Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TATA RUANG DAN KOMUNITAS PETERNAKAN DI LAMPUNG

Peristiwa penolakan penduduk pemukiman sekitar peternakan terjadi di mana-mana, dan dalam laporan peristiwa ini juga terjadi di propinsi yang terletak di bagian paling selatan Pulau Sumatera, yaitu Propinsi Lampung. Bagaimana aktivis peternakan di Lampung menghadapi peristiwa ini?

Tata ruang dan komunitas peternakan di Propinsi Lampung mendapati peristiwa berupa kendala munculnya pemukiman di sekitar peternakan. “Padahal, dulu wilayah peternakan terbebas dari pemukiman,” ungkap Drh Slamet Riyadi salah seorang praktisi peternakan di Propinsi Lampung langsung kepada Infovet belum lama ini di Jakarta.

Dengan banyaknya pemukiman penduduk di sekitar peternakan, kini peternakan mengalami banyak masalah sebagaimana terjadi di wilayah lain, yaitu, demontrasi penduduk menuntut supaya peternakan digusur,” ungkap Slamet Riyadi yang sudah sejak 1993 sudah bekerrja di Lampung sebagai manager peternakan di PT Wira Liki sampai 1995.

Tak ayal Pemerintah Daerah Propinsi pun mengkaji ulang tata ruang wilayah untuk komunitas peternakan. Lampung Barat selama ini merupakan daerah yang identik dengan komunitas peternakan ayam pedaging. Slamet Riyadi menjelaskan bahwa, “Pengembangan populasi ternak di Lampung terdiri atas berbagai jenis ternak, yaitu ternak besar sapi dan unggas.

Namun demikian Drh Slamet Riyadi yang pada 1995-2010 bekerja sebagai TS (Technical Service) hingga Kepala Cabang PT Agro Makmur Sentosa di Propinsi Lampung, berpendapat untuk penataan tata ruang wilayah ini tidak bisa mengandalkan hanya pemerintah sendiri. Masyarakat peternakan di situ pun dituntut untuk ikut aktif. Dengan demikian terdapatlah pengembangan khusus wilayah ini. Sebagai pengurus ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) Daerah Lampung, Drh Slamet Riyadi pun mengungkap, “ASOHI mendukung dengan ikut memberi masukan dan ikut serta dalam usaha pengaturan tata wilayah ini.”

Memang hal penataan wilayah itu belum terwujud, dan menurut Drh Slamet Riyadi yang di ASOHI Lampung bekerja bersama Drh Urip Sutayo dan Drh Zulpida, penataan wilayah ini membutuhkan jangka waktu lama. Intinya, pihaknya berjuang keras dan menghindari agar peternakan jangan sampai tergusur. Dan tim dari ASOHI pun memberi pengertian supaya peternak aktif memberi saran kepada para masyarakat di sekitar. Jangan sampai dianaktirikan, sebagai sesama warga negara peternak mempunyai hak untuk berkembang.

Peristiwa masalah menyangkut tata ruang dan komunitas peternakan tersebut terjadi kecuali di komunitas peternakan Mako Agung yang merupakan komunitas peternakan ayam pedaging di Lampung Utara. “Di sini peternakan tidak terlalu menjadi masalah,” kata Drh Slamet Riyadi yang selulus dari FKH Unair Surabaya pada 1992 bekerja di CV Biovet. Berbeda dengan di komunitas lain yang mana apapun masalah dapat terjadi yaitu masalah polusi, bau, lalat, dan belum diterima oleh penduduk sekitar.

Kalau dulu di Lampung hewan-hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran, dan setelah beberapa tahun kemudian, mereka ditangkap dan dimasukkan kedalam kandang, dihitung jumlahnya dan diberi tanda pemilik pada tubuhnya, Direktur PT Akraman Kemuliaan di Lampung ini pun mengungkap daerah komunitas-komunitas peternakan yang ada saat ini di Propinsi Lampung antara lain komunitas peternakan Margo Agung di Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan, komunitas peternakan Pekalongan di Lampung Timur, komunitas Prokinal di Kotabumi Lampung Selatan dan komunitas peternakan Tanjung Bintang di Lampung Selatan.

Pengembangan terus dilakukan, peternak kelinci di Lampung Barat kini mengembangkan kelinci anggora lantaran nilai jual yang lebih tinggi. Salah satu kegiatan kontes ternak di kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan belum lama ini membuka pemetaan antara lain ternak yang dikembangkan di sini adalah sapi bali betina (bibit), sapi hasil inseminasi buatan/ IB (jantan) yaitu sapi sapi bali, sapi PO (peranakan ongole), sapi brangus, sapi brahman, sapi limousin dan sapi simental, serta sapi PO jantan.

Pada 1996 Infovet pernah menulis, dalam kasus pencemaran lingkungan oleh peternakan ayam, yang menjadi pemicu permasalahan sebenarnya akibat dari pemukiman yang terus berkembang. Pada awal pembangunan, peternakan (paling banyak terdengar bermasalah peternakan ayam) didirikan jauh dari pemukiman penduduk namun lama kelamaan di sekitar areal petemakan tersebut menjadi pemukiman. Hal tersebut menjadi-jadi karena perkembangan dan rencana tataruang yang tidak konsisten.

Departemen Pertanian telah menyadari hal tersebut dengan mengeluarkan peraturan menteri melalui SK Mentan No. 237/1991 dan SK Mentan No. 752/1994, yang menyatakan bahwa usaha peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk usaha peternakan ayam ras pedaging, yaitu populasi lebih dari 15.000 ekor per siklus terletak dalam satu lokasi, sedangkan untuk ayam petelur, populasi lebih dari 10.000 ekor induk terletak dalam satu hamparan lokasi.

Rupanya gesekan soal tata ruang peternakan dengan pemukiman penduduk ini masih terus terjadi. Juga di Lampung. Mari semua berusaha agar masalah seperti ini dapat segera teratasi. (Red)

SMK FARMING TLOGOWUNGU,PENYEDIA SDM PETERNAKAN DINI SELAIN SNAKMA

Dalam sebuah peristiwa acara dokter hewan perunggasan di Jakarta, Infovet bertemu dengan kepala sekolah peternakan yang merupakan sekolah alternatif pencetak dini tenaga peternakan selain Snakma. Ia adalah Drh SS Ngestiningsih yang menjabat sebagai Kepala SMK Farming Tlogowungu.

Kalau Snakma (Sekolah Peternakan Menengah Atas) merupakan sekolah menengah peternakan di bawah Departemen Pertanian, maka SMK Farming Tlogowungu Pati Jawa Tengah merupakan bukti nyata kepedulian pengembangan peternakan sejak dini di bawah Departemen Pendidikan Nasional (dulu Depdikbud). Sebagaimana Snakma, dengan SMK Farming dicetak tenaga teknis peternakan siap pakai.

SMK Farming Tlogowungu merupakan penerima Indolivestock Award 2006 untuk kategori Pengembangan SDM. Prestasi lain adalah sebagai sekolah unggulan 2006 Jawa Tengah, Juara II Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Jateng 2007 dan Juara III tahun 2008 serta 2009.
Drh SS Ngestiningsih mengatakan secara khusus kepada Infovet tentang adanya praktek kerja industri yang merupakan langkah pembiasaan siswa terhadap dunia kerja yang akan dihadapinya nanti. Umumnya praktek kerja industri dilakukan lebih cepat dan mudah dalam kerja di peternakan.

Sebagai contoh yang telah berlangsung pembiasaan kerja di industri peternakan itu telah dilakukan di beberapa peternakan seperti peternakan mitra PT PKP Unit Kudus, PT Sari Niaga Pasifik Subang Jawa Barat, Kelompok Ternak Sapi Perah Jagan Margorejo Pati, PT Cemerlang Unggas Lestari dan Jonggo Farm Wedar Jaksa Pati.

Drh Ngestiningsih yang alumnus FKH IPB tahun 1988 ini mengaku telah memelihara fasilitas yang dimiliki untuk dipakai belajar siswa di SMK ini sejak 1990. Dalam mengelola SMK yang berdiri sejak 1987 dibawah asuhan Yayasan Pendidikan Kekeluargaan Gotong Royong ini ia dibantu oleh suaminya. Fasilitas yang dimiliki kini pun berupa unit produksi dan pelatihan ayam pedaging berkapasitas 20 ribu ekor, unit produksi dan pelatihan sapi, kambing etawa, ruang multimedia dan asrama siswa.

Salah satu metode peningkatan kurikulum di SMK adalah ia dan suami rajin menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan peternakan dan kesehatan hewan yang dari situ dimasukkan kurikulum alternatif. Ngestiningsih mengaku kebutuhan tenaga peternakan lebih dari jumlah lulusan yang dihasilkan. Maka soal kualitas selalu diperhatikan sehingga untuk SMK ia selalu update informasi supaya para siswa dan lulusan SMK Farming bisa menjadi agen penyebar ilmu ke peternak.

Dalam rangka itulah praktek kerja industri seperti yang diselenggarakan di PKP Region Jawa Tengah dilakukan sebaik-baiknya. “Supaya sama-sama diuntungkan,” kata Drh Ngestingingsih. Makin nyata di sini, metode pendidikan yang diterapkan adalah “bersekolah sambil bekerja” atau “learning by doing”, ditunjang sarana belajar dan praktek yang memadai, “Sehingga lulusan SMK Farming siap memasuki dunia kerja,” akunya.

Alhasil, lulusan-lulusan SMK Farming ada yang diterima di PT Medion Bandung sebagai asisten teknisi peternakan, operator industri dan bidang kerja sejenisnya. Ada pula yang diterima di PKP Unit Kudus sebagai operator peternakan ayam pedaging, di PT Sierad Produce sebagai penyuluh dan berbagai operator peternakan ayam. Selain itu beberapa juga diterima diberbagai perusahaan peternakan lain baik sebagai operator penggemukan sapi potong, operator toko daging, operator peternakan maupun penanggungjawab logistik dan sejenisnya.
Drh Ngestiningsih pun menyampaikan setiap lulusan SLTP atau MTs dapat mendaftarkan di SMK Farming untuk mengikuti jalur keahlian dan ketrampilan bidang budidaya ternak di SMK Tlogo Wungu Pati Jawa Tengah yang punya kelas industri atau kelas wirausaha.

Masing-masing lulusan berkompetensi sebagai operator peternakan ayam pedaging dan ayam petelur dengan sertifikat PT PKP, vaksinator, pengelola toko daging, pemotong ayam pada rumah potong ayam (RPA) dengan sertifikat MUI, juru timbang panen ayam pedaging, penenggungjawab logistik peternakan, pembuat pupuk organik, operator pembibitan atau penggemukan sapi, kambing dan domba, mengolah hasil ternak, mengolah pakan hijauan, dll.
Kalangan peternakan dan kesehatan hewan pasti sadar betul tentang kebutuhan sangat penting terhadap tenaga teknis ini. (Red)

KEDAULATAN PANGAN

Oleh: Drh H. Tjiptardjo P, SE

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kebutuhan mendasar yang harus terjamin adalah ketersediaan bahan pangan, dalam tata ekonomi yang berdasarkan pasar bebas memang tidak tertutup adanya kebutuhan yang harus dipasok dari negara lain, namun demikian harus dapat dibatasi dan hal-hal yang bersifat strategis dapat dipenuhi sendiri dari sumber lokal.

Dari analisis kelembagaan yang terkait dengan kecukupan pangan, ditataran global akan terjadi kecenderungan ketidakseimbangan laju penambahan penawaran dan permintaan, untuk itu harus diwaspadai dan dipersiapkan. Terkait dengan bahan pangan asal hewan maka Program Swasembada Daging Sapi 2014 merupakan upaya yang perlu penyesuaian agar dapat lebih efektif.

Mengacu pada Seminar Nasional “Peluang dan Tantangan Investasi Peternakan Sapi dalam rangka Swasembada Daging Sapi 2014” yang diselenggarakan oleh ASOHI (Asoasiasi Obat Hewan Indonesia) paad akhir September 2010 di Jakarta, memang banyak hal yang perlu perbaikan untuk dapat mencapai sasaran terbaik.
Hal-hal yang harus dipertajam adalah efisiensi dari sumber dana dengan prioritas kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian program serta peran serta Pemerintah daerah yang perlu ditingkatkan. Tepat sekali ulasan dalam artikel harian Kompas tanggal 1 Oktober 2010 yangbertajuk “Program Belum Fokus, Pemda Tidak Mendukung Program Swasembada Daging Sapi”.
Dalam peningkatan populasi sapi yang tidak boleh diabaikan adalah optimalisasi stock yang ada dengan meningkatkan produktivitasnya, melalui berbagai upaya yang tidak sulit dilaksanakan dengan biaya yang relatif tidak tinggi.

Kegiatan yang perlu menjadi prioritas adalah penyelamatan sapi betina produktif yang sampai saat ini laju pemotongannya masih tinggi, untuk itu perlu dukungan Pemerintah Daerah melalui pengawasan pada RPH (Rumah Potong Hewan). Selain itu juga diperlukan optimalisasi kondisi kesehatan reproduksi sehingga angka kelahiran bisa ditingkatkan, disamping perbaikan kondisi umum melalui pencegahan penyakit parasit khususnya cacing yang menghambat pertumbuhan dan pertambahan berat badan.

Diharapkan melalui penajaman program secara tepat, efisiensi dapat dilakukan dan efektivitas dapat ditingkatkan sehingga sasaran program dapat dicapai.
(*)

5 STRATEGI DOKTER HEWAN HADAPI TUNTUTAN PERUNGGASAN

Tuntutan dunia perunggasan begitu banyak dan semakin bertambah, dimulai dari tuntutan keragaman sebagai tuntutan paling besar dari konsumen, tuntutan keamanan pangan, kekarantinaan, penanganan penyakit, disusul tuntutan-tuntutan yang lain. Diperlukan strategi menghadapi tuntutan itu. Apa saja 5 strategi yang ditawarkan Wakil Menteri Pertanian?

Kompak, komunikatif, membangun jaringan kerja, dan membagi ilmu pengetahuan, dan pemetaan secara cepat adalah 5 strategi bisnis perunggasan yang diharapkan dimiliki dokter hewan.

Harapan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia Dr Bayu Khrisnamurti dalam acara Lokakarya Perencanaan Pengembangan Perunggasan Nasional di Jakarta belum lama ini. Bayu mengungkap kecenderungan tuntutan dunia perunggasan berdampak besar dan menimbulkan harapan sangat besar pada profesi dokter hewan, Harapan itu adalah agar dokter hewan bisa berperan dan memenuhi esensinya sebagai profesi yang layak dan dibutuhkan masyarakat.

Keragaman sebagai tuntutan paling besar dari konsumen itu adalah semakin banyak jenis produk, semakin banyak kualitas, konsumen semakin banyak menuntut penghantaran atau pengemasan dengan contoh pengemasan nugget ayam dan sayap ayam.

Di sini, “Keragaman adalah suatu yang tidak dapat dihindari,” kata Dr Bayu Khrisnamurti dalam acara yang diselenggarakan oleh USDA (United States Department of Agricultural), FAO (Food and Agricultural Organization), Kementerian Pertanian RI dan ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia) itu.

Menurut Dr Bayu Khrisnamurti, industri perunggasan tidak hanya menghasilkan produk secara utuh, namun juga memerlukan proses produksi dengan industri yang juga beragam.
Tuntutan selanjutnya adalah keamanan pangan, di mana kalau produk sedemikian beradab dengan jenis berbeda-beda bisa dibayangkan intervensi yang berbeda. Di sini dalam proses produksinya, “Banyak momen yang harus dilewati, dan dengan sendirinya banyak ancaman keamanan produk,” kata Bayu.

Ia mencontohkan ancaman itu adalah penyakit bakteri, penyakit virus dan lain-lain penyakit serta ancaman yang sangat banyak sekali, yang mempengaruhi kepastian produk yang disajikan konsumen apakah sudah benar-benar aman.

Adapun kondisi di Indonesia juga ada tuntutan tambahan, yaitu soal kehalalan. “Contohnya chicken nugget, apakah pengamanan menunjukkan proses dalam chicken nugget halal?” tanya Bayu Khrisnamurti.

Ia pun melontarkan pertanyaan selanjutnya tentang kepastian jaminan bukan hanya pada perusahaan-perusahaan tapi juga pada produk. Selama ini pertanyaan di negara maju yang banyak diajukan tentang suatu produk tertentu adalah, “Siapa yang membuat produk itu?” Menurut Bayu, pertanyaan ini sudah mulai berlaku di Indonesia. Misalnya pada bidang pertanian, karet yang dibeli berasal dari pohon yang mana? Lalu daging yang dibeli dari peternakan mana?

Berikutnya Dr Bayu mengungkap kebutuhan dan tuntutan fungsi-fungsi kekarantinaan juga semakin ketat dan semakin efisien. “Tidak membuat biaya yang tinggi, proses kekarantinaan harus tegas, bagus, baik, efisien dan berbiaya murah,” tegasnya.
Kecenderungan berikutnya adalah penanganan penyakit. “Kita harus dapat mendeteksi penyakit sedini dan seakurat mungkin, bahkan kalau perlu dengan pemeriksaan biomolekuler secepat mungkin dan diakhiri dengan mekanisme penjaminan seandal mungkin,” kata Dr Bayu Khrisnamurti.........(yonathan)

Selengkapnya baca majalah Infovet edisi September 2010

DEKAN TERMUDA FAPET UNSOED DILANTIK


Pada 9 Agustus 2010 Dr Ir Akhmad Sodiq MSc Agr dilantik sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jawa Tengah. Pada saat dilantik, ia baru menginjak usia 41 tahun dan menjadikannya sebagai dekan termuda sepanjang sejarah Fapet Unsoed.

Pelantikan dan Serah Terima Jabatan berlangsung di Gedung Soemardjito Universitas Jenderal Soedirman. Akhmad Sodiq dilantik untuk masa jabatan antar waktu tahun 2008-2012 menggantikan Dekan sebelumnya Prof Dr Ir Mas Yedi Sumaryadi MS yang di tengah masa jabatannya terpilih menjadi Pembantu Rektor I.

Suami dari Susiati SAg ini terpilih melalui paparan Program Kerja Calon Dekan Pengganti Antar Waktu Fakultas Peternakan Unsoed Masa Jabatan 2008-2012. Dalam paparannya, ia menjabarkan visi yang sangat sederhana namun tepat sasaran yaitu “Kebersamaan dan Silaturahim untuk Mewujudkan Kemajuan dan Kesejahteraan Fakultas Peternakan Unsoed”.

Sementara itu, dilantik juga sebagai Dekan Fakultas Pertanian Unsoed Dr Ir H Achmad Iqbal MSi periode 2010-2014, Prof Dr Hj Triani Hardiyati SU sebagai Direktur Program Pascasarjana periode 2010-2014. Drs Bambang Agus Pramuka MAcc Ak PhD sebagai Asisten Direktur I Program Pascasarjana, dan Dr Agus Suroso MS sebagai Asisten Direktur II Program Pascasarjana.

Acara pelantikan dihadiri oleh Anggota Senat Universitas, Jajaran Pejabat di Fakultas Pertanian dan Peternakan, Pejabat Struktural di lingkungan Unsoed, Dharma Wanita Persatuan Unsoed dan juga Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian. (sapt/red)

KETIKA ADA RANAH SPESIALIS DI KALANGAN DRH KITA

Dokter hewan memisahkan diri dari rumpun pertanian? Mau jadi dokter hewan spesialis? Milikilah kompetensi, dan ikutlah bergabung dalam organisasi non teritorial sesuai dengan bidang spesialis itu. Ini pergulatan seru kalangan dokter hewan untuk meningkatkan kualitasnya yang berarti pergulatan besar kalangan peternakan dan kesehatan hewan secara umum untuk kebaikan bersama?

Pakar nutrisi perusahaan besar pakan ternak di Indonesia Dr Drh Desianto Budi Utomo MSc selaku Bidang Ilmiah Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) mengungkap perkembangan terbaru Kodefikasi Program Studi Kedokteran Hewan di Indonesia.

Kodefikasi itu adalah, “Program Studi Kedokteran Hewan sebagai rumpun pengembangan ilmu tersendiri sebagaimana kecenderungan perkembangan sains, teknologi dan pendidikan tinggi kedokteran hewan di dunia. Ilmu Kedokteran Hewan tidak berada di bawah rumpun Pertanian, tetapi dalam rumpun Medis,” kata Desianto di depan peserta Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia) sebagai ONT (Organisasi Non Teritorial) di bawah PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), di Jakarta belum lama ini.

Dasar dari kodefikasi itu disampaikan Dr Desianto bahwa, “Dokter (dr, drg, Drh) merupakan suatu profesi yang disebut profesi penyembuh atau the healing profession. Profesi kedokteran atau profesi medis dikenal sebagai profesi luhur selanjutnya harus menggali dasar-dasar berdirinya profesi ini agar memiliki pondasi yang kokoh dan dapat mempertahankan arah dan tujuannya yang mulia. Kedokteran hewan merupakan suatu ilmu yang termasuk dalam rumpun ilmu kedokteran karena secara hukum/legal menggunakan nama kedokteran.”

Adapun, diuraikan Dr Desianto, Dokter Hewan mempunyai peran-peran khusus bagi masyarakat melalui dunia hewan (manusya mriga satwa sewaka) yang meliputi menjaga dan meningkatkan kesehatan hewan, produktifitas dan keadaan yang baik dari hewan-hewan yang dimanfaatkan manusia agar tidak membawa bahaya bagi manusia dan lingkungan. Lalu, menggunakan ilmu dan teknologi di bidang veteriner dalam layanan medik veteriner kepada masyarakat, bangsa dan negara secara kompeten dan profesional. Dan, mencegah terjadinya dan mengurangi terjadinya kesengsaraan atau teraniayanya hewan (kesejahteraan hewan) sebagai obyek profesi yang harus dilindungi dan dibela.

“Mengingat begitu besarnya tanggung jawab profesi dokter hewan, maka profesi dokter hewan haruslah memenuhi kompetensi dan standar yang diperlukan sesuai dengan sumpah dan kode etik dokter hewan dan juga mengacu kepada standar internasional,” sitir Dr Desianto Budi Utomo.
Diuraikan, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan etika, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk diakui mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas pekerjaan.

Sementara, kompetensi medik veteriner adalah kecerdasan bertindak dan kemampuan mengambil keputusan di bidang medik veteriner dengan mengacu pada kaidah-kaidah dan perkembangan ilmu kedokteran hewan terkini; kepentingan tertinggi klien, pasien, masyarakat dan lingkungan, serta keluhuran sumpah/janji dan kode-etik profesi. “Begitulah, maka setiap tenaga kesehatan hewan harus memiliki standar kompetensi,” kata Dr Drh Desianto Budi Utomo MSc.
Tenaga kesehatan yang dimaksud meliputi dokter hewan, dokter hewan spesialis, diploma kesehatan hewan maupun lulusan pendidikan tinggi lainnya yang berbasis kesehatan hewan. Di sinilah menariknya, muncul istilah dokter hewan spesialis yang selama ini belum dikenal pada profesi kedokteran hewan. Selama ini lebih dikenal keahlian berdasar minat.

Selanjutnya Dr Desianto mengungkap, “Standar Kompetensi dokter hewan diperlukan untuk menentukan standar kemampuan minimal lulusan dokter hewan dalam rangka memberikan jaminan mutu pelayanan medis veteriner maupun memperkuat otoritas veteriner dokter hewan.”
Standar kompetensi dokter hewan Indonesia sebagai standar normatif dirumuskan bahwa, tutur Desianto, “Dokter hewan harus memiliki wawasan etika veteriner dan pemahaman terhadap hakekat sumpah dan kode etik profesi serta acuan dasar profesi kedokteran hewan; memiliki wawasan di bidang sistem kesehatan hewan nasional dan legislasi veteriner; memiliki keterampilan melakukan tindakan medis yang lege-artis.”

Lalu, lanjut Dr Desianto tentang standar kompetensi itu, “Dokter hewan memiliki keterampilan dalam menangani sejumlah penyakit pada hewan besar, hewan kecil, unggas, hewan eksotik, satwa liar, satwa aquatik dan hewan laboratorium; memiliki keterampilan dalam melakukan diagnosis klinik, laboratorik, dan epidemiologik penyakit hewan; penyusunan nutrisi untuk kesehatan dan gangguan medik; pemeriksaan antemortem dan postmortem; pemeriksaan kebuntingan, penanganan gangguan reproduksi dan aplikasi teknologi reproduksi; pengawasan keamanan dan mutu pangan asal hewan.”

Berikutnya masih tentang standar kompetensi itu, “Dokter hewan memiliki wawasan pengawasan dan pengendalian mutu obat hewan dan bahan-bahan biologis, termasuk pemakaian dan peredarannya; pengukuran dan penyeliaan kesejahteraan hewan; memiliki keterampilan dalam komunikasi profesional; memiliki kemampuan manajemen pengendalian dan penolakan penyakit strategis dan zoonosis, pengamanan hayati hewan, serta pengendalian lingkungan; memiliki kapasitas dalam transaksi therapeutik, melakukan anamnese, rekam medik, persetujuan tindakan medik, penulisan resep, surat keterangan dokter, edukasi klien; memiliki dasar-dasar pengetahuan analisis ekonomi veteriner dan jiwa kewirausahaan.”

Dr Desianto pun mengungkap dokumen penting dokter hewan Indonesia itu bahwa, “Dokter hewan spesialis-1 (Sp 1) adalah seseorang yang memiliki gelar dokter hewan (Drh), menjadi anggota dan mendapat pengakuan dari ONT terkait, telah mengikuti dan lulus pendidikan spesialis yang diselenggarakan oleh PTKHI (Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Indonesia) bersama-sama dengan ONT terkait, pendidikan spesialis (Sp 1), persyaratan pendidikan spesialis (Sp).

Terkait ONT, Dr Desianto menyampaikan bahwa ONT adalah organisasi yang hanya beraktivitas ilmiah yang bermanfaat dan meningkatkan kompetensi anggotanya serta membuat aturan-aturan etikal ilmiah keprofesian sesuai kelompoknya dan ONT tidak dibenarkan melakukan advokasi kedudukan dan peran profesi maupun pendekatan-pendekatan keorganisasian kemasyarakatan secara sendiri, melainkan sebagai bagian dan atau bersama dengan PDHI (Pengurus Besar ataupun Cabang).

Dalam persyaratan Drh spesialis tersebut, dipersyaratkan manajemen ONT sudah berjalan dengan baik. Dalam hal ini sudah ada kepengurusan, aktif, memiliki dewan pakar, memiliki tata aturan yang baku, ART dan lain-lain. Adapun, AD ONT adalah AD PDHI. Selanjutnya ONT dipersyaratkan sudah melakukan standarisasi kompetensi dalam bentuk pengakuan legal kompetensi bagi anggotanya. “Pelaksanaannya tergantung dari ONT masing-masing,” tambah Desianto.

Adapun dari konsep yang ada, Desianto mengungkap spesialisasi yang diusulkan untuk dikembangkan di Indonesia antara lain kedokteran hewan kecil, kedokteran hewan laboratorium, kedokteran hewan besar, patologi veteriner, bedah veteriner, medik reproduksi, medik konservasi, radiologi veteriner, anestesiologi veteriner, parasitologi klinis, epidemiologi klinis, patologi klinik, farmakologi dan farmasi veteriner.

Apa yang disampaikan Dr Drh Desianto Budi Utomo MSc diakui berdasar Anggaran Dasar (AD) PDHI, Anggaran Rumah Tangga (ART) PDHI dan Ketetapan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Nomor 01/MP2KH/PDHI/V/2009 tentang ketentuan pendidikan profesi dokter hewan, persyaratan substantif, pendidikan berkelanjutan, spesialisasi profesi dan kodefikasi.

Lantaran dalam konsep ini ADHPI belum termasuk dalam ONT yang membawahi spesialiasi dokter hewan perunggasan, maka Munaslub ADHPI itu memutuskan untuk memasukkan agenda ini pada Kongres PDHI Oktober mendatang di Semarang Jawa Tengah.
Ini pergulatan seru kalangan dokter hewan untuk meningkatkan kualitasnya yang berarti pergulatan besar kalangan peternakan dan kesehatan hewan secara umum untuk kebaikan bersama? Semoga. (yonathan/red)

Toto Winata, Menjadi Guru Besar ITB

Sabtu, 7 Agustus 2010, menjadi hari yang membahagiakan bagi Prof. Toto Winata. Beliau menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Dari Hamburan Atom hingga Material Semikonduktor” dalam sidang pleno terbuka di hadapan Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban akademik beliau sebagai seorang Profesor dalam bidang Fisika Atom dan Material Elektronik.

Sebuah kebanggaan bagi kita semua tentunya, mengingat gelar profesor ini merupakan gelar tertinggi di suatu akademisi. Terlebih lagi pria kelahiran Jakarta, 10 Desember 1963, turut berperan dalam mendukung gerak maju dunia perunggasan, yaitu sebagai Senior Manager Divisi Enginering di Medion.

Kiprah dan kontribusi Prof. Toto Winata memberikan sebuah bukti nyata bahwa Medion memiliki tenaga kerja yang handal dan profesional sehingga mampu menghasilkan produk-produk berkualitas.

Terakhir, kami menyampaikan selamat atas pengangkatan Prof. Toto Winata sebagai Guru Besar di ITB. Semoga karya-karya beliau dapat memajukan bangsa dan negara Indonesia. Selamat! (Red)

MENGGIATKAN BISNIS AYAM KAMPUNG

Bertempat di Club House Mahogany Residence, Cibubur, Citra Lestari Farm, peternakan dan pembibitan ayam kampung mengadakan pelatihan beternak dan bisnis ayam kampung. Pelatihan yang berlangsung selama dua hari (31 Juli dan 1 Agustus 2010) ini membeberkan berbagai materi terkait peternakan ayam kampung.

Kegiatan yang mengangkat tema Pelatihan Budi Daya dan Bisnis Ayam Kampung Unggulan ini diadakan sebagai tindak lanjut atas respon para pembaca buku yang ditulis oleh trainer sekaligus pemilik Citra Lestari Farm, yaitu Ir. Bambang Krista.

Materi yang diberikan mulai dari pengenalan jenis-jenis ayam kampung unggulan, baik ayam kampung murni maupun hasil persilangan, mengenal indukan dan pejantan unggul, serta syarat hidup ayam kampung. Dibahas juga mengenai berbagai perawatan ayam kampung seperti teknik pemberian pakan, pemeliharaan DOC, pemeliharaan ayam kampung petelur, dan pemeliharaan ayam kampung pedaging.

Selain itu, diberikan juga materi mengenai teknis penetasan telur ayam kampung. Materi ditutup dengan pembahasan mengenai panen dan teknik pemasaran telur maupun ayam kampung pedaging. Pada hari kedua, dilakukan kunjungan serta praktek lapang ke peternakan yang berlokasi di daerah Setu, Bekasi.

Pada pemaparannya, Bambang Krista mengatakan bahwa modal utama menjadi peternak ayam kampung yang sukses adalah menyenangi usaha peternakan yang akan atau sedang dijalankan. Sehingga, melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tidak menyerah menghadapi kendala yang muncul.

“Peternak yang baik juga harus memberikan yang terbaik bagi ayam-ayamnya. Karena ayam tidak pernah berbohong. Jika diberikan yang terbaik, maka mereka juga akan memberikan hasil terbaik,” jelas Bambang yang juga aktif sebagai pengurus Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (HIMPULI) ini. (all)

Hadirnya FORMAT - Forum Media Peternakan

Sebagaimana tahun-tahun yang lalu, di bulan puasa tahun ini kami meng-agendakan acara buka bersama seluruh karyawan. Namun kali ini acara buka puasa bersama terasa lebih istimewa, karena bukan hanya dihadiri oleh Infovet melainkan juga perwakilan media lingkup peternakan.

Acara buka puasa bersama berlangsung Jumat 27 Agustus 2010 di Restoran Omah Pincuk, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sambil menunggu waktu berbuka, mulai jam 16 berkumpullah perwakilan Majalah Poultry Indonesia (Sutikno Wirawan Sigit dan Yetti Liza), Trobos (Rudy Alamsyah), Sinar Tani (Mubardjo RS), Agrina (Tri Mardi) dan tentu saja Infovet selaku tuan Rumah (Bambang Suharno, Wawan Kurniawan dan Aliyus Maika Putra).

Pertemuan yang berlangsung akrab ini merupakan kelanjutan pertemuan sebelumnya yang berlangsung hari Jumat 18 Juni 2010 dimana tuan rumahnya waktu itu adalah Sinar Tani. Apa gerangan yang membuat pertemuan ini layak kami tulis di ruang redaksi ini? Tentunya disamping karena yang bertemu adalah para pimpinan masing-masing media, juga karena pertemuan ini membidani sebuah organisasi yang bernama Forum Media Peternakan, disingkat FORMAT.

Pertemuan pada tanggal 18 Juni tersebut telah menyepakati terbentuknya organisasi Media Peternakan dengan Ketua Umum Bambang Suharno, wakil ketua Rudy Alamsyah, sekretaris Jenderal Ika Rahayu, Bendahara Yetti Liza, serta penasehat Sutikno Wirawan Sigit dan Mubardjo RS. Namun pada waktu itu belum menyepakati nama resmi beserta singkatannya.
Pada pertemuan 27 Agustus ini disepakati nama resmi Forum Media Peternakan, dengan singkatan FORMAT. Disepakati pula bahwa tanggal 27 Agustus adalah hari lahir FORMAT. Selain itu Rapat menyepakati tambahan pengurus, diantaranya Tjiptardjo sebagai penasehat dan Wawan Kurniawan sebagai wakil Sekjen.

Disebutkan bahwa tujuan berdirinya Format adalah meningkatkan profesionalisme manajemen jurnalistik dan bisnis bidang media, menjadikan media peternakan dapat lebih berkontribusi positif dalam pengembangan usaha bidang peternakan dan kesehatan hewan, memfasilitasi kegiatan stakeholder dalam memajukan peternakan dan kesehatan hewan, menjembatani komunikasi antara stakeholder peternakan dan kesehatan hewan dalam melakukan diskusi dan kajian isu-isu terkini yang sedang dihadapi.

Beberapa hal lain dibahas diantaranya agenda kegiatan FORMAT 2010 pasca lebaran, iuran anggota, rencana pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi, alamat sekretariat dan sebagainya.

Sekitar pukul 17.30 acara rapat Format selesai dan bergabunglah seluruh karyawan Infovet untuk berbuka puasa bersama. Pimpinan Umum Infovet Drh Tjiptardjo yang hadir untuk menutup acara rapat menyambut baik terbentuknya organisasi ini dan bersedia menjadi penasehat bersama senior lainnya yaitu Mubardjo dan Sutikno.

Syukur alhamdulilah, semua acara baik rapat maupun buka puasa bersama berlangsung lancar dan penuh nuansa persaudaraan.

Kiranya keberadaan FORMAT yang lahir di bulan suci Ramadhan dapat membawa kebaikan bagi pengembangan peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia.

Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Bathin, taqobbalallahu minna wa minkum, ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin. Artinya semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal Anda. Dan semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung (menang). *** Red

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer