Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DDSN Sangsikan Surplus Daging Kementan

Ketua Dewan Daging Sapi Nasional (DDSN), Soehadji, sangsikan pernyataan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Syukur Iwantoro mengenai surplus 140.000 ton pasokan daging sapi hingga Oktober 2014. Sejumlah pelaku usaha yang tergabung dalam DDSN pun meragukan keakuratan data yang disampaikan oleh Dirjen tersebut.

Soehadji pada jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/11) menyatakan, jika memang benar terjadi surplus daging sapi seharusnya harga di dalam negeri sudah turun.

"Meski pasokan daging surplus, harga daging sapi saat ini masih tinggi," kata mantan Dirjen Peternakan itu. "Kami terkejut dengan pernyataan Dirjen, karena bersifat subyektif. Hingga saat ini kami masih menunggu kepastian resmi terhadap program swasembada daging yang dilakukan saat Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid II,” paparnya.

"DDSN menghadapi situasi yang membingungkan dengan adanya pernyataan petinggi kementerian pertanian yang mengakui secara terbuka telah salah hitung program swasembada daging. Padahal data yang digunakan adalah hitungan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 2011," kata Soehadji.

Sementara Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (ASPIDI), Thomas Sembiring mengatakan persediaan daging sapi dalam negeri diyakini belum berlebih jumlahnya. Hal ini berdasarkan pada perhitungan-perhitungan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

"Ada pejabat berwenang yang mengatakan daging sapi over supply. dari mana menghitungnya. Menurut saya tidak ada itu persediaan berlebih," katanya.

Menurutnya, persediaan daging yang ada di dalam negeri berasal dari sapi lokal maupun impor dan daging beku dari luar negeri. Populasi sapi hidup di dalam negeri saja,  belum berada pada angka yang memadai.

"Kalau daging impor itu per 3 bulan, dan itu sudah habis dalam waktu berjalan. Sekarang yang masih tersisa itu untuk pemasukan Oktober-Desember. Untuk periode yang terakhir ini sisanya paling tinggal 10 ribu ton," kata Thomas Sembiring.

Data dari BPS sendiri memperlihatkan jika masyarakat Indonesia rata-rata mengonsumsi daging 2 kg/tahun. "Data BPS menyebutkan bahwa masyarakat bawah kita baru konsumsi daging 2 kg/tahun. Bagaimana bisa  over supply jika Malaysia saja sudah 7 kg/tahunnya," imbuhnya.

"Statement tersebut bisa saja ada unsur politis di dalamnya, karena baru pergantian menteri. Jadi terdapat pihak yang sedang mencari simpati kepada menteri yang sekarang, supaya tidak kehilangan jabatan," ungkapnya. (nung)

Seminar Nasional Bisnis Peternakan, 26 Nopember 2014

Sejak tahun 2005, ASOHI secara rutin menyelenggarakan Seminar Nasional Bisnis Perunggasan setiap akhir tahun. Tahun ini materi seminar akan diperluas, meliputi perunggasan dan bisnis peternakan lainnya. Seminar Nasional Bisnis Peternakan akan membahas Tema : ”Bisnis Peternakan di Era Pemerintahan Jokowi”

Seminar akan dilaksanakan pada Rabu, 26 Nopember 2014 jam 08.00-15.00 di Menara 165, Jl. TB Simatupang Kav. 1, Cilandak, Jakarta Selatan.

Akan hadir para pimpinan organisasi perunggasan dan peternakan yang akan menampilkan topik sesuai bidangnya, yaitu :
  1. Drs. Krissantono (Ketua Umum GPPU/Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas)
  2. Drh. Sudirman (Ketua Umum GPMT/Asosiasi Produsen Pakan Indonesia)
  3. Singgih Januratmoko SKH (Ketua Umum PINSAR Indonesia/Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia)
  4. Drh. Rakhmat Nuriyanto MBA (Ketua Umum ASOHI/Asosiasi Obat Hewan Indonesia.
  5. Ir. Teguh Boediyana (Ketua Umum  PPSKI/Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia)
  6. Dr. Ir. Suland Sinaga (Ketua Umum AMI/Asosiasi Monogastrik Indonesia).

Akan hadir juga pembicara tamu, Prof. Bustanul Arifin (Pakar Ekonomi Pertanian), untuk memberikan tentang Prediksi Pengembangan Pertanian di Era Pemerintahan Jokowi.

Biaya seminar Rp. 600.000,-/orang. Informasi selanjutnya hubungi ASOHI telp 021-70642812, 7829689, 78841279, atau SMS dengan Eka Hp. 081574756947, Aidah Hp. 081806597525. Konfirmasi Pendaftaran paling lambat hari Jum’at tanggal 24 Nopember 2014.

HARUSKAH PEMBATASAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PAKAN?

Oleh :  Prof. Dr. Ir. Budi Tangendjaja MSc. MAppl.

Di Eropa setelah pelarangan penggunaan AGP dilakukan, malah terjadi peningkatan penggunaan antiobitika untuk pengobatan dan juga dilaporkan ada tendensi bahwa penampilan produksi menurun jika dibandingkan dengan waktu AGP masih digunakan secara bebas. Bagaimana dengan Indonesia? 

Akhir-akhir ini isu mengenai penggunaan antibiotika pada ternak menjadi topik yang hangat dibicarakan saat peraturan mengenai penggunaan antibiotika akan diubah. Isu ini menjadi penting karena tidak hanya menyangkut kepentingan pengambil kebijakan tetapi juga memberikan implikasi tidak hanya dari sisi kebijakan tetapi dari sisi produksi ternak itu sendiri, dari sisi konsumen hasil ternak dan juga berpengaruh terhadap ekonomi secara keseluruhan baik dalam importasi maupun perdagangan. Oleh karena itu, ada baiknya kita melihat secara keseluruhan mengenai isu ini agar terlepas dari kepentingan tertentu dan permasalahan yang ada di Indonesia.

Hampir semua pabrik pakan mencampurkan antibiotika ke dalam pakan yang diproduksinya agar ternak dapat tumbuh dengan optimal. Keuntungan yang diperoleh dari penampilan produksi dapat jauh lebih tinggi (bisa > 5 kali lipat) bila dibandingkan dengan biaya penggunaan antibiotika tersebut. Meskipun AGP dimasukkan ke dalam pakan, masih banyak ditemui ternak-ternak yang dipelihara mengalami sakit dan peternak mencoba mengobatinya sendiri dengan antibiotika yang dijual bebas di pasaran tanpa mendapatkan resep atau bahkan advis dari dokter hewan. Banyak peternak yang mungkin menggunakan jenis antibiotika yang tidak tepat, jumlah dan pemakaiannya yang tidak mengikuti petunjuk yang ada.
Beberapa antibiotika yang digunakan untuk pengobatan seringkali sama dengan antibiotika dan dipakai pada manusia. Yang lebih fatal lagi adalah ketika peternak mengobati ternaknya tetapi tidak sembuh kemudian peternak meningkatkan dosis pengobatannya dan ketika ternak tidak sembuh, ternak yang sakit tersebut
dijual untuk dipotong karena peternak tidak ingin mengalami kerugian.
Hal yang disebutkan diatas dapat mengakibatkan timbulnya residu obat antibiotika bagi konsumen yang memakan produk ternak tersebut sehingga secara tidak langsung, konsumen ikut mengkonsumsi antibiotika yang tidak diketahuinya. Permasalahan penggunaan antibiotika yang tidak terkontrol di lapangan dapat menjadi hal serius dibandingkan dengan penggunaan AGP dilakukan oleh pabrik pakan yang terdaftar.
Dalam hal ini pengawasan jauh lebih penting untuk dilakukan dalam melindungi konsumen dari residu antibiotika yang terdapat dalam produk ternaknya.

Paparan beliau mengenai Antibiotik pemacu pertumbuhan (AGP-Antibiotic Growth Promoter), Isu pemakaian AGP (residu, resistensi terhadap obat, lingkungan), Perkembangan penggunaan AGP di negara lain dan bagaimana dengan Kondisi peternakan di Indonesia di sajikan secara lengkap oleh Prof. Dr. Ir. Budi Tangendjaja MSc. MAppl. di Majalah Infovet edisi September 2014.

Untuk selengkapnya silahkan baca infovet edisi September 2014 dan untuk pemesanan silahkan sms ke no Hp. 0856 90 000 52 





MERS-CoV Mungkinkah Mendunia?

Waspadai virus mars VoC
Dunia dikagetkan dengan kemunculan virus flu unta atau Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Berbagai hasil penelitian menaruh kecurigaan bahwa unta merupakan sumber penularan MERS-CoV. Adakah kemungkinan virus ini akan dapat menjadi pandemi, suatu wabah mendunia? Inilah ulasan Infovet.

Coronavirus dikenal sebagai infeksi saluran pernapasan ringan pada manusia, yang telah diidentifikasi sejak tahun 1960. Virus ini varian dari Coronavirus yang baru sehingga diberi nama Novel Coronavirus (MERS-Co V). Hal tersebut dipaparkan oleh Dr drh NLP Indi Dharmayanti MSi, Peneliti Bidang Virologi, Biologi Molekuler dan Penyakit Eksotis, Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor.

Kita putar kembali waktu, tepatnya di Juni tahun 2012, novel betacoronavirus yang kemudian diberi nama Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) diisolasi dari penderita dengan demam dan gejala pernapasan berat yang kemudian dirawat di rumah sakit di Jedah, Arab Saudi. Spesimen pasien tersebut kemudian dibawa ke Neterherland untuk membantu dalam mengidentifikasi kasus. DNA Sekuen virus penyebab kemudian di upload di GenBank pada bulan September 2012. Sampai 22 April 2014, tercatat jumlah kasus laboratory-confirmed MERS-CoV di dunia berjumlah 333 orang dan 107 meninggal dunia.

 “Sejumlah besar virus RNA sebenarnya telah banyak menginfeksi di hewan termasuk kelelawar. Data surveilans yang terbatas menyebutkan bahwa sejumlah besar Coronavirus dengan berbagai diversitas dapat ditemukan pada kelelawar  berbagai spesies di beberapa daerah,” ungkap Drh Indi.

“Oleh karena itu, mengapa kelelawar diduga sebagai natural reservoir. Beberapa penelitian juga menemukan materi genetik MERS-CoV pada kelelawar di Saudi Arab mirip dengan MERS CoV manusia,” sambungnya.Lanjut dia, jalur penularan MERS-CoV pada manusia sementara ini adalah dengan  close contact, jadi belum ke airborne sebenarnya.

Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, menguraikan bahwa hasil penelitian menunjukkan virus Corona yang  ditemukan pada unta (dromedary camel) 99,9% sesuai dengan genom pada manusia clade B MERS-CoV. Penelitian lain pada unta menunjukkan bahwa unta dewasa‎ sudah mempunyai antibodi terhadap MERS-CoV, angkanya bisa mencapai lebih dari 70% pada satu penelitian. Sedangkan anak-anak unta memiliki virus yang aktif, penelitian menunjukkan sampai 35% pada swab hidung unta muda.

“Ini merupakan satu dari tiga penelitian terbaru di 2014 tentang hubungan unta dengan MERS-CoV. ‎ Peneliti dari Amerika Serikat dan King Saud University berhasil mengisolasi virus MERS CoV pada usap (swab) hidung pada unta berpunuk satu, dan membuktikan bahwa sekuen genom di unta dan manusia adalah tidak berbeda,” ungkap Prof Tjandra kepada Infovet, Kamis (22/5) melalui surat elektronik.

Masih dibutuhkan penelitian lebih mendalam untuk memastikan, termasuk penelitian untuk mengetahui jalur penularan, penelitian kemungkinan pajanan dari binatang dan atau lingkungan dan kemungkinan rantai penularannya. Data-data hingga saat ini belum dapat membuktikan adanya penularan dari unta ke manusia secara jelas, karena hubungan langsung kausal belum ditemukan.

”Untuk sementara ini memang ada baiknya warga kita yang bepergian ke jazirah Arab untuk tidak kontak langsung dengan unta. Saya menganjurkan jangan ada paket kunjungan ke peternakan unta dalam paket perjalanan umroh jamaah kita,” tegas Prof Tjandra.  Selain itu, ada juga Anjuran WHO  lain yang menyebutkan agar jangan mengonsumsi susu mentah maupun makanan yang mungkin tercemar oleh kotoran binatang./nung.    

Selengkapnya bisa baca di edisi JUNI 2014

In memoriam: Fajar Adi Purnama

Kembali kami ucapkan Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Semoga almarhum sahabat, saudara kami khusnul khotimah, diampuni segala kekhilafannya, diterima seluruh amal ibadahnya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman ya robbal alamin..

Sabtu pagi, 17 Mei 2014, telepon seluler kami berdering. Suara anak muda di ujung sana berbicara dengan terbata-bata. “Selamat pagi om. Saya Aras. Innalilahi wa innaillahi rojiun, papa sudah meninggal.”

Kabar duka dari Aras, Putra Sulung dari Manager Gita Organizer Fajar Adi Purnama, sungguh mengejutkan kami. Seminggu sebelumnya, Fajar menelpon Pimpinan Infovet Bambang Suharno dengan suara lantang, tanpa ada kesan sebagai orang yang menderita sakit. Ia mengatakan, sudah bosan di rumah, ingin segera ke kantor.

“Saya akan minta Aras anak saya untuk mengantar ke kantor. Setidaknya untuk mengurangi rasa jenuh di rumah Pak,” ujarnya dengan penuh semangat.

Tuhan rupanya berhendak lain. Mulai hari Jumat 16 Mei, kondisi kesehatannya menurun. Dan  Sabtu 17 Mei 2014, tepatnya jam 7.50 Tuhan memanggilnya, dalam usia 46 tahun. Kematian adalah kehendak Tuhan.  Tidak ada yang bisa menolaknya.

Fajar Adi Purnama, lahir di Jakarta, 18 Agustus 1968. Ayahnya Keswadi lulusan IKIP yang tidak mau berkarir di bidang pendidikan. Ia meniti karir di harian Berita Buana.

Menurut ayahnya, Fajar sejak muda ingin mandiri. Ketika lulus perguruan tinggi, salah satu relasi ayahnya menawari Fajar pekerjaan di bank. Fajar menolaknya. Demikian pula ketika ada yang menawari untuk berkarir di militer melalui pendidikan di AKABRI. Juga ditolaknya. “Saya ingin cari kerjaan sendiri,” begitu prinsipnya.

Dan sejak tahun 1990n ia berpindah-pindah pekerjaan, hingga akhirnya bertemu dengan majalah Infovet tahun 1995.

“Saya heran setelah masuk ke Infovet kok betah ya dia,” ujar ayahnya, mengenang anak pertamanya.

Tahun 1995 Infovet baru mulai terbit bulanan. Fajar mendapat peran sebagai marketing iklan. Tahun 1999 mendapat tugas baru, menjadi penanggungjawab training/seminar. Waktu itu ditengah-tengah krisis moneter yang menerpa dunia bisnis, Fajar berhasil merintis kegiatan training budidaya ayam kampung, ikan hias, cacing tanah, dan lain-lain. Selanjutnya tahun 2004, ketika terjadi pengembangan organisasi PT Gallus Indonesia Utama,  Fajar dipercaya sebagai Manager Gita Organizer, divisi baru yang mengembangkan kegiatan training dan seminar.

Hingga akhir hayatnya, Fajar berperan mengembangkan bermacam kegiatan seminar dan training beserta event lainnya di Gita EO, antara lain mengembangkan berbagai seminar dan training ASOHI, bekerjasama dengan Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) menyelengarakan seminar nasional monogastrik, training marketing, launching produk perusahaan obat hewan, bersama RSHJ menyelenggarakan training dengan pembicara internasional, serta sebagai  co-organizer Indolivestock Expo yang diselenggarakan Napindo Media Ashatama dan berbagai kegiatan lainnya.

Fajar dikenang sebagai sahabat yang ramah, penuh humor dan selalu ceria. Ia rajin menjaga kesehatan, antara lain dengan makan dan olah raga yang teratur yaitu futsal seminggu sekali. Selamat jalan saudaraku. Kami senantiasa mengenangmu. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di sisiNya. Amiin.

Selang seminggu berpulangnya saudara kami Fajar Adi Purnama, kami kembali mendapat kabar duka bahwasanya ayahanda Fajar Adi Purnama, Bapak Keswadi menyusul putra sulungnya berpulang ke Rahmatullah. Kami turut berduka sedalam-dalamnya.





STOP! Penyakit Surra Masuk Ke Sumatera

Akhir akhir ini kasus Surra muncul lagi di negara kita, seperti yang dimuat pada majalah Infovet bulan Mei 2014. Kejadian penyakit ini terjadi pada kerbau lokal tepatnya Mei 2013 di Kabupaten Pandeglang dan Lebak, Banten, dilanjutkan kejadian penyakit pada November 2013 dan terakhir terjadi Maret -  April 2014 di Kabupaten Pandeglang. Kejadian penyakit ini mempunyai pengaruh besar karena memberi dampak ekonomi pada peternak akibat kematian, serta dipastikan tidak diijinkanya kerbau dari daerah tersebut dijual keluar daerah lain. Beberapa daerah yang membuat program pengadaan kerbau untuk pengembang biakan kerbau, tidak bisa mendapatkannya dari Provinsi Banten.

Kejadian Surra di Banten menjadi catatan tersendiri di pintu gerbang masuknya pulau Sumatera yaitu Provinsi Lampung. Lalu lintas sapi atau kerbau lokal dari pulau jawa ke pulau Sumatera mempunyai frekuensi yang cukup besar terutama pada 2013. Sehingga kejadian di Banten tersebut harus diwaspadai dan dicegah agar tidak menular ke Sumatera. Jika Surra dari Banten masuk ke Sumatera maka kejadiannya akan tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Sumba. Pemeliharaan ternak dengan digembalakan di padang rumput, integrasi dengan kebun sawit, ataupun populasi kerbau yang hidup di rawa rawa atau sepanjang aliran sungai sangat mudah terjadi penularan dari individu ke individu ataupun ke kawanan sapi / kerbau.
PEMERIKSAAN SURRA
Surveilans untuk penyakit Surra dilakukan dengan melakukan anamnesa, observasi pada ternak, kandang, keberadaan vektor. Pemeriksaan Ulas Darah/PUD (  Direct Microscop Examination/DME ) biasa dilakukan di lapangan. Pemeriksaan lainya meliputi pewarnaan Giemsa ( Giemsa Stain Smear/GSS ), Micro Haematocrit Centrifugation Technique/MHCT, Miniature-Anion Exchange Centrifugation Technique/MAECT. Jika dalam pemeriksaan tersebut ditemukan Trypanosoma evansi maka segera diinjeksikan ke hewan percobaan (mencit). Pemeriksaan serologis juga dapat dilakukan dengan card agglutination test for trypanosomosis (CATT/T. evansi), Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), Indirect immunofluorescence antibody test (IFAT), Latex agglutination test (LAT), Field ELISA (FELISA). Pendekatan secara molekuler dapat dikerjakan dengan polymerase chain reaction (PCR).

Pemeriksaan dengan histopatologi pada organ organ ternak yang telah mati dengan menemukan Trypanosoma evansi pada jaringan, di luar sel atau pada pembuluh darah. Bebarapa kasus Trypanosoma evansi dapat ditemukan pada orhan hati, jantung dan otak. Pada ternak yang mati dengan gejala kepala berputar putar, hasil pemeriksaan histopatologi menemukan Trypanosoma evansi pada otak dan terdapar perivascular cuffing ( infiltrasi / akumulasi sel radang di sekitar pembuluh darah ) di Otak.

Trypanosoma evansi adalah protozoa darah homoflagella tersirkulasi di dalam darah secara ekstraseluler sebagai agen penyakit Surra. Beberapa laporan sapi / kerbau dengan gejala klinik: demam, anemis konjungtiva, lemah, ambruk, kurus, terdapat oedema bawah dada, perut, kaki belakang, testis dan terjadi abortus. Beberapa kasus kematian diawali dengan kepala berputar putar, sapi menjadi lebih beringas, dan berujung kematian disertai kembung dan mulut berbusa ( seperti keracunan ).

Trypanosoma evansi dapat ditularkan melalui vektor mekanik : Lalat penghisap darah (Tabanid & Haematopaghus), lalat Tabanid ( hanya betina yang menghisap darah ), lalat Muscid ( Jantan dan betina menghisap darah ). Lalat Tabanid sangat efektif sebagai vektor karena mampu terus menghisap darah meskipun hewannya berontak, mampu mentransfer Trypanosoma evansi ke inang yang baru kurang dari 5 (lima) detik dan mampu menghisap darah dalam jumlah besar/ Nung.

Artikel selengkapnya baca di EDISI JUNI 2014/ Order ke- (021) 78841279

Teknologi Pakan untuk Sapi Perah

Penulis:
Andang S Indartono | twitter: @andangindartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)
   
Pakan merupakan komponen terbesar pada usaha peternakan. Biaya pakan yang dipengaruhi oleh inflasi dan kenaikan harga menjadi perhatian utama para pelaku usaha peternakan. Harga pakan konsentrat pada tahun 2010 rata-rata Rp. 1.800/Kg saat ini sudah lebih dari Rp. 2.500/Kg.

Tingginya harga bahan baku pakan mendorong perlunya strategi yang tepat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas produksi ternak. Orientasi efisiensi dalam penggunaan pakan sangat terkait dengan kualitas dan kuantitas serta dampak terhadap performa ternak.

Kondisi ini mengarahkan para peternak dan industri peternakan untuk mencari dan menggunakan sumber-sumber bahan pakan yang murah serta penerapan inovasi teknologi tepat guna. Bentuk-bentuk praktis penerapan teknologi dalam industri pakan salah satunya adalah pengembangan additive dan supplement untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menghasilkan pakan yang berkualitas yang mampu mendongkrak peningkatan produktivitas ternak.

Hal itu dibahas secara mendalam dalam Workshop AINI: Ruminant Feed Technology yang diselenggarakan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan (AINI) di Bandung pada 22 Mei 2014 lalu. Narasumber yang hadir dalam acara itu yakni Sekjen AINI Prof Nahrowi, Pengajar Fakultas Peternakan IPB Prof Toto Toharmat, Pengajar dari Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Dr. Ir. Didin S Tasripin, Nutritionis Trouw Nutrition Wira Wisnu Wardani, District Manager Elanco Animal Health Eka Rhamdani, dan perwakilan dari Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan Dr Maradoli Hutasuhut.

Dalam workshop yang membahas secara khusus tentang nutrisi bagi ternak sapi perah tersebut, terungkap bahwa sapi perah baik yang berskala industri maupun usaha tani, kualitas pakan yang digunakan dalam kegiatan on farm sangat menentukan produktivitas dan kualitas susu yang dihasilkan.

Penyediaan pakan yang berkualitas pada kegiatan usaha peternakan sapi perah tidak saja pada aspek pemenuhan nutrisi dan pencapaian produktivitas yang efisien, tetapi juga harus memperhatikan kualitas produk susu, kesejahteraan ternak serta faktor residu yang mungkin timbul akibat penggunaan bahan-bahan pakan.

Problem laktasi sapi perah
Kecukupan bahan kering hijauan dan tingkat serat yang cukup, sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi rumen  sapi perah, sehingga produksi susunya berjalan normal. Oleh karena itu, sapi perah sebaiknya mendapatkan bahan kering hijauan 1.4% dari bobot hidup. Jumlah hijauan pada ransum sapi perah pun jangan kurang dari 0.80% dari bobot hidup.

Pemberian konsentrat yang berlebihan atau pemberian lemak, pati dan non struktural karbohidrat yang berlebih dalam ransum juga dapat menyebabkan gangguan fungsi rumen dan metabolisme sapi perah. Yang perlu diingat, pemberian konsentrat (termasuk sereal) tidak boleh diberikan lebih dari 2.5% dari bobot hidup. Bahan kering konsentrat hendaknya tidak melebihi 55-60% dari bahan kering ransum selama puncak produksi dan 40-50 % pada produksi susu rata-rata.

Waspadai juga akan terjadinya penurunan produksi susu yang bisa terjadi secara mendadak jika pemberian pakan kurang memadai pada periode kering atau setelah puncak laktasi. Penurunan produksi dapat terjadi akibat variasi tingkat pemberian konsentrat  dalam ransum melebihi 10-15%./

Lanjutkan artikelnya silahkan baca di artikel edisi Juni 2014

Persiapan Menuju INDO LIVESTOCK 2014 EXPO & FORUM

 “Pameran & Seminar Bidang Industri Peternakan, Pakan Ternak, Perunggasan,
Sapi Perah, Sapi Potong, dan Budidaya Ikan.”
 
PT Napindo Media Ashatama selaku penyelenggara INDO LIVESTOCK 2014 EXPO DAN FORUM telah mengawali persiapan sejak hampir setahun yang lalu menuju perhelatan besar yang akan diselenggarakan pada tanggal 18 - 20 Juni 2014 di Jakarta Convention Center, Jakarta. Didukung oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI selaku tuan rumah penyelengggaraan, diharapkan pameran dan forum ini akan dihadiri oleh lebih dari 500 peserta pameran dari 42 negara dan 7 paviliun Negara, yaitu Indonesia, Korea Selatan, China, Taiwan, Eropa, Amerika Serikat dan Belanda.

Bapak Menteri Pertanian berkenan menerima tim PT Napindo Media Ashatama pada Jumat, 2 Mei 2014 yang lalu guna melaporkan persiapan penyelenggaraan Indo Livestock 2014. Pameran ini akan digelar bersamaan dengan pameran industri pakan ternak (Indo Feed Expo & Forum), industri susu sapi perah (Indo Dairy Expo dan Forum) dan industri budidaya ikan (Indo Fisheries Expo & Forum).

Penyelenggaraan pameran peternakan berskala Internasional ini merupakan ajang temu bisnis yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pelaku usaha industri peternakan baik dari dalam maupun luar negeri, peternak, lembaga pemerintahan, pengambil kebijakan, dosen, peneliti, konsultan peternakan, dokter hewan, sarjana peternakan, pembuat makanan ternak untuk mendapat informasi dan isu terkini mengenai perkembangan teknologi dari industri peternakan, obat – obatan hewan, pakan ternak, susu sapi perah dan budidaya ikan.

Program pendukung acara yang akan diselenggarakan pada pameran tahun ini, antara lain:
  1. Seminar Peternak Unggas Nasional, Ajang Pemilihan Peternak Unggul Masa Depan yang diselenggarakan oleh FAO ECTAD Indonesia pada tanggal 18 Juni 2014.
  2. Seminar Nasional Pengembangan Sistem Reproduksi Ternak Sapi di Indonesia yang diselenggarakan oleh PB ISPI & PB PDHI pada tanggal 19 Juni 2014.
  3. Seminar Onsite Review; New Registration Regulation in Indonesia yang diselenggarakan oleh ASOHI pada tanggal 20 Juni 2014.
  4. Sarasehan Kesiapan Logistik Peternakan Nasional Menghadapi AEC 2015 & Era Perdagangan Bebas 2020 oleh IPB pada tanggal 20 Juni 2014.
  5. Tersedia lebih dari 90 slot Technical Product Presentation yang diselenggarakan oleh peserta pameran dan dapat diikuti secara gratis oleh para            pengunjung yang ingin mengetahui secara rinci mengenai perkembangan teknologi dari industri peternakan, perikanan, pakan serta obat-obatan hewan.
  6. Indo Livestock Award yang diselenggarakan dalam rangka memberikan apresiasi sebagai perusahaan/perorangan yang berprestasi dan dapat dijadikan             teladan bagi komunitas peternakan. Bekerja sama dengan KPUPI (Komunitas Pengembang Usaha Peternakan Indonesia), Indo Livestock Award 2014 nantinya dibagi    menjadi 5 kategori masing - masing kepada perusahaan besar dan berskala kecil-menengah dan 1 kategori khusus perorangan. Adapun kategori tersebut adalah :    Rekayasa Input, dengan award “Cipta Piranti Satwa Nugraha”; Budidaya, dengan award “Nastiti Budidaya Satwa Nugraha”; Inovasi Produk, dengan award “Adiguna    Satwa Nugraha”; Kelembagaan, dengan award “Praja Mukti Satwa Nugraha”; Pengembangan SDM (sumber daya manusia), dengan award “Widya Karta Satwa Nugraha”;    dan kategori Perorangan/Khusus, dengan award “Adi Karsa Nugraha.”
  7. Gerakan Peduli Gizi SDTI (Susu, Daging, Telur, Ikan) dalam rangka mendukung kampanye peningkatan konsumsi protein hewani dan produk lahan peternakan di    Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani, khususnya kelompok masyarakat    yang masih memiliki pemahaman yang minim tentang konsumsi protein hewani.
  8. Live Demo setiap hari yang akan menampilkan berbagai teknologi terkini di bidang peternakan.
Diharapkan pameran Indo Livestock selalu menjadi barometer bagi kemajuan industri peternakan Indonesia di kancah internasional, serta ajang untuk meningkatkan kerjasama bisnis, pengembangan olah teknologi dan jasa peternakan di Indonesia. (wan)

ADAKAH ALAMAT “PALSU” SUKSES ?


Menarik sekali kolom Refleksi edisi Mei 2014 karya Bambang Suharno yang berjudul “Dimanakah Alamat Sukses?”.  Pesan penting dari artikel tersebut adalah; Semua orang memiliki alamat sukses sendiri-sendiri. Carilah itu dan bergegaslah ke sana.

Soal alamat, saya jadi ingat judul sebuah lagu  dangdut “Alamat Palsu” yang pernah tenar didendangkan oleh Ayu Ting Ting.  Sebab berkait dengan isi Kolom Refleksi, sudah pasti bahwa yang dimaksud alamat di sini adalah sebuah titik lokasi non geografis. Lebih konkritnya bagaimana dan kemana untuk menuju “sukses” itu. Jadi pertanyaannya, adakah alamat sukses yang palsu?

Sukses itu meskipun sebuah tujuan, namun toh sebenarnya lebih mengandung arti proses yang terus berjalan. Ibarat sebuah tanaman, maka tahapan itu adalah terus tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu sangatlah penting untuk dibatasi pengertian apa itu sukses. Meski sebenarnya tidak ada kata pengganti yang tepat untuk kata sukses selain menunjukan adanya proses yang terus berjalan meskipun banyak kendala yang merintangi.

Tak ada pula makna kata “sukses” yang berarti sebuah jenis kata “aktif”. Padahal sukses itu sudah pasti bukan bermakna pasif. Oleh karena itu definisi dan batasan sukses itu jika digabungkan dengan tempat, lokasi atau titik, sudah pasti menjadi bermakna pasif.

Alamat sukses sendiri adalah lebih mengandung arti sebuah pencapaian yang mampu memberikan perasaan senang, tenang dan nyaman bagi seseorang. Zona nyaman, kebebasan finansial, kemerdekaan berekspresi dan dapat begitu mencintai aktifitas yang dilakukan, itu menjadi beberapa parameter yang lebih rasional dan bisa diterima secara umum.

Menjadi wajar dan tak salah jika kemudian muncul pertanyan sebagai berikut :
Apakah seorang eksekutif sebuah Perusahaan yang bergaji Rp 500.000.000 tiap bulan sudah masuk dalam katagori level sukses?
Apakah seorang penjual nasi uduk keliling dengan penghasilan bersih Rp 25.000 per hari digolongkan belum mencapai sukses?

Tentunya akan menjadi semakin bias pengertian kata “sukses”. Lalu apakah seorang eksekutif itu benar-benar sudah mengerti, merasakan, menikmati dan sampai pada alamat tujuan sukses? Sedangkan si penjaja nasi uduk keliling itu contoh yang belum dan tidak sukses?

Kembali pada pertanyaan adakah alamat palsu sukses itu?
Sudah pasti alamat palsu sukses itu ada. Dua contoh ekstrim diatas adalah buktinya. Seorang   eksekutif, meskipun dengan membawa pulang setengah miliar rupiah setiap bulan, namun jika belum  tenang, tak nyaman atau kurang mendapat ruang untuk berekspresi, adalah kisah seorang yang sedang menemui alamat sukses, namun bukan yang sebenarnya, alias palsu.

Aktifitas kerjanya bukanlah merupakan hal yang mampu memberikan spirit untuk terus tumbuh dan berkembang, namun karena lebih didorong sebuah keharusan, dan ‘rasa takut’ terhadap pemilik perusahaan. Inisiatif dan kepekaan untuk berkreasi banyak dibebani oleh sebuah tanggung jawab pihak ketiga. Bukan pertanggungjawaban terhadap diri sendiri.

Justru si penjaja nasi uduk yang berkeliling keluar masuk kampung itulah yang telah menemukan alamat sukses sebenarnya. Barangkali meskipun dalam sehari hanya mampu menyisihkan nominal Rp 25.000 dari total omset hasil penjualannya. Namun kebebasan dan kemerdekaannya dalam berekspresi melebihi batasan seorang eksekutif itu. Kreasi dalam menjalankan pekerjaannya hanya dikontrol oleh dirinya sendiri, tanpa harus mempertanggungjawabkan kepada pihak lain.

Barangkali juga rasa aman, nyaman itu juga dia rasakan, karena ia sudah mampu menakar hasil yang akan dia peroleh. Dalam hal ini kebebasan finansial tentu saja jauh lebih ia rasakan karena keinginan dan kebutuhannya sudah dia ukur sendiri. Tak akan ia bunuh diri dengan memasang pasak lebih besar dari tiang.

Poin penting yang dapat dicatat dari uraian diatas adalah bahwa sukses adalah sebuah proses yang berjalan terus menerus dan bermakna aktif. Parameter materi atau hitungan angka ekonomis kurang mampu menegaskan makna sebuah kesuksesan. Kita bisa terjebak pada alamat “sukses yang palsu” jika proses “sukses” itu kurang memberikan rasa nyaman, aman, tenang serta terbelenggunya kebebasan berekspresi.

Untung Satriyo

DIES NATALIS ISMAPETI KE-31

Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) bekerja sama dengan BEM Fakultas Peternakan (Fapet) IPB sukses mengadakan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-31 ISMAPETI 
17-20 April 2014.

Rangkaian kegiatan ini mengusung tema “Spirit dan Harmonisasi Peternakan untuk Mewujudkan Mahasiswa Peternakan Berprestasi” ini diadakan untuk memperingati ulang tahun ISMAPETI yang ke-31. Sebanyak 140 mahasiswa yang berasal dari 16 delegasi hadir dalam acara ini.

Pembukaan dilaksanakan di gedung Jannes Hummuntal Hutasoit pada Jumat (18/4). Rangkaian kegiatan dibuka oleh pihak dekanat Fapet IPB yang diwakilkan oleh Dr Ir Irma Isnafia Arif. Kegiatan talkshow menghadirkan 4 orang pembicara yaitu Dr Ir Riwantoro selaku Sekdit Peternakan Kementerian Pertanian RI, Prof Dr Ir Luki Abdullah MSc Agr yang merupakan Sekjen FPPTPI, dari ISPI hadir Andang Indartono dan Ruri Sarasono selaku Sekjen GOPAN. Tema talkshow yaitu “Kementerian Peternakan Menyokong Ketahanan Pangan”.

Talk Show yang dimoderatori Ketua Umum PB ISMAPETI, Tarmizi Taher berlangsung cukup menarik. Dalam kesempatan ini, Riwantoro menyampaikan bahwa industri peternakan rakyat merupakan penyumbang terbesar pangan hewani di Indonesia. Kondisi ini justru memacu kita untuk meningkatkan kualitas peternakan rakyat untuk ketahanan pangan. “Kalau Indonesia tidak bisa berdaulat di bidang pangan hewani untuk apa ada ISMAPETI,” tegasnya.

“Keinginan untuk membentuk Kementerian Peternakan ini sebenarnya sudah lama”, Ujar Bapak Luki Abdullah.  Luki mengatakan tahun depan akan ada perdagangan bebas Asia, Indonesia harus sedini mungkin mempersiapkan diri. Luki mengungkapkan, saat ini banyak orang dari Thailand sedang belajar berbahasa Indonesia. Hal tersebut menurutnya menjadi bukti, bahwa Indonesia adalah pasar yang bagus untuk dimasuki produk-produk asal negeri gajah putih itu.

Sementara itu Andang Indartono menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang sedang tumbuh, konsumsi dalam negeri adalah penggerak utama ekonomi. Menyangkut Kementerian Peternakan ia berpendapat harus dibentuk supaya kebijakan dan regulasi bisa lebih fokus. Saat ini yang menjadi pertanyaan sudah siapkah regulator, swasta dan akademesi untuk membentuk Kementerian Peternakan.

Usai acara talkshow, para delegasi mengikuti kegiatan tur menuju Lab. Lapang Fapet IPB. Peserta delegasi diperlihatkan demo pembuatan wafer pakan dan judging pada sapi pedaging. Malam harinya, diadakan kegiatan Focus Group Disscussion yang membahas salah satu rekomendasi Munas XII ISMAPETI yaitu tentang pembentukan Kementerian Peternakan (Kemenpet). Ada 9 tools yang akan digunakan dan telah dibentuk Tim Adhoc Kemenpet yang terdiri dari 11 orang delegasi dari universitas yang berbeda. (M Jundi Adila/Inf)

DIRJEN PETERNAKAN RESMIKAN IVM ONLINE

Untuk saat ini anggota IVM Online adalah lab-lab milik Pemerintah yang telah menerima training peningkatan kapasitas secara bertahap.
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan terus berupaya meningkatkan kewaspadaan pengendalian dan pemberantasan penyakit Avian Influenza/AI (flu burung) pada unggas. Salah satu upaya dengan membangun sistem monitoring virus AI pada unggas secara online yang disebut Influenza Virus Monitoring Online atau IVM Online. Program ini diresmikan menggunakan IVM Online pada Selasa, 20 Mei 2014 di Bogor.

IVM Online adalah sebuah sistem untuk memonitor sifat antigenic dan genetic dari virus Avian Influenza (AI) khususnya Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) pada unggas di Indonesia yang terintegrasi secara online. Dengan demikian perkembangan jenis virus HPAI di seluruh penjuru Indonesia dapat dimonitor. Hal ini sangat penting untuk menentukan strategi pengendalian dan pemberantasan AI yang cepat dan akurat.

Ir Syukur Iwantoro MS MBA, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyampaikan bahwa, "Sistem IVM Online yang berbasis web ini memungkinkan para pengguna dapat mengetahui posisi virus AI yang bersirkulasi di Indonesia dengan mudah, karena dapat ditampilkan dalam bentuk peta filogenetik.”

Lebih lanjut Syukur menambahkan. "Disamping itu sistem ini dapat memberikan laporan dengan cepat dan tepat kepada para pengambil kebijakan, untuk menetapkan tindakan pengendalian penyakit selanjumya, seperti jenis vaksin yang harus digunakan dan antigen untuk diagnosa.”

Hal ini mengingat kesuksesan vaksinasi tergantung pada ketepatan jenis vaksin yang digunakan, yakni sesuai dengan strain virus AI di lapangan. Oleh karena itu monitoring terhadap perkembangan virus AI di lapangan harus dilakukan secara berkelanjutan, guna menentukan apakah diperlukan formulasi vaksin yang baru.

Dalam membangun jejaring dan sistem laboratorium kesehatan hewan berkelanjutan untuk monitoring virus influenza - IVM Online tersebut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization (FAQ).

Sejak tahun 2009, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan bekerjasama dengan FAO Indonesia telah meningkatkan kemampuan 8 Laboratorium Veteriner (2 Balai Besar Veteriner/BBVet dan 6 Balai Veteriner/BVet), Pusat Veterinaria Farma/Pusvetma, Balai Besar Penelitian Veteriner/BBalitvet, dan Balai Besar Pengujian Muru dan Sertifikasi Obat Hewan/BBPMSOH untuk deteksi, monitor dan karakterisasi virus AI yang beredar di lapangan.

Metode diagnosa diantara laboratorium telah diharmonisasi dengan menstandarisasi kualitasnya untuk memperoleh hasil yang berkualitas. Hasil screening virus AI di lapangan akan dianalisa oleh focal point laboratorium, yang akan dilakukan tes lanjutan dan squencing genetik virus.

Bahkan menurut Direktur Kesehatan Hewan Drh Pudjiatmoko PhD, IVM Online ini sangat bermanfaat dalam peningkatan kapasitas kemampuan laboratorium untuk mendukung kesehatan hewan. Diharapkan dengan adanya program ini dapat mendukung terbentuknya jejaring laboratorium veteriner di seluruh Indonesia. untuk masa yang akan datang diharapkan laboratorium swasta dan perguruan tinggi juga dapat bergabung dan berpartisipasi dalam IVM Online. 

Artikel selengkapnya baca di Infovet edisi Juni 2014, ya.. 

Drh Taufiq Junaedi MMA, Resmi Pimpin ASOHI Yogyakarta.

Foto: Drh. Taufiq saat sedang santai dirumahnya
Sebuah perhelatan sederhana pemilihan raya pengurus ASOHI (Asosiasi Pengusaha Obat Hewan Indonesia) Cabang Yogyakarta telah digelar pada awal Mei 2014 yang lalu.  Kegiatan yang diadakan untuk melakukan penyegaran kepengurusan organisasi itu, setelah sekian lama seolah tenggelam tanpa ada tanda-tanda antara hidup dan mati. Terpilih dengan suara terbanyak adalah seorang pelaku usaha perdagangan obat hewan yang mempunyai bendera usaha bernama CV Sato Satwa Sejahtera, yaitu Drh H Taufiq Junaedi MMA.     

Dengan terpilihnya Taufiq, maka berakhir sudah kepengurusan ASOHI periode sebelumnya yang selama ini dikendalikan oleh Drh Rusul Suhendra MSi. Kandidat lainnya terdiri dari 8 (delapan) orang. Adapun nama-nama calon yang bertarung dalam kepengurusan itu antara lain Drh Zahrul Anam, Drh Christanti, Drh Nawang Widoretno, Drh Anwar S, Drh Kantun Setiawan, Drh Hesti, Drh Rully Jayamedika dan Drh Untung Satriyo MSk.  

Menanggapi terpilih sebagai Ketua ASOHI Cabang Yogyakarta untuk periode 2014-2019, Taufiq menerima dengan perasaan yang amat berat namun masih penuh semangat untuk merevitalisasi ASOHI Cabang Yogyakarta, yang selama ini seolah telah mati suri.

“Sebuah amanah dari rekan rekan sejawat pelaku usaha obat hewan yang tidak ringan. Dan harus mampu saya tunjukkan agar organisasi ini semakin berwibawa serta disegani oleh organisasi lain. Mengingat selama ini kegiatan ASOHI cabang Yogyakarta seperrtinya mati suri. Harus digiatkan dan diisi dengan aneka kegiatan yang mampu menyemangati anggotanya dalam berniaga,” ujarnya

Seperti selalu saya ingat pesan dari Ketua Umum ASOHI Drh Rakhmat Nuriyanto MBA, bahwa ditingkat pusat, ASOHI sebagai organisasi yang sudah begitu disegani dan diperhitungkan peran dan eksistensinya oleh organisasi lain maupun pemerintah pusat. Maka hendaknya ditingkat daerah atau regional pun juga demikian, harapan Rakhmat. Untuk itulah sebagai ketua tim formatur terpilih ia segera akan melengkapi pengurus harian. Dengan harapan untuk dapat bermanfaat bagi ornanisasi maupun kepada masyarakat luas.

“Dalam waktu yang singkat saya akan segera melengkapi kepengurusan harian ASOHI Cabang Yogyakarta agar dalam Rakernas Juni 2014 ini kami sudah bisa ikut berperan serta sekaligus melaporkan kepada pengurus pusat ASOHI,” tegasnya. (iyo)




Ekspos Kegiatan dan Anggaran Ditjen PKH

Dirjen Syukur Iwantoro: Tujuan dari ekspose ini adalah untuk mensinergikan penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan pusat dan daerah
Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan pertemuan eskpose kegiatan  dan anggaran Tahun 2015 untuk Dinas Propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di seluruh Indonesia, Rabu, 23 April 2014.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Tangerang ini dihadiri oleh seluruh kepala dinas propinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan seluruh Indonesia.

Hadir dalam pembukaan acara tersebut diantaranya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan Syukur Iwantoro dan para Direktur dan Sekretaris Direktorat lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pada sambutannya, Syukur menyampaikan, “Tujuan dari ekspose propinsi ini adalah mensinergikan penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan pusat dan daerah termasuk UPT pusat”.

Lanjutnya, “Saya juga menekankan perlunya sinergi kegiatan dengan UPT lingkup Ditjen Peternakan dan Keswan karena UPT merupakan kepanjangan tangan dari Ditjen PKH di daerah untuk melaksanakan fungsi perbibitan, budidaya, pakan, keswan dan kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen”.

Pada pertemuan tersebut para kepala dinas memberikan presentasi terkait tahun awal dari rencana strategis (Renstra) 2015 – 2019. Saat ini telah disusun dan dibahas pokok-pokok rencana strategis 2015 - 2019. Renstra ini selanjutnya akan disosialisasikan dan dibahas bersama para stakeholder termasuk dinas bidang peternakan dan keswan tingkat propinsi dalam waktu yang dekat, sehingga penyusunan renstra dibuat paralel dengan penyusunan kegiatan tahun 2015.

Renstra ini menjadi acuan utama pembangunan peternakan dan keswan baik di pusat maupun daerah. Oleh karena itu pada expose kegiatan propinsi untuk tahun 2015 menjadi sangat penting sebagai langkah awal memulai kegiatan perencanaan tahunan. Dalam perencanaan tahun 2015 sebagai langkah awal, diperlukan sinergi penyusunan perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan sehingga tujuan dapat tercapai. (wan)

Medion Jadi Tempat Magang Pelatihan CPOHB

Tim CPOHB Direktorat Kesehatan Hewan Kementan RI dan Tim Medion

Medion menjadi tempat magang peserta pelatihan Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) yang diadakan oleh Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Kegiatan ini merupakan sarana untuk meningkatkan kompetensi tim CPOHB dalam penilaian aspek Good Manufacturing Practices (GMP) untuk obat hewan.

Pada tanggal 24 April 2014 lalu, sebanyak 6 orang peserta pelatihan CPOHB datang ke pabrik Medion di Cimareme, Padalarang, Bandung. Inspeksi diawali dengan perkenalan dan presentasi Company Profile Medion, lalu dilanjutkan dengan plant tour. Inspeksi meliputi keseluruhan aspek yaitu mulai dari Sistem Manajemen Mutu, Personalia, Bangunan dan Sarana Penunjang, Sanitasi & Higiena, Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri & Audit Mutu, Penanganan Keluhan & Penarikan Produk, Dokumentasi, Kontrak Pembuatan & Analisis serta Kualifikasi & Validasi.

Hasilnya, Medion telah memenuhi standar ketentuan CPOHB. Memang perusahaan yang sudah mengekspor produk-produknya ke 14 negara di Asia dan Afrika ini selalu memperhatikan mutu mulai dari bahan baku hingga barang jadi. (med)

Medion Kembangkan Pengetahuan Generasi Muda

Puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mengikuti Program Kunjungan Industri di Medion.
Langkah Medion dalam memberikan edukasi semakin mantap. Sebagaimana Program Kunjungan Industri yang telah dijalankan pada 5 April 2014, yang dihadiri oleh Mahasiswa dari Jurusan Teknik ITB, POLBAN, POLMAN, UNPAR, dan ITENAS. Disusul kemudian Kunjungan dari Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta pada 21 April 2014.

Dalam kegiatan ini mahasiswa diajak mengenal lebih dekat tentang dunia kerja, kemudian   mengadakan kunjungan ke pabrik disesuaikan dengan latar pendidikan para peserta kunjungan. Selain itu, juga diberikan materi tentang pengembangan diri dan softskill.

Manfaat Kunjungan Industri ini sangat dirasakan oleh para peserta. Mereka mengaku benar-benar puas dengan materi yang diberikan karena memberikan pengetahuan yang baru. Hal ini menjadi pengalaman yang menarik dan berguna untuk bekal masa depan. Semoga bekal ini dapat digunakan untuk menjadi persiapan masuk ke dunia kerja. (med)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer