Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BALI BEBAS RABIES TINGGAL KENANGAN

BALI BEBAS RABIES TINGGAL KENANGAN

(( Bali yang merupakan kawasan pariwisata berkelas dunia yang sejak zaman penjajahan kolonial Belanda dinyatakan sebagai daerah bebas rabies sekarang tinggal kenangan. Kini kita hanya dapat membaca catatan sejarah berdasar Hondsdolhed Ordonantie (staatblad 1926, No. 451 yunto Stbl 1926 No. 452) yang menyatakan bahwa beberapa wilayah karesidenan dan pulau di Hindia Belanda (Indonesia) pada masa itu bebas rabies termasuk di antaranya wilayah Karesidenan Bali. ))

Semula Banjar Giri Darma, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali gempar. Ungasan dinyatakan status siaga menyusul temuan dua warga yang dikategorikan sebagai suspect rabies. Pasalnya, hingga saat itu Bali belum pernah dinyatakan sebagai daerah tertular rabies.
Dinas Kesehatan Pusat sudah terjun ke Bali. Didapati, ada empat warga yang tergigit anjing kampung, Mohamad Oktav Rahmana Putra (3 tahun), Linda (4), Ketut Wirata, Kadek Artana (21), semua tewas. Tetapi, jarak gigitan dengan tewas masih simpangsiur. Hanya saja, Ketut Wirata digigit bulan September dan meninggal 23 Nopember 2008. Apakah kasus ini akibat rabies?
Dari hasil pemeriksaan medis saat itu, ada dugaan sementara Wirata terkena radang otak. Saat itu menunggu hasil pemeriksaan PCR. Masih dalam pemeriksaan lebih lanjut dan masih menyamakan persepsi. Yang pasti 27 Nopember mulai dilakukan depopulasi anjing tak bertuan di daerah Ungasan. Bahkan, anjing milik Made Cawi, Banjar Sari Karya, Ungasan yang habis menggigit sudah diisolasi dalam kandang.
Menurut Drh. I Dewa Ngurah Dharma, M.Sc, Ph.D, 26 Nopember sore Balai Besar Veteriner Denpasar mendapat spesimen anjing yang baru mati dan dari hasil pemeriksaan jaringan melalui pengecatan Seller untuk melihat Negri bodies hasilnya negatip. Spesimen lain telah dikirimkan ke Maros yang sudah sering memeriksa spesimen rabies.
Begitu juga menurut pendapat Drh Soegiarto, M.Sc., Ph.D Kepala BB Veteriner Denpasar yang ditemui di rumah dinasnya, menyatakan BB Veteriner Denpasar telah mendapatkan spesimen dari Dinas Peternakan Badung berupa otak segar dua ekor anjing yang sudah mati maupun yang sudah pernah menggigit dan saat ini sedang dikerjakan di laboratorium. Hasil pemeriksaan dikirim ke Dinas Peternakan Badung.
Dari hasil informasi berbagai sumber, beberapa tahun ini ada sekitar 60-70 kasus orang digigit anjing, tetapi jarang yang mau berobat ke Puskesmas maupun dokter.

Akhirnya...

Dari hasil pemeriksaan PCR, FAT maupun imunohistokimia pada kasus-kasus di atas, akhirnya Bali pun benar-benar dinyatakan positip sebagai daerah tertular rabies. “Pulau Bali dinyatakan berstatus wabah rabies,” pernyataan status wabah itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 1637/2008, yang ditandatangani Menteri Pertanian Anton Apriyantono pada 1 Desember 2008.
Direktur Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Tjeppy D Soedjana pada 5/12 di Jakarta, mengungkapkan, wabah rabies di Pulau Bali ini yang pertama dalam sejarah. Selama ini Pulau Dewata bebas penyakit rabies. Penetapan wabah rabies tersebut dikeluarkan setelah melalui kajian gejala klinis, yang tampak pada anjing sebagai hewan penular rabies (HPR) ataupun manusia sebagai korban gigitan.
Dituturkan Tjeppy, penetapan wabah mengacu pada epidemiologi penyakit dan hasil pengujian laboratorium terhadap spesimen otak anjing liar ataupun anjing piaraan yang menggigit masyarakat. Uji laboratorium spesimen dilakukan di Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Denpasar, Bali dan dikonfirmasi pada BB-Vet Maros, Sulawesi Selatan 28 November 2008.
Penyakit rabies di Bali terungkap setelah ada empat orang dari tiga desa di Bali digigit anjing dalam periode September-November 2008. Dari empat orang itu, dua positif tertular rabies, sedangkan dua orang lain memiliki riwayat digigit anjing. Tiga desa yang dimaksud adalah Desa Ungasan di Kecamatan Kuta Selatan serta Desa Kedonganan dan Jimbaran di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
Tjeppy menyatakan, karena Kabupaten Badung tak memiliki batas alam bagi terisolasinya anjing rabies dan agar penyakit rabies tidak menyebar ke wilayah di luar Pulau Bali, status wabah rabies ditetapkan di seluruh Pulau Bali.

Tertutup

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian, Gubernur Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 88/2008 tentang Penutupan Sementara Pemasukan atau Pengeluaran Anjing, Kucing, Kera, atau Hewan Sebangsanya dari dan ke Provinsi Bali per 1 Desember 2008. Pulau Bali juga dinyatakan sebagai kawasan karantina.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Turni Rusli menambahkan, berdasarkan standar operasional prosedur (SOP), apabila ditemukan ada satu kasus penyakit hewan menular pada daerah yang sebelumnya berstatus bebas, wabah harus segera dinyatakan. ”Pemerintah berharap dalam waktu tiga bulan wabah rabies dapat dikendalikan,” katanya.
Tjeppy menyatakan, hingga 4 Desember tercatat 110 ekor anjing divaksinasi untuk mengantisipasi penularan rabies dan 196 ekor anjing yang tertular rabies, anjing liar, atau yang diliarkan dieliminasi atau dimusnahkan.
Secara terpisah, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, Depkes sudah menyediakan vaksin rabies sebanyak 400 dosis untuk masyarakat di Kabupaten Badung, Bali. Hingga 27 November tercatat telah ditemukan 74 kasus gigitan. Rabies, lanjut Menkes, merupakan penyakit menular yang berbahaya dan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu, Depkes telah menerjunkan tim kesehatan khusus.

Bebaskan dalam Tiga Bulan

Departemen Pertanian (Deptan) pun mengharapkan dalam tiga bulan wabah rabies yang menyerang provinsi Bali bisa dikendalikan setelah dilakukan berbagai upaya penanggulangan. Dirjen Peternakan Deptan Tjeppy D Soedjana mengatakan, berbagai langkah yang telah dilakukan untuk mengantisipasi wabah rabies yang saat ini tengah merebak di Bali yakni vaksinasi massal terhadap anjing peliharaan dan melakukan pendataan terhadap populasi dan pemilik anjing serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat.
Bagi anjing-anjing liar yang berkeliaran tidak ada yang memelihara akan di musnahkan dengan cara memberikan vaksin yang mematikan (racun) dengan melalui pembiusan. "Untuk itu, Deptan menyiapkan vaksin rabies sebanyak 50 ribu dosis untuk menanggulangi merebaknya wabah penyakit tersebut di provinsi Bali," kata Tjeppy.
Dari jumlah tersebut sebanyak 20 ribu dosis diantara telah dikirimkan sedangkan 30 ribu sisanya sebagai cadangan. "Pengiriman vaksin tersebut sebagai langkah awal pemerintah untuk penanggulangan rabies di propinsi Bali," tambah Dirjen.
Selain itu Deptan telah membentuk Tim Penyidik yang terdiri dari unsur Ditjen Peternakan, Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar, Dinas Peternakan Provinsi Bali dan Kabupaten Badung untuk mengetahui asal usul wabah rabies tersebut mengingat Pulau Bali sebelumnya merupakan daerah bebas rabies.
"Dengan dilaksanakannya tindakan-tindakan tersebut diharapkan dalam tiga bulan wabah rabies ini dapat terkendali," ucap Dirjen Peternakan seraya menambahkan, akan dilakukan kegiatan surveilans serologis dan epidemiologis untuk meraih status bebas kembali Pulau Dewata dari Rabies.
Menurut dia, sebanyak delapan desa di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung, Bali dinyatakan telah terjadi wabah rabies yang menyerang hewan anjing. Penetapan tersebut, tambahnya, berdasarkan gejala klinis yang tampak, baik pada hewan penular rabies khususnya anjing maupun pada korban manusia, epidemiologi penyakit serta hasil pengujian secara laboratories pada Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar.
Selain itu juga dari dikonfirmasi ulang pada BBVet Maros tanggal 28 November 2008 terhadap warga masyarakat di Desa Ungasan, Kadonganan dan Jimbaran Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Tjeppy mengungkapkan, dari 20 ribu ekor populasi anjing di Bali hingga saat ini sebanyak 110 ekor anjing telah menjalani vaksinasi rabies sementara 196 ekor telah dimusnahkan.

Liputan Khusus

Begitulah, di tengah upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010, penanganan penyakit, terutama penyakit pada hewan yang dapat menular ke manusia (zoonosis) ternyata masih banyak menemui kendala.
Adanya penyakit Rabies di Bali yang semuala daerah bebas Rabies adalah salah satu bukti nyata lemahnya sistem kesehatan di Indonesia. Khususnya sistem kesehatan hewan nasional (siskeswannas).
Bali yang merupakan kawasan pariwisata berkelas dunia yang sejak zaman penjajahan kolonial Belanda dinyatakan sebagai daerah bebas rabies sekarang tinggal kenangan. Kini kita hanya dapat membaca catatan sejarah berdasar Hondsdolhed Ordonantie (staatblad 1926, No. 451 yunto Stbl 1926 No. 452) yang menyatakan bahwa beberapa wilayah karesidenan dan pulau di Hindia Belanda (Indonesia) pada masa itu bebas rabies termasuk di antaranya wilayah Karesidenan Bali.
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus yaitu Lyssa virus dari famili Rhabdo viridae yang bersifat zoonosis dengan angka kematian (case fatality rate) mencapai 100%, sehingga rabies dikenal sebagai penyakit yang hampir selalu mematikan (almost always fatal) bila telah timbul gejala klinis, baik pada hewan maupun manusia.
Lebih jauh tentang seluk-beluk Rabies di Bali ini dapat Anda baca pada Liputan Khusus Infovet Januari 2009 sebagai langkah berikut sekaligus langkah awal kewaspadaan kita di tahun 2009. (Mas Djoko R/Dps/Kps/Ant/YR)

SINAR X UNTUK KEDOKTERAN HEWAN

SINAR X UNTUK KEDOKTERAN HEWAN

(( KIVNAS X (Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional X PDHI 2008) yang dilaksanakan di IPB International Convention Center (IICC) di Bogor pada 19 Agustus sampai dengan 22 Agustus 2008 di antaranya mempresemntasikan pemanfaatan radiografi sebagai sarana diagnostik penunjang dalam dunia kedokteran hewan yang aman bagi hewan, manusia dan lingkungan. ))

M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana dari Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa Radiografi merupakan sarana penunjang diagnostik yang sudah berkembang pesat baik didunia kedokteran manusia maupun dalam dunia kedokteran hewan yang bertujuan untuk kesejahteraan.
Menurut ilmuwan tersebut, pemanfaatan sinar-x dalam radiodiagnostik dunia kedokteran hewan sangat menunjang dalam penegakkan diagnosa. Secara tidak langsung hal ini akan memberikan kontribusi radiasi yang berasal dari sumber radiasi buatan terhadap pasien.
Kontribusi radiasi buatan akan menimbulkan efek biologis yang secara langsung atau tidak langsung akan diderita oleh penerima radiasi. Pemanfaatan radiasi yang semena-mena tanpa memperhatikan bahayanya sangat merugikan pada banyak pihak yang ikut andil dalam radiogafi.
Selanjutnya, kata M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana, pemanfaatan radiasi di Indonesia diawasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Oleh karena itu, maka pemanfaatan sinar-x sebagai radiodiagnostik bidang kesehatan telah diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif serta Surat Keputusan Kepala BAPETEN Nomor 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja dengan Radiasi.
“Dengan demikian segala sesuatu berkaitan pemanfaatan radiasi untuk radiodiagnostik harus dilakukan dengan arif dan bijaksana yang aman baik bagi hewan, manusia dan lingkungan,” kata dua ilmuwan itu.
M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana bermaksud sosialisasi pemanfaatan sinar-x sebagai sarana diagnosa penunjang (radiodiagnostik) dalam dunia kedokteran hewan yang aman baik bagi hewan, manusia dan lingkungan.

Sejarah Sinar X
Sinar-x ditemukan oleh ahli fisika Jerman yang bernama Wilhelm Conrad Roentgen pada 8 November 1895, sehingga sinar-x ini juga disebut Sinar Roentgen.
Perkembangan Roentgen di Indonesia dimulai oleh Dr. Max Herman Knoch seorang ahli radiologi berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai dokter tentara di Jakarta. Pemanfaatan sinar-x ini terus berkembang dari tahun ke tahun dan sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran hewan sebagai sarana penunjang diagnosa.

Radiasi Ionisasi
Sinar-x merupakan gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton sebagai gelombang listrik sekaligus gelombang magnit. Energi sinar-x relative besar sehingga memiliki daya tembus yang tinggi. Sinar-x tebagi atas 2 (dua) bentuk yaitu sinar-x karakteristik dan sinar-x brehmsstrahlung.
Proses terbentuknya sinar-x diawali dengan adanya pemberian arus pada kumparan filament pada tabung sinar-x sehingga akan terbentuk awan elektron. Pemberian beda tegangan selanjutnya akan menggerakkan awan elektron dari katoda menumbuk target di anoda sehingga terbentuklah sinar-x karakteristik dan sinar-x brehmsstrahlung.
Sinar-x yang dihasilkan keluar dan jika beinteraksi dengan materi dapat menyebabkan beberapa hal diantaranya adalah efek foto listrik, efek hamburan Compton dan efek terbentuknya elektron berpasangan. Ketiga efek ini didasarkan pada tingkat radiasi yang berinteraksi dengan materi secara berurutan dari paling rendah hingga paling tinggi. Radiasi ionisasi akan mengakibatkan efek biologi radiasi yang dapat terjadi secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Bahaya Efek Biologis Radiasi
Disamping sinar-x memiliki nilai positif juga memiliki nilai negatif secara biologis. Efek biologis berdasarkan jenis sel yaitu efek genetik dan efek somatik. Efek genetik terjadi pada sel genetik yang akan diturunkan pada keturunan individu yang terpapar. Sedangkan efek somatik akan diderita oleh individu yang terpapar radiasi.
Apabila ditinjau dari segi dosis radiasi, efek radiasi dapat dibedakan berupa efek stokastik dan deterministik (non stokastik). Efek stokastik adalah peluang efek akibat paparan sinar-x yang timbul setelah rentang waktu tertentu tanpa adanya batas ambang dosis.
Sedangkan efek deterministik (non stokastik) merupakan efek yang langsung terjadi apabila paparan sinar-x melebihi ambang batas dosis dimana tingkat keparahan bergantung pada dosis radiasi yang diterima. Dosis radiasi bersifat akumulatif sehingga dosis paparan yang diterima akan bertambah seiring dengan frekuensi radiasi yang mengenahinya.

Keselamatan Radiasi dalam Radiodiagnostik
Keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien (hewan), pekerja (operator, dokter hewan, paramedis), anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Radiodiagnostik merupakan kegiatan yang memanfaatkan energi (sinar-x/foton) untuk tujuan diagnosis berdasarkan panduan Radiologi.
Syarat proteksi radiasi dalam pemanfaatan sinar-x sebagai sarana penunjang diagnosa radiodiagnostik harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah (1) justifikasi pemanfaatan tenaga nuklir, (2) limitasi dosis dan (3) optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi.
Justifikasi didasarkan pada manfaat yang diperoleh lebih besar dari resiko yang timbul. Limitasi dosis ditentukan oleh BAPETEN dan tidak boleh dilampaui atau disebut dengan Nilai Batas Dosis (NBD). NBD adalah dosis terbesar yang dapat diterima dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
“Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi harus diupayakan agar dosis yang diterima serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi,” kata dua ilmuwan itu.

Tindakan Keselamatan Radiasi Radiodiagnostik
Keselamatan pasien dilakukan dengan meminimalisasi dosis paparan. Tindakan dilakukan dengan cara memperkecil luas permukaan paparan, mempersingkat waktu paparan, menggunakan filter dan menggunakan tehnik radiografi dengan memanfaatkan kV tinggi.
Keselamatan operator (dokter hewan) terhadap paparan radiasi dilakukan dengan melakukan radiografi dalam jarak sejauh mungkin dari sumber sinar-x, menggunakan sarana proteksi radiasi (apron Pb, sarung tangan Pb, kaca mata Pb, pelindung tiroid Pb dan alat ukur radiasi) serta mempersingkat waktu radiasi.
Keselamatan lingkungan terhadap bahaya radiasi dilakukan dengan merencanakan desain ruang radiografi yang aman baik bagi pasien, operator dan lingkungan. Melapisi ruangan dengan Pb dan memperhitungkan beban kerja ruangan terhadap sinar-x yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Yang Harus Diperhatikan
Pemanfaatan sinar-x sebagai sarana diagnostik penunjang penegakkan diagnosa. “Harus memperhatikan efek biologis negatif dalam radiografi sehingga pemanfaatan sinar-x menjadi aman baik bagi hewan manusia dan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata M. Fakhrul Ulum dan Deni Noviana mengakhiri bahasannya. (KIVNAS/ YR)

KONGRES ILMIAH INTERNASIONAL BAGI DOKTER HEWAN

KONGRES ILMIAH INTERNASIONAL BAGI DOKTER HEWAN

Agenda Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) sesuai hasil Mukernas I bulan Mei 2007 serta didukung oleh berbagai Organisasi Sekeahlian/Seminat dan Sebidang kerja (Organisasi Non Teritorial/ONT) di bawah PDHI adalah diselenggarakannya KIVNAS X di tahun 2008.

Pada 2008 ini pun, Hari Veteriner Dunia tanggal 29 Juli turut dirayakan bersamaan pelaksanaan Kongres ke-29 Organisasi Dokter Hewan Dunia (World Veterinary Association) dengan tema ”CELEBRATE OUR DIVERSITY”. Sementara Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada 2008 telah ditunjuk menjadi tuan rumah pertemuan ilmiah pada pertemuan Asia Zoo/Wildlife Medicine and Conservation (AZWMC) di Taiwan tahun 2007.

Maka, akan terselenggaralah Penggabungan KIVNAS X dengan AZWMC 2008 yang rencananya dilaksanakan di IPB International Convention Center (IICC) di Bogor pada 19 Agustus sampai dengan 22 Agustus 2008. Kepada Infovet, Ketua Umum PB PDHI Drh Wiwiek Bagja juga menyampaikan hal-hal penting terkait acara tersebut, di antaranya keikutsertaan peserta yang jauh sebelumnya sudah begitu banyak yang terdaftar.

Menurut Sekretariat KIVNAS X PDHI di Sekretariat PB PDHI di Jakarta, estimasi jumlah peserta adalah 800 orang. Peserta dari kegiatan ini adalah : Para dokter hewan peneliti, praktisi, pengajar dan PNS diberbagai instansi pemerintah terkait kehewanan (veteriner), pelaku usaha bidang kehewanan/peternakan dan obat hewan, para ilmuwan dan aktifis konservasi, organisasi non pemerintah dalam kehewanan, kesejahteraan hewan, para pemerhati kesehatan hewan dan mahasiswa di berbagai fakultas kedokteran hewan, peternakan, biologi dan kehutanan (konservasi).

Dijelaskan, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (World Animal Health Organization /WAHO atau Office des Internationale Epizootic/OIE) Dr. Bernard Vallat memberikan sinyal kuat pentingnya profesionalisme dan kompetensi profesi veteriner dalam melayani masyarakat dunia. Hal ini akan semakin berarti melalui upaya peningkatan kualitas secara terus-menerus, seperti pendidikan berkelanjutan berkala yang terakreditasi dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh institusi pendidikan maupun organisasi yang kompeten.

Panitia menjelaskan, sebagai pendidikan berkelanjutan berkala yang terakreditasi, kegiatan ilmiah bersifat nasional dan internasional bagi masyarakat intelektual termasuk bidang veteriner adalah suatu ajang penting yang perlu diselenggarakan untuk memperoleh berbagai pengetahuan terkini dari para pakar di berbagai keilmuan yang terkait.

Juga dipaparkan panitia, menghadapi tantangan perekonomian global dan era otonomi daerah, tugas profesi medik veteriner tidak saja menangani masalah teknis kesehatan hewan tetapi perlu memikirkan kelembagaan otoritas veteriner yang didukung dengan kemampuan analisis bidang ekonomi veteriner terhadap berbagai sumber daya yang dimiliki. Keberadaan dokter hewan tidak saja harus mampu mendukung peternakan di Indonesia tetapi juga mampu mengembangkan kompetensinya di bidang biomedis dan medik konservasi.

Mengantisipasi masalah pemanasan global, tugas profesi medik veteriner tidak saja mengatasi masalah kesehatan hewan semata, tetapi harus mampu mensinergikan kinerjanya dalam mengurangi berbagai dampak negatif pemanasan global tersebut. Diantaranya adalah mampu mengantisipasi perubahan iklim dikaitkan dengan munculnya zoonosis baru dan meluasnya spesies yang terinfeksi, termasuk satwa liar.

Adapun, profesionalisme fungsi dan layanan veteriner adalah untuk optimalisasi perannya dalam memelihara dan menjaga kesehatan yang baik dari hewan-hewan di dunia dan melindungi hidupan liar dan satwa liar (wildlife) sebagai bagian yang sangat penting dari warisan kekayaan bumi untuk kehidupan manusia.

Lalu, optimalisasi perannya dalam memelihara kesehatan hewan dengan mencegah dan mengobati penyakit-penyakit hewan adalah cara yang paling memungkinkan dan ideal untuk memastikan kekayaan hewani bumi terjaga kesejahteraan dan kelestariannya dan mencegah terjadinya transmisi zoonosis kepada manusia termasuk mencegah potensi ancaman terjadinya pandemi baru.

Lantas, optimalisasi perannya dalam memastikan pangan yang aman bagi konsumen. OIE sangat meyakini bahwa pangan asal hewan adalah sumber kekayaan untuk kemanusiaan dan profesi veteriner sangat berkomitmen untuk memfasilitasi terwujudnya ketersediaan daging dan susu yang berlimpah dan aman dikonsumsi untuk masyarakat di berbagai negara di dunia. Berbagai standard dalam perdagangan internasional untuk hewan dan produk hewan dipublikasikan oleh OIE untuk menghindari penyebarluasan kuman pathogen dan juga mencegah berbagai negara agar tidak menetapkan persyaratan perdagangan (sanitary barriers) secara semena-mena.

Selamat KIVNAS X dan AZWMC 2008. Sukses meningkatkan martabat manusia seutuhnya terintgral dengan alam semesta seisinya melalui profesi dokter hewan yang mulia. (YR/ pntia)

SEMINAR UNTUK BERJAYANYA PETERNAKAN

SEMINAR UNTUK BERJAYANYA PETERNAKAN

(( Berbagai seminar diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi peternakan Indonesia, secara sekilas sebagian di antaranya dilaporkan pada Majalah Infovet kesayangan Anda ini. ))

Seminar yang diikuti peternak pada tiga hari penyelenggaraan Indo Livestock 2008. diantaranya membahas tentang Choosing And Applying The Suitable Disinfectant, Justification On Applying Antibiotic For Animal dan R&D Role In Animal Health Industr diselenggarakan oleh PT Sanbe Farma.
Seminar teknis di hari 1 dan 2 yang mengulas tentang perkembangan teknologi pakan ternak unggas dan bagaimana merekonstruksi kandang broiler dan layer sistem terbuka menjadi kandang sistem tertutup (closed house system) diselenggarakan oleh PT Charoen Pokphand Indonesia.
Novartis juga mengadakan seminar teknis tentang Updated Fly as a Vector Avian Flu pada pukul 15:00 – 15:45, Selasa 1 Juli 2008 di Theatre 3 dengan pembicara Prof drh HR Wasito MSc PhD. Sedangkan pada pukul 14:00 – 14:45, Rabu 2 Juli di Theatre 3 Novartis mengangkat seminar tentang Biosecurity Modern Related To Avain Influenza Control dengan pembicara Dr drh C A Nidom MS.
Adapun PT Romindo Primavetcom menggelar seminar di hari pertama, 1 Juli 2008 di Theatre 5 jam 15:00 – 15:45 yang mengangkat pembahasan tentang Solusi Pengendalian AI (Avian Influenza) Pada Broiler dengan pembicara Prof Drh Charles Rangga Tabbu MSc PhD.
Paeco Agung juga mengadakan seminar teknis yang bisa diikuti peternak pada hari kedua, Rabu 2 Juli pada penyelenggaraan Indo Livestock 2008. Bertempat di Theatre 4 pukul 16:00 – 17:45 yang akan mengupas tentang penyakit Marek dan Optimalisasi Vaksinasinya.
Adapun seminar teknis Ceva Animal Health Indonesia dengan pembicara Drh Soesilawati yang membahas tentang The Evolution of Vaccination from Farms to Hatcheries di Theatre 3 pukul 15:00-15:45, Rabu 2 Juli 2008.
Juga pada hari kedua, 2 Juli 2008 di Theatre 5 jam 15:00 – 15:45 Seminar mengangkat pembahasan tentang Alat Ukur Performa Broiler dengan pembicara Drh Arief Hidayat diselenggarakan oleh PT Mensana Aneka Satwa.
Adapun PT Alltech Biotechnology di event Indolivestock 2008 expo dan forum ini menyajikan persoalan mikotoksin yang didaulat sebagai duri dalam daging bagi pengusaha peternakan di negeri ini. Mikotoksin pada umumnya akan adenite dengan sistem ketahanan tubuh ternak ataupun manusia. Bila ketahanan tubuh tersebut sudah ada, maka yang dikuatirkan adalah dampak infeksi sekunder.
Adapun pada ajang Indolivestock 2008 ini juga, Ikatan sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) pun meluncurkan Buku tentang organisasi ini berjudul Catatan Perjalanan 40 Tahun ISPI yang dikarang oleh Tim PT Gallus Indonesia penerbit Majalah kita Infovet.
Sukses bagi semuanya (Wan/ YR)

INDOLIVESTOCK TETAP BERJAYA

INDOLIVESTOCK TETAP BERJAYA

(( Simbol sekaligus harapan agar peternakan Indonesia selalu berjaya. ))

Penyelenggaraan Pameran Internasional Peternakan dan Pakan Ternak terbesar di Indonesia yang keempat, “Indo Livestock 2008 Expo & Forum” akan kembali digelar di Jakarta Convention Center, 1 Juli s/d 3 Juli 2008 mencatat prestasi tersendiri.
Sebagai Negara yang berpotensi tinggi dalam industri peternakan, maka pameran yang diagendakan setiap 2 tahun sekali ini disambut baik oleh Dirjen Peternakan Departemen Pertanian Dr Tjeppy D Soedjana yang membuka pameran pada hari pertama.
Sementara sebelumnya Herman Wiriadipoera Dirut PT Napindo Media Ashatama sebagai penyelenggara menyampaikan Penyelenggaraan Pameran Peternakan berskala Internasional yang menjadi ajang temu bisnis para pengusaha industri peternakan, kalangan ahli kesehatan hewan, peternak, pengelolaan pakan ternak, pemrosesan makanan, pemasok dan para distributor.
Memang begitu halnya, tampak dari stan-stan peserta pameran yang begitu megah dari berbagai perusahaan bidang peternakan sejumlah 300 perusahaan dari 23 negara yang memastikan diri ikut dalam ajang pameran Indolivestock 2008. Para peserta pameran ini terdiri dari perusahaan pemain lama maupun perusahaan pemain baru yang mencerminkan pergerakan dari bisnis bidang peternakan di tanah air Indonesia tercinta.
Sementara pengunjung yang senantiasa mengalir dari hari pertama sampai hari terakhir rata-rata 3000 – 4000 pengunjung setiap harinya. Pengunjung tidak hanya datang dari pulau Jawa, tetapi mereka datang dari seluruh Indonesia, mulai dari Lombok, NTT, Bali Kalimantan, Sulawesi dan daerah lain. Selama 3 hari penyelenggaraan hotel-hotel disekitar Jakarta Convention Center Jakarta selalu penuh.
Adapun seminar dan forum-forum diskusi dari berbagai institusi menyemarakkan penyelenggaraan pameran bidang industri peternakan dan pakan ternak. “Kami merasakan manfaat dari seminar-seminar itu yang menambah wawasan bidang peternakan baik dibidang kesehatan hewan maupun bidang lainnya yang terkait dengan kemajuan teknologi peternakan,” kata Fuji Kumala Dewi SPt alumni Fapet IPB yang usai pameran langsung bergabung dengan Infovet sebagai Staf Pemasaran. Infovet memang juga merasakan betapa manfaat dari pameran tersebut
Adapun menyikapi maraknya pemberitaan gizi buruk di tanah air dan masukan dari beberapa Asosiasi maupun Organisasi dibidang industri peternakan, maka dalam penyelenggaraan Indo Livestock keempat tahun ini pun diangkat kembali Kampanye Gizi melalui protein hewani, guna menyehatkan dan mencerdaskan Bangsa yang dilkaksanakan pada pembukaan serta penutupan Indolivestock 2008. Tema yang diangkat untuk kampanye ini adalah S(usu-segelas), D(aging-sepotong) dan T(elur-sebutir) disingkat menjadi SDT.
Didukung oleh Asosiasi dan Organisasi di bidang industri peternakan, Media Massa dan Pemerintah maka ditetapkan bahwa dalam penyelenggaraan Indo Livestock Expo & Forum Keempat tahun 2008, ditetapkan Program Pencanangan Program SDT Tahap Pertama yaitu Juli 2008 sampai dengan Juni 2010 menjadi “Gerakan Nasional Peningkatan Konsumsi Protein Hewani”.
Ada pula program penganugerahan “INDOLIVESTOCK AWARD” yang bertujuan memberikan apresiasi kepada perusahaan/perorangan yang berprestasi dan dapat dijadikan teladan bagi komunitas peternakan. Indolivestock Award 2008 yang dibagi 5 kategori masing-masing kepada perusahaan besar dan berskala kecil-menengah, dan 1 kategori khusus perorangan, menghasilkan peraih penghargaan:
a. Cipta Usaha Mandiri - Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Cipta Piranti Satwa Nugraha
b. Pusat Koperasi Industri Susu Sekar Tanjung - Purwosari, Pasuruan
Adiguna Satwa Nugraha
c. Pusat Koperasi Unit Desa - Nusa Tenggara Timur
Praja Mukti Satwa Nugraha
d. Kampoeng Ternak - Ciputat
Widya Karta Satwa Nugraha
e. Letnan Jendral (Purn) Bustanil Arifin, SH
Adikarsa Nugraha
f. Ir. Erwin Soetirto
Adikarsa Nugraha
g. Oetari Soehardjono
Adikarsa Nugraha
h. Perdana Putra Chicken - Bogor
Nastiti Budidaya Satwa Nugraha
i. Gema Putra - Bandung
Nastiti Budidaya Satwa Nugraha

Semua kesuksesan tersebut diraih penyelenggara PT Napindo Media Ashatama bekerja sama dengan Allied Media Worldwide, sebuah perusahaan penyelenggara pameran yang berkedudukan di Singapura dan mempunyai jaringan bisnis di Malaysia, China, Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong, India dan Eropa.
Kesuksesan juga diraih PT Napindo Media Ashatama yang pada pameran itu bekerja sama dengan berbagai asosiasi dan organisasi profesi seperti Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Indonesia (GPMT), Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (PINSAR UN), Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GAPPI), Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Asosiasi Pengusaha Perunggasan Asean (FAPP), Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI), Stakeholders, Masyarakat, LSM memberikan dukungan yang positif kepada pameran ini.
Dukungan juga diperoleh dari media publikasi terkemuka seperti Asian Poultry, Infovet, Trobos, Poultry Indonesia, eFeedlink, International Hatchery Practice, Agrina, dan lain lain.
Selamat berjaya Indolivestock. Selamat berjaya peternakan Indonesia! (Wan/ YR

PEMAIN BARU PUN BERJAYA DI AJANG INDOLIVESTOCK

PEMAIN BARU PUN BERJAYA
DI AJANG INDOLIVESTOCK

(( Penyebutan istilah baru terhadap para pemain bidang peternakan da kesehatan hewan hanyalah satu cara untuk mengenal kiprah perusahaan agar kita sanggup merasakan betapa dunia peternakan kita terus tumbuh dan berkembang untuk mewujudkan harapan kemakmuran bangsa, dengan pintu masuknya bidang peternakan dan kesehatan hewan di tanah air. ))

Sebagai contoh, berikut adalah profil singkat beberapa perusahaan bidang peternakan dan kesehatan hewan yang relatif baru dikenal dan berpartisipasi dalam pameran akbar Indo Livestock 2008 Expo & Forum. Tidak semua perusahaan dapat tertampilkan, namun setidaknya mewakili bagaimana dinamisnya bisnis sapronak/ obat hewan ini di tanah air Indonesia.

PT Blue Sky Biotech (BSB)
Sebagai pendatang baru memang bukan, akan tetapi termasuk pemain lama pun tidak tepat. BSB yang banyak melakukan import dan distribusi dari perusahaan pharmasi Korea, melihat peluang masih sangat besar di industri obat hewan Indonesia.
Dari sekian banyak obat impor yang didistribusikan oleh BSB ada 2(dua) yang menurut Ir Imam Sarjono, Technical Marketing Service sangat diandalkan. Kedua produk itu adalah Cheil Tonocomp dan Vital Chorus Forte.
Cheil Tonocomp, seperti diungkapkan Imam, mempunyai kelebihan dibanding obat sejenis dari produsen lain sebab, disamping mampu meningkatkan efisiensi pakan juga meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit pada berbagai ernak.
Dengan kandungan tonophosphan 200 mg, dua kali lipat dibanding obat sejenis, maka potensi obat itu menjadi efektif. Selain itu dapat pula mengatasi gangguan metabolisme dan kekurangan nutrisi dan bahkan memberikan efek sinergis dengan preparat Vitamin D dan Calsium.
Sedangkan Vital Chorus Forte mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas Produksi telur. Selain itu juga dapat berfungis untuk mencegah dan mengobati kekurangan vitamin dan asam amino.

PT Cakar Mas
Meski bukan pemain baru, namun PT Cakar Mas memang masih belum banyak dikenal oleh para peternak Nusantara. Dengan latar belakang, sebagai praktisi peternakan maka perusahaan importir, distributor obat hewan, vaksin dan peralatan sangat mengetahui benar apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan para peternak.
Oleh karena itu, beberapa peralatan yang disediakan oleh perusahaan ini memang sangat vital bagi sebuah perasahaan peternakan/farm komersial. Sebagai contoh, perusahaan ini mengimpor Pox Vaksinator dan Alat Suntik Otomatis. Kedua alat ini sangat dibutuhakan sekali oleh para peternak ayam. Keunggulan ala t suntik produsen E. Nechmad Ltd adlah ringan dan ergonomis. Dilengkapi dengan tabung kaca bening maka disamping memudahkan untuk dilihat cairan yang disiapkan untuk disuntikkan, juga aspek terjaga sterilitasnya. Desian yang demikian akan sangat memudahkan peternak karena menjadi lebih fleksibel untuk dosis dan ukuran berapapun.
Sedangkan vaksin yang disediakan oleh PT Cakar Mas adalah dari strain yang memang direkomendasikan oleh para ahli yaitu dari H5N2. Seperti diungkapkan oleh Drh Edy Daryono, seorang Manager di PT Cakar Mas, bahwa vaksin merk DHN adalah vaksin bermutu tinggi hasil produksi sebuah perusahaan besar dan bonafid di China.
Selain itu menurut Edy disediakan pula preparat fumigan yang tidak mengandung Kalium Permanganat, dengan merk Forcent Fumigant System. Preparat fumigan ini mempunyai keuntungan tidak merusak peralatan dan kandang yang terbuat dari logam.

PT Candramas Jaya Semesta
Salah satu distributor peralatan kesehatan hewan dan alat-alat produksi peternakan. Menjadi distributor dari pabrikan dari China, USA dan Italia.
Tampil di Indolivestock untuk mendekatkan produk-produknya kepada konsumen, yang datang langsung dari Surabaya. Menurut Hindrata Chandra Pimpinan PT CJS kepada Infovet, pilihan import peralatan kesehatan hewan besar, hewan kesayangan dan peralatan untuk produksi peternakan tidak lain atas dasar pertimbangan kualitas produk dan harga yang kompetitif.
Adapun produk yang disediakan antara lain Mikroskop Elektron, Alat Evaluasi Semen, Centrifuge, Incubator Lab, Spectrophotometer Digital, Container Penyimpan dan Container Pengangkut; Universal Applicator, Drenching Gun, Milk Tester dan Analyzer dan juga Milk Cooling Tank, Ear Marking Pliers.
Selama ini PT CJS lebih banyak melayani intansi dan institusi pemerintah, namun tidak sedikit kini sudah menembus ke farm dan perusahaan peternakan swasta

CV Larissa
Sebagai perusahaan yang mengkhususkan diri pada penyediaan Alat Inseminasi Buatan (IB) dan Peralatan Embryo Transfer (ET) CV Larissa berminat ikuti kegiatan pameran peternakan Indonesia karena peluang besar untuk menggaet pasar lebih luas.
Menurut HN Soeparno, Staff Pemasarannya bahwa CV Larissa memang sejak dahulu menjadi penyedia peralatan IB dan ET di berbagai instansi pemerintah. Namun kini, sehubungan dengan kemajuan teknologi dan perkembangan peternakan hewan besar, ternyata potensi bisnis peralatan itu juga diminati oleh kalangan swasta.
Memang ada fenomena menarik, jika dahulu lapangan pekerjaan asih terbuka lebar, dan kini menyempit. Ada berkah bagi Larissa, karena banyak Dokter Hewan yang praktek mandiri dan sangat membutuhkan peralatan IB dan ET. Atas dasar itulah, Larissa mencoba menyasar pasar baru di segmen itu.

CV Telaga Bestari
Nuraini Wiradinata, Direktur CV Telaga Bestari mengungkapkan kepada Infovet, bahwa meski nama perusahaannya baru, akan tetapi sebenarnya adalah pemain lama yang berganti nama. Tanpa mau menyebut nama perusahaan lama, Nuraini menjelaskan bahwa pada saat ini adalah sebagai perusahaan distribusi.
Produk impor yang dijadikan andalan adalah dari negara Vietnam. Pilihan negara itu, oleh karena negara itu meski masih muda akan tetapi sebgaian besar investornya adalah berasal dari negara-negara Eropa dan USA.
Andalan produknya adalah Bio-Linco-S dan Bio-Tylo200 serta Tetra 200 LA. Adapun Bio-Linco-S adalah sebuah preparat Spectinomycin dan Lincomycin yang sangat penting untuk pengobatan Haemorrahagic, Enteritis, dan Salmonellosis juga CRD. Kelebihan preparat Bio Linco S adalah sangat efektif sekali untuk penyembuhan penyakit-penyakit pada saluran pencernaan dan pernafasan. Juga pada penyakit radang sendir , maupun radang paru yang akut dan kronis.
Sedangkan Bio Tylo 200 sebagai larutan injeksi mengandung tylosin yang sangat efektif mengobati radang paru, CRD, radang sendi, mastitis, metritis dan juga radang pada kulit. (iyo)

ASOHI, PT Gallus dan Infovet di Ajang Indolivestock

ASOHI, PT Gallus dan Infovet di Ajang Indolivestock


(( Bagi ASOHI, perhelatan Indolivestock 2008 juga menjadi sarana edukasi buat peternak karena banyak diadakannya seminar teknis dan pengenalan produk unggulan dari masing-masing perusahaan dengan pembicara dari dalam dan luar negeri. Bagaimana menurut PT Gallus Indonesia Utama dan Infovet sebagai anak kandung dari ASOHI?

Menurut Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto, Indolivestock juga menjadi sarana untuk ajang unjuk gigi buat masyarakat internasional, sehingga kita bisa saling bertukar informasi mengenai perkembangan teknologi yang terjadi di luar negeri. Hal ini dimungkinkan karena diketahui bahwa pameran Indo Livestock 2008 ini diikuti oleh sebanyak 300 perusahaan dari 23 negara.

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia atau yang disingkat ASOHI dibentuk tahun 1979 dengan pendiri H. Abdul Karim Mahanan (PT Paeco Agung), Prof. JH Hutasoit, Dr. drh Soehadji, Drh. IGN Teken Temadja, Dr. Drh. Sofyan Sudardjat MS sebagai wadah usaha obat hewan yang meliputi Importir, Eksportir, Produsen, Distributor, Pengecer, dan Pabrikan pakan.
Maksud pendirian ASOHI adalah sebagai payung untuk anggotanya. Selain itu menjadikan usaha obat hewan Indonesia menjadi tangguh, mandiri, dan mampu memenuhi kebutuhan pasar. Dengan berdirinya ASOHI juga dimaksudkan untuk menciptakan usaha obat hewan yang sehat, tertib, dan berkembang.
Sementara itu, tujuan didirikannya ASOHI tak lain diantaranya adalah menjembatani & menjalin hubungan antar pihak yang berkaitan. Aktif dalam pengembangan produksi peternakan dan kesehatan hewan, serta memberikan manfaat bagi anggota melalui pembinaan, menggiatkan usaha dan meningkatkan kemampuan anggota.
Kepengurusan ASOHI terbagi menjadi 4 Bidang Kegiatan yaitu Bidang Organisasi, Hubungan Antar Lembaga, Hubungan Luar Negeri, dan Bidang Pengawasan Peredaran Obat Hewan. Juga terdapat Dewan ASOHI yang terdiri dari Dewan Penasehat, Dewan Kode etik, dan Dewan Pakar. Selanjutnya Kepengurusan ASOHI Daerah terdapat di 16 Propinsi yang merupakan kantong penyebaran yang mencakup 5 di Sumatra, 6 di Jawa-Bali, 3 di Kalimantan dan 2 di Sulawesi.

PT Gallus Indonesia Utama dan Majalah Infovet

Berawal dari kepedulian terhadap peningkatan kemampuan peternak dalam melakukan usaha peternakan dan mengelola kesehatan ternak, pada tahun 1992 Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) sebagai wadah perusahaan-perusahaan obat hewan yang ada di Indonesia, menerbitkan sebuah majalah dengan nama Infovet. Nama ini merupakan singkatan dari Informasi Veteriner, yang artinya informasi mengenai kesehatan hewan tanpa meninggalkan aspek lain yang terkait seperti teknologi budidaya ternak serta masalah ekonomi dan bisnis peternakan pada umumnya.
Pada awalnya Infovet terbit sebagai majalah tiga bulanan. Selanjutnya secara bertahap mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan peternakan di Indonesia khususnya usaha ayam ras. Sejak tahun 1995, Infovet menjadi majalah bulanan, dan tersebar luas di kalangan peternak, pengusaha peternakan, pengusaha pakan ternak (feedmill), pengusaha pembibitan (breeding farm), pengusaha obat-obatan hewan, kalangan kampus Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan, peneliti, birokrat dan lembaga terkait lainnya.
Tak hanya sebagai penerbit majalah, Infovet juga mengembangkan kegiatan yang mendukung kegiatan penerbitan majalah, yaitu menyelenggarakan seminar dan pelatihan tentang peternakan dan kesehatan hewan, serta menerbitkan buku-buku peternakan dan kesehatan hewan.
Atas dasar perkembangan tersebut, maka tahun 2001, pengurus ASOHI menyepakati berdirinya sebuah Perseroan Terbatas yang akan mengelola majalah Infovet dan kegiatan lainnya yang relevan menjadi lebih profesional. Nama perseroan tersebut adalah PT Gallus Indonesia Utama (GITA).
Sejak saat itu selain penerbitan majalah Infovet, ASOHI memandang perlu untuk membentuk divisi-divisi usaha baru. Divisi tersebut diantaranya adalah Divisi penerbitan buku-buku (GITA Pustaka), Divisi pelatihan/seminar (GITA Event Organizer), Divisi Satwa Kesayangan: Majalah khusus hewan kesayangan, Divisi G-Multimedia: bergerak dibidang teknologi informasi dan yang baru terbentuk Divisi GITA Consultant. (wan/ YR)

PARA PEMERAN BISNIS SUKSES

PARA PEMERAN BISNIS SUKSES

(( Profil-profil mereka adalah profil-profil para pemimpin, eksekutif perusahaan yang membawa perusahaan maju, berkembang, besar dan eksis dalam sektor kesehatan hewan atau tepatnya bisnis obat hewan. ))

Di ruang itu Infovet berhadapan dengan Drh Arief Hidayat dan mendialogkan nilai-nilai yang sedang berkembang. Lebih tepat disebut sebagai wawancara, di mana Technical Department PT Mensana Aneka Satwa ini menceritakan kisahnya hingga sampai pada posisi sekarang yang merupakan buah-buah dari kerja baiknya di perusahaan sebelumnya.
Mendengar uraian pengetahuan Drh Arief tentang bidang yang dikelolanya kini cukup untuk mengatakan bahwa ia sangat piawai untuk mengendalikan salah satu departemen di PT Mensana Aneka Satwa sebuah perusahaan yang dipercayakan Sang Pemilik Perusahaan kepadanya dan para ahli kepercayaan yang lain yaitu Ir Yuniansyah Triadi sebagai Maraketing Manager, dan Drh Wati serta Drh Etty.
Perusahaan yang kini mempunyai 25 cabang di seluruh Indonesia menjadikan PT Mensana Aneka Satwa merupakan salah satu pelaku bisnis obat hewan yang menonjol dan disegani pada saat ini. Dengan pendelegasian pada orang-orang yang tepat, masing-masing bidang menunjukkan kemajuan yang cukup pesat sesuai ahlinya.
Drh Arief Hidayat piwai di bidang teknis, sedang Ir Yuniansyah Triadi di bidang bisnisnya, Drh Etti Agustina Regent Sales Manager dan Drh Wati Register Officer bidang registrasi obat. Dalam kata lain, bilamana soal teknis kesehatan hewan dengan produk-produk yang dibutuhkan, Drh Arief Hidayatlah tempat peternak bertanya. Dalam hal populasi dan bisnis obat hewan dengan penyebaran produk-produk obat hewan yang dibutuhkan, Ir Yuniansyah yang akan memaparkan, demikian pula soal registrasi obat ada pada ahlinya sendiri yaitu Drh Etti dan Drh Wati.
Perbincangan Infovet yang lain adalah dengan Drh Lukas Agus Sudibyo Direktur Marketing PT Romindo Primavetcom. Perbincangan Infovet dengan Drh Lukas yang didampingi Drh Nurvidia Machdum selaku Technical Department Manager dimulai dengan bahasan tentang awal-awal Infovet dan PT Romindo bekerja sama dan berlanjut ke perbincangan tentang situasi terkini bisnis global dan bisnis sektor peternakan dan kesehatan hewan.
Drh Lukas mengutarakan berbagai hal terkait perkembangan bisnis obat hewan yang tentu saja integral dengan semua sektor bidang peternakan, yang kin sedang menghadapi krisis global namun bagaimanapun ternyata bisnis ini tetap kokoh berdiri yang berarti bisnis ini memang menguntungkan. Drh Lukas juga menceritakan bagaimana situasi krisis ekonomi moneter yang pernah menimpa Indonesia dan dunia pada 1998, di mana Infovet pun bertukar cerita bagiamana kondisi Majalah Infovet pada saat itu hingga tetap bertahan dan berdiri serta berkembang hingga saat ini.
Di kantor Ceva Animal Health, Infovet menemui Direktur Utama Drh Edy Purwoko. Dialog dilakukan dengan semangat, tampak bagaimana Drh Edy mengutarakan tentang produk-produk perusahaan yang dibutuhkan oleh masyarakat dilandasi kaidah akademik dan penelitian yang kuat. Dalam Ruang Redaksi Infovet edisi 172 November 2008, penuturan Drh Edy Purwoko telah disampaikan kepada sidang pembaca.
Di Bandung, Infovet bertemu dengan Direktur Utama PT Tekad Mandiri Citra Drh Gowinda Sibit yang sangat energi dan bersemangat dalam memimpin perusahaan yang secara operasional dipimpin para eksekutif, Drh Sugiyono sebagai Direktur Riset dan Pengembangan yang tergolong profesional muda dan Drh Julianto sebagai Direktur Produksi.
Drh Gowinda Sibit yang merupakan sobat kental Drh Julianto telah bersahabat sejak mereka berkulaih di FKH Unair Surabaya. Bekerja di sebuah perusahaan obat hewan yang sama, mereka menjadi tim yang kuat dan berpengalaman menjelajah wilayah peternakan di seluruh Indonesia dengan pengalaman-pengalaman yang mengesankan. Dengan sistem pemeliharaan kebugaran melalui olah raga, Drh Erwin (panggilan akrab Drh Gowinda Sibit) sanggup melakukan disiplin kerja secara prima sampai sekarang. Dengan etos kerja tinggi, ia pun menerapkan latihan kepercayaan diri bagi karyawan PT TMC dengan penampilan berdasi di dalam kantor, yang sangat baik untuk menunjang kinerja dan personalitas.
Di PT Sanbe Farma Animal Health Divison, juga di Bandung, Infovet ditemui Drh Sugeng Pujiono Marketing Manager dan Drh Suhardi Coordinator Produksi dan Technical Manager. Dengan ramah Drh Sugeng bercerita tentang perjalanan hidupnya sebagai dokter hewan alumnus FKH Unair dengan berbagai pengalaman yang menunjang kinerjanya sebagai peimpin PT Sanbe Farma Divisi Animal Health.
Drh Sugeng mengambil pengalaman sangat berarti ketika ia di Surabaya memimpin bimbingan test sejak masih kuliah dan bimbingan test itu sampai sekarang masih berdiri dan terkemuka di Surabaya.
Dengan program-program besarnya di PT Sanbe Farma, Drh Sugeng selalu menerapkan jiwa kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro, “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karya, Tut Wuri Handayani”, yang artinya sebagai pemimpin kita mesti di depan memberi teladan, di tengah mebangun kemauan, dan di belakang mendorong tim. Menurut Drh Sugeng, begitu banyak buku kepemimpinan dan kunci sukses dimilikinya sebagai koleksi, namun inti kepemimpinan tetap falsafah bernafas Jawa itu.
Di PT Medion, Infovet berdialog dengan jajaran promosi perusahaan obat hewan di Bandung ini dipimpin Henry Jahja, IT Senior Manager. Bersama tim yaitu Novi Kartasasmita Advertising & Publication Assistant Manager, Athine Advertising & Publication Assistant Staff, dan Candrawati Sales Promotion Assistant Manager PT Medion, Henry Jahja mengutarakan dengan simpatik bagaimana program-program promosi perusahaan yang mencerminkan betapa majunya perusahaan ini.
Profil-profil mereka adalah profil-profil para pemimpin, eksekutif perusahaan yang membawa perusahaan maju, berkembang, besar dan eksis dalam sektor kesehatan hewan atau tepatnya bisnis obat hewan. (yonathanrahardjo)

SISI INTERNAL SISKESWANAS DAN PERDAGANGAN BEBAS

SISI INTERNAL SISKESWANAS DAN PERDAGANGAN BEBAS

(( Semua kekuatan mestinya dimulai dari sisi internal. Bila sisi internal kuat, sisi eksternal akan dapat disikapi atau menyikapi. ))

Berbagai situasi peternakan dan dunia kehewanan tanah air terkait pro-kontra impor daging sapi Brazil rawan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), merebaknya penyakit Rabies pada anjing dan menyerang manusia di Bali dan beberapa daerah lain merupakan rantai panjang dari potret pengelolaan SISKESWANAS (Sistem Kesehatan Hewan Nasional).
Siskeswanas ini pula yang sangat berpengaruh pada penyiapan komoditi peternakan menuju era bebas ASEAN-China 2010. Artinya, dalam perdagangan bebas komoditi peternakan ini, telah dikenal bukan semata-mata pada produknya, tapi merupakan ketahanan nasional Indonesia yang memerlukan pengendalian penyakit khususnya penyakit yang terkait dengan higienes pangan.
Masalah kesehatan hewan merupakan masalah penting pada lalu lintas perdagangan dan transportasi antar negara selain berbagai problematika baik dari segi dagang, aturan perpajakan. Satu-satunya pengawasan kesehatan hewan yang dapat dikendalikan adalah ketentuan SANITARY-PHYTOSANITARY yang memberikan kewenangan kepada suatu negara demi keamanan hayati untuk melindungi wilayahnya dari ancaman penularan penyakit dari luar baik dari hewan dan masyarakat manusia.
Rupanya hal inilah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga wacana daging Brazil yang rawan PMK dan Pengakit Sapi Gila (BSE) dikemukakan bahkan sudah direncanakan. Padahal resiko dari penyakit ini dan akibatnya sudah dirasakan sebelum Indonesia sanggup membebaskan diri dari PMK pada 1990an setelah upaya keras dan menghabiskan energi dan dana selama 100 tahun. Sama halnya dengan tercemarnya Bali dengan Penyakit Rabies padahal sebelumnya berstatus pulau bebas Rabies!
Kita untuk kesekian kali selalu diingatkan bahwa kebijakan dalam kesehatan hewan ini harus benar-benar dapat mengawal dan melindungi potensi sumber daya hayati dalam negeri maupun keamanan di masyarakat dan mampu mencipta kondisi untuk bisa bersaing pada produk peternakan yang akan diekspor. Landasan hukumnya sudah jelas: UU No 6/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dasar hukum untuk kesehatan masyarakat terkait hewan dan produk asal hewan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner.
Kaitannya dengan KELEMBAGAAN saat ini, terjadi suatu kesimpang siuran dalam penentu kebijakan berkenaan dengan produksi terhadap asal hewan yang berkaitan dengan penyakit. Saat terjadinya wabah Penyakit Sapi Gila di benua lain, beberapa institusi di Indonesia seperti Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag), serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), masing-masing mengeluarkan peraturan sendiri-sendiri yang saling tumpang tindah, padahal masalahnya sama, menjaga keamanan hayati di tanah air dari resiko masuknya kasus BSE ini.
Bahkan antara Dirjen di Departemen Pertanian sendiri, pada saat itu Dirjen Peternakan dengan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian pun punya kebijakan yang berbeda. Padahal kalau mengacu pada permasalahan mendasarnya, hal ini terkait dengan siapa yang punya otoritas tentang penyakit hewan, yang berarti tentang OTORITAS VETERINER.
Mestinya kita punya wadah yang punya fungsi otoritas veteriner, punya lingkup ketahanan yang tidak di bawah departemen tertentu. Lembaga di dalam pemerintah yang memiliki otoritas di seluruh wilayah negara itu untuk melaksanakan tindakan sanitari dan proses sertifikasi veteriner internasional yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) serta melakukan supervisi atau audit penerapannya. Dalam kelembagaan selama ini ini kita punya kelemahan dalam menghadapi penyakit dari luar (Exotic Disease) karena belum adanya lembaga nasional yang merupakan laboratorium rujukan ini.
Perlu ke depannya menunjuk laboratorium tertentu yang berkompeten untuk penyidikan veteriner. Kaitannya dengan sumber daya manusia, perlu program yang berkaitan dengan profesi veteriner, baik di lapangan, kelembagaan laboratorium, maupun karantina.
Bagaimanapun instansi veteriner dan peternakan merupakan institusi yang butuh sentuhan manajemen yang profesional. Upaya untuk meningkatkan standar manajemen kelembagaan adalah upaya yang patut dilakukan oleh setiap institusi peternakan/kesehatan hewan untuk menjadikan peternakan lebih produktif dan efisien.
Kelembagaan penelitian, Indonesia mempunyai banyak lembaga penelitian yang layak menjadi rujukan regional dan internasional, setidaknya di kawasan Asia Pasifik. Sebutlah BBPMSOH (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan), dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor yang menjadi rujukan penelitian veteriner nasional.
Untuk meningkatkan, mempertahankan, atau bahkan (kalau misalnya diintrospeksi ternyata belum menjapai standar yang dimaksud) mengembalikan kualifikasi itu; setiap lembaga yang ada di Fakultas, Balai Besar Pengujian dan Penyidikan Veteriner (BBPPV), bahkan perusahaan swasta pun patut memikul tanggungjawab itu.
Perdagangan bebas menuntut adanya produk peternakan yang berkualitas dan berdaya saing. KARANTINA yang menjadi tanggungjawab dokter hewan meliputi hewan itu sendiri maupun produk asal hewan, serta sarana produksi peternakan seperti pakan, obat-obatan, dan peralatan.
Pengalaman dunia peternakan Indonesia yang sangat menyedihkan di dunia karantina, selain masuknya Rabies di Bali adalah masuknya Avian Influenza (AI) alias Flu Burung yang tak lepas dari kegagalan karantina melakukan fungsinya secara ketat. Frekuensi arus lalu lintas barang dan orang dalam konteks perdagangan antar negara tidak mengenal batas-batas antar negara.
Fungsi dan peranan karantina menjadi sangat strategis dan penting dalam melakukan upaya-upaya perlindungan dan penyelamatan serta pengamanan sumberdaya alam hayati ke dalam suatu kesisteman menyangkut hal-hal untuk memajukan, mengawasi, melindungi dan mempertahankan usaha-usaha agribisnis khususnya produk-produk hewan ternak yang menjamin keamanan, mutu, kesehatan dan keutuhan mulai dari hulu sampai ke hilir, bahkan sampai ke pemasaran tingkat nasional/domestik dan internasional.
Mudah mengatakan, ingat untuk penerapannya diurai hal rinci soal surat kelengkapan dan prosedur tindakan karantina di tempat-tempat tertentu, yang kita sering kedodoran karena berbagai alasan. Faktor internal dan eksternal Karantina sangat berperan di sini. Secara filosofis, semua kekuatan mestinya dimulai dari sisi internal. Di sini jelas, internal karantina, dan secara skala nasional: sisi internal Siskeswanas kita sendiri!
Dalam sisi internal ini, kita tidak boleh melupakan STANDARISASI produk-produk peternakan yang diperdagangkan, baik dengan pemberlakuan wajib terap SNI misalnya persyaratan mutu yang merupakan konsekuensi logis akan tuntutan pasar bebas.
Target akhir yang ingin dicapai di balik pemberlakuan Wajib SNI adalah adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan bahan baku yang memiliki kualitas setara atau minimal mendekati dengan kualitas internasional yang diijinkan atau direkomendasikan dapat diterima dalam bahan makanan asal hewan, berdasar Codex Alimentarius Commision.
Keberhasilan beberapa produsen obat hewan Indonesia menembus pasar ekspor di luar negeri termasuk sampai ke China, negara-negara Asia Tenggara, Uni Emirat Arab dan Sri Lanka merupakan bukti standarisasi yang ketat adalah senjata kuat untuk menjawab perdagangan bebas. Bisa terjadi karena produksi obat hewan telah diterapkan sesuai dengan perundangan yang teruji secara nasional dan internasional, sehingga mutu obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai tujuan penggunaannya.
CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik) disusun sehingga keseluruhan aspek produksi dan pengendalian mutu yang dimulai dari perencanaan, rancangan, bahan baku, proses produksi, sarana produksi, sumberdaya manusia, pengawasan mutu dan dokumentasinya dapat dikendalikan sesuai dengan ketentuan sehingga mutu produk yang dihasilkan dapat selalu terjamin.
Di sisi internal terkait era perdagangan bebas kita patut menambahkan: INOVASI produk yang merupakan salah satu keunggulan di jaman yang selalu mengikuti selera lebih tinggi di mana selera global saling berpengaruh di berbagai belahan bumi. Apapun bentuknya di bidang peternakan maupun produksi peternakan. Bahkan untuk produk yang kelihatannya sederhana, tapi sangat bergengsi, seperti jelly egg.
Keunggulan dan keuletan produsen produk-produk peternakanlah yang membuat produk diterima di pasar berbagai negara di luar negeri, seperti produk susu asal Indonesia berupa susu full cream, susu rendah lemak dan susu tanpa lemak merek tertentu. Peran Hongkong yang lebih menjadi pembeli produk asal hewan, misal daging putih/daging ayam dari negara produsen sekitarnya lalu dijual lagi ke negara-negara lain, mengisyarakatkan bahwa perdagangan peternakan ASEAN-China tak kan lepas dari negara-negara maju lain yang juga menerapkan kesejahteraan hewan ini.
Indonesia pun mengadopsi berbagai konsep internasional dalam cakupan terbatas, misalnya memperhatikan kesejahteraan hewan di RPH dan atau RPA dan karantina di mana pada tahun-tahun mendatang akan menjadi isu menarik.
Secara filosofis, sekali lagi, semua kekuatan mestinya dimulai dari sisi internal. Bila sisi internal kuat, sisi eksternal akan dapat disikapi atau menyikapi. (Yonathan Rahardjo)

SEMINAR SPESIFIK PERUNGGASAN DALAM KRISIS GLOBAL

Lipsus
SEMINAR SPESIFIK PERUNGGASAN DALAM KRISIS GLOBAL

(( Mengingkat topik seminar kali ini yang sangat spesifik, dalam seminar ini, panitia secara khusus mengundang Dr. Ir. Siswono Yudho Husodo yang akan menyampaikan materi mengenai Dampak Dalam Krisis Global dan Suhu Politik 2009 Terhadap Bisnis Perunggasan Indonesia. ))

Pada Seminar Nasional Perunggasan ketiga yang diselenggarakan oleh ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) pada 7 Nopember 2007 diperoleh data poduksi DOC broiler tahun 2008 diproyeksikan 1,25 miliar ekor, naik 8,7% dibanding tahun 2007. Adapun, populasi ayam petelur diproyeksikan 104,8 juta atau naik 7,7% dibanding tahun 2007. Sedangkan, konsumsi pakan tahun 2008 diperkirakan 8,13 juta ton, naik 7% dibanding tahun 2007.
Demikian Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto. Seminar Nasional Tahunan Ke-4 pada 11 Desember 2008 para pembicara pun mengevaluasi data bisnis perunggasan 2008 dan memprediksi bisnis perunggasan 2009 sehingga dapat dijadikan acuan dalam menyusun rencana bisnis tahun 2009. Bagi para akademisi dan aparat pemerintah, seminar ini merupakan sumber informasi penting untuk kajian ilmiah dan kebijakan pemerintah.
Seminar bertema Dampak Krisis Global dan Suhu Politik 2009 Terhadap Bisnis Perunggasan Indonesia di Jakarta Design Center ini berlatar belakang, krisis Global yang dimulai dari Amerika Serikat berdampak ke hampir semua negara di dunia. Beberapa analis memprediksi, dampak bagi sektor riil baru akan terasa di Indonesia pada tahun 2009.
Menurut Gani Haryanto, pada 2009 pula suhu politik Indonesia mulai memanas, terutama menjelang Pemilu yang akan berlangsung tanggal 5 April 2009 yang mau tidak mau harus diperhitungkan dampaknya bagi berbagai bidang bisnis, tak terkecuali bidang perunggasan. Alhasil 2009 adalah tahun yang penuh teka teki. Banyak pihak mempertanyakan sejauh mana stabilitas nilai tukar rupiah sebagai dampak krisis global, bagaimana stabilitas ekonomi akibat pemilu dan pergantian kabinet, dampak krisis energi dan sejumlah masalah lainnya.
ASOHI menyelenggarakan seminar nasional perunggasan ini secara berkesinambungan setiap tahun. Mengingkat topik seminar kali ini yang sangat spesifik, dalam seminar ini, panitia secara khusus mengundang Dr. Ir. Siswono Yudho Husodo yang akan menyampaikan materi mengenai Dampak Dalam Krisis Global dan Suhu Politik 2009 Terhadap Bisnis Perunggasan Indonesia.
Dr. Ir. Siswono Yudho Husodo adalah seorang pakar, praktisi bisnis sekaligus politisi berpengalaman. Beliau adalah Menteri Perumahan Rakyat (1998-1993), Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (1993-1998), calon Wapres pada Pilpres 2004, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 1999-2004, Ketua Badan Pertimbangan HKTI (2004-sekarang), Komisaris PT Bangun Tjipta Sarana (1998-sekarang) dan berbagai pengalaman lain di forum nasional maupun internasional. Pengalaman dan pemikirannya akan membuat analisanya mengenai krisis global dan suhu politik sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis perunggasan.
Selain Siswono Yudho Husodo, seminar menghadirkan Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Drh. Paulus Setiabudi, Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Drh. Askam Sudin, Dewan Kode Etik Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Drh. Lukas Agus Sudibyo, Ketua Umum Pusat Informasi Pemasaran Unggas (Pinsar) Drh. Hartono. Seminar dibuka oleh Ketua Umum ASOHI Gani Haryanto.
Ketua Panitia Penyelenggara seminar yang juga Ketua Bidang Antar Lembaga ASOHI Drh. Suhandri mengharapkan seminar ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelaku bisnis, peneliti maupun aparat pemerintah, karena melalui seminar ini akan diperoleh berbagai informasi tentang perkembangan bisnis perunggasan 2008 dan prediksi 2009.
Bagi para pelaku bisnis perunggasan analisis yang disampaikan para pembicara diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengevaluasi bisnis 2008 dan menyusun rencana bisnis 2009. Bagi para pakar dan akademisi, seminar ini diharapkan dapat menjadi masukan penting bagi mereka dalam melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut. Dan bagi kalangan birokrat baik dari pusat maupun daerah, seminar ini penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih baik.
Selain mengungkapkan perkembangan bisnis perunggasan Indonesia, diharapkan para pembicara seminar menyampaikan gagasan-gagasannya untuk perbaikan bisnis perunggasan di masa depan. Gagasan-gagasan tersebut dirangkum oleh tim perumus yang selanjutnya akan diteruskan kepada pihak yang terkait dalam waktu dekat. (Panitia/ YR)

JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK

JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK

(( Kandungan-kandungan zat pakan dalam jerami padi inilah yang digertak kondisinya dengan enzim xilanase. Alhasil, kandungan seratnya menurun. Segangkan protein kasarnya meningkat, sehingga kandungan gizinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. ))

Jerami padi biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Terlebih bila musim kemarau menjerang. Sayangnya kandungan nutrisi dan kecernaannya rendah, apalagi bila dibandingkan dengan pakan hijauan. Hal ini lantaran tingginya kadar serat kasar sebagai penyusun dinding sel tanaman. Juga rendahnya kadar protein serat kasarnya.

Mengingat jerami padi mudah didapatkan sebagai alternatif pakan ternak, peternak acap mengupayakan perbaikan potensi pakan jerami padi ini. Ahli pakan ternak Mirni Lamid dari Departemen Peternakan FKH Unair Surabaya memberi jalan perbaikan ini dengan perlakuan biologi mengunakan enzim xilanase.

Kata Mirni Lamid, perlakuan biologi menggunakan enzim xilanase pada jerami padi itu selain ramah lingkungan juga mampu memperbaiki potensi pakan berserat. Proses kimianya adalah dengan mengubah struktur ligno selulosa dan lignohemiselulosa.

Sehingga, “Akan lebih memudahkan degradasi fraksi hemiselulosa pada jerami padi secara efisien dan optimal,” kata Mirni Lamid. Dari hasil penelitiannya, penambahan enzim xilanase dengan waktu inkubasi 2 hari dapat menurunkan kandungan serat dan meningkatkan kandungan protein kasar.

Manfaatnya, menurut Mirni Lamid, penggunaan enzim Xilanase dapat memberi respon positif dalam peningkatan kualitas jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia tersebut. Mengapa bisa demikian, ahli pakan ternak itu menjelaskan semua berdasar penelitiannya.

Enzim Xilanase sebagaian besar dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Kelompok enzim glikosil hidrolase mampu memecah ikatan glikosidik pada xilan dengan kecepatan lebih dari 10 pangkat 17 kali. “Oleh sebab itu, keberadaan enzim ini memegang peranan penting dalam mendegradasi limbah yang kaya hemiselulose,” kata Mirni Lamid.

Hemiselulose merupakan polisakarida struktural sel tanaman terbanyak kedua setelah selulose. Komponen hemiselulose terpenting dari sel tanaman adalah xilan tersebut. Xilan tersusun atas rantai polixilos membentuk heteropolisakadrida bercabang yang sulit didegradasi oleh mikroba rumen.

Dalam penelitian Mirni Lamid tersebut, ia melalui tahap-tahap esksplorasi enzim xilanase untuk mengetahui optimasi pH dan suhu. Kemudian uji potensi enzim xilanase dalam upaya meningkatkan kualitas jerami yang meliputi kandungan bahan kering, bahan organik, serat kasar dan protein kasar.

Kandungan-kandungan zat pakan dalam jerami padi inilah yang digertak kondisinya dengan enzim xilanase. Alhasil, kandungan seratnya menurun. Segangkan protein kasarnya meningkat, sehingga kandungan gizinya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. (YR)

KIAT MEMILIH DAGING SEHAT DAN HALAL

KIAT MEMILIH DAGING SEHAT DAN HALAL

oleh:
Mas Djoko Rudyanto

Kasus beredarnya daging celeng, ayam tiren dan daging glonggongan merupakan merupakan pelajaran penting bagi konsumen. Agar tidak salah pilih, kenali tipologi berbagai daging. Daging sapi yang sehat berwarna merah terang, serat halus, lemak kekuningan. Daging berwarna gelap menunjukkan saat disembelih dilakukan pada kondisi stres dan tidak diistirahatkan. Warna kecoklatan menunjukkan daging sudah terkena udara (teroksidasi) terlalu lama. Daging kerbau yang baik warna merah tua, serat lebih kasar, lemak kuning dan keras. Tekstur lebih liat dari daging lainnya karena disembelih pada umur tua. Daging kambing berwarna lebih gelap dibanding daging sapi, serat halus dan lembut, lemak kuning, keras dan kenyal, mudah dikenal karena bau yang khas dan cukup keras. Daging babi merah pucat, serat halus dan kompak, lemak putih jernih, lunak dan mudah mencair pada suhu ruang.
Setelah paham benar berbagai jenis daging yang akan dibeli, perhatikan juga asal daging tersebut. Belilah daging pada tempat yang resmi. Cari los penjualan khusus daging sapi, kerbau, kambing, ayam yang terpisah dari los penjualan daging babi. Daging yang berasal dari penyembelihan secara legal ditandai dengan cap RPH berwarna ungu yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan setempat. Sangat disayangkan tidak semua RPH milik Pemerintah yang ada di Indonesia disyaratkan oleh Pemerintah untuk di audit halal oleh LPPOM MUI walaupun aturan halal slaughter sudah ada, sehingga kehalalannya masih diragukan. Hal ini sangat memprihatinkan bagi konsumen muslim. Jika pembelian daging berasal dari pasar swalayan, pastikan bahwa daging halal tidak berada dalam showcase (frezeer) yang sama dengan daging nonhalal. Begitu juga perhatikan pemakaian peralatan pisau atau talenan, tidak diperbolehkan pisau/talenan yang untuk produk halal dipergunakan untuk nonhalal. Tanyakan kepada petugas swalayan dari mana asal daging yang dijual dan ada tidaknya Sertifikat Halal yang masih berlaku dari dalam (LPPOM MUI) dan luar negeri. Ini disebabkan kebanyakan swalayan menjual daging impor termasuk jerohannya. Untuk daging ayam bentuk karkas utuh, perhatikan leher bekas sembelihan dilakukan secara Syariat Islam. Ada kemungkinan melakukan penyembelihan dengan cara ditusuk. Hindari warna merah, biru atau memar pada kulit terutama daerah sayap. Hal ini merupakan indikasi ayam tersebut sudah mati sebelum disembelih (ayam tiren/mati kemaren). Untuk menutupi bangkai yang tidak normal, pedagang sering merendam dengan larutan kunyit sehingga warnanya terlihat kuning. Sebaiknya memilih pedagang yang sudah dikenal dan dapat diyakini bahwa penyembelihan yang dilakukan sesuai Syariat Islam. Banyaknya jumlah usaha penyembelihan dalam skala rumah tangga menyebabkan pengawasan sulit terkontrol. Jangan tergiur dengan penawaran harga yang lebih murah dari pasaran terutama yang ditawarkan oleh pedagang musiman atau tidak resmi. Apabila menginginkan daging sapi atau ayam dalam partai besar langsung dari distributor lokal atau impor, jangan lupa minta Sertifikat Halal yang menyertainya. Pastikan bahwa informasi nama dan alamat produsen, tanggal penyembelihan atau nomor lot yang tercantum dalam sertifikat cocok dengan yang tertera pada kemasan.

SOLUSI GIZI BURUK DAN KEMISKINAN ENERGI

SOLUSI GIZI BURUK DAN KEMISKINAN ENERGI
Ahmad Sofyan 1 & Evrin S. Vanadianingrum 2

(( ‘Let food be thy medicine and medicine be thy food’ (Jadikan makanan sebagai obatmu dan obat sebagai makananmu) – Hippocrates: 460-370 SM- ))

Ibarat sebuah obat, makanan sangat penting dalam menopang kesehatan tubuh. Makanan yang masuk kedalam organ tubuh sudah seharusnya menjadi bahan untuk menopang kesehatan dan mengahasilkan energi bagi tubuh. Namun, kualitas bahan pangan yang bergizi di negeri ini masih jauh dari makanan yang menyehatkan seperti apa yang didambakan oleh Hippocrates pada puluhan abad yang lalu.
Betapa sangat menyedihkan banyak kasus keracunan makanan akibat buruknya kualitas bahan pangan dan minimnya perhatian tehadap makanan yang bergizi. Seperti maraknya kasus daging glongongan, ayam suntik dan ayam tiren (mati kemaren) akhir-akhir ini tentunya menjadi catatan hitam kondisi pangan nasional. Seperti yang telah dilaporkan Antara (7/9/2008), daging gelonggongan banyak di jual di sejumlah pasar tradisional yang berdampak pada kecemasan konsumen dan ancaman kesehatan. Kasus ini mencuat di tengah meningkatnya permintaan bahan pangan hewani pada bulan puasa dan menjelang lebaran.
Naiknya harga daging justru dimanfaatkan pihak tertentu dengan memasarkan daging ’haram’ tersebut yang sangat berbahaya baik bagi kesehatan dan dalam jangka panjang dapat menghambat perkembangan kecerdasan. Ditengah tuntutan kualitas bahan pangan yang dipersyaratkan untuk menjamin keamanan bagi konsumen, banyak sekali kasus yang mencerminkan betapa buruknya mata rantai bahan pangan di negeri ini, khususnya bahan pangan protein hewani yang amat penting dalam menopang kualitas sumber daya manusia. Kondisi ini sangat kontradiktif tuntutan kualitas pangan yang harus tersedia baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan).
Jargon produk pangan hewani yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal) masih terkendala oleh ulah pihak yang hanya mencari keuntungan sesaat. Akibatnya, konsumen merasa tidak aman untuk mengkonsumsi daging yang berakibat pada menurunnya permintaan. Tak hanya itu, pedagang juga ikut menangung penurunan omset penjualan.
Resiko yang mengancam kesehatan akibat kurangnya asupan gizi masih kurang diperhatikan. Tak heran jika makanan yang menurut Hippocrates sebagai obat yang menyehatkan namun berubah sebagai racun tubuh. Ini terjadi lantaran bahan pangan yang dikonsumsi justru sebagai agen pembawa bibit penyakit.

Ancaman Masa Depan
Catatan buruknya kualitas gizi tersebut sejatinya hanya sebagian dari minimnya upaya pembangunan gizi bangsa untuk meningkatkan SDM. Sampai saat ini pun kecukupan konsumsi pangan hewani rakyat Indonesia masih jauh dari konsumsi negara berkembang lainnya. Menilik data dari Badan Pangan Dunia/FAO (2007), konsumsi daging rakyat Indonesia per tahun hanya 11,9 kg, sementara konsumsi daging rakyat Thailand sudah mencapai 23,3 kg dan China 59,8 kg.
Hal ini seakan memperkuat keterpurukan kualitas pembangunan manusia (human development index) Indonesia yang hanya di urutan 107 dibawah Vietnam dan angka melek huruf pada urutan 56 dibawah Sri Lanka (UNDP, 2007). Sejatinya bahan pangan hewani sangat berperan dalam menopang kesehatan, kecerdasan dan pembangunan sumberdaya manusia.
Fakta tersebut menunjukkan kualitas konsumsi pangan yang masih jauh dari kondisi ideal. Lagipula rendahnya konsumsi pangan bergizi ini semakin diperparah dengan tekanan ekonomi akibat kenaikan harga bahan kebutuhan pokok yang dipicu dari kebijakan naiknya harga BBM beberapa bulan yang lalu. Tak bisa dipungkiri, program kompensasi kenaikan harga BBM melalui program bantuan langsung tunai (BLT) belum cukup efektif dalam memperbaiki kualitas gizi.

Langkah Perbaikan
Rendahnya kualitas gizi dan krisis energi merupakan tantangan besar dalam menjaga kelangsungan dan keutuhan bangsa. Kelimpahan kekayaan alam Indonesia memerlukan tata pengelolaan yang lestari untuk mengantisipasi berbagai dampak hingga mampu memperbaiki gizi buruk dan kemiskinan energi jangan sampai mengarah pada rendahnya kualitas SDM.
Disisi lain pemerintah masih terbebani dengan program pengentasan kemiskinan dari 37,2 juta penduduk miskin yang sebagian besar tersebar di wilayah perdesaan (BPS, 2007) yang menggantungkan pendapatannya pada sektor pertanian. Sudah seharusnya program perbaikan gizi tidak hanya melalui program makanan tambahan (PMT) seperti yang dilakukan pemerintah sekarang, namun perlu diintegrasikan dengan sektor lainnya.
Lebih jauh, diperlukan pula langkah perbaikan yang integratif untuk mengatasi perbaikan gizi sekaligus penyediaan energi alternatif untuk mengurangi dampak semakin melambungnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan memaksa naiknya harga bahan kebutuhan pokok. Keterpaduan pembangunan pertanian dan peternakan (agriternak) menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kekurangan gizi. Program inilah yang secara langsung akan meningkatkan penghasilan penduduk miskin yang mengandalkan hidupnya pada sektor pertanian.
Selain produk utama berupa bahan pangan hewani yang bernilai gizi tinggi, dengan pengelolaan limbah peternakan yang baik dapat dijadikan menjadi sumber energi alternatif (biogas). Langkah ini yang sekaligus sebagai upaya untuk mencegah kemiskinan energi. Ketergantungan kegiatan pertanian yang selama ini sangat bergantung pada pupuk kimia akan tersubtitusi dari pemanfaatan pupuk organik (biofertilizer) dari limbah peternakan.
Peranan inilah yang perlu direvitalisasi kembali yang didalamnya termasuk pembaharuan Undang-Undang No. 6 tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dinilai banyak kalangan sudah tidak cocok dengan kondisi sekarang. Selain itu, revisi UU ini juga harus diikuti dengan penegakan supremasi hukum dan sanksi seberat-beratnya bagi pelanggar dan pemalsu daging yang amat membahayakan kesehatan masyarakat.
Dalam upaya peningkatan kualitas bahan pangan, diversifikasi produk olahan pertanian dan peternakan sudah menjadi keharusan. Kelemahan ketrampilan selama ini yang menjadi penghambat peningkatan kualitas bahan pangan sudah seharusnya mendorong bagi pemerintah melalui lembaga penelitian, universitas, departemen terkait dan pemerintah daerah untuk bersatu padu dalam penyebarluasan informasi dan implementasi teknologi. Penegakan hukum bagi pihak yang melanggar juga terus ditegakkan untuk menjamin mata rantai perdagangan dan distribusi bahan pangan tidak ternodai oleh ulah pihak-pihak yang mengail di air keruh.
Kita sangat merindukan bahwasannya bahan pangan yang kita konsumsi adalah bahan makanan yang aman dan sehat, bahan pangan akan memberikan kontribusi terhadap kesehatan, dan kesehatan akan menopang kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku utama pembangunan nasional. Tercukupinya gizi dan sumber energi akan menuju kesejahteraan bangsa, bermartabat dan mampu berkompetisi di tingkat global.

Catatan : 1) Peneliti pada BPPT Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yogyakarta. 2) The Altech’s Young Animal Scientist-2007 / Alumnus Fapet IPB, Bogor.

GUMBORO PADA AYAM BROILER MODERN

GUMBORO PADA AYAM BROILER MODERN


Potensi genetik ayam broiler terus ditingkatkan untuk menghasilkan ayam-ayam yang efektif dalam pemanfaatan pakan sehingga tujuan untuk memproduksi daging semakin efisien. Konversi pakan pada ayam broiler yang tadinya diatas 2 sekarang sudah dapat ditekan menjadi sekitar 1.6 – 1.7 . Dampak dari tingginya tingkat produktivitas tersebut adalah ayam menjadi semakin rentan terhadap berbagai perubahan lingkungan dan ancaman penyakit, sehingga membutuhkan manajemen pemeliharaan yang lebih baik.
Yang paling penting untuk dipahami saat ini adalah bagaimana pentingnya mencapai target yang harus dicapai dalam pemeliharan ayam broiler. Terdapat berbagai target yang harus dicapai dalam budidaya ayam broiler, misalnya berat badan ayam. Sejak awal, anak ayam umur sehari sampai umur 7 hari merupakan waktu kritis, dan target berat badan harus dapat dicapai karena akan sangat mempengaruhi performan ayam di umur-umur selanjutnya. Laju pertumbuhan berat badan dan pencapaian berat badan tersebut dipengaruhi berbagai faktor seperti kualitas udara, kualitas air dan kualitas pakan. Faktor biosekuritipun memegang peranan yang sangat penting terkait banyaknya agen bibit penyakit yang dapat mengancam produktifitas anak ayam.
Salah satu agen penyakit yang sangat mempengaruhi keberhasilan produksi ayam broiler modern adalah penyakit gumboro. Hal ini tentu sangat merugikan peternak, dikarenakan penyakit Gumboro akan menimbulkan sejumlah kematian anak ayam, peningkatan ayam afkir dan penurunan kinerja yang disebabkan oleh adanya kepekaan terhadap berbagai penyakit dan stress. Berbagai aspek manajemen seperti stress lingkungan, biosekuriti, lokasi peternakan dan sistem perkandangan yang kurang ideal akan mendukung tejadinya kasus penyakit Gumboro. Program vaksinasi terhadap Gumboro telah dilakukan oleh hampir seluruh peternak, namun dikarenakan kurang optimalnya program vaksinasi, kasus Gumboro masih tetap dapat muncul. Hal tersebut didukung pula oleh sifat virus Gumboro yang stabil pada kondisi fisik dan kimiawi lingkungan, serta sangat mudah menular dan tahan hidup di lingkungan kandang sampai 120-an hari setelah bersih kering kandang.
Hal yang perlu diwaspadai adalah penyakit Gumboro merupakan penyakit yang bersifat imunosupresi dikarenakan virus Gumboro dapat merusak morfologi dan fungsi organ limfoid primer, terutama bursa fabricius. Rusaknya bursa fabricius akan mengakibatkan suboptimalnya pembentukan antibodi terhadap berbagai program vaksinasi, sehingga kepekaan terhadap berbagai agen penyakit menjadi meningkat.

Pencegahan IBD dengan Vaksinasi
Berdasarkan berbagai macam dampak penyakit Gumboro, perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan melakukan vaksinasi, baik pada ayam pedaging, ayam petelur maupun ayam pembibit. Program vaksinasi untuk penanggulangan penyakit Gumboro sangat diperlukan untuk mengurangi gejala klinis dan mortalitas dan terpenting mencegah adanya efek imunosupresi pada anak ayam.
Namun tentu saja tidak cukup penanggulangan penyakit Gumboro hanya dengan melakukan tindakan vaksinasi saja. Agar vaksinasi dapat berhasil perlu beberapa upaya pendukung lainnya, seperti biosekuriti ketat dan tatalaksana peternakan yang optimal.
Prinsip utama vaksinasi terhadap penyakit adalah vaksin harus diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya infeksi lapangan, vaksin tersebut harus dapat menstimulasi pembentukan antibodi secara cepat dan tinggi, kemudian melakukan tindakan biosekuriti yang ketat untuk mencegah jumlah virus lapang lebih besar dari jumlah antibodi yang terbentuk dalam tubuh ayam. Bila Jumlah virus lapang tidak dapat diperkecil oleh tindak biosekuriti yang dilakukan, setinggi apapun titer antibodi yang dihasilkan oleh vaksin akan tidak mampu untuk mencegah terjadinya penyakit.
Pada umumnya para peternak Broiler memiliki pertanyaan yang sama : kapan waktu (umur ayam) yang tepat untuk melakukan vaksinasi?
Teori yang telah ada menyebutkan bahwa bila dilakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin IBD aktif (strain intermediate dan intermediate plus) pada ayam dengan antibodi asal induk (Maternal Antibodi-MAb) masih tinggi, maka antigen vaksin akan dinetralisasi oleh antibodi asal induk, sebagai akibatnya, vaksin tidak akan dapat menstimulasi terjadinya kekebalan. Pada sisi lain, pelaksanaan vaksinasi tidak dapat menunggu waktu yang terlalu lama sampai titer antibodi asal induk menjadi terlalu rendah karena dapat menyebabkan ayam terlalu lama tidak terproteksi terhadap virus gumboro asal lapang yang ganas.
Bila tantangan virus gumboro asal lapang sangat tinggi tentunya perlu dilakukan vaksinasi sesegera mungkin. Oleh sebab itu, sebagian peternak menggunakan cara atau metode perhitungan tertentu untuk dapat memperkirakan waktu yang tepat untuk dapat melakukan vaksinasi gumboro.
Prinsip menentukan pada umur berapa ayam dapat divaksinasi tersebut sangat sederhana yaitu dengan mengetahui level titer maternal antibodi pada umur awal ayam (0 s/d 4 hari), dan karena penurunan titer terjadi secara teratur (skala log2), maka dapat diperkirakan kapan level titer maternal antibodi menjadi rendah sehingga memungkinkan dilakukannya vaksinasi.
Faktor-Faktor yang harus diperhatikan sewaktu melakukan estimasi waktu pelaksanaan vaksinasi yang optimal, adalah sebagai berikut :
1. Jumlah sample per Flok minimal 18 sampel yang diperlukan untuk mendapatkan sample yang representative dari suatu flok. Namun banyak pihak melakukan efisiensi biaya dengan hanya mengambil 10 – 15 sampel per flok (yang berasal dari beberapa kandang). Hal tersebut tentunya dapat dilakukan dengan syarat pengambilan sample harus sebaik mungkin, sehingga didapat jumlah serum per sample yang cukup dan berkualitas baik (tidak lisis dan tidak berlemak) sehingga dapat mewakili status kekebalan dari flok.
2. kualitas Sampel Ayam yang baik harus berasal dari ayam yang sehat untuk mendapatkan gambaran serologis flok yang representative. Sangat tidak disarankan mendapatkan sample yang berasal dari ayam dehidrasi atau sakit.
Bila dua kondisi tersebut di atas tidak didapat maka perkiraan tanggal vaksinasi gumboro tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya.
Penurunan level maternal antibodi berbeda antara setiap tipe ayam. Terjadinya penurunan level maternal antibodi adalah sebagai akibat metabolisme dan pertumbuhan anak ayam. Perhitungan waktu paruh maternal antibodi, untuk broiler 3 sampai 3,5; breeder 4,5 dan layer 5,5. (berdasarkan pengukuran dengan virus neutralization test). Perhitungan waktu paruh maternal antibodi tersebut dapat berbeda tergantung situasi lapangan.
Level antibodi pada umumnya bertahan selama 4 hari pertama dikarenakan penyerapan kuning telur mengkompensasi penurunan titer sebagai akibat metabolisme dan pertumbuhan ayam. Sejak umur 4 hari, kadar titer darah turun 1 log2 per waktu paruh. Pada perhitungan tersebut, kolekting sampel dibawah umur 4 hari akan mengkompensasi fenomena tersebut.
Ide penggunaan perhitungan tersebut didasari bahwa waktu pelaksanaan vaksinasi tidak mungkin dapat menunggu waktu yang terlalu lama sehingga semua ayam memiliki titer MAb yang cukup rendah, karena hal tersebut akan meningkatkan resiko ayam terserang gumboro. Alasan lain untuk tidak perlu menunda pelaksanaan vaksinasi sampai semua ayam memiliki titer maternal antibodi yang cukup rendah dikarenakan virus vaksin aktif gumboro akan akan menyebar sampai beberapa hari setelah pelaksanaan vaksinasi. Maka, ayam yang akan mengalami ‘kegagalan vaksinasi’ dikarenakan antigen vaksin ternetralisir oleh MAb yang cukup tinggi, akan divaksinasi kembali oleh ayam yang lain (diasumsikan bahwa minimal 75% ayam telah berhasil divaksinasi).
Menurut teori tersebut, vaksin Gumboro memiliki perbedaan breaktrough titer (kondisi jumlah titer/level maternal antibodi yang tidak akan menetralisir antigen vaksin gumboro). Vaksin gumboro “hot” dan intermediate plus dapat menembus level titer maternal antibodi yang lebih tinggi dibanding vaksin intermediate. Untuk vaksin intermediate plus seperti IBD Blen, angka breaktrough titer adalah 500 (Idexx-Elisa), sedangkan untuk vaksin intermediate seperti Bursa Blen M, angka breaktrough titer adalah 125 (Idexx-Elisa). Jika menggunakan vaksin yang lain, maka angka breaktrough titer didapat sesuai informasi dari produsen/distributor vaksin. Seperti BUR 706 yang tidak memiliki breaktrough titer, karena jenis antigen virus vaksin strain 706-nya yang tidak dapat dinetralisir oleh maternal antibodi, sehingga dapat dipergunakan tanpa harus mengetahui kondisi titer maternal antibodi dan dapat dipergunakan sebagai vaksin dini pada umur 1 hari.
Seringkali hasil pemeriksaan serologis menunjukkan level titer yang rendah dan titer yang tidak seragam keseragaman, maka rumus perhitungan tersebut menyarankan untuk melakukan Dua Kali Vaksinasi. Sebagai contoh, perhitungan memakai formulasi perhitungan umur (hari) yang tepat untuk dapat melakukan vaksinasi sebagai berikut : 18 sampel yang didapat dari ayam Broiler berumur 1 hari, dan di uji dengan Elisa-Idexx, kisaran titer maternal antibodi yang didapat adalah: terendah 235 dan tertinggi 4886. Vaksin yang ingin digunakan peternak adalah IBD Blen dengan breaktrough 500 (Elisa-Idexx). Ayam dengan titer maternal antibodi terendah dapat divaksinasi pada hari ke- 3 (Umur 3 hari). Ayam dengan titer maternal antibodi tertinggi dapat divaksinasi pada hari ke- 13 (Umur 13 hari). Jadi, perbedaan pelaksanaan vaksinasi dengan menggunakan titer tertinggi dan terendah sebesar 10 hari. Hal ini menunjukkan adanya tingkat keseragaman titer maternal antibodi yang rendah.


No TITER No TITER No TITER No TITER
1 235 6 1075 11 1364 16 3968
2 379 7 1171 12 1658 17 4328
3 802 8 1299 13 3724 18 4886
4 885 9 1332 14 3802
5 938 10 1342 15 3835

Tabel 1. Contoh Titer hasil pemeriksaan serologis terhadap MAb Gumboro pada ayam Broiler dengan menggunakan kit Idexx-Elisa.



Tabel 2. Contoh Grafik titer hasil pemeriksaan serologis terhadap MAb Gumboro pada ayam Broiler dengan menggunakan Kit Idexx Elisa



Untuk kasus-kasus tersebut di atas, Peternak disarankan melakukan vaksinasi terhadap gumboro menggunakan BUR 706 dihari pertama, kemudian diberikan vaksin kedua IBD Blen pada kisaran umur 14 – 18 hari. Perhitungan perkiraan pelaksanaan vaksinasi gumboro tersebut didasarkan atas waktu paruh maternal antibodi yang dihitung berdasarkan uji netralisasi virus (VN test). Prinsip penggunaan Rumus perhitungan berlaku selama terdapat korelasi yang tepat antara waktu paruh sebagaimana dihasilkan uji Elisa dan Uji netralisasi virus.
Namun, ada 2 kendala yang terus berputar terkait dengan pelaksanaan dan penggunaan program perlindungan bursa tersebut. Hal pertama adalah sulitnya harga pronak yang terus berfluktuasi dan kadang berada dibawah harga pokok sehingga peternak berusaha menekan biaya serendah mungkin dan yang kedua adalah biaya sapronak (yang telah tertekan) sulit untuk lebih ditekan lagi. Contoh lebih mudahnya adalah untuk Program Perlidungan Pernafasan (misal untuk penyakit ND), peternak Broiler, umum menggunakan 2 kali vaksin aktif dan 1 kali vaksin in-aktif, sedangkan untuk Program Bursal Shield, peternak Broiler umumnya hanya menggunakan satu kali vaksin aktif, padahal tantangan virus lapang menuntut adanya Program Perlindungan Bursa yang serial, atau lebih dari satu kali penggunaan vaksin

Program Vaksinasi Gumboro.
Untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit Gumboro, PT Romindo Primavetcom sejak tahun 1992 telah memperkenalkan program vaksinasi terhadap penyakit gumboro (Bursal Shield Program) yang telah terbukti efektif untuk perlindungan terhadap penyakit Gumboro sehingga peternak terhindar dari kerugian. Program Perlindungan Bursa untuk ayam pedaging seperti tabel berikut :

Program Vaksinasi Gumboro untuk Broiler pada Daerah Resiko Tinggi dengan vvIBD
Program I
Vaksinasi Awal :
Menggunakan vaksin aktif BUR 706
Pada umur 1 hari,
Cara pemberian : spray, tetes mata.
Vaksinasi Penguat :
Menggunakan vaksin aktif : Intermediate plus (IBD Blen) , pada umur 14-18 hari
Cara pemberian : air minum, cekok mulut.
Program II Vaksinasi Awal :
Menggunakan vaksin aktif BUR 706
Pada umur 1 hari,
Cara pemberian : spray, tetes mata.
Vaksinasi Penguat :
Menggunakan vaksin in-aktif : IBD killed (Gumboriffa/Gumbopest) , pada umur minggu pertama
Cara pemberian : suntikan sub kutan

Konsep Perlindungan Bursa tersebut di atas memiliki dua buah program untuk pemeliharaan ayam Broiler. Program I direkomendasikan untuk farm Broiler dengan tatalaksana all in-all out, dengan flok tertentu telah terjadi out break gumboro. Dan Program II direkomendasikan untuk farm Broiler dengan tatalaksana multiple-age. Pada penggunaan kedua program tersebut harus terus dimonitor agar keberhasilan vaksinasi terus terjaga, terutama kesesuaian umur pada program vaksinasi penguat/booster.
Konsep Perlindungan Bursa tersebut harus didukung dengan kualitas vaksin yang baik. Kualitas vaksin ditentukan oleh cara pembuatan vaksin, distribusi dan penyimpanan vaksin, kemampuan vaksin menggertak kekebalan ayam dan masa kedaluarsa vaksin. Selain dari masalah kualitas vaksin, yang harus diperhatikan peternak adalah cara pemberian vaksin/metode vaksinasi yang akan sangat mempengaruhi hasil vaksinasi. Selain itu faktor lain yang memegang andil keberhasilan vaksinasi adalah keterampilan vaksinator yang terlatih, peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan ayam yang mendukung, dan status kesehatan ayam sewaktu pelaksanaan vaksinasi. Semua parameter tersebut di atas memegang kunci penting dalam penanggulangan penyakit Gumboro.
BUR 706® merupakan produk vaksin aktif untuk Vaksinasi Dini Gumboro pada anak ayam umur sehari. BUR 706® merupakan vaksin aktif dengan kandungan antigen Gumboro yang telah diattenuasi. BUR 706® mengandung strain S 706 yang merupakan strain antigen gumboro low-intermediate yang tidak akan terpengaruh oleh level titer antibodi asal induk. BUR 706® akan memberikan perlindungan yang lebih kuat pada Bursa Fabricius dan Thymus dari serangan penyakit gumboro pada usia dini.
IBD Blen® merupakan vaksin aktif untuk melindungi terhadap virus Gumboro yang sangat ganas. IBD Blen® merupakan vaksin aktif dengan kandungan antigen Gumboro strain Winterfield yang merupakan strain intermediate plus yang aman. IBD Blen® akan memberikan perlindungan yang lebih kuat pada Bursa Fabricius dan Thymus dari serangan penyakit gumboro yang ganas.
GUMBOPEST® merupakan vaksin inaktif gabungan untuk melindungi ayam terhadap serangan Gumboro dan sekaligus melindungi ayam dari serangan penyakit Newcastle Disease. GUMBOPEST® merupakan vaksin inaktif 0,3 dengan teknologi pemurnian dan konsentrasi antigen yang lebih tinggi dengan kontak permukaan antigen yang lebih luas sehingga akan lebih mudah dan cepat menstimulasi terbentuknya antibodi sehingga kekebalan terhadap gumboro dan Newcastle Disease akan lebih efektif dan optimal. GUMBOPEST® merupakan vaksin inaktif dengan dosis 0,3 ml dengan adjuvant khusus dan tidak akan menimbulkan lesi pada jaringan otot tempat penyuntikan dan dengan mikrodepo partikel antigen akan memberikan kontak permukaan lebih banyak yang didukung konsistensi adjuvan yang tepat sehingga partikel antigen akan terdistribusi ke jaringan lebih cepat dan segera menggertak terjadinya antibodi.


Drh Nurvidia Machdum
PT. ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl DR Saharjo No 266
JAKARTA. Telp.021 8300300

Kemasan Diri

Kemasan Diri

Bambang Suharno


Bagi anda yang bergerak di bidang pemasaran, kisah di bawah ini mungkin bukan hal baru. Saya ingin melihatnya dari sudut pandang yang sedikit berbeda.

Alkisah, ada 3 karton yang berisi kaleng minuman ringan (softdrink) yang diproduksi di sebuah pabrik. Suatu hari, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng minuman tersebut dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Karton pertama di turunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng minuman lainnya dan diberi harga Rp. 4.000/kaleng.

Pemberhentian kedua adalah restoran. Di sana , karton diturunkan. Kaleng-kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng
minuman diturunkan di sana . Kaleng-kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas, melainkan di suatu tempat yang pelanggan tidak melihatnya. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki yang mewah. Pelayan hotel akan membuka kaleng itu, menuangkannya ke dalam gelas dengan sopan dan tersenyum manis untuk disajikan ke pelanggan. Di tempat ini harganya melambung menjadi Rp. 50.000.

Kaleng tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama. Anehnya, tidak ada konsumen yang protes terhadap perbedaan harga yang mencolok ini. Padahal jelas, kemasan kalengnya sama persis, pabriknya sama. Ada apa di balik semua ini?

Dalam marketing modern, kemasan sebenarnya sudah mampu melampaui fungsi basic-nya sebagai pembungkus dan pelindung. Ia sudah menjadi tools yang berfungsi sebagai “silent salesman” di rak-rak toko dan rumah konsumen, bahkan juga untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produk. Demikian pendapat Roslyn N Wiria, Design Director PT Synzygon Brand Komunikasi.

Packaging sebenarnya gabungan antara sains (dalam hal melindungi produk) dan seni (dalam hal merepresentasikan produk). Sains lebih mengarah kepada desain struktural yang ergonomis dan berfungsi untuk memudahkan pemakai dalam proses pengidentifikasian, penggunaan, penempatan, pengepakan, penyimpanan, dan distribusi sebuah produk. Jadi, bagaimana desainnya bisa stabil jika diletakkan; kalau dipegang tidak masalah; display, penggunaan, dan pengirimannya bagus. Sedangkan seni menyangkut bagaimana teks, warna
dan gambarnya bisa menarik perhatian dan mengikat emosi orang yang melihatnya.

Dalam marketing, packaging merupakan sarana komunikasi sebuah produk. Kemasan menjadi sarana terbaik untuk mendorong konsumen untuk membeli sebuah produk dan untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produk. Sebab, packaging bisa menjadi “personal statement” bagi konsumen untuk menunjukkan jati diri mereka.

Namun dalam perkembangan marketing yang modern, belakangan ini bukan hanya kemasan fisik yang membuat sebuah produk menjadi lebih berharga. Kemasan lingkungan akan menambah nilai dari sebuah kemasan fisik. Contohnya, kasus minuman ringan tadi.

Kemasan lingkungan, mulai dari lokasi usaha, kemewahan gedung dan kemasan pelayanan dapat merubah harga menjadi sedemikian fantastis. Sate ayam di warung tenda pinggir jalan dengan di hotel berbintang harganya jauh berbeda, dan masing-masing tetap ada pembelinya. Sayuran dari pucuk gunung yang ditanam tanpa pupuk kimia, dapat dikemas di restoran mewah dengan label sayuran organik, dengan harga jauh di atas harga sayuran pada umumnya.

Kini, kita bisa bercermin kepada kasus kaleng minuman ringan . Benarkah kemasan ”lingkungan” kita mencerminkan ”harga’” kita?

Para pakar genetika ternak mengatakan performa produksi ternak akan optimal apabila mutu genetik bagus didukung lingkungan yang sesuai. Ternak ayam ras yang potensi produksi telurnya 300 butir per tahun, membutuhkan perlakuan lingkungan yang berbeda dengan ayam kampung yang hanya 100 butir per tahun.

Lingkungan kita pun membentuk kita dengan cara yang unik. Ia mempengaruhi melalui televisi, radio, bacaan media cetak, media internet, obrolan di warung kopi, obrolan dengan teman sekantor atau seprofesi, obrolan teman sekolah, rapat RT, bahkan obrolan dengan seseorang yang baru kenal. Semuanya dapat mempengaruhi pola pikir anda dan selanjutnya membuat citra anda yang sekarang anda miliki.


Lingkungan kita telah mengemas kita menjadi sesuatu yang seperti sekarang ini. Kita tidak perlu heran, bila kita rela membayar seorang tokoh dalam suatu seminar dengan harga yang mahal meskipun kita sudah tahu apa yang akan dia bicarakan. Ya, karena tokoh itu pemimpin organisasi tertentu, menerima penghargaan dari lembaga internasional, dan segudang pengalaman lainnya.

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda karena Lingkungan berbicara tentang relationship. Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama akan bernilai berbeda jika ia berasal dari lingkungan
yang berbeda.***

Email bambangsuharno@telkom.net
Informasi training SDM perusahaan hubungi Gita Organizer 021.78841279 (Nur Aidah), 08129354768 (Fajar Adi Purnama)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer