di Hotel Novotel Bogor, Pas Reform Hatchery Technologies bersama dengan tim proyek FoodTechIndonesia (ISA/Hendrix Genetics, Van Eck Industrial Hygiene, Larive dan ISA) mengembangkan program pelatihan manajemen breeder dan hatchery selama 4 hari yang praktis, interaktif, dengan aplikasi langsung di lapangan. Pelatihan ini diikuti oleh para Manajer Hatchery dan Manager Breeding dari semua perusahaan Breeding dan Hatchery di Indonesia, dan perwakilan dari Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPUI).

Foto bersama para trainer dengan perwakilan tim proyek Food Tech Indonesia.

Latar belakang pelatihan yang diselenggarakan 30 November – 3 Desember 2015 ini adalah pentingnya seseorang untuk sukses dalam menjalankan bisnis hatchery merupakan hal yang mutlak. Dalam rangka mencapai hasil produksi optimal, diperlukan pengetahuan, keterampilan, serta sikap positif terhadap manajemen breeder dan hatchery sebagai alat fundamental. Oleh karena itu para peserta tidak hanya belajar dari para trainer yang terlibat dalam FoodTechIndonesia, tetapi juga berkesempatan berbagi pengalaman dan wawasan dengan para profesional pelaku bisnis hatchery. Demikian disampaikan Bas Kanters, Sales Director Asia Pas Reform Hatchery Technologies dalam sambutanya.     
Ia melanjutkan, tujuan pelatihan ini diharapkan peserta mampu mengevaluasi performa hatchery dan menganalisa apakah performa tersebut berada di bawah standar (daya tetas pola mortalitas embrio, dan kualitas anak ayam). Selain itu para peserta diharapkan mengenali titik lemah pada prosedur handling dan inkubasi telur di hatchery masing-masing menggunakan peralatan yang tersedia. Ditambah peserta juga diharapkan mampu membuat formula modifikasi untuk proses inkubasi dan handling sehingga meningkatkan performa hatchery.
Secara khusus para trainer yang didatangkan adalah ahli dalam bidangnya seperti misalnya Senior Poultry Specialist Pas Reform Academy Gerd de Lange, Embryologist dan Director R&D Pas Reform Academy Dr. Marleen Boerjan, serta Sales Manager ISA Mr. Willie Blokvoort. Berbagai topik seputar optimalisasi dan pengembangan strategi untuk meningkatkan hasil produksi DOC dari hatchery dan breeding yang berkualitas dan seragam.
Sebelum pelatihan dimulai acara diawali dengan perkenalan apa itu Pas Reform. Pas Reform dikenal sebagai leader suplier teknologi inkubasi single-stage yang inovatif dan berdiri sejak tahun 1919. Produk-produknya telah digunakan di lebih 100 negara di dunia. Selain mesin inkubator dan hatchery, Pas Reform juga menyuplai berbagai produk untuk Hatchery Climate Control dan Hatchery Automation. Produk inkubator terbaru Pas Reform adalah SmartSetProTM dengan/tanpa koridor dan SmartHatchProTM dengan VortexTM ventilator with 5 blades.
Pas Reform meraih posisi sebagai salah satu pabrikan mesin hatchery terkemuka di dunia melalui riset berpuluh-puluh tahun dibidang biologi, aspek fisiologi perkembangan embrio, ditambah dengan pemahaman menyeluruh terhadap semua aspek dari rantai produksi unggas dan didekasikan untuk fokus ke masa depan.
Untuk Supporting after sales Service di Indonesia seperti Ketersediaan spare part, Instalasi dan trouble shooting mesin Pas Reform dan juga konsultasi mengenai Ventilation dan Automation Hatchery, Pas Reform bekerja sama dengan PT. Berdikari Sarana Jaya yang berlokasi di Kawasan Pegudangan Bizhub Blok GG no 17 – Jalan Serpong Raya – Bogor, dengan Contact Person Deddy Kurnia SPt MM, selaku Presiden Direktur.
Secara rutin Pas Reform melakukan edukasi dalam bentuk pelatihan yang diikuti oleh para manajer breeding dan hatchery melalui Pas Reform Academy. Pelatihan yang melibatkan para teknisi dan mekanik spesialis kelas dunia ini sudah menjadi agenda global perusahaan.
“Pas Reform Academy memandang hatchery sebagai bagian eksplisit dari rantai produksi unggas yang melibatkan peternakan breeding, hatchery, peternakan komersial hingga Rumah Potong Unggas. Oleh karenanya kami tidak hanya fokus pada hatchery itu sendiri,” ujar Gerd de Lange.
Beberapa topik yang kami berikan sangat dibutuhkan bagi penyelenggara usaha hatchery dan perusahaan pembibitan guna menghasilkan produk DOC yang baik dan seragam. Diantaranya adalah Kualitas dan penyimpanan telur, Manajemen peternakan breeder, Higiene telur tetas, Embriologi, Inkubasi optimum, ventilasi dan sumber energi hatchery, aspek praktis dalam inkubasi, manajemen from hatching to housing, hingga analisa data dan penyelesaian masalah. 
Menurut Gerd de Lange tujuan produk hatchery yang berkualitas adalah telur yang memiliki daya tetas tinggi tentunya akan menghasilkan kualitas DOC yang baik dan kepuasan pelanggan. Untuk mencapai hal tersebut sedikitnya dibutuhkan 4P. Yaitu People atau sumber daya manusia yang memiliki motivasi tinggi dan profesional. Product yaitu perlengkapan, telur tetas, mesin dan bahan kimia lainnya. Procedure yaitu pengaturan atau panduan dalam higiene dan yang terakhir adalah Planning atau perencanaan. 
Sementara itu untuk memproduksi anak ayam yang seragam dan memiliki vitalitas tinggi diperlukan kondisi inkubasi yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan embrio. Kondisi inkubasi optimum bervariasi antara jenis telur dan galur ayam. Untuk menyesuaikan kondisi inkubasi ke berbagai jenis telur manajer hatchery perlu memiliki pengetahuan lebih tentang interaksi antara iklim inkubator dan kualitas ayam.
Selain itu, manajer hatchery juga harus menyediakan inkubator satu tahap yang dapat merespon secara akurat dan homogen untuk setiap poin setting yang dibuat. Pada pembibitan komersial, manajer menyesuaikan setting poin inkubasi berdasarkan pengalaman.
Untuk melakukan ini manajer hatchery harus memperhitungkan akun, gallur, usia indukan dan lamanya waktu penyimpanan telur. Ketika daya tetas, vitalitas anak ayam dan keseragaman berada di bawah standard referensi hatchery maka dibutuhkan penyesuaian inkubasi dengan program trial and error. Dengan peningkatan penerapan inkubasi satu tahap kebutuhan untuk metode yang lebih obyektif dalam mengukur kualitas ayam terus berkembang. Sebagai tambahan, desain inkubator satu tahap perlu perhatian khusus untuk proses inkubasi yang optimal.
Pada kesempatan ini Gerd de Lange juga memperkenalkan Pasgar© Score yang dikembangkan Pas Reform yaitu metode obyektif untuk mengukur kualitas anak ayam. Pasgar© Score didasarkan kriteria morfologi (Tabel). Metode ini telah digunakan oleh sebagian besar manajer hatchery ketika menilai anak ayam dan didasarkan pada kewaspadaan anak ayam (refleks) untuk mengukur aktivitas, penampilan pusar, kaki, paruh dan ukuran kuning telur/rongga perut.
Kualitas ayam tertinggi memiliki skor 10 dan satu titik dikurangi untuk setiap kelainan yang tercatat dari kelima kriteria tersebut. Untuk mendapatkan nilai representatif dari DOC yang berkualitas diperlukan sampel sedikitnya 30 ekor dari setiap flok. Nilai Pasgar© Score didapatkan dari hasil rataan jumlah skor sampel tersebut.

Tabel. Contoh Penghitungan Pasgar© Score
DOC
Refleks
Tali Pusar
Kaki
Paruh
Perut
Pasgar© Score
1
0
1
0
0
1
8
2
0
0
0
0
0
10
3
0
1
1
1
0
7
4
0
0
0
0
0
10
5
0
1
0
0
0
9
6
0
1
0
0
0
9
7
1
0
0
0
1
8
Total
1
4
1
1
2
61
Rataan Pasgar© Score = 61/7 = 8,7
Masalah tali pusar pada 4 dari 7 DOC = 57%

Melalui Pasgar© Score manajer hatchery dapat mengambil tindakan apa saja yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas DOC yang dihasilkan. Hal ini bisa dilakukan apabila manajer hatchery bisa duduk bersama dan mengkonsultasikan masalah yang terjadi dengan manajer pembibitan/breeding untuk mencari solusi terbaik.
Gerd De Lange menekankan bahwa kualitas telur tetas yang baik (seragam) dihasilkan dari induk ayam yang seragam pula. Keseragaman telur sangat ditentukan oleh ras ayam, pakan, penyakit, perkandangan, lingkungan dan manajemen. Telur tetas yang baik harus memiliki bobot, ukuran, bentuk dan warna yang seragam. Selain itu juga memiliki kualitas cangkang yang baik, fertilitas dan vitalitas embrio yang baik, higiene telur yang baik dan tidak disimpan terlalu lama.
Ia juga menambahkan bobot DOC ditentukan oleh bobot telur, bobot induk menentukan bobot telur. Agar keseragaman DOC tercapai diperlukan induk ayam yang juga seragam baik dari ukuran dan bobot badannya.

Pelatihan Pas Reform Academy juga dilengkapi praktik dan diskusi kelompok. 

Kualitas, Handling dan Penyimpanan Telur
Di sesi berikutnya Dr Marleen Boerjan menjelaskan soal kualitas, handling dan penyimpanan telur. Menurutnya telur tetas yang berkualitas harus dinilai dari beberapa aspek. Contoh aspek eksternal adalah cangkang harus utuh halus dan bersih, bobot telur harus seragam tidak terlalu besar atau terlalu kecil, bentul oval dengan ujung lancip. Sementara contoh aspek internal adalah telur harus fertil, embrio pada tahap perkembangan optimal, segar dan tersimpan baik. Aspek lainnya adalah nutrisi, bebas dari penyakit, dan maternal antibodi.
Beberapa jam pertama setelah dikeluarkan (oviposisi) disebut sebagai periode adaptasi. Pendinginan suhu telur dari suhu tubuh induk (41 oC) menjadi suhu ruang (22-25 oC). Periode pendinginan ni sangat penting bagi kualitas telur. Pendinginan tergantung pada manajemen handling telur di peternakan. Untuk daya tetas optimum telur tidak boleh diinkubasi segera setelah dikeluarkan oleh induk.
Marleen menegaskan setelah telur melalui proses pendinginan 5-6 jam segera lakukan pengumpulan dan pencatatan data kualitas telur. Kemudian gunakan open tray yang berkualitas tinggi, serta hindari cara handling yang kasar. Lamanya waktu penyimpanan telur harus disesuaikan dengan temperatur dan kelembaban yang dibutuhkan. Sebagai contoh penyimpanan selama 7 hari akan menurunkan daya tetas hingga 0,5%. Ia juga menyimpulkan penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas telur, daya tetas, dan kualitas DOC sehingga dibutuhkan perencanaan hatchery yang baik.

Pelatihan Padat Penuh Manfaat
Secara umum pelatihan berjalan sukses dan penuh dinamis meskipun pelatihan menggunakan dua bahasa dengan penerjemah. Banyak peserta yang bertanya dan berkonsultasi dari setiap topik yang diberikan. Selain mendengarkan presentasi pelatihan juga dilengkapi diskusi kelompok dan praktik/demo.
Seluruh peserta pelatihan mengaku sangat berterima kasih dan bisa mengambil banyak manfaat dari pelatihan Pas Reform Academy ini. Merekapun berharap program ini bisa menjadi agenda tahunan sehingga bisa terus mengikuti perkembangan teknologi hatchery dunia. Acara ditutup dengan pembagian sertifikat yang diserahkan langsung oleh Sales Manager Pas Reform, Bas Kanters. (adv/wan) 

Livestock Export Program Expo 2016 Siap Digelar

Menindaklanjuti suksesnya penyelenggaraan Livestock Export Program (LEP) EXPO 2015 yang digelar pada 9 April 2015 di Tangerang, Indonesia, MLA / LEP Meat and Livestock Australia dengan bangga mempersembahkan The 2nd LEP EXPO yang akan diselenggarakan pada tanggal 6-7 April 2016 di Tangerang, Indonesia.

Suasana pameran Livestock Export Program Expo 2015.

Tujuan dari acara ini adalah untuk memungkinkan industri ternak di Indonesia mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari produk dan layanan yang tersedia bagi mereka sehingga memungkinkan untuk pilihan yang lebih tepat untuk meningkatkan kesejahteraan hewan dan efisiensi rantai pasokan dalam sistem produksi masing-masing.
LEP EXPO 2015 menyatukan sedikitnya 20 perusahaan dan telah menarik sekitar 400 pengunjung hanya dalam satu hari pameran. Ada banyak umpan balik positif pada kisah sukses dari perusahaan yang telah bergabung di LEP EXPO pertama kami.
LEP EXPO 2016 akan diikuti oleh sekitar 50 perusahaan untuk memamerkan produk mereka dan informasi pada peralatan ternak, peralatan rumah potong hewan, produk kesehatan hewan, produk pakan ternak, software penggemukan dan konstruksi, traceability ternak dan sistem informasi, asosiasi pembibit, dan perusahaan-perusahaan  yang terlibat dalam industri peternakan secara umum.
Berbeda dengan apa yang kita miliki di LEP EXPO 2015, Expo 2016 ini akan diadakan selama 2 hari disertai dengan banyak seminar dan presentasi produk yang menarik.
Lokasi pameran bertempat di Atria Hotel Gading Serpong. Tempat ini menawarkan akses mudah ke berbagai pusat perbelanjaan, hotel dan jalan tol maka kita berharap untuk menarik banyak pengunjung pameran kami.

Berminat untuk bergabung dalam LEP EXPO 2016 pendaftaran ditunggu selambat-lambatnya tanggal 15 Januari 2016. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai biaya dan hal-hal lain silahkan hubungi Helen Fadma di hfadma@mla.com.au atau +62 811 97 83224. (wan) 

Teknologi Perbaikan Genetik Sapi Lokal Indonesia



Bogor - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, bersama Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi, Muhamad Nasir melakukan kunjungan kerja untuk menyaksikan hasil teknologi perbaikan genetik sapi lokal Indonesia, di PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR) yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/1).
Hadir dalam kunjungan tersebut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anggota Komisi VII dan X DPR RI, Kepala LIPI, Wakil Bupati Kabupaten Kupang-NTT, dan Wakil Bupati Kabupaten Ende-NTT.
Riset yang dilakukan selama 7 tahun secara terus menerus ini dikembangkan Kementerian Riset bekerja sama dengan PT KAR, LIPI dan Kementerian Pertanian. Hasil yang diperoleh pemulihan genetik sapi Indonesia kembali ke genetik unggul, perbaikan genetik untuk mendapatkan bibit sapi lokal unggul.
Mentan mengapresiasi langkah pengembangan rekayasa genetik sapi lokal yang dapat menghasilkan bobot 700 sampai 800 kg per ekor. Bobot sapi lokal tersebut sama dengan sapi Limosin dan Brahman. "Artinya dengan berat sapi lokal ini, kita bisa wujudkan swasembada daging," ungkap Mentan.
Mentan menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah menyiapkan daerah sentral untuk pengembangan sapi lokal yaitu provinsi NTB, NTT, Jatim, Sulsel, dan Lampung. Hal tersebut sejalan sesuai dengan arahan Presiden bahwa di tahun 2016 pemerintah akan mengalokasi anggaran untuk sektor peternakan sebesar Rp 2,8 triliun untuk mendukung terwujudnya swasembada daging.
Dalam kesempatan tersebut Mentan juga menjelaskan Kementerian Pertanian akan menyediakan indukan sapi dalam waktu dekat sebesar 100 ribu ekor sehingga dapat menghasilkan anak sapi dalam jumlah besar. "Dengan demikian, kebutuhan daging dalam negeri dapat dipenuhi sendiri dan swasembada daging akan terwujud", papar Mentan. (wan)

KM Camara Nusantara I Tiba di Jakarta

Desas-desus berlayarnya kapal ternak KM Camara Nusantara I akhirnya terjawab. Kapal perdana buatan Indonesia itu bersandar di Dermaga 107, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Jumat, 11 Desember 2015.

Sapi-sapi yang diangkut oleh kapal ternak KM Camara Nusantara I dari Kupang, NTT

Setelah mengarungi lautan dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama kurang lebih lima hari, kapal yang mengangkut 353 ekor ternak sapi ini langsung disambut oleh orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang ikut memantau kapal ternak, pihaknya menyambut gembira atas kedatangan kapal tersebut. Ia menilai, dengan adanya kapal ternak yang mengangkut sapi dari sentranya langsung, dapat menurunkan harga daging sapi yang tahun kemarin sempat melonjak tinggi. “Jadi target kita adalah menurunkan harga di konsumen kemudian mengangkat pendapatan petani,” ujar Mentan Amran saat menggelar konferensi pers disalah satu cafe di Ancol, Jakarta Utara.
Selain itu, lanjut Amran, kapal ternak ini sekaligus memotong supply chain distribusi sapi yang sebelumnya memakan biaya tinggi dan waktu yang lama. “Dahulu perjalanan dua bulan sekarang menjadi satu minggu saja, kemudian dulu persoalannya banyak biaya lain-lain di perjalanan sebanyak 13 pos itu dan satu titik sampai Rp 50.000-100.000 per ekor. Dulu juga biaya angkut mencapai Rp 1,8 juta per ekor, sekarang setelah pakai kapal ternak ini yang merupakan implementasi dari tol laut menjadi Rp 320.000 per ekor. Kita bisa turunkan 85% biaya angkut dan pos-pos tadi juga sudah tidak ada lagi,” terangnya.
Ia juga menambahkan, singkatnya perjalanan kapal ternak dari sentra menuju daerah tujuan tidak menguras banyak bobot sapi. “Dulu itu (pengiriman ternak) bukan penggemukan malah pengurusan, karena turun bobot kan sampai 20%, sekarang ini kami yakin turun hanya 3-5%,” katanya.
Perihal karantina sapi, ia juga mengungkapkan telah menerbitkan Permentan baru No 12 untuk mempercepat karantina sapi dari yang sebelumnya 3-4 hari, menjadi 0,8 hari. “Kalau mungkin ada yang bisa lebih cepat lagi 10 menit sampai satu jam karantina, akan saya keluarkan permentan lagi,” tukasnya.
Senada dengan Mentan Amran, Presiden Jokowi yang menyambut kedatangan KM Camara Nusantara I mengatakan, kapal pengangkut ternak ini bisa mengefisienkan harga daging karena mampu menekan biaya transportasi. “Di sana harganya Rp 30.000 per kg (bobot hidup), karena ada efisiensi di ongkos transportasi yang dulunya kurang lebih Rp 1,5-1,8 juta, sekarang jadi Rp 320.000. Ini yang sering kita bilang tol laut ya seperti ini,” kata Jokowi ketika meninjau kapal pengangkut ternak.
Menurut perhitungannya, setelah sapi tiba di Jakarta dan disembelih, maka harga akan jatuh per kg kira-kira Rp 35.000-37.000. “Kalau sudah disembelih, nanti jadi daging, biasanya itu rendemen ya. Itu kali dua. Nah rata-ratanya berarti kurang lebih antara Rp 72.000-76.000,” jelasnya.
Kendati demikian, kata dia, harga daging akan tetap berbeda-beda. “Tapi itu harga rata-rata. Yang namanya daging itu ada yang khas. Itu jatuhnya bisa antara Rp 85.000-90.000. Tapi yang rata-rata itu tadi harganya yang tadi saya bilang. Kemudian ada harga yang di tempat-tempat lain kurang lebih Rp 40.000 jatuhnya,” terang Jokowi.
Sementara itu, disampaikan oleh Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang turut mendampingi Jokowi, pengiriman sapi perdana dari NTT ini untuk Bulog dan akan didistribusikan ke Jakarta. “Kedatangan pertama ini buat Bulog, Bulog buat Jakarta. Nanti berikutnya gantian,” ujar Ahok di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sebagai informasi, pengiriman sapi dari NTT ke Jakarta, merupakan lanjutan dari kerjasama pengadaan sapi yang beberapa waktu lalu diteken oleh enam gubernur termasuk NTT dan Jakarta di Kementerian Pertanian. Kerjasama tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga daging sapi di Jakarta.
Turut hadir dalam kedatangan kapal pengangkut ternak, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (rbs)

Nutreco Akuisisi Micronutrients



[INDIANAPOLIS, AMERIKA SERIKAT, 2015] Nutreco telah menandatangani perjanjian dengan The Heritage Group, pemilik Micronutrients, untuk mengakuisisi perusahaan ini yang merupakan pemimpin global suplemen mineral berbasis hidroksi. Akuisisi ini menjadikan Trouw Nutrition, unit bisnis nutrisi hewan milik Nutreco, memperkuat portofolio imbuhan pakan Selko. Proses perpindahan kepemilikan ini, berdasarkan pada regulasi yang ada, diharapkan akan selesai pada kuartal pertama tahun depan.
Knut Nesse, CEO Nutreco menyatakan bahwa, "Strategi kami adalah dapat menjangkau tren global dalam rantai nilai protein hewani yaitu dengan menyediakan solusi nutrisi inovatif dan berkelanjutan bagi pelanggan kami dengan menggunakan teknologi tinggi serta pengetahuan aplikatif. Portofolio produk micronutrients sesuai dengan strategi ini. Dikombinasikan dengan berbagai produk yang telah kami miliki dan kemampuan Research and Development (R&D), akuisisi Micronutrients membuat unit bisnis nutrisi hewan kami yaitu Trouw Nutrition menjadi pemimpin untuk segmen imbuhan pakan. Selain itu, produk Micronutrients akan memberikan nilai tambah bagi produk premix yang kami tawarkan."
Pat James, CEO Micronutrients menambahkan, "Di Nutreco kami telah menemukan pengelolan yang baik untuk bisnis kami, yang telah tumbuh dengan cepat di AS dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai perusahaan global yang memiliki sumber daya dan jaringan untuk mempercepat pertumbuhan Micronutrients melalui ekspansi geografis, kami juga menargetkan penambahan spesies hewan. Dalam jangka panjang, kekuatan R & D dari Nutreco akan menjadikan teknologi Micronutrients semakin berkembang."
Micronutrients merupakan pemimpin pasar untuk suplemen mineral hidroksi, yang dipasarkan dibawah lisensi merek dunia IntelliBond®. Suplemen mineral hidroksi terspesialisasi pada suplemen mineral karena struktur kimianya yang unik mampu meningkatkan stabilitas premix dan pakan serta bioavailabilitas bagi hewan jika dibandingkan dengan mineral anorganik. Bioavailabilitas yang lebih tinggi dalam kondisi tertentu mengarah pada peningkatan kinerja hewan serta manfaat terhadap lingkungan. Perusahaan ini terkenal dengan kekuatan komersilnya di AS, dengan penjualan di banyak negara lain di seluruh dunia melalui distributor-distributornya. (wan)

Alltech Perluas Fasilitas Produksi di Australia

[Roseworthy, Australia] - Karena meningkatnya permintaan, perusahaan nutrisi dan kesehatan hewan global Alltech telah memperluas fasilitas produksi di Forbes, New South Wales, Australia yang memproduksi Optigen II ™.

(Dari kiki ke kanan) Mathew Smith, Vice President Alltech Asia-Pasifik, Rob McFarlane, General Manager, tim ruminansia Alltech Oceania, dan Mark Peebles, General Manager Lienert, mengumumkan perluasan fasilitas produksi untuk mengakomodasi permintaan untuk Optigen II™.

Fasilitas baru ini akan memenuhi permintaan dari pasar industri susu, daging sapi dan domba untuk Optigen II ™, sumber nitrogen non-protein dengan pelepasan lambat. Optigen II ™ awalnya dikembangkan oleh Cornell University, dan saat ini telah digunakan di seluruh dunia selama lebih dari 10 tahun, didukung oleh penelitian in vitro, in situ dan in vivo.
"Petani menghadapi tantangan ekstrim di Australia dan Selandia Baru," kata Rob McFarlane, General Manager, tim ruminansia Alltech Oceania. "Musim yang ekstrim, campuran unik dari sistem manajemen dan tantangan pasar susu global membuat sulit untuk menghasilkan produk susu yang konsisten, menguntungkan atau daging sapi."
"Optigen II ™ menyediakan pelepasan nitrogen berkelanjutan, yang sangat penting bagi sistem Australia dan Selandia Baru, di mana sapi menghadapi perubahan kualitas rumput serta kesenjangan yang panjang akan feed intake," tambah Dr Susanne Roth, Ruminant Sales and Marketing Manager, Alltech Oceania. "Optigen II memberikan peternakan sapi perah dan sapi potong, pabrik pakan dan konsultan lebih banyak kebebasan untuk mempertahankan produksi selama periode yang menantang dan mencapai profitabilitas yang lebih tinggi."
"Optigen II dapat digunakan melampaui diet yang ada untuk meningkatkan kandungan protein secara keseluruhan, yang sangat relevan jika ada kekurangan protein karena buruknya kualitas rumput," jelas Roth. "Optigen II dapat digunakan untuk merumuskan diet, meningkatkan nitrogen larut dalam diet, yang berarti meningkatkan daya cerna dan lebih banyak protein mikroba, sehingga meningkatkan produksi susu atau daging."
"Supporting Team Alltech On-Farm menyediakan dukungan teknis, bekerja sama dengan peternak untuk mengidentifikasi tantangan di pertanian dan meningkatkan produktivitas pada sapi perah dan sapi potong," kata McFarlane. "Kami bangga untuk memperluas fasilitas Lienert di Forbes, membantu kami terus memenuhi kebutuhan pelanggan kami."
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Dr. Susanne Roth, +61 (0) 400 617 671 atau sroth@alltech.com. (wan)

Kuota Impor Jagung Ditetapkan Per Kuartal



JAKARTA – Kuota impor jagung tahun 2016 diharapkan tidak akan melebihi kuota yang diberikan sepanjang 2015. Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, seiring dengan upaya peningkatan produksi dalam negeri.

Jika pada tahun lalu, pemerintah menetapkan kuota impor jagung sebanyak 2,5 juta ton per tahun. Maka pada tahun ini, Darmin mengatakan, pemerintah baru menetapkan kuota impor jagung untuk kuartal I-2016.

“Sebelum masuk kuartal II-2016 kita akan lihat produksi jagung. Baru kita putuskan impor di kuartal II-2016 berapa,” kata Darmin dalam paparan akhir tahun, di kantornya, Kamis pekan lalu (31/12/2015).

Setelah melalui rapat koordinasi dengan kementerian teknis yakni Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, pemerintah memutuskan kuota impor jagung untuk kuartal I-2016 sebanyak 600.000 ton. “Kita percaya kebutuhan impor 2016 lebih rendah,” kata Darmin.

Sebagaimana diketahui beberapa waktu lalu bahan pangan pokok seperti daging ayam dan telur ayam mengalami lonjakan harga tinggi. Darmin menerangkan, kenaikan harga dua komoditas pangan pokok tersebut tidak lepas kaitannya dengan ketergantungan impor jagung pakan unggas.

“Tahun kemarin ini (2015) ada bermacam-macam penyebab, sehingga harganya naik dalam beberapa bulan terakhir. Kita berupaya tidak terulang di tahun depan (2016),” jelas Darmin.

Salah satu upayanya, sambung Darmin, kementerian teknis bersama kantor Kemenko Perkonomian sepakat untuk menghitung berapa kebutuhan dan produksi jagung pakan ternak. Dengan begitu, pemerintah bisa memutuskan besaran kuota impor dengan tepat. (Sumber: kompas.com)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer