Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

OBAT HEWAN ILEGAL, SIAPA YANG SALAH?

Oleh : Drh. Ida Lestari S. MSc. 

Belakangan ini ramai dibicarakan di media massa tentang peredaran obat ilegal yang merugikan konsumen pemakai, padahal dalam dunia obat hewan, kasus obat hewan ilegal sudah bukan merupakan permasalahan lagi, karena terkesan belum ada tangan yang cukup kuat untuk memperhatikan masalah ini secara lebih serius.

Pasal 39 Undang-undang no 18 tahun 2009, menyatakan bahwa, obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan biologik, pharmakopeutika, premiks dan sediaan alami.
 
Dalam peredaran obat hewan, Pemerintah Indonesia melalui Pe­raturan Pemerintah Republik Indonesia No 78 tahun 1992 tentang Obat  Hewan mewajibkan bagi semua obat hewan yang beredar sebelum digunakan di lapangan baik itu digunakan oleh para peternak maupun  perora­ngan, produksi luar maupun dalam negeri, harus telah diuji terlebih dahulu mutu/kualitasnya agar dapat memberi jaminan keamanan bagi para pengguna obat hewan tersebut.
 
Ketersediaan obat hewan bermutu merupakan jaminan bagi kesehatan hewan, sekaligus menopang peningkatan industri peternakan yang sa­ngat berperan dalam pengembangan agribisnis peternakan di Indonesia sehingga ketersediaan protein hewani akan lebih terjamin khususnya dalam menunjang program swasembada daging.
 
Dalam prakteknya, masyarakat sering tertipu dalam pemakaian obat hewan ilegal yang tidak diketahui kandungannya, dimana obat hewan ilegal tersebut kemungkinan mengandung sejumlah zat berbahaya bagi organ tubuh tertentu. Bahkan lebih banyak obat hewan ilegal itu merupakan barang selundupan yang sering tidak disertai cara pemakaiannya karena tidak menggunakan bahasa Indonesia.
 
Selain merugikan masyarakat pengguna yang kerap kurang mengerti bahaya penggunaan obat hewan ilegal, karena tidak ada jaminan Pemerintah dalam hal keamanan serta potensi obat hewan tersebut. Selain itu dengan adanya obat hewan ilegal, negara juga dirugikan karena mengurangi pendapatan negara untuk tarif pengujian maupun pajak bea masuk.
 
Sejak tahun 2004 hingga kini, setiap tahunnya, kurang lebih 400-an sertifikat lulus uji obat hewan diterbitkan oleh Laboratorium Penguji Mutu Obat Hewan yang pastinya obat hewan tersebut mendapatkan nomor registerasi, akan tetapi masih banyak obat hewan yang belum terdaftar yang dapat dikatagorikan obat hewan ilegal.
 
Obat hewan ilegal adalah obat hewan yang tidak terdaftar (tidak memiliki nomor registrasi) ataupun sudah terdaftar dan memiliki nomor re­gistrasi tetapi masa berlakunya telah habis. Sementara itu pemantauan obat hewan untuk menjamin kualitasnya telah dilakukan oleh laboratorium penguji mutu yang berwenang dan dinas terkait baik baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten, walaupun belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
 
Dalam dunia obat manusia, khususnya obat tradisional, kondisi krusial membuat semakin maraknya persediaan obat tradisional berbagai jenis dan merek, termasuk obat tradi­sional ilegal, dimana sudah seharusnya Pemerintah segera menerbitkan Pera­turan Pemerintah (PP) untuk me­ngatur hal tersebut karena konsumen adalah orang yang pertama terkena dampaknya.
 
Hal yang mirip diatas yaitu kejadian di USA, dimana para pejabat kesehatan AS mengkonfirmasikan pertama kali ditemukan adanya jamur mematikan dalam satu paket obat steroid yang digunakan dalam me­ngatasi rasa nyeri di punggung, yang tercemar jamur Exserohillum rostratum yang menyebabkan wabah meningitis dan menewaskan sedikitnya 20 orang hingga Kamis, 18 Oktober 2012.
 
Hingga kini ada beberapa SK Mentan / Peraturan Pemerintah atau Undang-undang yang berhubungan dengan Obat Hewan yang pernah diterbitkan antara lain: 

(1) PP Republik Indonesia No 78 tahun 1992 tentang Obat  Hewan; 
(2) SK Mentan RI No. 110/Kpts/OT.210/2/1993 tentang Pengujian Residu Obat Hewan dan Cemaran Mikroba; 
(3) SK Mentan RI No: 808/Kpts/OT.260/12/1994 tentang Syarat Pengawas dan Tata Cara Pengawasan Obat Hewan;
(4) SK Mentan RI No: 466/Kpts/OT.140/V/1999 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik;
(5) SK Mentan RI No:453/Kpts/TN.260/9/2000 tentang Obat Alami untuk Hewan;
(6) SK Mentan RI No: 456/Kpts/OT.140/9/2000 tentang Pembuatan, Penyediaan dan/atau Peredaran Obat Hewan oleh Lembaga Penelitian, Lembaga Pendidikan Tinggi dan Instansi Pemerintah; 
(7) Undang - Undang ReI  No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam pasal 52, ayat (2) dicantumkan bahwa, Setiap orang dilarang membuat, menyediakan, dan/atau mengedarkan obat hewan yang:
a.    Berupa sediaan biologik yang penyakitnya tidak ada di Indonesia
b.    Tidak memiliki nomor pendaf­taran
c.    Tidak diberi label dan tanda, dan
d.    Tidak memenuhi standar mutu

Bagi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut telah dicantumkan KETENTUAN PIDANA, dalam pasal 91: “Setiap orang yang membuat, menyediakan, dan/atau mengedarkan obat hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) dipidana de­ngan pidana kurungan paling singkat (3) bulan dan paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.800.000.000,00 (satu miliar delatan ratus juta rupiah)”
 
Dengan demikian jelaslah bahwa semestinya Pemerintah dalam hal ini para Pengawas Obat Hewan dapat melaksanakan tindakan penegakan hukum bagi setiap pelanggaran dibidang obat hewan.
 
Kendalanya adalah sebagian besar Pengawas Obat Hewan didaerah belum mendapatkan pelatihan sebagai “Penyidik Pegawai Negeri Sipil” (PPNS) sehingga belum memiliki kompetensi untuk memproses ke pengadilan (“pro justisia”).
 
Saat kondisi penyakit hewan yang sedang mewabah di lapangan, sering kali pengguna kurang berpikir rasional dalam pemilihan penggunaan obat. Sering kali mereka menggunakan obat hewan yang walaupun belum mengalami pengujian mutu di lembaga penguji mutu obat hewan. Yang ada pada benak mereka adalah bagaimana menyelamatkan hewan ternak mereka dengan menggunakan obat yang ”katanya” manjur padahal kandungan obat, cara pemakaian yang tidak diketahui karena leaflet bertuliskan bukan dalam bahasa Indonesia, dan terlebih penting belum diuji mutunya oleh lembaga yang berwenang di Indonesia sehingga tidak ada nomor registrasinya. Hasil yang kebanyakan terjadi di lapangan setelah penggunaan obat hewan ilegal itu adalah  ternak mereka banyak yang mati.
 
Dengan banyak beredarnya obat hewan ilegal di lapangan, siapa yang patut dipersalahkan? Apakah yang dipersalahkan adalah pengguna yang kurang mengerti obat hewan ilegal, baik perorangan maupun importir nakal yang memasukkan secara ilegal untuk meraup untung ditengah kepusingan para peternak dalam me­ngatasi wabah penyakit karena tidak perlu bayar bea masuk dan tidak perlu menunggu pengujian mutu obat.
 
Hingga kini, Kementerian Pertanian belum memiliki bidang atau direktorat penyidikan dan penindakan yang berhubungan dengan obat hewan ilegal, mengingat banyak obat hewan yang tidak terdaftar beredar di lapangan maupun perangkat lunak yang mengatur obat hewan ilegal tersebut.
 
Dengan adanya dukungan perangkat lunak seperti landasan hukum (Peraturan Pemerintah) yang mantap diharapkan dapat melindungi masyarakat khususnya peternak kecil dalam menggunakan obat hewan yang baik dan bermutu. (Infovet Des 12)
 
Penulis saat ini selain masih aktif di BBPMSOH juga diperbantukan pada Staf Ahli Menteri Pertanian bidang Investasi Pertanian.

Membangun Rumah Masa Depan

ALKISAH, seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan  rencana tersebut kepada mandornya.
 
Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa.
 
Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya.
 
Si tukang kayu ini sebenarnya sudah ingin segera menikmati masa pensiunnya, namun demi kebaikan, dengan berat hati ia menyanggupi permintaan terakhir atasannya.
 
Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, “Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada.”
 
Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya dengan rasa malas. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari bahan yang baik dan ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.
 
Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, “Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!”
 
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia mendapatkan hadiah rumah tapi hasil dari karya terakhirnya yang asal-asalan. (dirangkum dari newsletter Anne Ahira).
***
 
Mari  kita pikirkan kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan kita. Di akhir tahun kita akan mendapatkan hadiah yang semua orang menerima, yaitu datangnya tahun baru. Kita ibaratnya memasuki tahun baru hingga akhir tahun depan adalah sebuah bangunan rumah kehidupan.
 
Apa yang akan kita lakukan di akhir tahun adalah merancang bangunan rumah megah 2013. Dalam bahasa bisnis namanya menyusun budget 2013. Kita punya pilihan mau membangun rumah sekokoh dan semegah apa, karena  “ini adalah rumah kita, hadiah dari-Nya untuk kita”.
 
Kita tahu ini rumah kita, jadi apapun yang terjadi tahun ini, tidak boleh membuat kita bermalas-malasan. Untunglah ada ilmu teknis yang namanya budgeting dan yang nonteknis yaitu motivasi.
 
Pakar manajemen mengatakan, untuk membuat “rumah masa depan” yang baik, kita perlu mempertajam  pengamatan dan intuisi agar dapat menyusun asumsi tentang apa yang akan terjadi di tahun yang akan datang. Jika kita mampu membuat asumsi dengan tajam, maka anda punya bekal untuk menyusun target yang tajam juga. Jika target sudah disusun anda akan dapat menyusun strategi yang baik untuk  meraih target. Dan jika sudah dimantapkan strateginya, anda tinggal menyusun agenda aksi selama setahun.
 
Setidaknya itulah  yang bisa kita optimalkan untuk menbangun rumah kehidupan 2013. Namun semua itu pilihan kita. Kita boleh membangun dengan cara “mengalir” begitu saja tanpa rancangan budget, boleh juga merancang bangunan dengan budget yang sebaik-baiknya.
 
Kekuatan dan kemegahan bangunan rumah kehidupan kita dalam setahun, semuanya tergantung pada kita sendiri. Kehidupan kita adalah akibat dari pilihan kita sendiri.  Masa depan kita adalah hasil dari keputusan kita  saat ini.
 
Selamat Tahun Baru 2013. Semoga  kehebatan dan kebahagiaan selalu menyertai Anda. Amien.

Menetapkan Sudut Pandang

SEBUAH kisah nyata yang ditulis oleh Lutfi S. Fauza. Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan dan kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih dan teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
 
Hanya saja, ibu yang satu ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.
 
Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum dan  berkata  kepada sang ibu, “Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan”.
 
Ibu itu kemudian menutup matanya. “Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya berubah cerah.
 
Virginia Satir melanjutkan; “Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu.Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi”.
 
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
 
“Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu”. Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.
 
 “Sekarang bukalah mata ibu”.
“Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?”
 
Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku tahu maksud anda”, ujar sang ibu, “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif”.
 
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita, sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya
 
Kebanyakan sudut pandang manusia terhadap apa yang dilihat dan alaminya adalah sudut pandang negatif yang membuat banyak orang setiap hari diliputi dengan keluhan berkepanjangan. Padahal jika sudut pandang dirubah, dapat seketika banyak hal berubah menjadi positif. Saya coba lihat ke mesin pencari google, klik kata “keluhan” dan kemudian klik kata “berpikir positif”. Tersedia 15 juta halaman informasi mengenai keluhan, dan sebaliknya hanya 1,5 juta halaman mengenai berpikir positif. Manusia lebih senang mencari informasi mengenai keluhan disbanding dengan berpikir positif.
 
Dalam Aladin Factor karya Jack Canfield dan Victor Mark Hansen, setiap hari manusia mengalami 60 ribu pikiran. Sedemikian banyaknya pikiran yang melintas diotak sehingga manusia harus mampu mengarahkan kemana pikiran akan dibawa. Jika kita mengarahkan setiap lintasan pikiran ini ke arah negative makan yang terjadi adalah hal-hal yang negatif.
 
Dalam buku Terapi Berpikir Positif, Dr. Ibrahim Alfiky mengatakan, tahun 1986 sebuah penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas San Francisco menemukan bahwa 80% pikiran manusia adalah negatif. Maknanya adalah 80% respon manusia terhadap kejadian adalah dengan sudut pandang pikiran yang negatif. Ini akan berpengaruh terhadap perasaan, perilaku dan tingkat kesehatan yang kita alami.
 
Nah, para tokoh hebat dalam berbagai bidang kehidupan bukanlah orang yang menggunakan 80% pikirannya untuk negatif. Setiap kejadian dapat dicarikan sudut pandang positif sehingga dapat mengambil langkah positif. Tak heran jika dalam situasi negara krisis, atau lingkungan pekerjaan yang dipandang umum sebagai lingkungan buruk, mereka yang hebat dapat memposisikan pikirannya ke arah positif.
 
Mari kita berlatih berpikir dengan sudut pandang positif. Jika anda menerima Tagihan Pajak yang cukup besar, pikiran positif anda adalah anda berkarya dengan baik sehingga penghasilan anda tinggi.
 
Untuk rasa lelah, capai dan penat di akhir pekan, pikiran positif anda adalah karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.
 
Jika anda bosan dengan bermacam perdebatan di media elektronik yang sering berlebihan, itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.
 
Untuk setiap permasalahan hidup yang kita hadapi, karena itu artinya Tuhan sedang membentuk dan menempa kita untuk menjadi lebih baik lagi.
 
Pikiran berani membuat kita berani, pikiran  takut membuat kita takut, pikiran bahagia membuat kita bahagia, pikiran sengsara membuat kita sengsara. Pikiran optimis membuat kita optimis, pikiran pesimis membuat kita pesimis.
 
Filosof Socrates mengatakan, “Dengan pikiran, anda dapat membuat dunia menjadi berbunga-bunga dan dengan pikiran pula dunia dapat menjadi  berduri-duri.”
Selamat berpikir.

DAYA TARIK SAPI SUMBA ONGOLE


Oleh: Drh. Joko Susilo

Sapi lokal untuk bahan penggemukan semakin langka, setelah sapi PO, simental, limousine sekarang banyak feedlot mencari bakalan dari jenis sapi Bali, sapi Madura, sapi Kupang, dan sapi Sumba Ongole. Sapi Sumba Ongole (SO) adalah sapi ongole asli Indonesia berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan perawakan seperti sapi ongole (Jawa), warna asli putih, memiliki rangka dan perfoma produksi yang lebih baik dari sapi ongole. Frame yang tinggi panjang, bertanduk, perototan dan pertulangan kuat.

Di daerah asalnya sapi ini dipelihara dalam lahan penggembalaan (ranch) dengan panasnya sinar matahari di area ribuan hektar, pemilik sapi biasanya memiliki ratusan ekor sapi dan menandai sapinya dengan sobekan di telinga atau dengan cap bakar di paha.
 
Kelebihan pemeliharaan system ranch di sana adalah mendukung pembentukan rangka yang panjang karena sapi bisa exercise dengan cukup, mendapatkan vitamin D cukup dari sinar matahari, dan mendapatkan sebagian mineral (Ca) dari tanah atau bebatuan di sekitar ranch.  Kelemahan dari  system ranch adalah tingginya kejadian inbreeding, recording reproduksi dan produksi relatif susah, susahnya kontrol penyakit parasiter (cacing), sapi kecil akan selalu kalah dalam kompetisi perebutan pakan.
 
Pada musim kemarau, ranch akan sangat kekurangan air, akibat dari asupan air yang rendah akan terjadi kekurangan rumput, rendahnya perfoma reproduksi dan produksi, meningkatnya kematian pedet karena susu induk yang kurang mencukupi. Kurangnya rumput dan air pada musim kemarau menyebabkan menurunnya kondisi fisik sapi sehingga kejadian penyakit meningkat seperti demam tiga hari (Bovine Epiferal Fever), kekurusan (skinny) dan weakness (kelemahan). Saat musim kemarau terjadi peningkatan kejadian masuknya benda asing (kain, plastik, kayu, lidi, paku, kawat) ke dalam tubuh sapi yang dapat mengganggu fungsi alat pencernakan, jantung, paru paru dan system organ lain.

Penggemukan SO
Mobilisasi sapi Sumba Ongole dari Sumba ke Jawa untuk tujuan penggemukan sudah berjalan lebih dari 20 tahun yang lalu. Sapi dibawa melalui kapal laut melewati pelabuhan di Surabaya, dan dibawa ke Jawa, di Jawa Barat penampungan sementara sapi banyak dilakukan di Tambun, Bekasi sebelum dibawa ke feedlot masing masing antara lain di Subang, Bandung, Sukabumi, Bogor, atau Banten.
 
Para pengusaha penggemukan memilih sapi SO untuk penggemukan karena memiliki beberapa keuntungan seperti: sapi SO mudah beradaptasi dengan pakan penggemukan dengan sistem koloni, sapi dalam koloni baru dalam pen akan cepat mengenal kawan dalam satu koloni, tidak banyak terjadi perkelahian antar sapi (hanya 1-2 hari). Tahap awal penggemukan dimulai dari penimbangan masing masing sapi untuk menentukan grade berdasarkan berat badan, pen, dan target pakan.
 
Pemberian multi vitamin dan obat cacing sangat membantu meningkatkan kecernaan pakan yang dikonversi menjadi daging. Fase pakan dibedakan menjadi 3 yaitu starter (DOF 1 – 10), grower (11-60 hari), dan Finisher (60 hari – waktu jual). Persentase hijauan tinggi pada saat starter dan akan terus dikurangi sampai finisher/waktu jual, pakan konsentrat diberikan sebaliknya yaitu dari sedikit dan meningkat secara bertahap. 
 
Pada awal 2008, sapi yang dikelola di feedlot mempunyai rangka yang panjang panjang dan bobot badan awal 400 – 600 kg (masuk dalam kelas Heavy – ekstra Heavy). Kecilnya angka penyusutan karena transportasi (< 2%) dan average feed intake yang selalu meningkat dari hari ke hari (2,3 % - 2,6 % dry matter intake) menghasilkan perfoma yang luar biasa. Dalam jangka waktu pemeliharaan (Days On Feed) 90 hari SO jantan, akan didapatkan kenaikan berat badan 1.6 – 2.0 kg / ekor/ hari, dan rata rata karkas yang dihasilkan di atas 52.5%. Para jagal dan penjual daging sangat menyukai hasil panen penggemukan SO karena selain % karkas tinggi juga tekstur daging yang padat, sedikit atau tanpa lemak dan kematangan daging (berwarna merah  yang sangat pas untuk produksi bakso. Pada 2008 harga sapi SO jantan masih berkisar Rp. 22.500 – Rp. 23.000 dan indukan (cow) Rp. 18.000 – Rp. 19.000 /kg berat badan hidup. Pada saat itu harga karkas masih sekitar Rp. 45.000,00, sehingga apabila sapi berat 400 kg (400 X Rp. 22.500 = Rp.9.000.000,00) dipotong mendapatkan 53% karkas (212 kg) seharga Rp. 9.540.000,00 artinya ada keuntungan Rp. 540.000,00 / ekor bagi jagal. 

Akhir akhir ini, sapi bakalan yang datang dari Sumba relative lebih kecil kecil (250 kg) dan kondisi badan yang kurang ideal. Sapi dengan berat 250 – 300 kg ini termasuk dalam kategori  light – ekstra light, membutuhkan waktu pemeliharaan yang lebih lama yaitu di atas 120 hari. Kenaikan berat badan yang dihasilkan lebih rendah hanya sekitar 1.0 – 1.1 kg/ekor/hari, begitu juga karkas yang didapatkan hanya 50% saja. Makin rendahnya grade sapi bakalan yang masuk ke kandang penggemukan mengindikasikan telah terkurasnya sapi bakalan dengan bobot besar, meningkatnya kejadian inbreeding, atau populasi ternak tidak diimbangangi jumlah pakan yang tersedia terlebih pada musim kemarau.

Pengembang biakan SO (Breeding)
Semakin menurunnya kualitas sapi SO dan makin tingginya kebutuhan sapi lokal untuk bakalan penggemukan, menuntut pengusaha ternak untuk mengembangbiakan sapi SO dengan system intensif melalui perbaikan managemen pemeliharaan, perkawinan, pakan dan budidaya. Pengembangbiakan sapi SO secara intensif ditujukan untuk pemurnian dan masih menggunakan perkawinan alami. Sapi SO memiliki perfoma reproduksi yang sangat baik, hasil budidaya yang kami dapatkan kebuntingan > 90 % dengan rataan perkawinan 1-2 kali, mas produktif sampai 10 tahun, jarak antar kelahiran 12 – 13 bulan. Dalam perkembangan transfer embrio, sapi SO berreaksi sangat memuaskan terhadap superovulasi pada produksi embrio seperti yang pernah kami lakukan menghasilkan 20 buah embrio fertile kualitas excellent. Perfoma keturunan yang dihasilkan meliputi pertumbuhan yang lebih cepat, pada keturunan betina akan mencapai masa pubertas pada umur 13 bulan dengan berat badan 280 kg, dan berat badan indukan bisa mencapai 500kg. Pada beberapa pengamatan pemeliharaan, sapi SO tingkat reproduksinya sangat jelek di daerah yang dingin di dataran tinggi.
 
Pemberian pakan untuk breeding tidak membutuhkan pakan dengan kualitas terbaik. Hal ini selain untuk memperkecil biaya untuk produksi pedet juga karena sapi SO memiliki kecernaan yang baik terhadap pakan yang diberikan. Pakan untuk pemeliharaan sapi breeding yang kami berikan meliputi konsentrat 1- 3 kg ( protein kasar 10-11 %, TDN 65%  ) dan rumput lapangan atau jerami fermentasi dengan sedikit supplement vitamin E dan Selenium sudah sangat mencukupi.
 
Dalam dialognya di media electronic beberapa waktu yang lalu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sekda NTT, KTNA, dan para ahli peternakan dan pertanian berkomitmen penuh untuk memajukan pengembangan sapi Sumba Ongole. Dalam penjelasannya, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mengatakan akan mengkombinasikan manajemen pemeliharaan dan bionutrisi untuk mengdapatkan hasil optimal, sementara factor kekeringan pada musim kemarau yang bisa membuat kematian pedet hingga 60% akan ditanggulangi dengan pembuatan sarana dan prasarana sumber air. Balai Inseminasi Buatan di daerah atau milik kementrian pusat juga sudah waktunya untuk memproduksi semen beku SO sehingga akan cepat menyebar luas ke seluruh pesosok Indonesia. Semoga kerja keras yang sinergis mampu mengangkat Sumba Ongole menjadi problem solving bagi ketergantungan Import. Amieen..

Penulis adalah  Medis Veteriner 
Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional III Lampung
Direktorat Kesehatan Hewan, Dirjennak Keswan
Kementrian Pertanian RI

Tantangan Bisnis Perunggasan Indonesia Kian Beragam

ASOHI kembali menghadirkan Seminar Perunggasan ke-8 pada 18 Oktober lalu. Inilah seminar yang selalu dinantikan kalangan pebisnis obat hewan dan bisnis unggas tentunya. Mengusung tema “Peran Indonesia Dalam Percaturan Bisnis Perunggasan Dunia”, turut menghadirkan pembicara Mr Gordon Butland, konsultan perunggasan internasional.

Krissantono, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU)  menilai prospek pertumbuhan industri perunggasan di 2013 diprediksi naik 8%, maka setidaknya DOC yang dibutuhkan untuk peternak ayam pedaging akan mengalami penambahan menjadi 2,2 miliar dari tahun sebelumnya 1,9 miliar ekor. “Itu baru untuk ayam pedaging saja, belum untuk ayam petelur,” ujar Krissantono.

Sementara itu FX Sudirman Ketua Umum Asosiasi Produsen Pakan Indonesia, bencana kekeringan di Amerika dan beberapa sentra produksi jagung dan kedelai berpengaruh sangat besar terhadap melambungnya harga bahan pakan. Terhambatnya transportasi di Argentina juga berakibat pada kelanggakaan bungkil kedelai di pasar domestik. “Kenaikan harga bahan baku ini menyebabkan pula naiknya harga pakan,” katanya.
 
Meski demikian, Sudirman optimis tahun 2013 industri perunggasan nasional akan tumbuh. Hal ini ditandai dengan adanya investasi pabrik pakan yang gencar, baik pemain lama sebagai ekspansi, maupun dari investor atau pendatang baru.
 
“Masa depan industri pakan sangat baik, seiring dengan pertumbuhan industri peternakan, khususnya industri perunggasan,” ucapnya. Lanjutnya, produksi jagung nasional tahun 2012 cukup bagus, sehingga volume impor jagung menurun secara signifikan.
 
Berpijak dari tahun 2012, harga broiler sangat tergantung pada suplai. “Perlu diperhitungkan secara cermat, seberapa besar kenaikan produksi untuk memenuhi potensi kenaikan permintaan, sehingga terjadi keseimbangan yang membentuk harga ekonomi bagi seluruh sektor,”jelas Sekjen Pinsar, Ir Eddy Wahyudin. Eddy menambahkan, harga pakan dan bibit yang naik akan mempengaruhi kenaikan HPP sehingga menyebabkan harga broiler dan telur juga mengalami gejolak.
 
Eddy menuturkan, perlu antisipasi untuk mengatasi gangguan cuaca yang berpotensi mengganggu produksi dan distribusi broiler serta telur. Ancaman penyakit masih berpotensi menghambat secara langsung proses produksi broiler dan telur. Hal ini berdampak pada kenaikan harga bibit, karena terjadi gangguan produksi pembibitan.
 
Performa harga telur sepanjang tahun 2012, cukup bagus. Rata-rata harga jualnya yang melebihi HPP yaitu Rp 14.161/kg berbanding Rp 13.273/kg. Kendala yang dihadapi peternak layer tahun ini, salah satunya adalah kenaikan harga DOC layer mencapai Rp 13.000/ekor.
 
Sementara Mr Gordon Butland pada sesi kedua menyampaikan bahwa telah terjadi kekeringan yang melanda AS pada pertengahan 2012, di kawasan bagian mild west yang merupakan penghasil jagung dan kedelai terbesar sangat mempengaruhi harga pakan ternak dunia. Begitu juga dengan kedelai mengalami gagal produksi.
 
Permintaan kedelai dunia terus merangkak naik, sehingga cadangan kedelai menjadi rendah dan mengakibatkan mahalnya harga bungkil kedelai. Harga bungkil kedelai yang semula hanya Rp 4.000/kg pada awal tahun melesat mencapai Rp 7.000/kg saat ini. Kita ketahui, jagung dan bungkil kedelai merupakan bahan baku utama untuk ransum unggas. Penggunaannya berkisar antara 60-80 % dalam total ransum.
Hal penting yang dikemukakan Gordon yaitu negara Brazil dan Thailand saat ini giat mengekspor produk unggasnya. Selain itu akan banyak perusahaan asing menjadikan India, Indonesia, China, dan negara di bagian Asia untuk target pasar ekspor. 

BANGUN KEPERCAYAAN HADAPI TANTANGAN GLOBAL

Di kesempatan lain pada Kongres XI GPPU mengusung tema ‘Membangun Kepercayaan Menuju Efisiensi Produksi untuk Memenuhi Gizi Masyarakat Madani’ dengan sub tema ‘GPPU Siap Menghadapi Tantangan Nasional dan Global’, dihadiri 46 peserta anggota GPPU dan pada saat acara pembukaan dihadiri sekitar 75 peserta termasuk dari FMPI, GAPPI, ASOHI, GPMT, PPUN, GOPAN, PPAB, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.

Agar para peserta kongres terinspirasi akan keindahan dan kekhusukan Pulau Dewata, oleh Krissantono, Ketua Umum BPP GPPU Indonesia menyatakan, “Dari Kongres XI ini diharapkan bisa menghasilkan putusan-putusan Kongres yang dapat lebih menyatukan para pembibit dengan insan perunggasan lainnya, dan lebih meningkatkan produktivitas kita semua,” ujar Krissantono.

Dengan demikian, sudah tepat Bali dijadikan sebagai tuan rumah kali ini, walaupun Bali belum memiliki Komda yang mensyaratkan telah memiliki minimal dua breeding dan/atau hatchery. Krissantono berprihatin, bahwa konsumsi per kapita penduduk Indonesia masih rendah dibanding Negara-Negara tetangga, kita masih sekitar 7 kg/orang/tahun atau konsumsi per orang 1 ekor ayam untuk setiap 3 bulan, sementara di Malaysia per orang 3 ekor ayam untuk setiap bulan. Dan, konsumsi telor ayam per orang 1,6 butir telor setiap minggu, sementara di Malaysia 1 butir telor setiap hari.
 
Inilah tantangan untuk kita para pembibit dan tantangan untuk seluruh pelaku bisnis perunggasan. Andaikata kita bisa meningkatkan menjadi 15 kg/orang/tahun, perlu penjabaran detail berapa DOC harus kita produksi, GPS yang diimpor, PS dan FS yang diproduksi, kandang yang harus dibangun, ton pakan yang harus diproduksi, obat yang tersedia, peternak yang handal harus kita siapkan dan lain-lain permasalahan.
Tantangan ini baru dari sisi konsumsi perkapita. Secara jujur harus kita akui bahwa daya saing perunggsan kita masih masih rendah. Produktivitas masih relatif rendah, hampir 90 % bahan baku pakan tergantung dari luar, supply bibit masih impor dan struktur pasar masih belum efisien.
 
Dengan demikian tentang adanya panggung industri yang belum kuat, dapat membuat kita kecut dan kecil hati. Tetapi, sebaliknya suasana itu harus dapat memicu dan memacu seluruh unsur yang terlibat supaya dapat lebih merapatkan barisan bergandengan tangan dan sama-sama merancang policy bersama antara pebisnis,  Pemerintah dan  Akademisi, dengan koordinator FMPI.
 
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ir. Syukur Iwantoro, MS dalam sambutannya yang dibacakan oleh Ir. H. Abubakar, SE, MM, menyatakan bahwa industri perunggasan saat ini tumbuh cukup pesat mulai dari hulu sampai hilir. Produksi DOC broiler final stock tahun 2012 diprediksi mencapai 1,9 milyar atau setara dengan produksi daging ayam ras sekitar dua juta ton.
 
Indonesia dapat dikatakan sudah berswasembada ayam dan telur, dari segi produksi jauh lebih banyak ketimbang angka konsumsi yang masih rendah. Kontribusi terbesar yang memasok daging di dalam negeri adalah ayam ras 51,4 % disusul sapi 18,9 %. Di balik keberhasilan itu, masih dirasakan berbagai permasalahan yang masih dihadapi industri perunggasan yaitu penyediaan bibit ayam ras Grand Parent Stock (GPS) yang sepenuhnya 100 % masih impor dan sebagian Parent Stock (PS) impor. Dengan adanya ketidakseimbangan supply and demand, Dirjen berharap GPPU dapat mengatasi lewat Kongres XI kali ini.
 
Tantangan Nasional perunggasan yang turun naik, diharapkan GPPU siap bersatu untuk menyelesaikan persoalan bisnis perunggasan di Indonesia. Diharapkan perusahaan breeding dan hatchery yang belum bergabung bisa masuk menjadi anggota GPPU. Dan, menurut informasi yang didapat Infovet dari pengurus, ada dua perusahaan besar dan sekitar 15 perusahaan menengah yang belum menggabungkan diri ke organisasi GPPU.
 
Yang menjadi permasalahan saat ini adalah low trust society, yaitu suatu kondisi yang sangat kronis yang tidak ada kepercayaan masyarakat terhadap komponen yang satu dengan lainnya. Ada lingkaran setan antar pembibit dengan peternak, peternak dengan pabrik pakan, dan seterusnya sehingga akan muncul energi negatif. Nah, kalau terjadi energi negatif akan terjadi hukum alam dan kita tinggal menunggu kehancuran. Jika energi habis, kita akan tepar dan tamu akan datang masuk ke Indonesia untuk mengincar peluang. Indonesia lelah, asing akan masuk.
 
Ingat, Indonesia merupakan pasar yang sangat seksi. Chicken Leg Quarter (CLQ), Chicken Wing (CW) dari AS, bahkan kalkun dan bebek dari Brazilia sudah mengintip Indonesia. Kini tinggal sisi akademisi perlu diberdayakan. Banyak Profesor dan Doktor dilahirkan dari Perguruan Tinggi yang mumpuni. Koleksi dan berdayakan potensi mereka. Mengapa Pemerintah kurang memberdayakan mereka untuk diajak kerja bareng dari sisi scientific, kalau Pemerintah pernah berkata cara menangkal sudah habis karena keterbatasan.
Di era globalisasi, penolakan produk hanya bisa ditujukan dari sisi ilmiah, bukan dengan alasan lainnya. 

Thailand saat ini sudah bebas dari AI karena kerja bareng dari berbagai pihak, sehingga bisa masuk pasar global Eropa dan Indonesia. Ini merupakan proses pembelajaran bagi kita semua dan merupakan pekerjaan rumah utama yang harus diselesaikan secepatnya.
 
Sementara itu, Don Utoyo dari Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), mengingatkan, Indonesia jangan ekspor dulu, tetapi memperbesar pasar dalam negeri. Pemerintah membuat regulasi yang baik dan kondusif untuk menghadapi tantangan importasi peternakan. Beda pendapat boleh saja yang penting dapat memperbaiki kondisi peternakan. Faktor pendukung berupa pengadaan lahan serta bahan baku pakan perlu diperhatikan dan Pemerintah sebaiknya tidak hanya bicara target saja.

Akhir dari acara Kongres XI GPPU, Dirjen melantik pengurus GPPU periode 2012-2016, yang masih tetap dikomandani oleh Krissantono. (Mas Djoko R/Bali )/Infovet nov 12

PEMBERANTASAN RABIES PERLU PERAN SERTA BANYAK PIHAK


"Tuntutan atas kualitas vaksin rabies yang baik menyeruak seiring dengan sulitnya rabies diberantas di daerah endemik."
- Prof. Bambang Sektiari, FKH UNAIR.


Rabies merupakan penyakit paling mematikan yang bersumber dari hewan, maka di Indonesia jika hanya mengandalkan peran dari satu instansi/lembaga Pemerintah, sudah pasti akan sangat sulit untuk me­ngatasinya sampai kapanpun. Apalagi untuk memberantas hingga tuntas, akan memakan waktu yang lama dan panjang. Untuk itu peran serta banyak pihak secara sinergis akan membuahkan hasil yang jauh lebih cepat, lebih konkrit, dan lebih baik.

Peran serta Sanbe Group dalam hal ini PT Caprifarmindo Laboratories, jelas merupakan kontribusi yang sangat besar dan signifikan dalam usaha pemberantasan rabies terutama di negeri ini agar dapat segera mendeklarasikan sebagai negara atau setidaknya daerah yang bebas dari penyakit Rabies.

Demikian cuplikan wawancara singkat dengan Prof. Dr. Drh. Bambang Sektiari Lukiswanto, DEA dengan Infovet usai presentasinya di forum Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional ke-12 di Hotel Saphir Yogyakarta.
Menurut Prof Bambang, Rabies sebagai penyakit zoonosis sudah lama diketahui ada di muka bumi ini. Korban tewas yang ditimbulkannya sudah terlalu banyak, maka jika tidak ada inisiatif dan peran nyata dari masyarakat dan pihak-pihak swasta, maka kondisi ini akan semakin mengkhawatirkan. 

“Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa dalam setahunnya korban meninggal karena tertular penyakit Rabies mencapai 55.000 orang di seluruh belahan bumi ini. Terbanyak berada di benua Asia dan Afrika,” papar Prof Bambang yang merupakan seorang ayah dari 4 orang anak ini.

Selanjutnya Doktor lulusan Universitas Rene Descartes (Paris V), Perancis 1997, mengungkapkan bahwa benua Asia dan Afrika masih merupakan daerah endemis yang menyeramkan. Di Indonesia sendiri sampai saat ini, hampir sebagian besar provinsinya masih merupakan daerah tertular dan belum bebas dari penyakit itu. Menurut catatan dari Kementerian Pertanian RI, hanya Jawa Tengah dan Jawa Timurlah yang dinyatakan sebagai daerah yang bebas dari penyakit itu.

Di Indonesia problema klasik dalam pemberantasan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis adalah kompleks. Koordinasi antar instansi terkait belum sinergis, dan diperparah dengan kurangnya ketersediaan vaksin yang memadai dan berkualitas. Koordinasi memang gampang diucapkan, namun pada realitas di lapangan merupakan hal yang paling sulit untuk diimplementasikan.

Instansi yang kompeten membuat dan menyediakan vaksin untuk kasus penyakit itu, ternyata belum mampu untuk secara signifikan berkontribusi terhadap permasalahan klasik ini.  Peran serta banyak pihak memang menjadi sebuah keharusan agar penyakit zoonosis itu dapat dienyahkan, atau setidaknya semakin dipersempit kawasan geografis yang menjadi daerah endemis.

Berbicara masalah produk vaksin yang mempunyai peran penting dalam pemberantasan penyakit Rabies di Indonesia ini, menurut Prof Bambang yang juga Koordinator Bidang Akreditasi Pusat Penjaminan Mutu dan Mantan Ketua LPPM Universitas Airlangga Surabaya itu, bahwa ketersediaan terkait jumlah dosis mungkin dapat diatasi, namun terkendala dalam distribusi dan aplikasi di lapangan.

“Selain itu mungkin yang pa­ling memprihatinkan adalah kualitas vaksin yang ada di lapangan. Tuntutan mutu vaksin yang berkualitas agar menghasilkan tingkat proteksi yang optimal dari hewan yang divaksinasi akan semakin meningkat. Bukan saja untuk memberikan perlindungan, namun juga aspek lama proteksi yang didapatkan,” ujar pria yang tahun ini genap berusia 50 tahun ini.

Dari berbagai hasil penelitian di Indonesia yang selama ini terpublikasi, bahwa kegagalan vaksinasi rabies tidak hanya disebabkan karena level proteksi yang rendah dan program pelaksanaannya yang belum optimal. Namun yang jauh lebih memprihatinkan adalah produk vaksinnya yang belum mampu memberikan proteksi dalam jangka lama.

Ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan titer antribodi pasca vaksinasi yang rendah meskipun dalam jangka waktu yang pendek pasca vaksinasi. Atas kondisi tersebut mendesak munculnya inovasi yang menghasilkan vaksin rabies dengan potensi proteksi yang tinggi dan efek proteksi bertahan lama.

Dengan demikian tutur pria kelahiran Surabaya, 11 Agustus 1962 yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Klinik Veteriner pada Januari 2009 silam, peran serta pihak manapun dalam rangka untuk meredam ancaman penyakit hewan yang zoonosis itu harus diterima dengan tangan terbuka dan didukung penuh oleh semua pihak, khususnya Pemerintah.

PT Caprifarmindo Laboratories, sebagai perusahaan nasional yang berskala internasional, akhirnya mampu menjawab problema kompleks dari pemberantasan penyakit rabies ini. Melalui produk vaksin rabiesnya CAPRIVAC RBS®, vaksin produksi Capri ini telah sesuai dengan harapan Prof. Drh. Bambang Sektiari Lukiswanto, DEA.

Vaksin ini memiliki standar kualitas melebihi kualitas vaksin yang selama ini beredar di pasaran. Apalagi didukung sistem distribusi yang mampu menjangkau wilayah Indonesia yang luas.

Dari hasil pengujian dibuktikan vaksin rabies Caprifarmindo mampu memberikan proteksi yang optimal serta bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga aman untuk aplikasi di lapangan.

Presentasi Prof Bambang, menjadi sangat istimewa oleh karena dipaparkan dalam forum yang sangat berkelas bagi para dokter hewan praktisi di Indonesia, yaitu KIVNAS yang berlangsung sejak tanggal 10-13 Oktober 2012 di Yog­yakarta. (iyo/infovet nov 12)

VAKSINASI KOLERA JARANG DILAKUKAN?

Guna melacak jejak Kolera unggas atau Fowl Cholera, Infovet Jawa Timur menembus pegunungan Malang Barat melalui jalan panjang yang berliku-liku, lewat berbagai peternakan hingga di kota Malang bertemu dengan Drh Setyono Al Yoyok Direktur Poultry Shop Pakarvet di Kabupaten Malang. Apa statement yang didapatkan dalam wawancara di poultry shop berlanjut di rumah dokter hewan yang juga membuka praktek dokter hewan ini?

”Di lapangan tidak begitu menjadi masalah. Selama pegang program pullet jarang terjadi,” kata Drh Setyono Al Yoyok sang direktur Pakarvet Malang. Intinya, tindakan yang dibutuhkan, katanya, ”Persiapan kandang, brooding atau pemanas pengindukan buatan, biosecurity.”

Vaksinasi bakterial tidak terlalu diperhatikan dan jarang dipakai dalam penanganan Kolera Unggas dan umumnya penyakit bakterial. Berbeda dengan vaksinasi bakterial untuk penyakit Coryza. Ya, Coryza saja yang diperhatikan. Sedangkan vaksinasi parasit Koksidiosis, jarang divaksin walau ada vaksin Koksi. Demikian menurut Drh Setyono Al Yoyok.

Berdasar pemantauan lapangan oleh sumber Sentral Ternak, vaksin yang banyak beredar di lapangan dan banyak digunakan pada ayam umumnya untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus. ”Karena virus tahan terhadap obat antibiotika,” kata sumber Sentral Ternak. Vaksin tersebut antara lain vaksin AI, Gumboro, ND, Cacar, IB dan Mareks.

Namun perhatikan statement ini, ”Ada juga beberapa vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti vaksin Kolera dan Coryza.” Ya, memang vaksin bakterial ini ada, cuma penggunaannya yang menurut Drh Yoyok jarang.

Bagaimana sesungguhnya ihwal vaksin Kolera Unggas, Infovet mendapatkan data dari Balai Besar Penelitian Penyakit Veteriner Bogor yang telah memproduksi vaksin ini. Sumber Bbalitvet mengungkap telah diproduksi vaksin bivalen isolat lokal untuk pengendalian penyakit kolera unggas Vaksin Kolera Unggas.

Vaksin tersebut adalah vaksin bivalen inaktif yang dikembangkan dari isolat lokal  Kolera Unggas sendiri adalah penyakit bakterial yang menyerang ayam dan itik, disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Komposisi vaksin dibuat dalam bentuk inaktif yang terdiri dari dua isolat (bivalen).
 
Drh Rondius Solfaine MP Staf pengajar bagian patologi anatomi FKH Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dalam artikel untuk FKH Blog berpendapat tentang vaksinasi Kolera ini, ”Apabila memungkinkan, vaksin dapat digunakan untuk pencegahan infeksi penyakit Kolera unggas.” Menurutnya beberapa jenis vaksin dapat digunakan baik vaksin aktif (kuman Pasteurella dilemahkan) dan vaksin inaktif (kuman Pasteurella dimatikan).
 
”Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal cara pemakaian, daya proteksi dan titer antibodi yang dihasilkan. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi peternakan yang bersangkutan,” kata Drh Rondius. Bagaimana kenyataan lapangan?
 
Dari banyak program vaksinasi peternakan, memang tidak didapatkan adanya program vaksinasi Kolera ini. Ambillah salah satu contoh jadual vaksinasi pada ayam petelur suatu peternakan. Pada saat ayam umur 2-3 minggu divaksin IB dan ND. Umur 6 minggu divaksinasi IB dan ND lagi. Umur 10 minggu ILT dan Cacar Ayam. Umur 6-16 minggu divaksin AE (Avian Encephalomyelitis). Mana yang untuk Kolera? Tidak tercantum.
 
Majalah Kesayangan Anda Infovet pernah memberitakan bahwa Kolera unggas telah lama ada di Indonesia dengan kejadian pertama dilaporkan Bubberman pada 1912. Pernah ada letupan di Bogor-Jawa Barat, pada ayam petelur dan itik. Dan, ada anjuran, diperlukan vaksinasi apabila ditemukan dengan jelas penyakit Koleranya. Tentang hal ini mesti dikonsultasikan dengan dokter hewan anda untuk meneguhkan diagnosa. Waktu vaksinasi yang dianjurkan adalah pada saat ayam umur 6–8 minggu dan diulang umur 8–10 minggu.
(Yonathan/Infovet Nov 12)

KOLERA, ANTISIPASI SAMPAI AKHIR

Antisipasi peternak sudah tergolong bagus? Bila ayam sudah mengalami kembung, berarti sudah banyak bakteri yang berkembang di dalam tubuh ayam.
Menurut Drh Dyah Mei Anggraini dari PT Tekad Mandiri Citra wilayah kerja Jawa Timur kebanyakan penyakit Kolera jarang ditemukan. Meski, akhirnya ia mengakui kepada Infovet, pernah menjumpai penyakit yang gejalanya antara Kolera dan AI di daerah Pakis Malang. Begitupun secara umum diakui penyakit Kolera jarang ditemukan.

Satu kunci penting untuk terciptanya kondisi sebagus itu menurut Drh Dyah adalah, dilihat kesehatan waktu ayam kecil atau umur muda (umur 3 hari sampai 1 minggu). Hal ini dilambari antisipasi peternak menurutnya sudah tergolong bagus, “Dengan penyemprotan kandang,” katanya, “Ayam mau masuk, kandang disemprot lagi dengan antiseptik atau desinfektan.”

Seorang peternak yang mengaku telah puluhan tahun bergelut dengan ayam mengatakan, “Pelihara ayam dari starter sampai dengan grower jangan di kandang tanah. Karena alas kandang seperti sekam bila basah atau lembab dapat menjadi media penularan yang baik bagi berbagai macam penyakit.”

Tegasnya, serangan Kolera dapat dihindari bila pemeliharaan ayam diatur dengan baik. “Litter harus sering dibolak-balik agar tidak menggumpal,” kata seorang peternak menerangkan kiatnya dalam mencegah timbulnya penyakit ini di kandang.

Adapun untuk peternak yang tidak mau repot melakukan pekerjaan membolak-balik sekam pada lantai pertama kandang, ia lebih memilih kandangnya kandang panggung, bahkan ada yang mendirikan kandang di atas kolam. Dalam kandang kolam ini, kotoran ayam pun langsung jatuh jadi santapan ikan yang dipelihara dalam kolam.

Selain itu juga menjaga kebersihan tempat pakan dan minum dengan seri dicuci dan dibilas dengan desinfektan.

Kemudian kalau toh kasus Kolera terjadi juga, dengan angka kejadian Kolera pada 5-10 ekor dari 3000 ekor ayam, menurut kesaksian Drh Dyah, cirinya langsung mati secara mendadak. Berdasar pengalamannya pula, diagnosa serangan Kolera Unggas ini pada pemeriksaan bedah bangkai dengan mengamati perubahan yang terjadi pada organ-organ tubuh adalah paru-baru membengkak dan mengalami nekrosis.

“Biasanya serangan Kolera terjadi pada ayam usia 27-30 hari pada broiler atau lebih dari 30 hari pada ayam jantan,” ujar seorang praktisi. Masa inkubasi penyakit Kolera sendiri berlangsung selama 3-9 hari. Seorang praktisi yang banyak mengamati kasus kolera pada ayam petelur di Blitar mengatakan, “Serangan kolera terjadi pada umur lebih dari 4 bulan. Kadang-kadang ayam mati tanpa gejala klinis yang jelas, biasanya pada malam hari.” 

Diagnosa banding Kolera berak ayam berwarna hijau keruh, tidak seperti ND yang hijau muda. Beda lagi dengan serangan NE (Necrotic Enteritis) yang beraknya berwarna merah. 

Untuk mengetahui ayam terserang Kolera, tanda-tandanya adalah ayam berak hijau yang tampak pada warna kotorannya yang mengotori air, pakan dan lain-lain, keluar cairan dari mulut dan tubuh ayam, nafsu makan ayam turun yang dapat dilihat juga, pial bengkak berwarna biru. Pada saat bangkai ayam dibedah, tampak hatinya membesar, perdarahan pada hati, lambung (proventrikulus).

Dengan memperhatikan tanda-itu disertai dengan penurunan produksi, adanya telur yang pecah di dalam perut ayam serta hati yang terlihat seperti belang-belang, dicurigai telah terjadi kasus  Kolera. 

Kematian akibat serangan Kolera kelihatan dengan memastikan melalui pembedahan bangkai. Sebaliknya, adalah penting untuk memastikan ayam sudah sembuh dari penyakit Kolera yang dideritanya setelah tahap-tahap pengobatan yang tepat.

Bila menghadapi kasus Kolera ayam di lapangan yang lebih sering muncul karena permasalahan air, di mana pada musim penghujan, sekam kandang acapkali basah, treatment sekam harus diperhatikan. Bila ayam sudah mengalami kembung, berarti sudah banyak bakteri yang berkembang di dalam tubuh ayam. Dianjurkan peternak memberikan antibiotik pada ayam, pada kasus pencernaan ayam yang jelek ini.
(Yonathan/Infovet Nov 2012)

SIDIK JADI KEMENANGAN


Bambang Suharno

“Setiap orang adalah unik. Setiap orang punya cara tersendiri untuk meraih kemenangan dengan lebih cepat. Cara tersebut mungkin hanya berlaku pada dirinya dan tidak berlaku bagi orang lain. Ya, unik seperti sidik jari. Sebut saja Sidik Jari Kemenangan.”

Kalimat di atas saya kutip dari buku 7 keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa. Sidik Jari Kemenangan adalah istilah khas dari Ippho untuk menggambarkan bahwa setiap orang sejatinya memiliki cara sendiri untuk meraih kemenangan. Kita boleh belajar tentang bermacam strategi dan taktik, tapi dalam merealisasikannya bisa berbeda-beda hasilnya. Misalkan anda berada dalam satu kelas training marketing yang diajar oleh suhu marketing Hermawan Kertajaya. Jika dalam satu kelas mempraktekkan ilmu Hermawan sama persis, hasilnya tidaklah akan sama. Anda berguru kepada seorang pengusaha yang mencetak laba miliaran rupiah tiap hari dan langsung mempraktekkannya, apakah hasilnya sama? Tidak juga. Ingat, ada sidik jari kemenangan. Kita perlu melihat pada diri kita, berdasar pengalaman-pengalaman lampau, berdasarkan minat dan bakat kita sehingga dapat menulis kalimat demi kalimat mengenai kehebatan kita untuk meraih kemenangan. Dengan cara ini, anda akan tahu bahwa cara sukses anda berbeda dengan orang lain.

Menurut Ippho, apapun bentuk sidik jari kemenangan anda, dibutuhkan beberapa pendukung untuk dapat meraih keajaiban rezeki. Saya tidak dapat merangkum semua isi buku itu dalam satu halaman artikel ini. Saya akan menyampaikan poin menarik yang sepengetahuan saya belum disampaikan oleh pengarang lainnya.

Yaitu tentang sepasang bidadari. Ippho menyebutkan, ada sepasang bidadari yang akan membantu anda meraih keajaiban dalam hidup. Siapakah dia?

Dikisahkan seorang sahabat ingin membeli satu unit rumah di sebuah kompleks perumahan. “Saya ingin membeli rumah ini untuk investasi, tapi saya juga ingin membiayai ibu saya menjalankan ibadah umrah. Saya jadi bingung ngatur duitnya” kata calon pembeli.

Sang penjual mengatakan, “kalau begitu tunda dulu beli rumahnya, kapan lagi dapat membahagiakan sang ibu kalau bukan sekarang?” (Penjual ini agak aneh, ada pembeli potensial kok malah menyuruh menunda beli rumah hehe).

Singkat cerita pembeli tersebut akhirnya memutuskan akan tetap membiayai umrah sang ibunda tercinta dan tetap berniat membeli rumah. Rupanya si penjual sangat beruntung, menyuruh calon pembeli mendahulukan yang lain malah tetap dapat pembeli.

Kemudian apa yang terjadi? Tidak disangka-sangka, pembeli tadi malah memenangkan salah satu doorprize yang memang disediakan dan diundi untuk setiap pembeli. Anda mau tahu doorprizenya? Satu unit sepeda motor senilai biaya umrah. Luar biasa, yang awalnya mau dapat satu malah dapat semuanya. Begitulah, berbakti pada orang tua tidak akan berakhir dengan sia-sia.

Itu adalah bidadari pertama, yaitu ibu. Pesan utama dari cerita ini, kalau anda serius ingin meraih kemenangan, berbaktilah pada orang tua. Iphho menegaskan, berbakti pada orang tua akan menguak langit dan memanggil rejeki. Doa orang tua membuat rezeki betul-betul tercurah. (Dan hati-hati karena yang sebaliknya juga berlaku, cerita Malin Kundang adalah contohnya). Begitu doa orang tua selaras dengan doa kita, maka energi doa akan berlipat ganda. Orang tua adalah bidadari pertama.

Siapakah bidadari kedua? Tidak lain adalah pasangan kita. Percaya atau tidak, adanya pasangan akan membuat rejeki bertambah. Banyak kaum muda menunda pernikahan karena alasan belum siap secara ekonomi. Mereka mensyaratkan punya rumah sebelum menikah. Setelah punya rumah, ingin punya perangkat rumah sebelum menikah, selanjutnya ingin kendaraan dan seterusnya.

Untuk anda yang belum punya pasangan dan mempertimbangkan kesiapan ekonomi, disarankan untuk segera menikah dalam keadaan ekonomi sulitpun, karena dengan menikah akan terbuka pintu rezeki. Lihat buktinya di kanan kiri anda. Betapa banyak orang yang menunda pernikakan akhirnya malah tidak dapat mengumpulkan uang, sebaliknya yang berani menikah dalam keterbatasan, secara bertahap mereka dapat “memanggil rejeki”. Ini terjadi karena adanya keselarasan impian di dalam pasangan tersebut. keselarasan impian akan diikuti dengan keselarasan doa.

Jika anda sudah punya impian kemenangan, sampaikankah pada sepasang bidadari agar menyelaraskan doa mereka dengan doa anda. Kekuatan doa akan mengalirkan energi kebaikan dan kesuksesan.

Kembali ke sidik jari kemenangan, Ippho Santosa dalam bukunya memberikan halaman kosong yang harus diisi oleh pembaca mengenai sidik jari kemenangan. Setahu saya memang belum ada teknologi yang dapat memotret sidik jari kemenangan setiap individu. Untuk anda yang ingin meraih kemenangan, mulailah menulis keunikan anda, keunggulan anda dan bagaimana cara anda meraih kemenangan yang mungkin berbeda dengan orang-orang di sekitar anda. Selanjutnya sampaikan kepada sepasang bidadari agar keduanya mendukung dan mendoakannya.

Selamat meraih kemenangan. 

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer