Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Agrinex Expo Kembali Digelar

Pameran agribisnis berskala internasional akan digelar tahun ini pada 12-14 Maret mendatang di Jakarta Convention Center (JCC) Hall A dan Cendrawasih. Demikian pernyataan dari Ir. Rifda Amarina President Director Performax pada saat rapat persiapan panitia Agrinex International Expo 2010 dengan DEPTAN di Ruang Pola Lt. 2 gedung pertanian (7/12).

Performax, setelah tiga tahun berturut-berturut sukses dalam penyelenggaraan pameran agribisnis maka untuk tahun ini Agrinex Expo pun naik kelas menjadi Agribussines Expo International. Hal ini sesuai dengan amanat dari Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada sambutannya dalam pembukaan Agrinex 2009 lalu. Beliau juga menyatakan bahwa saat ini Indonesia telah berhasil dalam swasembada beras maka akan semakin banyak pula agribisnis yang harus di perbincangkan untuk diperjuangkan.

Dengan mengusung tema “Agribussines Destination for Lokal & Global Market” sehingga sudah pasti expo kali ini dapat menjadi tempat dimana trend kebutuhan dunia akan produk agribisnis dapat tergambar dengan jelas, sehingga akan tumbuh industri agribisnis yang berorientasi pada pasal global. “Beberapa Negara telah menyatakan akan hadir di Agrinex expo tahun ini diantaranya Perancis, Jepang, Polandia, Cina, Singapura dan yang lain pun akan segera menyusul kesertaannya,” ungkap Rifda kepada Infovet.

Kedepan Agrinex akan terus menjadi expo agribisnis di negeri ini dengan dukungan dari Departemen Perdagangan, Departemen Luar Negeri, Departemen Koperasi dan UKM serta dari Departemen Pertanian. Sehingga tentu saja Agrinex dapat menjadi fasilitator untuk para pelaku usaha, Litbang, CSR Program, PEMDA, serta Departemen terkait dalam menampilkan apa yang telah dan akan dilakukan dalam membangun agribisnis untuk kesejahteraan bangsa. Selain itu Agrinex akan menjadi tempat mendapatkan mitra bisnis dan inspirasi bisnis usaha bagi para buyer, trader dan investor.(all)

Temu Ilmiah Mahasiswa Peternakan Indonesia

Ismapeti kembali menyelenggarakan kegiatan Temu Ilmiah Mahasiswa Peternakan Indonesia (TIMPI) sebagai wujud kepedulian mahasiswa peternakan yang berhimpun dalam Ismapeti. Ketua Panitia Pelaksana Gandung Mahasiswa Prodi Ilmu Peternakan Fapertapet UIN Suska Riau menyatakan bahwa pelaksanaan TIMPI kali ini merupakan yang pertama kalinya di Riau, sehingga kegiatan rutin tahunan Ismapeti ini disambut baik oleh semua elemen mahasiswa peternakan se-Sumatera.

Kegiatan akbar ini diusung dengan tema Peranan Swasembada Pangan Dalam Membangun Ketahanan Pangan Nasional, dengan pembicara Ir Fauzi Luthan Direktur Ruminansi Deptan, Ir Tantan Rustandi Wiradarya MSc PhD Dekan Fapertapet UIN Suska Riau, dan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Riau drh Askardya R Patrianov. Kegiatan yang dihadiri oleh perwakilan lembaga tertinggi ditingkat mahasiswa peternakan (BEM/ Senat/ HMJ) se-Indonesia ini dilaksanakan pada tanggal 7-10 November di Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasyim (UIN SUSKA) Riau.

Seperti diketahui, kebijakan impor pangan menjadi sebuah program instan untuk mengatasi kekurangan produksi pangan dalam negeri. Namun hal ini membuat petani peternak semakin terpuruk dan tidak berdaya atas sistem pembangunan ketahanan pangan yang tidak tegas tersebut. Akibat over suplai pangan impor tersebut seringkali memaksa harga jual hasil panen petani menjadi rendah dan tidak sebanding dengan biaya produksi, sehingga petani menjadi rugi.

Rangkaian kegiatan TIMPI yang diselenggarakan di Bumi Melayu Riau ini meliputi Lomba Karya Tulis Mahasiswa dan SMA, Leadership Training, Kampanye Gizi Masyarakat, dan Kunjungan Ilmiah ke Peternakan. Tampil sebagai pemenang adalah karya ilmiah milik Siska Aditya Mahasiswa Fapet UGM Yogyakarta. Pemuncak lainnya adalah Fapet Udayana, Fapet IPB, Fapet Undip, dan Fapet Unja. Sementara itu untuk tingkat SLTA, keluar sebagai pemenang adalah Dini Umairoh siswi SMA Negeri 11, SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 Pekanbaru. Satu hal yang menjadi bahan masukan dari Ismapeti sebagai lembaga profesi mahasiswa peternakan untuk pemerintah adalah pemerintah harus lebih berani mengurangi ketergantungan pada impor dan lebih memilih sumber daya lokal untuk ketahanan pangan nasional. (Sadarman)


Prospek Agribisnis 2010,Bisa Lebih Baik

Menatap perkembangan agribinis Indonesia ke depan merupakan agenda yang kerap dilakukan setiap jelang akhir tahun. Hal inilah yang melatarbelakangi Agrina menggelar seminar nasional ”Agribusiness Outlook 2010” yang berlangsung di Menara 165, Jl. TB Simatupang, Jakarta Selatan pada Rabu 25 November lalu.

Beberapa nama narasumber dipercayakan untuk menjadi pembicara dan menyumbangkan analisisnya untuk prospek perkembangan sektor pertanian di negeri ini, antara lain yaitu Guru Besar Fakultas Ekonomi Manajemen IPB Dr Ir Hermanto Siregar, MEc yang memaparkan “Tantangan dan Peluang Pertumbuhan dan Perkembangan Agribisnis Indonesia 2010”; Ketua Pusat Studi Inovasi Agribisnis Dr Ir Agus Wahyudi mengangkat makalah berjudul “Prospek Investasi Industri Bahan Bakar Nabati Perkebunan”; serta Program Manager Agribusiness International Finance Corporation (IFC) Ernest E Bethe III yang menyampaikan IFC Overview.

Perkembangan sektor agribisnis di Indonesia tahun 2009 menunjukkan angka positif, yaitu sekitar 5,5 hingga 6%, lalu bagaimana dengan prediksi dan harapan untuk tahun 2010 ini. Menteri Pertanian Suswono dalam sambutan pun berharap dalam Outlook and Evaluation di seminar ini dapat merumuskan hasil yang konkrit untuk pertumbuhan agribisnis di Indonesia.

Prospek agribisnis tahun 2010 bisa lebih baik dari tahun lalu serta produk pertanian dan pangan pun akan lebih bisa bersaing di pasar dunia, namun hal ini sangat bergantung pada kondisi ekonomi global dan makroekonomi Indonesia. Disamping itu juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang integrated dan komprehensif yaitu kebijakan dari hulu sampai hilir dalam hal supporting system.

Moderator seminar Dr Ir Rachmat Pambudy MS menyampaikan bahwa perlunya dukungan pemerintah yang meliputi beberapa kebijakan yaitu: kebijakan input yang meliputi pupuk, benih, lahan, air, dan kredit; Kebijakan on farm untuk perlindungan kepada pihak pelaku agribisnis; Kebijakan lahan, transportasi maupun harga yang tidak tumpang tindih; dan kebijakan yang terakhir adalah proteksi dan promosi.

“Kalau memang pemerintah tidak bisa melindungi harga, itu karena memang hanya kadang-kadang saja kita panen serentak, namun paling tidak pemerintah dapat memberikan perlindungan harga terhadap impor yang tidak adil. Sebab, sudah ada tanda-tanda lagi Indonesia mau mengimpor paha ayam dan produk daging, yang dalam prakteknya itu tidak baik. Pelaku usaha ingin melakukan perdagangan yang adil, sehingga perlu perlindungan dari unfair trade (perdagangan tidak adil),” ungkap Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia pada sesi rangkuman seminar.

Seminar pun ditutup dengan penganugerahan Agrina Award 2009 yang meliputi tiga kategori dan pemenang. Kategori Pelaku Agribisnis Muda Inspiratif diberikan kepada David Andi Purnama, (formulator probiotik), kategori Kepala Daerah Kreatif dalam Pengembangan Agribisnis diraih Bupati Merauke Drs Johannes Gluba Gebze. Sedangkan untuk kategori Pelaku Agribisnis Inovatif, pemenangnya adalah PT East West Seed Indonesia.(all)

Kunjungan Tim GMP Inspection dari Pakistan ke Medion

Pada tanggal 22-26 November 2009, Medion kedatangan tamu lagi dari Organisasi Pengkontrolan Obat Departemen Kesehatan Pakistan yaitu Mr. Ghulam Rasool Dutani selaku Deputy Director General (Registration) dan Mr. Akhtar Abbas Khan selaku Deputy Drugs Controller. Keduanya melakukan inspeksi terhadap Good Manufacturing Practice (GMP) produk biologik di PT. Medion.

Selama lima hari di Bandung, kedua tamu mendapat penjelasan detail mengenai profil perusahaan dan melakukan peninjauan langsung terhadap fasilitas produksi vaksin, mulai dari gudang bahan baku, ruang proses produksi, laboratorium Quality Control (QC) dan pengujian hewan hingga Supply and Distribution Medion (S&D) yang berfungsi mendistribusikan produk.

Mr. Ghulam Rasool Dutani dan Mr. Akhtar Abbas Khan mengungkapkan kekagumannya terhadap fasilitas produksi yang dimiliki oleh PT. Medion. Terlebih lagi, aturan GMP yang diterapkan secara ketat mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi ke tangan customer sehingga kualitas produk tetap terjaga.

Sebelumnya pada bulan Mei 2009, Medion juga telah menerima kunjungan dari tim Departemen Pertanian Pakistan yang juga melakukan GMP Inspection untuk produk farmasetik. Sehingga dalam tahun 2009, sudah dua kali tim dari Pakistan mengunjungi Medion. Ini menunjukkan apresiasi tinggi serta pengakuan produk-produk Medion secara internasional khususnya dari Pakistan. Suatu kebanggaan bagi kita semua karena Medion sebagai perusahaan Indonesia bisa semakin berkibar di pasar internasional. Selamat!.(red)

Anthrax Masih Ancam Wilayah Nusa Tenggara

Kawasan padat populasi ternak sapi di pulau Lombok dan Sumbawa perlu dilindungi dari ancaman penyakit Anthrax.

Pada tanggal 23-25 Nopember 2009 bertempat di Hotel Lombok Garden Mataram, telah dilaksanakan Rakor Penanganan Penyakit Anthrax Regional Bali, NTB dan NTT. Penyakit Anthrax atau sering dikenal dengan nama penyakit radang Limpa adalah suatu penyakit bakterial menular yang dapat menyerang hampir semua hewan berdarah panas dengan tanda-tanda demam tinggi yang diikuti gejala sepsis dengan perdarahan yang hebat dan sangat akut. Penyakit ini selain menyerang hewan dapat bersifat zoonosis menular pada manusia.

Penyakit Anthrax disebabkan oleh kuman bakteri yang disebut Bacillus anthracis merupakan kelompok kuman gram positif berbentuk batang berkapsul dan berantai panjang. Kuman anthrax apabila berada di luar induk semang, akan membentuk spora akan sangat tahan hidup dan sulit diberantas serta spora dapat mencemari lingkungan hingga berpuluh tahun.

Itulah sebabnya wilayah Nusa Tenggara merupakan daerah Endemis Anthrax, sedangkan daerah bebas hanya Pulau Bali dan Lombok, untuk NTB penyakit Anthrax dilaporkan terjadi di Pulau Sumbawa yaitu di Kabupaten Sumbawa tahun 1997, 1998, 2002 dan 2004, kabupaten Bima tahun 2003 dan kabupaten Dompu tahun 1985 dan 1986. Sedangkan Pulau Lombok Bebas Kasus sejak tahun 1988, untuk Propinsi NTT kejadian Anthrax dilaporkan dihampir semua kabupaten seperti Sumba Timur tahun 1980, Pulau Sabu tahun 1987 dan 2006. Sumba Barat tahun 2007, Manggarai Barat tahun 2008 dan Ngada tahun 2008 dan 2009.

Pada Rakor tersebut dievaluasi permasalahan yang terjadi dalam pengendalian penyakit anthrax di Wilayah Nusa Tenggara antara lain :
  1. Masih rendahnya cakupan vaksinasi (<50>
  2. Jumlah dosis vaksin yang tersedia masih kurang (NTB 62%, NTT 65,9%).
  3. Tidak optimalnya pelaksanaan pengendalian karena medan/topografi yang sulit.
  4. Masa proteksi yang pendek sehingga diperlukan ulangan setiap 6 bulan.

Drh Maria Geong Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Timur menambahkan permasalahan di NTT yang ada antara lain kurangnya SDM Dokter Hewan dan Paramedis Veteriner serta Puskeswan di wilayah endemis anthrax , belum tersedianya kartu identifikasi ternak sebagai alat kontrol vaksinasi, juga minimnya informasi data kejadian penyakit anthrax sehingga menyulitkan pemetaan penyakit hingga tingkat desa/dusun.

Beberapa Rekomendasi yang dihasilkan dalam Rakor tersebut untuk ditindak lanjuti oleh masing-masing propinsi/kabupaten kota antara lain :
  1. Vaksinasi anthrax di wilayah endemis sebagaimana yang tercatat dalam peta penyebaran penyakit anthrax harus dilakukan secara masif (cakupan 100%).
  2. Kajian epidemiologi dalam upaya pemetaan kasus anthrax 30 tahun terakhir harus segera dilakukan guna menunjang kebijakan skala prioritas lokasi vaksinasi.
  3. Pengawasan lalu-lintas ternak harus dilakukan dengan ketat, terutama larangan ternak peka masuk ke daerah tertular dan ternak dari daerah tertular yang keluar harus sudah divaksinasi.
  4. Meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium dan Puskeswan dalam pengendalian penyakit anthrax melalui kesepakatan pembiayaan bersama antara pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Dengan memahami permasalahan dan diikuti tindak lanjut rekomendasi yang diimplementasikan dalam kegiatan lapangan, diharapkan kasus anthrax dapat ditekan dan dikendalikan. Selamat bekerja dan semoga berhasil. (Drh Heru Rachmadi/NTB)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer