Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

OBYEK YANG BERCERITA


Ruang Redaksi Infovet Edisi 165 April 2008

Yang Infovet kunjungi kali ini --bersama seorang area supervisor obat hewan ternama di Indonesia--, adalah peternakan yang berdiri di atas kolam yang luas di peternakan ayam di Indonesia memang salah satunya di Gunung Sindur, Bogor.
Lokasi peternakannya juga di banyak tempat yang lain, menjadi sarana mengentaskan penduduk dari pengangguran, memompa denyut perekonomian daerah setempat. Sedang kantor dari peternakannya terletak di pinggir jalan besar di Parung, Bogor, sebuah kantor yang representatif tempat menerima Infovet dengan ramah.
Setelah berkunjung ke peternakan itu, Infovet bersama petugas teknis kesehatan hewan itu pun kembali ke kantor perusahaannya di Bogor. Lalu bersama seorang area supervisor yang lain, Infovet pun mengunjungi rumah peternak yang lain, yang juga merupakan salah satu pelanggan perusahaan itu, yang sangat setia.
Rumah peternak ini terletak di dalam kota Bogor, sebuah kompleks perumahan menengah ke atas. Betapa megah rumah itu, rumah seorang yang berstatus peternak, tepatnya peternak yang sukses. Bersama area supervisor perusahaan ternama itu, Infovet diterima dengan ramah dan disuguhi berbagai kisah suksesnya semenjak awal hingga kini.
Pada saat yang bersamaan, tim Infovet yang lain pun menjalankan fungsi masing-masing sesuai dengan tanggung jawab, tugas dan kewajibannya.
Pada saat tidak terlalu lama, PT Gallus Indonesia Utama menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2007. Infovet pun merekrut staf baru, bersamaan dengan rekrutmen yang diselenggarakan oleh Divisi Gita Pustaka dan Supporting Team PT Gallus Indonesia Utama.
Dari Infovet, terpilih Bernat ST sebagai staf marketing yang baru, sedangkan dari Divisi Gita Pustaka terpilih Nur Susanto sebagai karyawan baru, Suppoting Team terpilih Saptono Adi, yang masih akan diuji lagi dalam 3 bulan percobaan.
Dunia memang bergerak dan bumi memang terus berputar. Kita sadari, semua yang terjadi pada sekarang harus lebih baik daripada masa lalu, dan masa akan datang harus lebih cemerlang daripada masa sekarang.
Kunjungan ke peternakan-peternakan, hubungan baik dengan para mitra usaha, melayani kepuasan Anda semua, dengan pelayanan sebaik-baiknya, adalah suatu obsesi dalam menjalan fungsi di bidang informasi kesehatan hewan dan peternakan.
Obsesi itu seiring perubahan-perubahan yang pasti terjadi, diiringi pencitraan baru yang lebih baik sesuai harapan, sebagaimana kaidah ilmiah, selalu ada cara pandang baru untuk suatu hal yang semula dianggap sebagai kebenaran.
Sejarah pemikiran pun selalu berkembang tentang cara memandang dunia ini. Dari semula suatu obyek menentukan suatu omongan, lalu antara omongan dan obyek saling mempengaruhi, kini kita sudah memasuki jaman posmodernime yang secara umum dapat dikatakan bahwa omongan-lah yang mempengaruhi obyek. Apapun obyek yang ada, yang paling menentukan adalah omongan tentang obyek itu sendiri.
Dalam kata lain posmodernism adalah kesempatan untuk memegang suatu bentuk cara pandang tanpa perlu ada yang sama untuk memegangnya. Hal itu bisa kita lakukan di dunia peternakan dan kesehatan hewan. Namun...
Sudah tentu, Infovet tetap menjaga kuat bagaimana sesungguhnya citra yang ada pada wajah peternakan dan kesehatan hewan kita. Caranya, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip sebisa mungkin tahu sendiri dari sumber pertama, tentang keadaan yang sesungguhnya.
Lalu, melaporkan kepada Anda untuk sama-sama berbagi dan mengembangkan peternakan dan kesehatan hewan kita. Bukan mengandalkan semata-mata pandangan kita, biarlah obyek ini yang bercerita kepada kita semua. Selamat membaca....! (Yonathan Rahardjo)

Kunjungan Bersama


Ruang Redaksi Infovet Edisi 164 Maret 2008

Bersama Infovet Perwakilan Yogyakarta Drh Untung Satriyo, dan Wartawan Infovet Daerah Riau Sadarman SPt, pagi itu Tim Infovet Pusat Jakarta berkunjung ke PT Ceva Indonesia, PT Romindo Primavetcom, dan PT Paeco Agung, sehari setelah acara Pertemuan Tahunan PT Gallus Indonesia Utama usai diselenggarakan di Cisarua, Jawa Barat.
Dua kawan dari daerah sebagai wakil Infovet di daerah masing-masing itu memanfaatkan waktu di Jakarta untuk mengetahui bagaimana kerja tim pusat dalam menjalin hubungan dengan mitra kerja di Ibukota Indonesia Raya: Jakarta.
Banyak perusahaan mestinya yang dapat dikunjungi di Ibu Kota Indonesia Raya, namun mengingat terbatasnya waktu, cuma satu hari di Jakarta, 29 Januari 2008, tim Infovet pusat dan daerah mesti mensiasati kepadatan lalu lintas di ibukota dengan mengunjungi beberapa perusahaan sebagai representasi.
Di PT Ceva Indonesia, Tim Infovet diterima Drh Haryono Jatmiko. Di PT Romindo Primavetcom, Tim Infovet diterima Presiden Direktur Gani Haryanto didampingi Drh Edy Nuryanto. Di PT Paeco Agung diterima Presiden Direktur Edy Yusuf didampingi Drs Idham Karim, Dra Henny Karim dan Drh Puji Hartini.
Sebagaimana layaknya kerja di penerbitan pers adalah menghimpun informasi untuk disajikan guna kepuasan pembaca, kali ini pun demikianlah yang dilakukan Infovet di perusahaan mitra kerja tersebut. Sebagaimana bulan sebelumnya, Infovet melakukan kunjungan bersama divisi lain se PT Gallus Indonesia Utama di peternakan Eden Farm milik Ricky Bangsaratoe SH, lalu Tim Infovet berkunjung ke peternakan Drh Djodie Hario Seno di Bekasi, dan banyak tempat lainnya, perusahaan-perusahaan sarana produksi peternakan, peternakan, pemerintah, akademis di kampus, dan lain-lain.
Ada nilai lebih dari setiap kunjungan bersama, baik Tim Infovet secara internal, dalam hubungan dengan perusahaan mitra, dan terutama bagi hubungan antara Infovet dengan perusahaan mitra. Sudah tentu nilai-nilai positif itulah yang diharapkan dari dilakukannya kunjungan bersama itu, untuk meningkatkan spirit bekerja dan mencipta produk yang terbaik yang sangat dibutuhkan oleh pembaca, sebagai satu rangka atmosfir pembangunan dunia peternakan dan kesehatan hewan.
Memang pembicaraan dalam setiap kunjungan adalah khas, sebagaimana ciri khas produk Majalah Infovet yaitu: Informasi Dunia Kesehatan Hewan dan Peternakan. Dan, di sinilah letak keunggulan Majalah kesayangan Anda ini: Kesehatan Hewan dan Peternakan, merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepas begitu saja meski sudah hadir majalah-majalah sejenis yang menyuarakan dunia perunggasan dan agribisnis.
Infovet mempunyai keunggulan yang merupakan suatu kepedulian kita bersama: Kesehatan Hewan (dan Peternakan). Dengan kunjungan bersama ke mitra kerja, kita lebih dapat memetakan kebutuhan pembaca, kerinduan akan kehadiran Infovet setiap bulan di meja pembaca, dan berbagai masukan yang diberikan guna mempersembahkan Majalah Kesayangan Anda ini pada masa berikutnya.
Salah satu nilai yang terasakan adalah: perlunya kita berpartner, bersama, dalam setiap langkah hidup bersama. Bahkan dalam meningkatkan pemikiran-pemikirannya, para filsuf dunia membutuhkan partner. Partner antar jaman adalah antara Aristoteles yang pemikiran-pemikiran Yunani-nya disuarakan oleh Ibnu Rush sebagai penyuara utama filosofi Aristoteles di dunia Timur yang selanjutnya diterjemahkan ke bahasa barat oleh filsuf-filsuf barat.
Partner hampir sejaman antara lain Descartes dengan Isaac Newton di Inggris, yang keduanya memberikan pengaruh besar pengejawantahan fisika dalam bahasa ilmu alam. Isaac Newton membaca buku-buku Descartes sebelum menemukan berbagai hal luar biasa dalam ilmu fisika.
Partner sejaman antara lain Mohammad Hatta dan Tjokroaminoto dalam perjuangan sosialisme bangsa ini, sejaman dengan Paull Tillich di Jerman dengan garis perjuangan yang mirip.
Partner di dunia bisnis? Anda tentu sangat hafal nama-nama besar di negeri ini. Apalagi di dunia peternakan dan kesehatan hewan, begitu banyak partner dalam kerja sama. Bahkan dalam kunjungan bersama Infovet tadi, kita dapat memaknai arti partner untuk suatu kemajuan bersama dambaan kita.
Akhirnya, tiba saatnya kita lakukan hal terbaik yang semua pasti ada waktunya. (Yonathan Rahardjo)

KETIKA KITA MENGGUNTING PITA

Ruang Redaksi Edisi 168 Juli 2008

Ternyata ada hubungan filosofis antara cacing pita dengan acara gunting pita pada acara-acara seremonial peternakan yang sedang marak saat ini.

Infeksi cacing pita itu merupakan penyakit yang menakutkan bagi kalangan peternak ayam. Penyakit itu tidak saja membuat tubuh ayam mendadak lesu, tetapi juga mengakibatkan turunnya bobot badan secara drastis, mengganggu laju pertumbuhan, menurunkan produksi daging ayam dan telur. Bahkan, karena cacing pita dalam jumlah besar mengambil sari-sari makanan dari tubuh ayam, ujung-ujungnya bisa terjadi hipoglikemia atau kematian ayam secara mendadak dalam jumlah besar.

"Karena itu, kami terus mengingatkan para peternak ayam agar hati-hati menyikapi infeksi cacing pita," ujar pihak Humas IPB dalam suatu kesempatan. Caranya, di antaranya, menugaskan Mahasiswa Kedokteran Hewan IPB melakukan survei dampak infeksi cacing pita ke sejumlah ayam peternak di sekitar Bogor-Cianjur. Mereka pernah mendapatkan data-data yang luar biasa mengejutkan.

Betapa tidak? Akibat infeksi cacing pita itu tercatat kerugian yang diderita peternak ayam di kedua kabupaten itu pernah mencapai 2.240 ekor sampai 3.148 ton ayam terbuang sia-sia atau senilai lebih dari 2,49 sampai 3,5 juta dolar Amerika Serikat per tahun.

Jangan kaget kalau sewaktu-waktu melihat peternak anak ayam yang semula sukses mendadak bangkrut. Dan, sekali kebangkrutan yang dialami peternak ayam, nilai rupiahnya cukup besar. Tak heran jika sering terdengar peternak ayam stres ketika ayam-ayamnya terserang infeksi cacing pita. Infeksi cacing pita memang tidak bisa dianggap remeh. Buktinya, infeksi cacing itu bisa menghambat pengembangan peternakan unggas di Indonesia.

Selama ini para peternak mengendalikan infeksi cacing pita ini dengan menggunakan obat cacing secara rutin dan teratur. Adapun upaya alternatifnya, dalam dunia pengobatan tradisional, tanaman miana digunakan untuk mengatasi cacingan, dan secara ilmiah aktivitas antelmintik dari daun miana telah dibuktikan. Dari uji fitokimia terungkap bahwa daun miana mengandung metabolit sekunder flavonoid, steroid, tannin, dan saponin. Kemudian diuji tingkat efektivitas kekuatannya dengan pelarut air, metanol, dan kloroform.

Ekstrak kloroform memiliki aktivitas antelmintik yang paling kuat, diikuti metanol. Esktrak kloroform ini mengandung senyawa golongan steroid dan flavonoid. Dari ekstrak yang paling kuat, pemberian ekstrak kloroform daun miana pada ayam dengan dosis antara 25 mg sampai 200 mg per kg berat badan ternyata mampu menurunkan jumlah cacing secara signifikan.

Cacing pita juga sangat terkenal menyerang babi. Bentuk cacing pita memang ada yang klasik Taenia saginata atau cacing pita daging sapi, Taenia solium atau cacing pita daging babi, lalu Taenia Asia atau Taenia asiatica. Menurut definisi WHO (World Health Organization), cacing pita Taenia adalah parasit siklozoonosis yang dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Ada juga yang memasukkan pada kelompok cacing anthropozoonosis karena melihat fakta selain sebagai penyebar, manusia juga menjadi inang buntu (final host) dari parasit tersebut.

Tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap ketiga jenis taeniasis itu hampir sama. Tindakan pencegahan tersebut pada prinsipnya terdiri atas:

(1) menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati orang yang mengandung parasit, dan mencegah kontaminasi tanah dengan feses manusia;

(2) pemeriksaan hati dan organ visceral babi terhadap adanya sistiserkus;

(3) memasak hati babi bila akan dikonsumsi. Penyebaran penyakit dapat pula ditekan lewat jalur pendidikan, kontrol melalui program-program kesehatan masyarakat dan kesehatan masyarakat veteriner

Sudah tentu kewaspadaan ini pun berlaku untuk menghadapi apapun jenis cacing dan berbagai penyakit lain pada ternak-ternak kita. Bahkan juga pada saat-saat kita sibuk melakukan upacara seremonial, seminar, pameran, ekspo dan lain-lain yang secara simbolis acapkita lakukan dengan menggunting pita.

Juga pada saat ini, ketika Ekspo peternakan terbesar di Indonesia sedang diberlangsungkan dengan meriah, perhatian kita terhadap hal-hal teknis peternakan dan kesehatan hewan kita, tak bolehlah lengah sedetik pun. Secara simbolis, menggunting pita pada acara seremonial itu bermakna menggunting kehidupan dan siklus hidup cacing yang mengganggu peternakan. Sehingga, terbukalah jalan menuju peternakan yang produktif. (Yonathan Rahardjo/ Sumber FKH/ SK)

SUATU BUKTI KEUNGGULAN


Ruang Redaksi Infovet Edisi 167 Juni 2008

Suatu perusahaan peternakan membawa produk-produk ayam ras unggulannya pada sebuah pameran akbar peternakan tingkat nasional bahkan bertaraf internasional. Stan peternakan besar ini menyedot perhatian pengunjung yang membutuhkan ayam-ayam unggul untuk dibudidayakan dan dipasarkan secara komersial yang mendapatkan pelayanan memuaskan dari para staf di perusahaan peternakan ini.

Para staf ini sangat menguasai secara teknis setiap informasi yang dibutuhkan. Sehingga tampak jelas keunggulan ayam perusahaan peternakan ini. Ayam unggulan perusahaan peternakan tersebut adalah ayam penghasil daging dada yang besar maksimum, ayam sebagai indukan yang paling subur dan mudah berkembang biak, DOC petelur coklat terbaik, dan DOC ayam pedaging bibit unggul.

Ayam sebagai penghasil daging dada yang besar dan maksimum telah dibibitkan untuk menghasilkan daging dada terbanyak dengan konversi pakan terbaik. Bersama dengan rata-rata pertumbuhan yang sangat bersaing, kemampuan hidup yang baik dan panen karkas yang tinggi, ayam ini menjamin peternak dengan pengeluaran biaya yang paling rendah buat menghasilkan ayam pedaging. Dan dengan penampilan ayam indukan yang dapat diperkirakan, ayam pedaging itu juga menjamin produksi terbaik dengan biaya rendah pada anak ayam umur sehari.

Kunci dari keunggulan ayam pedagingnya adalah pada prosesnya di mana panen daging dada yang maksimal, panen yang tergolong paling tinggi terhadap banyak persaingan, angka mutu yang tinggi, ayam pedaging yang sangat seragam, angka ayam afkir yang rendah.

Ayam pedaging sebagai indukan yang paling subur dan mudah berkembang biak telah dibibitkan untuk penampilan pembibitan yang unggul dengan kombinasi percepatan pertumbuhan ayam pedaging yang cepat. Produksi yang sangat besar dari telur pembibitan menjamin peternak mendapat suatu angka terbaik dari ayam pedaging.

Seleksi tambahan untuk konversi pakan dan kemampuan hidupnya menjamin peternak suatu biaya produksi yang sangat rendah. Jika peternak terfokus pada telur tetas dan atau anak ayam umur sehari dan ayam pedaging yang bertumbuh cepat, maka ayam pedagingnya adalah pilihan yang logis.

DOC petelur coklat terbaik menjamin suatu produksi telur yang banyak, konsumsi pakan rendah, daya tahan tubuh tinggi, masa produksi panjang, kualitas telur terbaik, dan warna telur yang bagus.

DOC ayam pedaging bibit unggul menjamin peternak dengan ayam yang mempunyai pertumbuhan cepat, angka kematian rendah, daya tahan tubuh tinggi dan pemakaian pakan yang efisien.

Kunci-kunci untuk bisa menghasilkan ayam yang memenuhi harapan peternak tersebut dituturkan oleh technical advisor perusahaan peternakan itu yang mengutarakan manajemen mengatur pemeliharaan terutama untuk fase-fase pemanasan ayam petelur diperhatikan masa-masa 1 hari sampai 2 minggu terutama terhadap pemanas, kepadatan ayam, jarak tempat pakan dan jarak tempat minum serta alas kandang ayam, dan pelebaran tempat pembatas ayam setiap hari secara bertahap.

Dengan jangkauan pelayanan di seluruh pulau-pulau di se Indonesia, dengan sumber daya manusia yang terdidik perusahaan peternakan ayam itu bisa memasok kepada peternak ayam pedaging untuk dibudidayakan secara komersial dengan konversi pakan rendah, dan ayam petelur komersial yang berproduksi secara terus-menerus cukup bagus.

"Umumnya orang bilang terhadap ayam petelur komersial umumnya setelah mencapai puncak produksi akan jatuh. Tapi sebenarnya ayam petelur yang bagus adalah setelah produksi mencapai puncak, turunnya produksi dalam waktu lama, dengan penipisan produksi yang rendah," ujar technical advisor itu. "Dan ayam produksi perusahaan peternakan itu memenuhi syarat ayam bermutu baik ini," tegasnya di antara para staf perusahaan peternakan ayam itu yang dengan ramah melayani para pengunjung.

Anda bisa membayangkan bahwa pameran akbar peternakan tingkat nasional bahkan bertaraf internasional di awal tulisan inilah yang mempertemukan perusahaan peternakan ayam itu dengan para konsumen. Memang pameran semacam ini hanya salah satu cara untuk pertemuan dengan konsumen itu, namun sudah sangat jelas arti dan faedahnya. Cara lain adalah, dengan Majalah peternakan dan kesehatan hewan, perusahaan peternakan akan berjumpa dengan para mitranya. Majalah semacam ini adalah: Infovet, yang dengan setia setiap bulan mengunjungi: Anda. (YR)

Kenali Fase Kritis Pemeliharaan Ayam Layer

Fase kritis pemeliharaan ayam layer adalah saat di awal pemeliharaan. Keberhasilan menciptakan kondisi yang optimal bagi tumbuh kembang anak ayam hingga pullet menjadi modal dasar suksesnya peternakan ayam petelur. Demikian diungkapkan Tim Teknis Medion yang diwakili Drh Brigita saat ditemui Infovet di Bandung belum lama ini. Infovet secara khusus hadir mengikuti Diklat yang saat itu membahas tentang manajemen layer modern. Diklat Medion ini rutin digelar oleh PT Medion untuk meningkatkan wawasan peternak binaannya.

Lebih lanjut menurut Gita, demikian ia akrab disapa, untuk mencapai hal tersebut diperlukan usaha yang ulet dan teliti. Faktor-faktor penentu keberhasilan produktivitas pun perlu kita ketahui dan pahami bersama. Faktor kritis tersebut antara lain pencapaian berat badan sesuai standar dan uniformity (keseragaman), frame size (ukuran kerangka) yang optimal, nutrisi yang benar, vaksinasi dan pengobatan yang tepat serta stimulasi cahaya dalam peningkatan produktivitas ayam.

Gita menambahkan, ayam layer modern selain memiliki kelemahan mudah stres, juga lebih peka terhadap kualitas dan kuantitas ransum. Layer modern juga lebih mudah terinfeksi bibit penyakit, karena berat relatif organ lymfoid (red. perbandingan berat organ lymfoid dengan berat badan) lebih kecil.

Oleh karenanya faktor kritis yang telah disebutkan diatas patut menjadi perhatian peternak. Tiga parameter yang lazim dijadikan tolok ukur performan ayam petelur adalah data hen day (HD), feed conversion ratio (FCR) dan tingkat kematian. Dari ketiga parameter tersebutlah bisa diketahui apakah hasilnya sesuai atau bahkan melebihi standar (target performan) dari perusahaan pembibit. Syukur kalau memenuhi standar atau bahkan melampaui target dengan bayang-bayang keuntungan yang menggiurkan. Tapi kalau ternyata hasilnya jauh dibawah standar tentu inefisiensi biaya produksi dan kerugian telah menanti.

“Sebelum memulai produksi kita harus menentukan target produktivitas ayam petelur yang kita pelihara. Tentu saja target tersebut bersumber dari manual guide atau manual management yang dikeluarkan oleh perusahaan pembibitan. Data produktivitas ayam petelur rekanan kita yang telah melebihi standar juga bisa menjadi acuan kita dalam menentukan target ini,” jelas Gita.

Perlu menjadi perhatian kita bersama, saat kita telah menentukan sebuah target produktivitas maka dapat diartikan kita telah mempunyai sebuah tujuan yang jelas. Setelah itu, kita akan selalu berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan baik. Jika kita belum memiliki tujuan tentu saja arah kita dalam pemeliharaan ayam petelur pun tidak menentu. Contoh target performan (produktivitas) ayam petelur coklat (layer brown) dari berbagai strain yang ada di Indonesia bisa dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Target Performan (Produktivitas) Ayam Petelur
Parameter Satuan Strain Ayam Petelur
Hisex Hy Line ISA Brown Lohmann
Dayahidup % 94,5 96-98 93,2 93-96
Umur saat HD 50% Hari 142 145 143 150
HD puncak produksi % 96 94-96 95 94,5
Rata-rata berat telur g 62,5 62,7-66,9 63,1 63,3
Jumlah telur per hen house butir 352 ND 351 310,4
Berat telur per hen house kg 22 23,2 22,1 19,65
Konsumsi ransum rata-rata g 112 109 111 112,8-113,6
FCR 2,17 1,96 2,14 2,1

Sumber: Manual Guide atau Manual Management Breeder, 2006-2007
Untuk strain Hisex, Hy Line dan Isa Brown merupakan target performan umur 18-80 minggu sedangkan Lohmann merupakan target performan umur 18-72 minggu.

Mengejar Pertumbuhan yang Optimal

Ayam petelur modern saat ini merupakan ayam hasil rekayasa genetik dengan potensi mampu menghasilkan telur dengan jumlah yang banyak (red. Hen Day tinggi) dan bertahan lama persistensi produksi telur baik) dengan tingkat efisiensi yang semakin baik. Meskipun produktivitas telurnya dibuat setinggi mungkin, namun berat badannya didesain dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan generasi sebelumnya. Desain berat badan ayam petelur ini bertujuan menekan kebutuhan nutrisi yang dipakai dalam proses maintenance (perawatan) tubuh sehingga asupan nutrisi bisa lebih banyak diposisikan untuk pembentukan telur.

Namun, desain terbaru ayam petelur ini membawa konsekuensi tersendiri dan yang paling mencolok adalah pencapaian berat badan yang relatif sulit. Kasus ini terutama terjadi saat masa starter (umur 1 bulan pertama) maupun saat mendekati masa produksi telur. Dan yang lebih parah lagi, ketertinggalan berat badan ini relatif sulit dikompensasi di masa pemeliharaan berikutnya. Dan efeknya pun akan selalu terbawa saat ayam masuk pada masa produksi telur. Ayam yang mengalami masalah pencapaian berat badan di umur 4-5 minggu juga akan mengalami hal yang sama pada umur 16 minggu yang berefek pada kemunduran umur awal produksi.

Pencapaian berat badan sesuai standar menjadi salah satu parameter utama yang menentukan baik tidaknya produktivitas ayam. Berat badan ayam melebihi standar, bukan suatu hal yang baik. Kita tahu, kelebihan berat badan (ada yang berpendapat >10%) mengakibatkan saluran pencernaan dan saluran reproduksi banyak terdapat lemak sehingga perkembangan saluran reproduksi terhambat dan parahnya saat memasuki masa produksi, biasanya akan banyak ditemukan kasus prolapse (keluarnya sebagian saluran reproduksi) yang diakhiri dengan kematian ayam.

Timbunan lemak itu dapat menurunkan elastisitas saluran reproduksi sehingga saat pelepasan telur (terjadi kontraksi saluran reproduksi) posisi saluran reproduksi tidak bisa kembali seperti semula atau tidak bisa masuk kembali. Keadaan ini memicu ayam lainnya mematuknya sehingga akhirnya ayam tersebut mati.

Berat badan ayam yang terlalu kecil (di bawah standar) juga akan membawa konsekuensi tersendiri, yaitu telur yang dihasilkan mempunyai ukuran yang lebih kecil dari standar dan masa rentang bertelurnya menjadi lebih pendek. Kondisi inipun sangat sulit untuk dipulihkan. Penyebabnya ialah pada masa-masa awal bertelur, selain dituntut untuk menghasilkan telur ayam juga harus menambah berat badannya, sekitar 300 gram sampai puncak produksi. Hal ini semakin diperparah dengan tingkat konsumsi ransum yang lebih sedikit.

Ketertinggalan Bisa Dikejar

Memahami 2 alinea sebelumnya, semakin memantapkan kita bahwa pencapaian berat badan ayam mulai dari umur 1 hari sampai memasuki masa produksi menjadi hal yang sangat essensial. Bagaimana halnya dengan ayam yang “sempat” tertinggal berat badannya namun akhirnya dapat mencapai berat standar? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu mengetahui fase perkembangan dari organ-organ tubuh ayam.

Pertumbuhan daging dapat terjadi setiap saat sampai ayam mati dan sama halnya juga dengan pertumbuhan bulu. Berbeda halnya dengan pertumbuhan tulang atau kerangka yang mempunyai batas akhir dimana pada saat tertentu tulang hanya mengalami pertumbuhan yang sedikit atau boleh dikatakan tidak terjadi pertumbuhan lagi.

Saat ayam berumur 12 minggu, frame (kerangka) ayam telah terbentuk secara sempurna sedangkan sebelumnya (umur 6-7 minggu) 80% kerangka tubuh ayam telah mencapai dimensi akhir. Hal ini dapat diartikan bahwa ketertinggalan pertumbuhan tulang sebelum umur 12 minggu masih relatif bisa dikejar meskipun dengan biaya yang relatif besar. Perkembangan kerangka yang optimal dapat kita lihat dari panjang kaki (tulang shank) maupun lebar tulang selangka (os pubis). Pengaruh panjang kaki terhadap produksi telur tercantum pada Tabel 2.

Keberadaan tulang atau kerangka yang optimal akan sangat mendukung dihasilkannya telur yang berkualitas. Hal ini disebabkan komponen penyusun kerabang telur, yaitu kalsium (Ca) salah satu sumbernya adalah dari tulang kerangka ayam. Jika pertumbuhan tulang tidak optimal, selain menyebabkan kerabang telur menjadi tipis dapat juga mengakibatkan terjadinya kasus lumpuh layu (cage layer fatique). Pada kasus ini, suplementasi kalsium penting dilakukan.

Tabel 2. Pengaruh Panjang Kaki terhadap Produksi Telur
Berat Badan (gram) Panjang kaki (mm) Puncak Produksi (%)
1.339 99 84
1.285 98 86
1.298 103 87
Sumber: Miller, 1992

Keseragaman Harus Diatas 80%
Selain pencapaian berat badan sesuai standar kita juga harus memperhatikan uniformity (keseragaman) dalam populasi ayam yang kita pelihara. Keseragaman minimal yang harus tercapai ialah 80%. Jika keseragaman turun, bisa dipastikan puncak produksi akan sulit tercapai.

Langkah pencapaian berat badan dan keseragaman yang baik harus dilakukan sejak awal DOC masuk dalam kandang (chick in). Kontrol berat badan ayam harus dilakukan dengan teknik dan waktu yang tepat. Kontrol berat badan ayam yang dipelihara di kandang postal dan baterai berbeda. Jika ayam dipelihara di dalam kandang postal maka pengambilan sampel ayamnya dilakukan dengan memakai sekat berbentuk segi empat yang dilengkapi dengan jaring. Sekat ini diletakkan pada salah satu sisi kandang, misalnya di bagian tengah kandang. Setiap ayam yang terdapat dalam sekat tersebut ditimbang satu per satu. Jumlah sampel yang bisa mewakili teknik ini minimal 100 ekor. Jika 1 floks terdiri dari beberapa kandang maka pengambilan sampel dilakukan di setiap kandang dengan jumlah sampel 50 ekor. Hasil tersebut kemudian di buat rata-rata. Jika ayam dipelihara pada kandang baterai, pengambilan sampelnya diwakili oleh 5 atau 6 bagian kandang (cage) yang dipilih secara acak. Seluruh ayam yang berada pada cage tersebut ditimbang satu per satu.

Salah satu program kontrol berat badan adalah:
 Umur 0 dan 4 minggu, penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh ayam karena keseragaman sangat sulit tercapai pada periode ini
 Umur 4-26 minggu, kontrol berat badan individual dilakukan tiap minggu
 Umur26-35 minggu penimbangan dilakukan setiap 2 minggu
 Umur >35 minggu sampai panen, penimbangan dilakukan 1 bulan sekali

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat penimbangan berat badan adalah :
 Jumlah ayam yang ditimbang 5-10% dari total populasi. Usahakan ayam yang ditimbang selalu sama setiap penimbangan.
 Penimbangan ayam harus dilakukan satu persatu jangan dilakukan secara kelompok misalnya sekali timbang ada 5 ekor ayam.
 Alat timbang yang digunakan harus selalu sama
 Skala ketelitian alat timbang tidak boleh Iebihdari 20g
 Waktu pelaksanaan penimbangan harus selalu sama, misalnya akhir minggu

Jika keseragaman berat badan tidak sesuai standar segera lakukan evaluasi pada beberapa hal berikut:
 Jumlah dan distribusi tempat ransum dan tempat minum
 Kepadatan ayam di dalam kandang
 Kualitas dan kuantitas ransum
 Kualitas potong paruh
 Adanya serangan penyakit
 Terjadinya stres pada ayam, baik karena lingkungan kandang yang kurang nyaman maupun perlakuan yang kurang sesuai

Mengulik Tehnik Beternak Layer Modern

Siapa orang Indonesia yang tak pernah makan telur ayam ras, pastinya hampir semua orang pernah makan telur. Namun tak semua orang tahu darimana asalnya telur yang setiap hari dikonsumsi ini. Telur-telur ini berasal dari “mesin-mesin pencetak telur” hidup yang disebut ayam layer.

Ayam layer mulai masuk ke Indonesia pada periode tahun 1960-an dengan produksi paling banter 200 butir telur setahun. Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka kualitas genetik ayam layer juga semakin diperbaiki. Demikian pula dengan cara pemeliharaannya. Saat ini saja rata-rata layer modern mampu menghasilkan telur diatas 320 butir/ekor sampai pemeliharaan 72 minggu.

Cara pemeliharaan ayam petelur modern kini sudah tak bisa lagi disamakan dengan cara pemeliharaan berpuluh tahun silam yang lazim dilakukan peternak layer. Hal ini disebabkan karena perubahan sifat genetik dari ayam tersebut yang sangat drastis dan dalam pemeliharaannya membutuhkan perhatian ekstra agar produktivitasnya optimal.

Produksi yang optimal dapat dilihat dari jumlah, berat, ukuran, bentuk.dan keseragaman telur yang dihasilkan. Belum lagi bicara tentang nutrisi pakan ayam layer modern yang cenderung rewel kala terjadi perubahan kualitas pakan.

Oleh karenanya, peternak harus sadar betul hal apa saja yang menjadi syarat keberhasilan pemeliharaan ayam petelur. Produksi telur yang optimal dapat diartikan ayam mampu menghasilkan telur dalam jumlah maksimal dalam waktu lama atau secara bahasa praktisnya adalah ayam bisa mencapai puncak produksi dan hen day (HD) berada diatas 90% dalam waktu lama.

Baru Muncul di Era Tahun 2000-an

Sebelum lebih jauh membahas tentang manajemen layer modern, kita harus tahu dulu apa itu layer modern. Drh Hadi Wibowo dari PT Sumber Multivita yang memiliki pengalaman puluhan tahun di pemeliharaan ayam layer angkat bicara menjelaskan latarbelakang munculnya layer modern.

Menurutnya, layer modern mulai muncul sejak tahun 2000 yang merupakan hasil rekayasa genetik dari proses seleksi yang panjang. Seleksi itu ditujukan untuk mendapatkan potensi genetik yang diinginkan berupa produktivitas maksimal dan efisiensi yang tinggi.

Lebih lanjut, kata Hadi, kelebihan layer modern ini diantaranya memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dengan kematangan seksual lebih awal 2 minggu. Selain itu bentuk badan yang lebih kecil menyebabkan layer modern lebih efisien dalam kebutuhan ransum.

Ia juga menambahkan bahwa layer modern saat ini memiliki puncak produksi 2-3% lebih tinggi, dengan hen day 90%, 8 minggu lebih lama serta feed convertion ratio (FCR) yang lebih rendah.

Berikut adalah perbandingan performa salah satu strain ayam layer di bawah:
Perbandingan Performan
Peforman Isa Brown (1984) Isa Brown (2004)
Berat badan umur 17 minggu 1500 gram 1400 gram
HD 50% 22 minggu 20 minggu
Puncak produksi 91-92% 95%
Berat telur 63 gram 62,6 gram
HH egg production 310 350
HH mass production 19,5 kg 21,9 kg
FCR total 2,35 2,14
Daya hidup 93-94% 97%

Sangat Rentan di Awal Pemeliharaan

Di tempat dan waktu berbeda Drh Brigita, technical services PT Medion Farma Jaya pernah menjelaskan tentang strategi sukses beternak layer modern pada acara Diklat Medion belum lama ini yang secara khusus diikuti Infovet. Gita, begitu ia biasa disapa, menjelaskan bahwa kelemahan layer modern diantaranya adalah bila terjadi gangguan pertumbuhan akan sulit dikompensasi pada masa pertumbuhan berikutnya.

Selain itu layer modern yang dikembangkan dengan teknologi tinggi ini juga lebih mudah stres karena perubahan keadaan lingkungan. Ditambah nafsu makan yang lebih rendah terutama di umur 4 minggu pertama dan saat mendekati masa produksi.

Hal ini dibenarkan oleh Drh Hadi Wibowo, katanya, Layer modern mudah sekali stres, sering terjadi pada saat awal pemeliharaan. Terutama saat DOC baru datang rentan terhadap cekaman temperatur. Saraf sensoris diujung-ujung kaki dan paruhnya sangat peka terhadap perubahan suhu kamar. Untuk itu suhu kamar harus optimal sehingga 1-2 jam sebelum DOC datang pemanas harus sudah dinyalakan. Bila suhu sekam dingin cenderung membuat anak ayam diam dan pasif bergerak. Sehingga menyebabkan anak ayam terlambat untuk mulai makan dan minum yang juga berbuntut tidak tersedianya energi, vitamin, dan antibiotik yang dibutuhkan ayam di fase awal pertumbuhannnya.

Lebih jauh, Hadi menjelaskan, semakin cepat ayam makan dan minum maka semakin cepat rangsangan terhadap sel epitel usus untuk berkembang. Oleh karenanya Hadi menyarankan ke peternak dan anak kandang dilapangan untuk memperhatikan tembolok ayam saat 8 jam pertama harus terisi sekitar 80%. Dan saat 12 jam pertama tembolok harus sudah terisi 100%.

Betapa pentingnya kualitas dan kuantitas pakan diperiode awal pemeliharaan. Karena gangguan sekecil apapun akan mempengaruhi performa pertumbuhan di fase berikutnya. Hadi menambahkan, gangguan pada hari pertama akan menyebabkan pertumbuhan bursa fabricius di hari ke-4 akan terhambat. Padahal organ ini berfungsi sangat vital guna menghasilkan zat kebal tubuh dari serangan kuman patogen dari lingkungan. Pada saat minggu ketiga sel timus mulai berkembang yang juga menghasilkan sel yang bertanggung untuk kekebalan tubuh.

Hadi sangat menyayangkan pola pikir peternak yang kolot atau dalam bahasa Jawa ‘ndableg’ atau susah mengikuti perubahan untuk memperbaiki manajemen pemeliharaan ayam petelurnya. Karena menurut mereka dengan pengalaman beternak lebih dari 20 tahun sudah cukup dengan manajemen seadanya seperti waktu mereka mulai beternak. Tapi mereka lupa bahwa sifat genetik ayam telah jauh berubah dan membutuhkan perhatian lebih intensif agar dapat berproduksi optimal.

Pada kesempatan berbeda Drh Sugeng Pujiono Marketing Manager PT Sanber Farma Divisi veteriner dan Akuakultur menyampaikan bahwa perubahan kualitas genetik yang begitu pesat menuntut perbaikan manajemen yang optimal.

Sugeng mencontohkan pada fase brooding di 2 minggu pertama peternak harus ekstra hati-hati, sebab bila terjadi gangguan akan menyebabkan terlambatnya penyerapan kuning telur yang berujung pada terlambatnya pembentukan kekebalan tubuh.

Selain itu, pria kelahiran Gresik, 20 November 1963 ini menekankan bahwa keseragaman berat badan harus sudah dicapai sebelum usia 6 minggu disesuaikan dengan standar yang ditentukan pembibit, sebab bila tidak akan memunculkan beragam problem dalam pemeliharaan, seperti masalah penyakit, mundurnya awal produksi, tidak tercapainya puncak produksi dan tidak bertahan lama, sehingga terjadi inefisiensi.

”Pastikan juga sebelum pullet naik ke kandang baterei telah terbebas dari infeksi cacing. Maka berikan obat cacing setidaknya 2 bulan sekali,” ujar alumni FKH Unair tahun 1981 ini.

Vaksinasi sebagai tindakan pencegahan penyakit penting dilakukan, karena berbagai penyakit yang menimpa diumur muda akan tetap berdampak permanen hingga masa produksi contohnya IB, ND, dll.

”Sebenarnya peternak sekarang ini lebih mengaharapkan ayam petelur yang puncak produksinya tidak terlalu tinggi misalnya 80-85% yang penting peak produksi tersebut bisa bertahan lama. Dibanding layer modern saat ini yang puncak produksinya tinggi 90-92% tapi kalau sudah turun, turunnya bisa anjlok sekali,” terang Sugeng.

Namun ketiga narasumber Infovet tersebut sepakat bahwa keberhasilan mencapai puncak produksi dan persistensi hen day (HD) diatas 90% dalam waktu lama tak bisa didapatkan secara instan dan singkat. Tapi peternak sebelumnya harus memperhatikan kondisi ayamnya secara sungguh-sungguh mulai sejak ayam datang di kandang (chick in) sampai ayam bertelur.

Bukan suatu hal yang mudah tentunya. Namun, juga bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk diwujudkan. Penerapan sistem pemeliharaan yang baik dengan didukung dengan manajemen kesehatan yang baik tentu akan dapat mewujudkan hasil yang optimal tersebut.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer