Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KEMERIAHAN DI ILDEX INDONESIA 2015



Pada tanggal 8-10 Oktober 2015, Hall C1, C2 dan C3 Jakarta Internasional Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat, dipadati oleh para pengusaha dan perusahaan peternakan. Mulai dari pakan, obat, sampai peralatan di bidang peternakan dari dalam maupun luar negeri ikut memamerkan produk unggulannya.
Semuanya dibungkus jadi satu dalam pameran International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition atau yang lebih tenar dengan nama Ildex Indonesia, bekerjasama dengan Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) dan VNU Exhibitions Asia-Pacific yang merupakan penyelenggara VIV International dan Ildex International. Ini kali kedua Ildex Indonesia dilaksanakan, setelah sebelumnya pada 2013 Ildex Indonesia juga digelar di JIExpo. 
Banyak yang mengatakan, pameran kali ini lebih meriah dibanding sebelumnya. Ini terbukti dari bertambahnya peserta pameran yang mencapai 140 dari 28 negara yang berpartisipasi, padahal sebelumnya hanya 120 peserta. Hal itu diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Permata Kreasi Media, Fitri N Poernomo sebagai penyelenggara Ildex Indonesia. “Pagelaran meningkat dari catatan Ildex Indonesia 2013. Luas area pameran yang dua tahun lalu hanya 4000 m2, kali ini 6000 m2,” ujar Fitri kala memberi sambutan pembukaan Ildex Indonesia, Kamis, 8 Oktober 2015.
Ia menambahkan, pameran ini bisa memberikan kontribusi kemajuan peternakan dan kesehatan hewan, serta ajang saling bertukar informasi dan tempat mengembangkan networking. Selain itu, kata dia, pameran yang dilaksanakan selama tiga hari ini juga digelar acara Festival Ayam dan Telur (FAT) tepat dihari terakhir pameran. FAT ini, lanjutnya, bertujuan untuk memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi dan protein dari pangan asal hewan.
Kemudian dikatakan juga oleh Managing Director VNU Exhibitions Asia-Pacific, Nino Gruettke, bahwa industri peternakan bukanlah industri peternakan yang dibangun dengan ‘like’ di media sosial, melainkan dibangun atas dasar kebersamaan sesama pelaku dan tali silaturahmi. Sehingga industri ini memiliki pondasi yang kuat. Karena itu ratusan perusahaan dari 28 negara yang berbeda ikut terlibat dalam hajatan Ildex Indonesia 2015 ini.

Setiap stand berlomba-lomba memberikan penampilan terbaiknya kepada pengunjung.

Dalam pembukaan Ildex Indonesia kemarin, juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Muladno Basar, yang turut memberikan sambutannya. Ia mengatakan, bahwa industri peternakan di Indonesia sangat menjanjikan. “Buktinya, selama empat bulan menjabat, sudah ada tujuh orang duta besar asing yang melakukan kunjungan dan menyatakan ingin mengekspor produk peternakannya ke sini (Indonesia),” kata Muladno dalam sambutannya.
Kendati begitu, di sektor unggas, Muladno mengaku sudah saatnya berorientasi eskpor. Sebab produksi unggas dalam negeri sudah berlebih. Namun, ia menyayangkan beberapa aturan birokrasi yang masih mempersulit perijinan eskpor dalam batas tertentu.
Terkait mengembangkan sektor peternakan, ia kembali bicara soal program yang tengah digagasnya yakni Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Konsep tersebut diumpakananya seperti beternak berjamaah demi keuntungan yang lebih baik. Tekadnya untuk membawa dunia peternakan menjadi lebih baik lagi, dikatakan Muladno, terinspirasi dari stasiun kereta api. “Dulu perkertaan api di Indonesia sangat semerawut, banyak pedagang, pengamen dan pengemis di stasiun maupun di dalam kereta. Tapi kini sudah menjadi rapih, tertib dan tertata. Kalau menata secara menyeluruh jangan tambal sulam, peternakan juga tidak bisa hanya ditambal sulam,” tukasnya.
Selain Muladno, turut hadir dan memberi sambutan pula Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Perdagangan dan Transportasi, Sutanto Soehodho, yang mewakili Gubernur DKI Jakarta dan juga Direktur Bahan Pokok dan Barang Strategis (Bapokstra) Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Robert J Bintaryo.
Di tengah-tengah pembukaan Ildex Indonesia, juga diberikan beberapa penghargaan bagi tiga tokoh media peternakan lewat Lifetime Achievement  Awards 2015, dan Indonesian Poultry Veterinarian Awards (Inpova) 2015 oleh Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) bagi insan-insan dokter hewan yang telah berjuang untuk kesehatan unggas di Indonesia, dan peluncuran Lembaga Sertifikasi Profesi.

Seminar teknis yang diselenggarakan perusahaan menjadi daya tarik tersendiri.

Usai pembukaan dan pemberian penghargaan, secara simbolis Dirjen PKH memukul gong yang menandakan pameran secara resmi dibuka, yang kemudian rangkaian pembukaan Ildex Indonesia ditutup dengan menyantap daging ayam dan berfoto bersama.
Setelah menuntaskan pembukaan, Dirjen PKH, penyelenggara Ildex Indonesia, dan para stakeholder langsung menuju pintu utama pagelaran Ildex Indonesia untuk melakukan sesi pemotongan pita yang disaksikan oleh para pengunjung dan tamu undangan lain. Dari situ, Dirjen PKH langsung menyambangi booth-booth pameran yang sudah siap menampilkan produk-produk terbaiknya.
Selamat atas terselenggaranya Ildex Indonesia 2015, semoga bisa menjadi pameran yang selalu mengedukasi masyarakat khususnya untuk para peternak, serta selalu menghadirkan produk-produk yang inovatif, dan menjadi pameran yang ditunggu-tunggu oleh para pengusaha dan perusahaan di bidang peternakan. (rbs)

Lifetime Achievement Awards 2015 :
1. Alm. Wahyudi Mochtar (pendiri Majalah TROBOS).
2. Alm. Sutikno Wiryawan Sigit (pendiri Majalah Poultry Indonesia).
3. Alm. Tjiptardjo Pronohartono (pendiri Majalah Infovet).

Indonesian Poultry Veterinarian Awards (Inpova) 2015 :
1. Charles Rangga Tabu untuk Bidang Keilmuan.
2. Bagus Setia Budi untuk Bidang Budidaya dan Enterpreneurship.
3. Gowinda Sibit untuk Bidang Poultry Business Management.
4. Nawang Widoretno untuk Bidang Technical Services.

NOVINDO GROUP GELAR CSR

Dalam memperingati Hari Ulang Tahun Novindo Agritech Hutama yang ke-7 dan PT Dwimitra Agritech Hutama yang ke-5, Novindo Group menggelar kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) bertemakan “Ayam dan Telur Meningkatkan Gizi dan Prestasi Anak Bangsa: Raihlah Prestasi Setinggi Mungkin” di Madrasah Tadzibul Athfal, Desa Setu, Tangerang Selatan.
Pada kesempatan itu, Presiden Direktur Novindo, Drh. Irawati Fari, dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini adalah bentuk kepedulian bagi masyarakat. “Kegiatan ini sebagai wujud rasa syukur sekaligus kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan juga tanggung jawab untuk terus mengkampanyekan manfaat dari mengkonsumsi ayam dan telur,” ujar Ira.
Kegiatan yang digelar pada Jumat, 9 Oktober 2015 ini, diisi dengan program edukasi mengenai manfaat ayam dan telur yang disampaikan oleh Team Marketing Novindo, Drh. Yana Ariana, tentang pentingnya gizi yang terkandung di dalam daging dan telur ayam sebagai sumber protein murah, menyehatkan dan mencerdaskan.
Pada acara tersebut, Novindo Group juga memberikan bantuan kepada pihak Madrasah berupa fasilitas, diantaranya alat kebersihan, alat sholat, perbaikan sanitasi (WC), pemasangan poster edukasi, pembenahan perpustakaan dan perbaikan gedung sekolah. Sedangkan untuk memeriahkan acara, diadakan pula lomba menggambar, Hafalan Juz’ama dan rangkaian acara ditutup dengan pemberian hadiah dan santunan anak yatim. (all/rbs)

DAGING WAGYU

Jepang merupakan negara asal mula daging Wagyu. Mengingat daratan Jepang yang tidak rata dan banyak daerah yang terisolasi, maka berbagai teknik pembiakan dan pemberian jenis pakan yang unik diterapkan di sana. Begitu juga perlakuan lain seperti pemijatan atau penambahan bir atau sake ke dalam pakan dilakukan di Jepang. Tujuannya untuk membantu proses pencernaan dan menambah nafsu makan saat musim hujan. Pemijatan dilakukan untuk mencegah kram otot.
Ada empat ras sapi di Jepang untuk mendapatkan daging wagyu, yaitu sapi hitam Jepang (Kuroge Washu), sapi cokelat Jepang (Akage Washu), sapi tanpa tanduk Jepang (Mukaku Washu), dan sapi tanduk pendek Jepang (Nihon Tankaku Washu). Sapi hitam Jepang mencakup 90% dari seluruh populasi sapi yang digemukkan di Jepang. Galur sapi hitam Jepang meliputi Tottori, Tajima, Shimane, dan Okayama. Sapi cokelat Jepang, dikenal sebagai sapi merah Jepang, adalah ras utama lainnya; memiliki galur Kochi dan Kumamoto. Sapi tanduk pendek Jepang mencakup kurang dari 1% dari seluruh populasi sapi di Jepang.
Dari perkembangan berikutnya, di luar Jepang, di negara lain, Australian Wagyu Association mendirikan asosiasi ras wagyu. Sapi ras murni dan silang wagyu diternakkan di Australia untuk kebutuhan pasar, termasuk Indonesia sebagai negara pengimpor. Sapi wagyu Australia diberi pakan gandum dicampur anggur merah selama 300-500 hari masa produksi yang diternakkan di kawasan Margaret River, Australia Barat. Amerika Serikat juga melakukan penyilangan sapi wagyu Jepang dengan sapi Angus dan diberi nama American Style Kobe Beef.
Pola makan sapi wagyu di AS diberi pakan campuran jagung, alfalfa, barli, dan jerami gandum. Di Colorado, daging wagyu dipasarkan oleh satu peternakan di dekat Basalt dan Rush. Menurut Amerika Journal of Clinical Nutrition, daging wagyu memiliki banyak manfaat. Hasil riset dari University of Wisconsin, daging wagyu memiliki sifat mencegah arteriosklerosis.
Kini, Pemda Bali juga ingin coba-coba membuat sapi bali yang menghasilkan daging setaraf wagyu. Mungkinkah itu bisa terjadi? Tentunya sebelum belajar membuat sapi bali bisa menghasilkan daging wagyu, tentunya harus belajar terlebih dahulu tentang susunan genetik sapi bali.
Kemudian kita harus belajar kembali bahwa sapi itu hewan herbivora. Layakkah jika sapi diberi pakan atau minuman yang mungkin bisa memabukkan? Ingat, kasus madcow di Inggris. Gara-gara sapi diajari kanibalisme dengan diberi pakan tepung darah, tepung tulang, tepung daging yang juga berasal dari limbah sapi, biri-biri, maka Tuhan memberi pelajaran dengan munculnya penyakit madcow (sapi gila).
Tetapi, kalau hanya sekedar ingin uji coba diberi bahan pakan atau minum yang mengandung khamar, bisa saja diberi ampas bir, ampas brem, ampas tape, dan lain-lain khas Indonesia, bukan sake atau sejenisnya.
Di era 1980-an, peternakan sapi perah di daerah Surabaya dan sekitarnya yang pernah saya teliti saat penyusunan skripsi, sapi diberikan ampas bir agar produksi air susunya bisa melimpah. Tetapi, jika ampas bir tidak ditambahkan sebagai bahan pakan tambahan, maka produksi air susu akan menurun. Apakah Pemerintah, termasuk Pemda Bali ingin mencoba menerapkan untuk sapi potong agar tercipta daging wagyu? Bisa saja dicoba, tetapi konsekuensinya kemungkinan akan muncul penyakit baru. ***

Rubrik diasuh oleh Drh. Masdjoko Rudyanto, Wartawan Infovet Bali yang juga staf pengajar di FKH Univ. Udayana.  

Ir. H. Herry Dermawan, KETUA GOPAN GENERASI III

Kecintaanya dengan suasana pedesaan yang khas oleh nuasa pertanian dan peternakan, membuat pria yang baru saja dilantik menjadi Ketua Umum (Ketum) Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), 30 September 2015 kemarin, memutuskan untuk menekuni dunia peternakan, yang menurutnya kala itu masih minim saingan.
Ditemui secara singkat di depan loby Botani Square, Bogor, Jawa Barat, usai makan siang hari kedua Musyawarah Nasional (Munas) III GOPAN, Ir. H. Herry Dermawan sedikit-banyak bercerita seputar pengalaman hidupnya, khususnya di bidang peternakan unggas.
Mengawali perbincangan siang itu, pria kelahiran Sidoarjo, 30 September 1960 ini, mengenyam bangku pendidikan SD-SMA nya di Surabaya. Usai lulus, ia melanjutkan pendidikan formalnya di Univesitas Mataram (Unram) mengambil jurusan Fakultas Peternakan. “Awal terjun ke dunia peternakan, karena Saya menyenangi pedesaan dan menurut Saya peternakan bidang yang paling mudah, dan sedikit saingannya. Namun ternyata perkuliahaannya tidak semudah yang diperkirakan,” tutur Herry sembari tertawa mengingat hal itu.
Kendati begitu, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya dan lulus pada tahun 1984. Setelah lulus, pria yang juga Ketua Perhimpunan Peternak Ayam Nasional (PPAN) ini, langsung bekerja di PT. Bamaindo yang merupakan perusahaan pabrik pakan di Sidoarjo dari tahun 1985-1992. “Saat itu sebagai Technical Service, kemudian menjadi Supervisor, dan terakhir sebagai Marketing Manager,” ujarnya.
Setelah memutuskan behenti dari pekerjaannya pada tahun 1993, Herry yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Jenderal GOPAN ini, memulai usahanya sendiri dengan membangun peternakan broiler yang sampai sekarang terus berkembang di daerah Priangan Timur dan sekitarnya.
Selain mengupas tentang sekilas perjalanan hidupnya, kesibukan pria yang satu ini juga patut diacungi jempol. Dia sangat aktif di berbagai organisasi. Diantaranya, Ketua PPAN, pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Litbang Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Ketua Komite Penyuluh Pertanian Kabupaten Ciamis, Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kab. Ciamis selama 10 tahun dan sekarang menjadi Sekretaris Partai PAN provinsi Jawa Barat (komisi II) yang juga salah satunya membidangi sektor peternakan, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kab. Ciamis, dan berbagai organisasi lain diluar bidang peternakan.
Sesuai motto hidupnya ‘menjalankan apa yang sudah direncanakan’ semua yang telah ia lakukan, merupakan hasil dari perencanaanya yang matang. Ia berharap, kedepan jalannya bisa terus mengalir bagai air. “Ya, tetap on the track saja,” harapnya singkat.

Rencana dalam memimpin GOPAN
Usai pelantikannya sebagai Ketum GOPAN periode 2015-2020, perioritas utama yang akan dilakukannya adalah menyempurnakan kepengurusan berikutnya. “Sebagai pemimpin, sebelum berbicara eksternal kita bicara internal dulu, untuk membangun kekompakan yang sudah dijalin sebelumnya agar menjadi lebih baik lagi. Sebab di daerah, organisasi juga sudah berkembang, dimana nanti akan kita data dan kita ajak bersama agar bisa satu suara,” tutur Herry.
Ia menambahkan, untuk bisa menjadi organisasi yang baik harus mampu merangkul semua anggota di seluruh wilayah. “Ke depan semoga GOPAN menjadi organisasi yang bisa mensejahterakan anggotanya, untuk itu kita akan memantapkan organisasinya dulu. Untuk memantapkan organisasinya, dibutuhkan orang-orang yang rela mengorbankan waktu, tenaga dan dana-nya. Sebenarnya kepengurusan yang lama sudah baik, kita ingin membuat lebih baik lagi,” ungkapnya.
Selama kepemimpinannya di GOPAN, ia juga bertekad untuk mengangkat kembali para peternak kecil agar bisa kembali meraup untung. Karena sebagian anggota GOPAN juga merupakan para peternak kecil dan mandiri. “Karena saat ini petenak rakyat hanya tinggal 20 persen saja, kita ingin ke depan bagaimana caranya bisa tercapai 60-70 persen kembali dipegang peternak rakyat, namun tanpa mengurangi eksistensi peternak besar,” katanya
Oleh karena itu, kata dia, dalam Munas kemarin, ada beberapa butir yang dijadikan rekomendasi untuk pemerintah. Salah satunya mendesak pemerintah membuat regulasi pasar unggas di Indonesia yang sudah dikuasai peternak besar. dan secepatnya segera menerbitkan aturan tentang perunggasan.
Sebab, kondisi perunggasan saat ini memang sedang ‘sakit’. Tak adanya aturan, sampai ketidakjelasan data, membuat bisnis ini semakin carut-marut. Menurutnya, harus benar-benar ada pendataan supply-demand yang jelas, jika hal itu bisa diselesaikan maka ke depan ia yakin perunggasan bisa berjalan mulus.
Semoga apa yang sudah ia pikirkan bisa berjalan sesuai rencana. Selamat berkarya untuk Ir. Herry Dermawan, semoga dapat mengemban amanah Munas dengan sebaik-baiknya dan bisa mengangkat GOPAN menjadi lebih baik lagi. (rbs)

Biodata :
Nama         : Ir. H. Herry Dermawan
Alamat         : Jln. Siliwangi No.63, Ciamis
Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 30 September 1960
Agama         : Islam
No. telepon & email : 0813-9505-5181 / dermawan.herry@yahoo.com
Pendidikan         : • SD GIKI Surabaya
                                          • SMP N 1 Surabaya
                                          • SMA N 2 Surabaya
                                          • Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Riwayat Pekerjaan : • Tahun 1985-1987 : Technical Service PT. Bamaindo
                                  • Tahun 1987-1989 : Supervisor PT. Bamaindo
                                  • Tahun 1990-1992 : Marketing Manager PT. Bamaindo
                                  • Tahun 1993-Sekarang : Wiraswasta
Motto hidup : ‘Menjalankan apa yang sudah direncanakan’

KISRUH JAGUNG LOKAL VERSUS JAGUNG IMPOR

Setelah gejolak daging sapi dan unggas beberapa bulan kemarin, kini giliran jagung mengalami hal yang sama. Beberapa hari kemarin, Kementerian Pertanian (Kementan) mendapat surat dari Gabungan Perusahaan Makan Ternak (GPMT) perihal kelangkaan jagung akibat pengendalian impor.
Mengetahui hal itu, Kementan lewat Direktur Pakan Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, langsung menggelar jumpa pers guna meluruskan kisruh jagung ini. Menurutnya, dari informasi yang ia himpun dari media massa, sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) pabrik pakan memborong jagung petani karena khawatir akan kehabisan pasokan. “Berarti ini ada dua statement yang kontradiktif, sebab buktinya ini ada yang bisa borong jagung,” ujar Nasrullah mengawali konferensi pers di kantornya, Kamis 22 Oktober 2015.
Poin lain yang juga ia sampaikan adalah mengenai data produksi jagung pada tahun ini. “Berdasarkan Aram I yang dikeluarkan BPS, produksi jagung kita sampai Desember tahun ini 20,6 juta ton, ini meningkat dari tahun lalu yang hanya 19 juta ton,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, bila dirunut kembali kebutuhan jagung dari 20,6 juta ton bukan hanya untuk kebutuhan pakan ternak, melainkan untuk beberapa kebutuhan lain. Seperti kebutuhan benih sebanyak 104-105 ribu ton, konsumsi langsung 398 ribu ton, kebutuhan pakan ternak 14,86 juta ton yang terbagi dua dengan pabrik pakan (industri) 8 juta ton dan peternak (self mixing) 6,6 juta ton. Kemudian kebutuhan lain 4 juta ton, dan losses produksi 1 juta ton. “Jika ditotal maka masih ada surplus 174 ribu ton,” kata Nasrullah.
Padahal awal tahun ini, dari data yang berhasil ia dapat, adalah puncak panen jagung lokal yang berbarengan dengan masuknya impor. “Periode Februari-April adalah puncak produksi jagung lokal mencapai 2-3 juta dan tertinggi dalam setahun. Tapi disaat yang sama puncak masuknya impor juga tertinggi. Impor Februari 328 ribu ton, Maret 305 ribu ton dan April 310 ribu ton,” jelasnya.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha pakan ternak belum terlalu serius menyerap produksi rakyat. “Pelaku bisnis belum terlalu serius menyerap produksi lokal. Kalau mereka serius, harusnya di tiga bulan (Februari-April) itu adalah titik terendah impor, bukan malah yang tertinggi. Mungkin kalau di Agustus impor kembali tinggi wajar karena mulai kekeringan,” paparnya.
Perilaku tersebut, menurutnya dinilai membuat para petani jagung rugi. Impor jagung yang melimpah membuat harga jagung lokal anjlok dan membuat petani gigit jari. “Kalau produksi meningkat tapi impor meningkat, harga pasti turun. Beberapa bulan lalu harga jagung petani kita rendah sekitar Rp 1000, kalau ada produksi 1 juta ton saja, berapa petani mengalami kerugian,” terang dia.
Nasrullah mengkhawatirkan anjloknya harga jagung akibat permainan impor dan membuat petani tak mau lagi menanam jagung, sehingga Indonesia makin bergantung pada impor. Karena itulah impor perlu dikendalikan.‎ “Karena jagung ini sangat spesifik, berbeda dengan padi. Kalau padi ketika harga anjlok petani tetap menanam karena merupakan kebutuhan utama/pokok. Sedangkan jagung berbeda, ketika harga anjlok petani akan berhenti menanam dan pindah ke komoditas lain. Karena itulah jagung ini harus kita pelihara harganya,” tuturnya.
Dengan pengendalian impor tersebut, lanjut dia, kemungkinan akan mampu menstabilkan harga jagung dan memberi nafas bagi petani. Menurutnya, Kementan tetap mempersilahkan impor, namun berdasarkan kebutuhan bukan berdasarkan keinginan. “Kita mempersilahkan impor jagung berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan. Kalau impor berdasarkan kebutuhan tidak begini jadinya,” ucapnya.
Kendati begitu, diakui juga olehnya bahwa jagung lokal memang sulit diperoleh ‎meski produksinya melimpah, karena sentra-sentranya berada jauh dari industri pakan ternak. Namun, itu bukan alasan kuat untuk mengimpor jagung.
“Berbagai macam persoalan muncul, termasuk aksesibilitas memperoleh jagung. Tapi disinilah upaya jika kita ingin pro terhadap bangsa. Memang jagung lokasinya tersebar, impor lebih mudah. Tapi tidak mencerminkan pro terhadap bangsa ini kalau impor. Kita harapkan industri pabrik pakan atau non industri bisa lebih melebarkan sayap dan mengintensifkan untuk mencari, membeli produksi jagung rakyat,” ucapnya.

Kemungkinan ada permainan para spekulan
Ia menambahkan, kelangkaan ini dinilai bukan karena kekurangan produksi, melainkan ada permainan dari para spekulan. “Kalau sekarang ada kelangkaan, itu mungkin spekulasi orang-orang yang ingin mengambil keuntungan saja,” tambahnya.
Sebab, ia menduga banyak para pedagang besar yang memiliki modal dan infrastruktur yang memadai untuk menyimpan jagung. “Peternak lokal tidak mampu beli jagung dalam jumlah besar karena tidak memiliki silo. Silo kan mahal, mungkin kalau pedagang besar beli borongan dan disimpan dalam silo, itu bisa saja,” kata dia.
Namun, pihaknya tak mau membeberkan lebih jauh siapa yang mungkin melakukan penimbunan jagung. “Soal spekulan itu, saya tidak mau banyak berkomentar, saya hanya melihat mungkin saja,” tukasnya.

Impor sepenuhnya dikuasai Bulog
Ia juga mengatakan, bahwa pihaknya melarang masuk ratusan ribu ton jagung impor yang sudah mendarat di pelabuhan, dengan alasan stok jagung di dalam negeri masih mencukupi. “Izinnya baru diminta ke kita saat kapal sudah jalan. Kalau perlu impor, tidak boleh barangnya sudah ada baru diusulkan. Harus izin dulu dong,” jelasnya.
Dalam rapat dengan Kementan sebelumnya, GPMT mengusulkan kuota impor jagung sebanyak 500 ribu ton untuk kebutuhan Oktober-November. Namun hanya direalisasikan lewat Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) sebanyak 250 ribu ton. Sampai saat ini Kementan belum berencana menerbitkan SPP lagi. “Belum ada keputusan berapa yang diizinkan, kemarin hanya dikeluarkan sekitar 250 ribu ton. Keinginan industri pakan masuk 250 ribu ton lagi,” terang dia.
Menurut perhitungan Kementan, produksi jagung di dalam negeri sudah dapat mencukupi seluruh kebutuhan untuk Oktober sampai akhir tahun ini. Namun bila ternyata ada kekurangan pasokan, impor akan dilakukan oleh Perum Bulog, bukan oleh swasta. Sebab sampai akhir tahun ini tidak ada lagi jatah impor jagung untuk swasta.
“Kan wajar saja, pemerintah harus mengendalikan impor dan pemerintah menunjuk Bulog untuk melaksanakan itu. Bulog adalah refresentatif dari pemerintah. Kalau masih ada kekurangan pasokan, maka impor hanya akan dilakukan oleh Bulog,” jelas Nasrullah.
Ia mengklaim bahwa pemberian kewenangan kepada Bulog untuk menguasai impor jagung sudah disepakati bersama oleh pemerintah dan pihak GPMT pada rapat 5 Oktober lalu. “Mekanisme kenapa Bulog sudah diberi peran itu sudah kesepakatan bersama, dihadiri perwakilan GPMT juga. Terakhir kita rapat 5 Oktober 2015. Bahwa bila ada kekurangan stok, yang mengimpor Bulog. Nanti industri pakan ambil di Bulog,” paparnya.
ia menyatakan bahwa penugasan yang diberikan kepada Bulog untuk mengambil alih impor jagung dalam rangka pengendalian sudah sesuai dengan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) untuk aturan pelaksanaannya juga akan segera diterbitkan. Begitu Permentan terbit, izin impor jagung untuk Bulog bisa dikeluarkan. “Payung hukumnya UU Pangan, kemudian kita masukan dalam Permentan‎. Permentan akan segera keluar, berlaku 1 Oktober 2015,” ucapnya.
Penguasaan impor sepenuhnya yang dilakukan oleh Bulog, dikatakan Nasrullah, Bulog tidak mengambil keuntungan sama sekali. Hanya ada biaya tambahan sebesar Rp 10 per kg untuk biaya evaluasi dan penggunaannya pun akan dipertanggungjawabkan. “Rp 10 itu bukan fee Bulog, itu biaya pengecekan dan pengendalian, itu kesepakatan forum, nanti pengunaannya akan dipertanggungjawabkan untuk apa saja,” tandasnya.
Sebagai informasi, dari rencana total impor jagung tahun 2015 sekitar 3,5 juta sampai akhir Desember dengan melihat produksi jagung dalam negeri, dan impor yang sudah terealisasi sampai hari ini tercatat sebanyak 2,5 juta ton.‎ Sedangkan total impor jagung sepanjang 2014 lalu sebesar  3,1 juta ton.

Kendalikan impor untuk jaga harga jagung petani
Pihak Kementan terus berupaya mengendalikan impor guna memperbaiki harga jagung. Kali ini Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Hasil Sembiring, menyatakan harga jagung tahun ini masih lebih rendah ketimbang tahun lalu. Bahkan bila tak ada pengendalian impor, harga jagung lokal akan makin merosot. “Kalau nggak ada kebijakan pengendalian impor, harga jagung domestik 2015 akan jauh lebih rendah dibanding tahun 2014, sehingga dikhawatirkan mengurangi minat petani. Apa mau, harga jagung lokal jatuh lagi?,” ujarnya saat menggelar konferensi pers di kantornya, Jumat 23 Oktober 2015.
Ia menambahkan, harga jagung tahun 2015 masih lebih rendah dibanding tahun lalu. Dari data yang dikeluarkan Badan Ketahanan Pangan (BKP), harga jagung nasional pada September 2015 tercatat Rp 3.268 per kg, masih lebih rendah dari September 2014 sebesar Rp 3.430 per kg.
“Harga jagung tertinggi tahun 2014 terjadi pada bulan Juni Rp 3.576, sedangkan harga tertinggi 2015 terjadi pada bulan Juli yaitu Rp 3.408. Jadi masih lebih rendah dari tahun 2014. Kalau ada klaim harga mencapai Rp 4.000 per kg, itu hanya terjadi di Banten dan pola harga itu serupa dengan pola tahun-tahun sebelumnya. Jadi sudah biasa diantisipasi oleh indutri pakan di Banten,” tambahnya.
Ia menegaskan kembali bahwa, Kementan akan tetap melakukan kebijakan pengendalian impor. Kebijakan pengendalian impor dimaksudkan untuk memperbaiki pola impor yang selama ini tidak mendukung produksi jagung lokal. Tahun ini impor jagung melonjak bersamaan dengan musim panen.
“Data Maret 2014-Juni 2015 menunjukkan volume impor bulanan relatif tetap bahkan pada puncak panen raya. Namun, harga jagung pada saat puncak panen raya tahun ini selalu melemah dan naik lagi pada periode sesudahnya," pungkasnya. (rbs)

SEKELUMIT MANAJEMEN PRODUKSI AYAM BROILER

Type ayam ras pedaging atau istilah kerennya ayam broiler, sebelumnya merupakan hasil sampingan (by product) dari ayam petelur. Namun saat ini industri peternakan ayam ras pedaging sudah banyak berdiri khususnya untuk menghasilkan ayam pedaging, meliputi budidaya ayam broiler (farming operation) dan industri pengolahan daging ayam.
Tidak ada data yang jelas mengenai jumlah dan skala usaha di berbagai negara di dunia ini. Namun yang pasti, perkembangan jumlah dan skala usaha budi daya ayam selalu  bertambah dari tahun ke tahun sejalan dengan pertambahan populasi penduduk yang membutuhkan produk peternakan ayam broiler dan peningkatan mampu dan sadar gizi masyarakat.
Problem yang dihadapi peternakan ayam pedaging adalah keterbatasan lahan, sehingga peternak yang bersangkutan harus menyiasati perencanaan dan pembangunan kandangnya, antara lain dengan membangun kandang modern yang dilengkapi peralatan serba otomatik. Dengan cara ini kandang mampu menampung jumlah ayam lebih banyak dengan tenaga kerja yang dipakai lebih sedikit. Tenaga kerja pada usaha budi daya ayam broiler hampir 95% dilakukan dengan Sistem Kontrak Per Periode. Tenaga kerja dibayar berdasarkan berat daging ayam yang dipanen atau ayam yang dijual per ekor. Sistem upah borongan merupakan cara yang paling sederhana dan saling menguntungkan antara pemilik modal (inti) dan peternak pelaksana (plasma).

Berbagai Jenis Permodalan
1. Modal Mandiri : permodalan usaha ayam broiler murni menggunakan modal peternak sendiri, tidak meminjam ke Bank atau pihak lain.
2. Pola Kemitraan : yaitu beternak ayam broiler dengan cara menjalin kerjasama, baik dengan pemodal, perusahaan pakan, maupun perusahaan pembibitan (yang memproduksi DOC).
Pola Kemitraan antara lain dapat dalam bentuk
a) Pola Simpan Pinjam, yaitu peternak meminjam modal untuk  usaha budidaya ayam broiler kepada pihak pemodal seperti Bank. Pada akhir periode atau dalam jangka waktu tertentu, pinjaman harus dikembalikan dengan tambahan prosentase bunga atau prosentase keuntungan, yang jumlahnya telah disepakati terlebih dahulu.
b) Pola Kemitraan dengan Perusahaan Pakan : dimana peternak bermitra hanya sebatas suplai pakan ternak, selebihnya peternak yang menyediakan. Peternak memiliki wewenang penuh untuk mengelola usahanya, namun peternak memberikan jaminan senilai pakan yang akan digunakan kepada perusahaan pakan ternak tersebut.
c) Pola Kemitraan Bagi Hasil : dimana  prosentase pembagian hasil (keuntungan) untuk peternak 20% dan untuk pemodal 80%, peternak hanya hanya menyediakan kandang dan peralatannya, sedang hal-hal lain seperti biaya operasional, pakan, obat-obatan, vaksin disuplai dari pemodal atau perusahaan peternakan.
d) Pola Kemitraan Inti Plasma : peternak berperan sebagai plasma dari perusahaan pemodal/perusahaan peternakan yang berperan sebagai inti yang mensuplai biaya operasional, pakan, obat-obatan dan vaksin. Pada pola ini ditawarkan bagi hasil atau kontrak harga, biasanya hasil panen broier diambil (“ditangkap”) oleh pihak inti dan kemudian dilakukan hitung-hitungan pembagian hasil sesuai kesepakatan awal. Segi positif pola ini ialah terjadi transfer teknologi dari pihak inti ke plasma agar lebih maju dan kelak bisa mandiri dalam usahanya.

Skala Usaha Broiler Komersil
Terdapat 3 macam skala usaha peternakan ayam broiler, antara lain : 1) Skala Kecil (Peternakan Rakyat), jumlah ayam  yang dibudidayakan 1.000 – 50.000 ekor, tetapi umumnya  5.000 – 25.000 ekor. Karakteristik Peternanakan Rakyat  ialah modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak berjalan lancar, perkandangan dibangun sederhana, lokasi dekat perumahan penduduk dan kepemilikannya bersifat perorangan.
2) Skala Sedang (Peternak Mapan / Peternak Besar), jumlah ayam yang dimiliki 50.000 – 500.000 ekor, status kepemilikan masih perorangan, manajemen pemeliharaan lebih maju dibanding peternakan rakyat, secara legal belum membentuk perusahaan berbadan hukum.
3) Skala Besar (Skala Perusahaan), peternakan ayam broier ini sudah bernaung dibawah perusahaan yang secara legal sudah memiliki Badan Hukum (PT atau CV), jumlah ayam yang dipelihara bervariasi, umumnya diatas 100.000 ekor sampai juataan ekor. Operasional perusahaan ada yang dikelola sendiri, ada juga yang bermitra dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan.

Perencanaan Skala Usaha
Suatu peternakan ayam broiler sebenarnya adalah “pabrik daging ayam”, dimana berlaku prinsip-prinsip manajemen pada umumnya sebagaimana yang berlaku di pabrik/industri, hanya yang membedakannya peternakan ayam broiler mengelola “benda bernyawa” yang memerlukan ketelitian ekstra dibandingkan pabrik yang mengelola benda mati. Salah satu yang dituntut agar teliti ialah dalam perencanaan produksi dan perencanaan pembangunan kandang, agar perputaran “roda pabrik daging ayam” berjalan normal dan sesuai target produksi yang diharapkan serta memberikan keuntungan (profit) semaksimal mungkin.

Selengkapnya silahkan baca Majalah Infovet eds November 2015

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer