Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Indonesia Targetkan Tekan Impor Daging

Indonesia Targetkan Tekan Impor Daging

Indonesia hanya mampu memenuhi 72% kebutuhan daging sapi. Ketergantungan kepada pasokan impor masih cukup tinggi, yaitu sekitar 28%. Jika kondisi itu dibiarkan, diperkirakan tingkat ketergantungan akan meningkat hingga 37% pada tahun 2010.
Dirjen Peternakan dari Departemen Pertanian, Dr. Ir. Tjeppy D. Soedjana mengatakan itu dalam pembukaan “Sosialisasi Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) di Aula Bapeda Jabar, Jln. Ir. H. Djuanda, Kota Bandung. “Kondisi yang diinginkan pada tahun 2010, penyediaan daging dari impor maksimal 10%. Semuanya diupayakan dipenuhi oleh dalam negeri,” ucapnya.
Untuk melaksanakan program tersebut di Jabar, pemerintah pusat mengalokasikan dana senilai Rp 7,7 miliar dari APBN tahun 2008. Dana tersebut akan digunakan di antaranya untuk kegiatan pembuatan biogas, kios daging, integrasi pertanian-ternak, konservasi lahan kawasan peternakan, konservasi daerah aliran sungai (DAS), sekolah lapang, dan irigasi tanah permukaan.
Program P2SDS akan diterapkan di 16 kabupaten dan 2 kota di Jabar. Namun, hingga saat ini Jabar masih menghadapi banyak kendala. Dari sisi sumber daya manusia, Disnak kekurangan 106 tenaga inseminator berikut 138 kendaraan roda dua untuk petugas insemintor. Selain itu, masih terdapat kabupaten yang belum memiliki pos Inseminasi Buatan (IB), yaitu Kab. Karawang, Kab. Bandung, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar. (inf/pr)

INDOLIVESTOCK TETAP BERJAYA

Lipsus Infovet Edisi 169 Agustus 2008

INDOLIVESTOCK TETAP BERJAYA

(( Simbol sekaligus harapan agar peternakan Indonesia selalu berjaya. ))

Penyelenggaraan Pameran Internasional Peternakan dan Pakan Ternak terbesar di Indonesia yang keempat, “Indo Livestock 2008 Expo & Forum” akan kembali digelar di Jakarta Convention Center, 1 Juli s/d 3 Juli 2008 mencatat prestasi tersendiri.
Sebagai Negara yang berpotensi tinggi dalam industri peternakan, maka pameran yang diagendakan setiap 2 tahun sekali ini disambut baik oleh Dirjen Peternakan Departemen Pertanian Dr Tjeppy D Soedjana yang membuka pameran pada hari pertama.
Sementara sebelumnya Herman Wiriadipoera Dirut PT Napindo Media Ashatama sebagai penyelenggara menyampaikan Penyelenggaraan Pameran Peternakan berskala Internasional yang menjadi ajang temu bisnis para pengusaha industri peternakan, kalangan ahli kesehatan hewan, peternak, pengelolaan pakan ternak, pemrosesan makanan, pemasok dan para distributor.
Memang begitu halnya, tampak dari stan-stan peserta pameran yang begitu megah dari berbagai perusahaan bidang peternakan sejumlah 300 perusahaan dari 23 negara yang memastikan diri ikut dalam ajang pameran Indolivestock 2008. Para peserta pameran ini terdiri dari perusahaan pemain lama maupun perusahaan pemain baru yang mencerminkan pergerakan dari bisnis bidang peternakan di tanah air Indonesia tercinta.
Sementara pengunjung yang senantiasa mengalir dari hari pertama sampai hari terakhir rata-rata 3000 – 4000 pengunjung setiap harinya. Pengunjung tidak hanya datang dari pulau Jawa, tetapi mereka datang dari seluruh Indonesia, mulai dari Lombok, NTT, Bali Kalimantan, Sulawesi dan daerah lain. Selama 3 hari penyelenggaraan hotel-hotel disekitar Jakarta Convention Center Jakarta selalu penuh.
Adapun seminar dan forum-forum diskusi dari berbagai institusi menyemarakkan penyelenggaraan pameran bidang industri peternakan dan pakan ternak. “Kami merasakan manfaat dari seminar-seminar itu yang menambah wawasan bidang peternakan baik dibidang kesehatan hewan maupun bidang lainnya yang terkait dengan kemajuan teknologi peternakan,” kata Fuji Kumala Dewi SPt alumni Fapet IPB yang usai pameran langsung bergabung dengan Infovet sebagai Staf Pemasaran. Infovet memang juga merasakan betapa manfaat dari pameran tersebut
Adapun menyikapi maraknya pemberitaan gizi buruk di tanah air dan masukan dari beberapa Asosiasi maupun Organisasi dibidang industri peternakan, maka dalam penyelenggaraan Indo Livestock keempat tahun ini pun diangkat kembali Kampanye Gizi melalui protein hewani, guna menyehatkan dan mencerdaskan Bangsa yang dilkaksanakan pada pembukaan serta penutupan Indolivestock 2008. Tema yang diangkat untuk kampanye ini adalah S(usu-segelas), D(aging-sepotong) dan T(elur-sebutir) disingkat menjadi SDT.
Didukung oleh Asosiasi dan Organisasi di bidang industri peternakan, Media Massa dan Pemerintah maka ditetapkan bahwa dalam penyelenggaraan Indo Livestock Expo & Forum Keempat tahun 2008, ditetapkan Program Pencanangan Program SDT Tahap Pertama yaitu Juli 2008 sampai dengan Juni 2010 menjadi “Gerakan Nasional Peningkatan Konsumsi Protein Hewani”.
Ada pula program penganugerahan “INDOLIVESTOCK AWARD” yang bertujuan memberikan apresiasi kepada perusahaan/perorangan yang berprestasi dan dapat dijadikan teladan bagi komunitas peternakan. Indolivestock Award 2008 yang dibagi 5 kategori masing-masing kepada perusahaan besar dan berskala kecil-menengah, dan 1 kategori khusus perorangan, menghasilkan peraih penghargaan:
a. Cipta Usaha Mandiri - Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Cipta Piranti Satwa Nugraha
b. Pusat Koperasi Industri Susu Sekar Tanjung - Purwosari, Pasuruan
Adiguna Satwa Nugraha
c. Pusat Koperasi Unit Desa - Nusa Tenggara Timur
Praja Mukti Satwa Nugraha
d. Kampoeng Ternak - Ciputat
Widya Karta Satwa Nugraha
e. Letnan Jendral (Purn) Bustanil Arifin, SH
Adikarsa Nugraha
f. Ir. Erwin Soetirto
Adikarsa Nugraha
g. Oetari Soehardjono
Adikarsa Nugraha
h. Perdana Putra Chicken - Bogor
Nastiti Budidaya Satwa Nugraha
i. Gema Putra - Bandung
Nastiti Budidaya Satwa Nugraha

Semua kesuksesan tersebut diraih penyelenggara PT Napindo Media Ashatama bekerja sama dengan Allied Media Worldwide, sebuah perusahaan penyelenggara pameran yang berkedudukan di Singapura dan mempunyai jaringan bisnis di Malaysia, China, Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong, India dan Eropa.
Kesuksesan juga diraih PT Napindo Media Ashatama yang pada pameran itu bekerja sama dengan berbagai asosiasi dan organisasi profesi seperti Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Indonesia (GPMT), Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (PINSAR UN), Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (GAPPI), Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Asosiasi Pengusaha Perunggasan Asean (FAPP), Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI), Stakeholders, Masyarakat, LSM memberikan dukungan yang positif kepada pameran ini.
Dukungan juga diperoleh dari media publikasi terkemuka seperti Asian Poultry, Infovet, Trobos, Poultry Indonesia, eFeedlink, International Hatchery Practice, Agrina, dan lain lain.
Selamat berjaya Indolivestock. Selamat berjaya peternakan Indonesia! (Wan/ YR)

FOKUS 2007

[Edisi 150 Januari]
KEPASTIAN KEMENANGAN PERUNGGASAN 2007 VS PENYAKITNYA
Kilas Balik Perunggasan 2006 dan Prakiraan Situasi 2007
Krisis Pakan Diramalkan Hanya Sesaat
Perunggasan 2007 di Mata Peternak “Meski Suram tetap Ada Harapan”
Pesimis Perunggasan 2007 Tetapi Harus Tetap Optimis

[Edisi 151 Pebruari]
HUJAN, MIKOTOKSIN DAN FLU BURUNG
WASPADAI PENYAKIT PENCERNAAN DAN PERNAFASAN
ADAKAH PERAN KUCING DAN BABI PADA PENYEBARAN AI?
DOKTER HEWAN FLU BURUNG TIDAK DIPERHATIKAN KESELAMATAN HIDUPNYA
LEBIH KENAL H5N1 DAN PENULARANNYA
Hujan, Jamur, Amoniak dan Pakan Ternak
Jamur dan Flu Burung
Jamur Muncul Kapan Saja
KEMBALI KETATKAN 9 STRATEGI PENGENDALIAN AI
Penyakit Jamur Terkait Pakan Ternak
Penyimpanan Pakan
Saatnya Untuk Restrukturisasi dan Kompartementalisasi
SEJARAH DAN SIKAP MENGHADAPI PEMBIAKAN KASUS AI DI INDONESIA
Robohnya Peternakan Kami
GAGAH HADAPI AI JUGA DENGAN VAKSINASI

[Edisi 152 Maret]
YANG IMPOR PUN HARUS DIKONTROL
Antibiotik Growth Promotor VS Alternatif Growth Promotor
MEMACU PERTUMBUHAN TERNAK SECARA ANGGUN DAN BERMARTABAT
PEMANFAATAN ALTERNATIF GROWTH PROMOTOR
KLAIM PEMAKAIAN PROBIOTIK
MEMBEDAH PARA PEMACU PERTUMBUHAN
PRINSIP KEHATI-HATIAN PRA PRODUKSI PRODUK TERNAK YANG AMAN PERAN OBAT HEWAN DALAM KEAMANAN PRODUK TERNAK
Alternatif Pengganti Antibiotik Growth Promotant
MINYAK ATSIRI SEBAGAI SUPLEMEN DAN ALTERNATIF ANTIBIOTIK
SEMUA TENTANG HORMON

[Edisi 153 April]
PETERNAK, PENYAKIT BAKTERI DAN ANTIBIOTIK
OBAT HEWAN: SUDAH TEPATKAH PENGGUNAANNYA
MENYOAL ANTIBIOTIKA UNTUK TERNAK
DOSIS PENCEGAHAN TIDAK ADA?
PROGRAM YANG AMAN, BERMUTU DAN MANJUR
TENTUKAN SPEKTRUM ANTIBIOTIK SECARA TEPAT
PILIH SIDAL ATAU STATIK PAHAMI CARA KERJA ANTIBIOTIK
JANGAN SAMPAI TERJADI SUPER INFEKSI
Siaga Satu Serangan Coryza, Kolera dan Kolibasilosis
ZAT AKTIF, GENERIK, PATEN, OBAT HEWAN DAN MANUSIA

[Edisi 154 Mei]
AI TERBARU TERUS MEMBURU DAN DIBURU
KOLI SERANG MANUSIA DAN TERNAK
KEMBALI KE... BIOSECURITY!
BIOSECURITY, INVESTASI, ASURANSI DAN DESINFEKSI
BIOSECURITY HARUS MENYELURUH
KETIKA BIOSECURITY SELAMATKAN PETERNAKAN UNGGAS

[Edisi 155 Juni]
DARI LUMPUR LAPINDO SAMPAI PENYAKIT PENCERNAAN TERNAK
MEMILAH PENYAKIT PENCERNAAN PADA AYAM
DUKA LARA KOLERA AYAM
KOLI TAK KENAL MUSIM
JANGAN REMEHKAN KOKSI
DIARE PADA SAPI AKIBAT INFEKSI VIRUS DAN PROTOZOA
PAKAN DAN PENYAKIT PENCERNAAN
MANAJEMEN YANG BAIK: SEPERTI APA?
Waspada Kolera Merajalela

[Edisi 156 Juli]
Penyakit Pernafasan Ternak Ada Apa?
PENCEGAHAN DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT PERNAFASAN PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR
CRD, Kasus Penyakit Pernafasan Yang Tidak Pernah Tuntas
FAKTA LAPANGAN: AYAM POTONG PUN KINI RENTAN DENGAN AI
RESIKO MANAJEMEN PEMELIHARAAN JELEK
KEBIJAKAN vs KONDISI LAPANGAN
STATUS PALING MUTAKHIR PENYAKIT PERNAFASAN AVIAN INFLUENZA

[Edisi 157 Agustus]
BEBERAPA KAJIAN DAN AKSI (Yang Tetap) MENDESAK
MENGINGAT VIRUS INFLUENZA
FAKTA LAPANGAN: AYAM POTONG PUN KINI RENTAN DENGAN AI
SELEKSI BENIH VIRUS AI UNTUK VAKSINASI
Penyakit Viral Menapaki Jejak Ivanovsky
AI di DKI JAKARTA

[Edisi 158 September]
Lahirnya Ilmu Gangguan Kekebalan
Berputar-putar Soal Ketahanan Tubuh Ayam:Penyakit Avian Influenza Syarat Beban Kepentingan
SECUIL IHWAL GEN UNTUK KETAHANAN TERNAK BEBAS AI
GUMBORO, VAKSIN DAN KEKEBALAN
VAKSINASI, REAKSINYA DAN NUKLIR Untuk Ketahanan Tubuh Ternak
Sekali Lagi: DIAGNOSA YANG TEPAT
Ketika Ditemukan Kasus Flu Burung pada Manusia Pertama di Bali

[Edisi 159 Oktober]
Penyakit Parasit Itu Berbahaya Mengatasinya Sangatlah Mulia
SEBUAH TEROBOSAN KASUS MYASIS
PARASIT LALAT
Jurus Akademik Menguasai Ilmu Serangga dan Penyakitnya
Penyakit Protozoa Bukan Dusta
Ketika Ternak (Jangan) Diserang Cacing
Kasus Cacingan Pada Ayam
Kasus Cacingan Pada Ruminansia Sapi, Kambing, Domba dan Rusa
Bentuk Ketiga Cacing Pita Taenia Pada Babi
Berbagai Metode Pengobatan Penyakit Parasitik

[Edisi 160 November]
KIAT PETERNAK MENGGENJOT PRODUKTIVITAS YANG PAS
MEMBUAT OBAT HEWAN YANG BAIK
MENGUJI MUTU OBAT HEWAN
OBAT, VAKSIN DAN PUSLIT FLU BURUNG UNAIR
HARGA NOMOR SATU, KUALITAS NOMOR SEKIAN?
Broiler, Layer, Bisnis Obat dan OTT
OBAT HEWAN DAN KARANTINA
OBAT HEWAN DAN OTONOMI DAERAH
Pintar-Pintar Pilih Antibiotik
Flu Burung, Hewan Besar dan Obat Hewan
Obat Hewan, Otoda dan RPH Unggas
Lawan Flu Burung, Telur dan Obat Ilegal
Tingkatkan Produktivitas dengan Obat Hewan yang Tepat
Antibiotik Bukan Obat Ajaib?
Pasar Membaik, Flu Burung, Obat dan Retribusi

[Edisi 161 Desember]
Perunggasan Belum Memikat di Pasar Modal?
Deptan: Prospek dan Arah Pengembangan Perunggasan
Avian Influenza dan Naiknya Harga Pakan Warnai Perunggasan 2008
5 GENOTIPE FLU BURUNG DAN EKOSISTEM KESEHATAN
Rekomendasi Seminar Perunggasan ke-3: Perunggasan 2008, Saatnya Stakeholder Bersatu
Industri Obat Unggas 2008 Tumbuh 7,1%
Pakan Ternak Tumbuh 7% Pertahun Capai 8,13 Juta Ton
Broiler Naik 8,7 Persen dan Layer Meningkat 7,7 Persen

Mimbar Edisi 169 Agustus 2008

Penguatan Menghadapi Menguatnya Tantangan
Drh Heri Setiawan
Tantangan berat dihadapi industri dan bisnis perunggasan dalam paruh waktu kedua tahun 2008. Harga pakan broiler, bisa jadi, menembus angka psikologis : lima ribuan per kilogramnya. Bila hal itu benar-benar terjadi berarti harga pokok produksi ayam pedaging sekitar Rp. 12.250,00 setiap kilogram berat hidup. Maknanya, pembeli harus mengeluarkan uang dua puluh ribuan dari koceknya (mungkin masih ada kembaliannya, hanya beberapa ratus rupiah saja) guna mendapatkan 1 ekor karkas ayam.
Pada saat bersamaan harga bahan kebutuhan pokok lainnya juga bertengger lebih ke atas. Belum lagi pengeluaran dana besar guna memasuki tahun ajaran baru. Khususnya bagi orang tua yang putra/putrinya diterima di perguruan tinggi. Harus tersedia dana (jutaan rupiah) untuk membayar biaya yang berkaitan langsung dengan operasional perguruan tinggi tersebut. Apa saja ? Uang kuliah semester pertama, sumbangan pembangunan, biaya pengganti perlengkapan dan iuran-iuran lainnya. Selain itu, ada tren baru di kalangan mahasiswa baru. Kendaraan baru dan komputer jinjing yang gres pula. Jutaan lagi harus disediakan guna memenuhi kebutuhan itu agar tidak termasuk kasta mahasiswa jadul (jaman dulu).
Secara umum, daya beli masyarakat menurun karena tak ada lagi atau sedikit saja uang yang tersisa. Membeli daging ayam menjadi pilihan yang kesekian. Boleh jadi, nantinya, untuk menikmati masakan berbahan baku daging ayam akan berubah menjadi suatu angan-angan. Harga daging ayam tak terjangkau. Broiler siap potong, menumpuk di tempat-tempat pemotongan. Umur ayam yang dipanen makin mundur, karena pengambilan oleh pengepul/bakul berkurang. Peternak merugi. Animo beternakpun menurun. Populasi ayam melorot. Omset penjualan sapronak menyusut. Tak ayal lagi, situasi kompetisi semakin mencuat. Artinya, tantangan yang harus ditundukkan oleh para pelaku bisnis ini bertambah berat.
Dampak selanjutnya adalah, hantaman stres yang semakin bertubi-tubi menyerang mental para field force. Target penjualan yang sudah disusun dan disepakati bersama di awal tahun, tidak dengan serta merta dapat dilakukan revisi. Apalagi hanya diratapi. Diperlukan upaya-upaya khusus untuk bisa tetap eksis. Agar semangat bertempur dalam menghadapi kompetisi tidak meredup, dibutuhkan pencerahan. Supaya mental tidak lembek dan rontok didera badai stres akibat menguatnya tantangan, dibutuhkan penguatan.
Kedua hal itulah yang dilakukan divisi pemasaran perusahaan tempat saya bekerja. Saat itu dilaksanakan pertemuan rutin tengah tahunan. Dalam pertemuan yang digelar dua hari tersebut, materi yang disampaikan kepada para tenaga lapangan meliputi aspek teknis dan non teknis. Ada dua materi teknis yaitu mengenai pakan dan virus Avian Influenza (AI). Pemateri tentang pakan adalah Departemen Teknologi Pakan dan Departemen Produk dari Feedmill. Sedangkan pakar dan peneliti dari laboratorium Bio Security Level 3 Tropical Disease Center Universitas Airlangga membahas tentang virus AI.
Saya mendapat amanah untuk memberikan materi yang bersifat non teknis. Hal ini memang sudah menjadi tradisi dalam pertemuan rutin divisi pemasaran. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, biasanya dalam situasi genting tingkat kepercayaan diri menjadi sangat penting. Dalam kondisi gawat dibutuhkan rasa percaya diri (PD) yang kuat. Oleh karenanya, dalam momen pertemuan tengah tahunan yang diadakan awal bulan Juli itu saya sengaja mengambil tema ”Percaya Diri Untuk Meraih Prestasi”
Sebelum memaparkannya secara rinci, saya mengadakan uji tingkat kepercayaan diri. Kepada setiap peserta pertemuan (armada pemasaran) saya bagikan kuisener. Ada sejumlah pernyataan yang harus dijawab secara jujur berdasarkan pikiran/perasaan masing-masing saat menghadapi situasi sesuai dengan pernyataan tersebut. Dilakukan skoring terhadap seluruh jawaban masing-masing peserta. Dengan metode penilaian tertentu, didapatkan hasil bahwa sebagian besar peserta mempunyai derajad kepercayaan diri belum optimal. Konsekuensinya, harus dilakukan optimalisasi. Wajib diberikan penguatan agar tetap tegar menghadapi setiap tantangan. Dari manapun datangnya, apapun bentuknya dan dimanapun berada.
Beberapa hal krusial yang saya bahas saat itu antara lain adalah : posisi kepercayaan diri yang merupakan titik sentral dalam kepribadian seseorang; perbedaan karakteristik antara individu penuh PD dengan yang kurang PD; dan faktor-faktor yang berperan besar dalam perkembangan rasa PD sejak usia dini. Dan, yang paling penting adalah bagaimana strategi dan kiat-kiat untuk memperkuat kepercayaan diri. Peserta pertemuan sempat terkaget-kaget saat saya menampilkan cuplikan rekaman video dari beberapa tenaga pemasar yang tampil untuk berbagi pengalaman keberhasilan. (Secara diam-diam saya memang merekam momen itu). Cuplikan rekaman itulah yang saya jadikan contoh faktual. Komentar-komentar positif, konstruktif dan apresiatif sengaja saya berikan guna penguatan rasa PD bagi yang bersangkutan serta seluruh armada pemasaran yang hadir. Kesimpulannya : kepercayaan diri itu maha penting, dinamis dan membutuhkan seni tersendiri untuk mengelola serta mengoptimalkannya.

Editorial Infovet Edisi 169 Agustus 2008

DIRGAHAYU INDONESIA

Dalam bulan Agustus 2008 ini kita semua sebagai suatu bangsa bersyukur atas karunia Tuhan telah 63 tahun menghirup udara kemerdekaan. Kita juga menyadari berbagai tantangan yang masih harus dihadapi dan diatasi.
Dengan kelimpahan anugerah berupa bumi dan air yang terbentang luas ini apakah kita mampu menjaga dan mendayagunakannya bagi kesejahteraan masyarakat. Bulan Agustus ini juga di bidang peternakan dan kedokteran hewan mempunyai makna khusus, kalau menoleh kebelakang pada bulan Agustus 2003 kita kenal sebagai awal terjadinya kasus AI (Avian Influenza) di Indonesia. Dengan demikian kita telah “hidup bersama” AI selama 5 tahun. Pada waktu terjadinya wabah dengan kerugian ekonomi yang tinggi serta liputan media massa yang dengan gencarnya menyampaikan bahwa AI yang merupakan penyakit zoonosis serta kemungkinan resiko yang akan timbul bagi kesehatan masyarakat, benar-benar menimbulkan kepanikan yang berdampak pada ketakutan mengkonsumsi produk unggas yang mengakibatkan makin terpuruknya industri perunggasan. Dengan berjalannya waktu dan masyarakat juga dapat berpikir secara kritis maka kita harapkan hal-hal tersebut tidak akan terjadi lagi.
Dalam menghadapi penyakit AI ini kita harus tetap waspada dan mengutamakan tindakan preventif dengan biosecurity yang maksimal serta program vaksinasi yang optimal. Kita harus tetap optimis karena produk unggas akan terus diperlukan masyarakat dalam jumlah yang makin meningkat.
Namun demikian dengan meningkatnya harga bahan baku pakan industri perunggasan di Indonesia harus dapat beroperasi secara efisien untuk mampu bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri yang terus berupaya menembus pasar di Indonesia. Dengan demikian kita dapat terus bertahan untuk menangkal derasnya arus produk pangan dari luar negeri. Upaya ini juga merupakan salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan yang telah kita capai.

SURAT PEMBACA

Pembaca setia Infovet yang terbit sejak 1992 adalah masyarakat peternakan kesehatan hewan pada berbagai profesi dan pekerjaan, peternak, perusahaan sarana produksi peternakan (bibit, pakan, obat, peralatan, dan lain-lain), akademisi, peneliti, pemerintah, pengusaha, dan masih banyak lagi.

Tuliskanlah masukan dan komentar Anda dalam Rubrik Surat Pembaca ini. Tulisan Anda akan kami muat dalam Surat Pembaca Majalah Infovet edisi cetak yang terbit setiap bulan.

Kiranya bermanfaat untuk Anda!

Abstract Infovet Agustus 2007


kembali ke infovet


Latest Development of AI

Avian Influenza (AI) caused by AI virus in poultry industry considered as strategic disease. Office Internationale des Epizooties (OIE) classified this disease in List A, since AI is zoonotic and technically and economically cause high economic loss. Highly Pathogenic AI, first identified in Central Java in August 2003 and spread to many different parts of country probably through the movement of poultry.
Some 10.5 million chicken were reportedly lost in 2004 due to disease and culling. Vaccination against HPAI was done early in 2004 and continues to use vaccine in infected zones throughout the country.
To coordinate the control of AI, Campaign Management Unit (CMU) within the Ministry of Agriculture was established in 2006, as guidance in controlling the disease in the field, Standard Operation and Procedure (SOP) had been distributed. Establishment of such institutions in regional and provincial level is being prepared in the provinces, Local Disease Control Center (LDCC) is already founded as projects.
According to the data of (CMU) that last development of HPAI was detected in 122 districts of 444 districts in first quarter 2007. Incidence of HPAI varies across the country
- Endemic in Java, Sumatera and South Sulawesi
- Lower incidence in eastern provinces
- Both commercial and village poultry
- Chickens, quails and ducks affected.
The first human cases of AI was reported in June 2005, latest figure shown that 81 fatalities from 102 cases.

Problem of Pig Farming

Problem of pig farming in Indonesia is very complicated, since the difficulties caused by various factors. To study and analyze the problem, National Seminar entitled “Pig Trading, Movement, Problem and Solution”, sponsored by Indonesia Monogastric Association (AMI) in cooperation with GITA Organizer, had been conducted in Solo on June 27th, 2007. The seminar was attended by pig farmers, farm input suppliers, universities, related institutions of local and central government, and associations in Central Java.
According to Hadi Santosa, Head of Indonesia Veterinary Drug Association (ASOHI) Central Java Chapter that the main problem on pig farming is legal aspect, all stakeholders should concern to the certainty for sustainable pig farming.
Similar opinion was also informed by Kusmaningsih MP, Head of Provincial Livestock Services that constrain for development of pig farming in Central Java is social and religion aspects, since majority of population is Moslem will be resistant to the existence of pig farming.
Location of pig farming formerly remote from people housing and in line with increasing population, based on hygienic consideration the people prefer to close pig farming. The other problem was reminded by Rachmawati Siswadi, President of AMI, that serious problem is poor quality of breed, caused by inbreeding. The prospect of pig farming really promises, since Indonesia as FMD country has opportunity to export the products.

Strengthening Dairy Industry

Supply of milk from domestic product is not sufficient to meet the whole demand causing dependency on imported milk is still high. To strengthen dairy industry in Indonesia is not so difficult, since dairy production center are mainly in West Java and East Java.
Strategic effort to increase productivity of dairy cow should be through breed improvement. Max Dowell, genetician of Cornell University in Holstein Seminar in Padjajaran University, Bandung, suggested that the most suitable dairy cattle for tropical country such as Indonesia is 75% pure line Holstein blood and 25% indigenous blood.
The advantage of this hybrid cow is ability adapting to hot climate, high humidity, resistant to insect and parasites. The other superiority is capability in digesting tropical forages contains high fiber and lignin.

Advantage of Sumbawa Horse Milk

Milk of horse in Sumbawa, West Nusa Tenggara Province is characterized by the stability as not broken or in clod without preservatives. According to Dr Diana Hermawati, former Director of Livestock Product Assay Laboratory, this indicated that the milk contain substance which able to hamper development of bacteria.
In her theses entitled “Study on Activity and Characterization of Antimicrobes in Sumbawa Horse Milk”, concluded natural antimicrobe compound having the role to stability of milk.
Guidance and improvement to the local farmers had been provided more than 5 years, in the aspect of sanitation, hygiene and packaging to maintain the quality. Advantage of Sumbawa horse milk compared with dairy and goat milk is lower content of fat, protein and ash and higher content of lactose, water and the presence of Galactoferin as natural antimicrobe.

Ubah Paradigma Penanganan AI


kembali ke infovet


Masyarakat kita masih banyak yang tidak kenal atau peduli dengan flu burung atau Avian Influenza. Penyakit ini tidak lah populer di telinga masyarakat awam, kecuali pada masyarakat yang langsung bersinggungan dengannya.

Mengapa demikian, karena pemasyarakatan penyakit ini sekaligus penanggulangannya pun hanya terasa terbatas. Sedangkan masyarakat kita lebih berbelit masalah pada problem ekonomi.

Kematian orang karena flu burung pun tidak terlalu menjadi perhatian masyarakat yang tidak langsung berkaitan dengan bidang ini. Ada yang menganggap kematian sebetulnya karena masalah ekonomi, dan punya pengaruh tertentu pada jalan keluar mengatasi problem ekonomi masyarakat sendiri.

Sementara dana dari luar negeri begitu bertumpuk-tumpuk dan sangat banyak untuk penanggulangan AI di tanah air. Tentu saja dengan pemerataan informasi kasus AI/Flu Burung di kurang populer di kalangan awam, kita mesti mensiasati bagaimana memanfaatkan melimpahnya dana luar negeri yang tercurah dari berbagai institusi atau lembaga internasional.

Maka ada pihak dari kementerian pemuda dan olah raga yang tugasnya memberi masukan untuk peningkatan perkehidupan pemuda yang lebih baik di negeri ini, menganggap bahwa ini masihlah peluang untuk meningkatkan bidang wirausaha di kalangan pemuda guna peningkatan derajad hidup dengan pembangunan bidang peternakan.

"Biarlah dana luar negeri itu termasuk, dan kita meningkatkan bidang peternakan dengan wirausaha di kalangan pemuda kita," katanya dengan aplikasi terus memberikan masukan positif tentang peternakan kepada Menteri Pemuda dan Olah Raga.

Sedangkan di mata dokter hewan lain, juga berpendapat sama bahwa perihal penyakit AI/Flu Burung memang kurang populer di masyarakat awam, kecuali pada masyarakat yang langsung bersinggungan dengan bidang ini.

Hal ini terlihat dari kondisi masyarakat tidak terlalu peduli, tetap makan daging dan telur, dan berdampak positif pada konsumsi produk-produk peternakan ini.

Masyarakat memang lebih mempunyai masalah pada ekonomi masing-masing, konsumsi produk peternakan masih seperti biasa, meski pada kalangan peternakan mereka sepertinya masalah ini begitu besar dan berdampak kepedulian lebih besar yang berarti positif bagi upaya pengembangan peternakan selanjutnya.

Sementara di pihak lain, ada yang mengatakan pendekatan dalam penanggulangan AI/Flu Burung selama ini masih melakukan pendekatan peternakan (farm based), mestinya harus diubah dengan pendekatan pada unsur kemasyarakatan (community based) mengingat kasus flu burung sudah masuk pada sektor 4 di mana di sini terdapat pada rumah pemukiman penduduk.

Penanggulangan Flu Burung yang selama ini penuh dengan saling menyalahkan antara pihak-pihak yang berkepentingan, semestinya segera dihentikan, diganti dengan sikap saling mendukung.

Bilamana jalan yang ditempuh adalah vaksinasi, lakukanlah vaksinasi itu sampai tuntas. Bila ayang dilakukan adalah pemusnahan bibit penyakitnya, lakukanlah dengan sempurna. Adapun sebetulnya yang dimaksud dengan pemusnahan bukanlah pemusnahan terhadap ternaknya, namun pemusnahan terhadap bibit penyakitnya.

Tidak perlu saling menjegal pada saat suatu kebijaksanaan dilakukan. Bahkan dengan komentar yang menghambat pun sudah berarti tidak saling mendukung. Perlu pelibatan teman-teman peternakan soal Flu Burung yang dirasa masih kurang, sebab banyak yang berpendapat bahwa masalah ini adalah masalah kesehatan hewan bukan masalah peternakan.

Juga perlu perubahan paradigma pendekatan dari penyakit hewan ke kesehatan hewan. Pendekatan tiap daerah pun berbeda-beda sesuai dengan perda masing-masing daerah. Tiap daerah yang punya kisah sukses patut ditiru oleh daerah yang lain.

Adapun ke depannya, sepertinya kita harus terbiasa hidup bersama AI seperti halnya sekarang kita sudah terbiasa hidup bersama ND, dengan prinsip sehari-hari janganlah pengelolaan ternak ini melebihi kodrat selayaknya.
.
Terkait hal ini ada yang berpendapat, saat ini penanganan AI di Indonesia lebih bagus dari yang dulu. Meski berstatus kejadian AI masih tinggi, pengaruhnya tidak sebesar pada masa sebelumnya.
.
Sementara penanganan AI di Indonesia dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand dan Vietnam, di negara tetangga ini penanganannya lebih sistematis, rapi dan tuntas dibandingkan di Indonesia.
.
Ada pula yang berpendapat masyarakat peternakan dalam penanganan AI saat ini tidak sepanik pada masa awal kejadian. Itu yang membuat kondisi kejadian AI dan pengaruhnya tidak sebesar pada masa-masa sebelumnya. (Yonathan Rahardjo)

Menghapus Stigma Negatif Sulfa

kembali ke Infovet


Info Iptek Edisi 150 Januari 2007

Era sebelum antibiotik ditemukan, keberadaan sulfonamide (sulfa) dalam duniamedis sangat memegang peran penting dalam berbagai terapi infeksi bakterialbahkan disebut sebagai kemoterapeutik utama. Ada lebih 4000 jenis golongan sulfatetapi yang secara klinis dipakai hanya sekitar 30-an.

Setiap sulfonamide dan metabolitnya memiliki jenis parameter yang unik, walaupunpertimbangan secara umum berlaku bagi semua anggotanya. Berdasarkan absorpsi danekskresinya dibagi menjadi 3 golongan utama : sulfa dengan absorpsi dan ekskresicepat, sulfa yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per-oral karena itukerjanya dalam lumen usus dan sulfa yang hanya diberikan secara topikal.

Sulfonamide didistribusikan ke seluruh tubuh dan masuk keberbagai jaringan dancairan tubuh, walaupun penyebarannya secara pasif kedalam cerebrospinal dancairan synovial. Dalam tubuh, sulfa ini mengalami asetilasi dan oksidasiterutama terjadi di dalam hati. Bentuk asetil pada N-4 merupakan metabolitutama. Yang menarik pada poultry N-deasetilasi adalah penting.

Pada domesticpoultry N-asetilasi lebih sedikit daripada mamalia. Senyawa utama metabolit inidiekskresikan via urine. Pengeluaran direnal dan kelarutan hampir semua sulfaadalah sangat pH-dependent. Pada pH rendah dan konsentrasi tinggi akan terjadiadanya kristalisasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubulus renalis ataukapiler.

Sehubungan dengan farmakokinetik daripada sulfonamide secara umum, dibawah inibeberapa riset yang telah dilakukan untuk menganalisa farmakokinetik Sulfaklozin(sulphachloropyrazine).Struktur formula sulfaklozinMetode Analisis Pendeteksian Sulfaklozin dan N-4 AsetilsulfaklozinStudi farmakokinetik 3 GLP-conforming telah dilakukan di poultry.

Berikut adalahpenjelasan singkat dari metode analisis yang dilakukan. Pada riset inisulfaklozin dan metabolitnya N-4 asetilsulfaklozin, dihitung dengan menggunakanHigh Performance Liquid Chromatography (HPLC) dengan deteksi spektrofotometri.Metode ini sangat sensitif, dengan batas deteksi 0.02 ppm baik untuk sulfaklozindan metabolitnya pada jaringan ayam dan 0.05 ppm pada jaringan kalkun. Metodeyang digunakan pada setiap studi ini divalidasikan.

Pengulangan assay contohdari berbagai jaringan diperiksa kembali nilai yang diperoleh dianalisa secarastatistic. Ketahanan contoh dari setiap jaringan yang diketahui jumlahsulfaklozin dan N-4 asetilsulfaklozin kemungkinan efisiensi recovery dihitung.Analisa residu dihitung berdasarkan kriteria definisi kemampuan tahan uji danreproduksi.

Analisa Sampel Jaringan dan Plasma Ayam

Plasma diencerkan kemudian diekstraksikan dengan acetonitril dan setelahsentrifugasi bagian supernatan diencerkan dan dihitung dengan HPLC. Sejumlahsampel jaringan (circa log), bersama dengan anhydrous sodium sulphate,diekstraksi dua kali dengan ethyl acetate (lemak, kulit), ethyl acetate :methanol (hati), atau dichloro-methane : methanol : acetic acid (otot). Sampelyang diekstrak diuapkan sampai kering dan digantung dalam dichloro methane.

Untuk N-acetilsulfaklozin, seluruh jaringan pertama-tama diekstraksikan dalamethyl acetate dan digantung dalam aceton : chloroform : acetic acid. Ekstrakjaringan dimurnikan dengan melewatkan pertukaran kation, eluting dengan ammoniumacetate : acetonitril, sebelum dimasukkan dalam HPLC.

Larutan elution jugadigunakan sebagai fase aktif pada HPLC. Puncak ODS kolom 5 µ, menggunakanrata-rata aliran 1 ml/ menit dan pendeteksian digunakan pada 272 nm untukmenghitung sulfaklozin dan metabolitnya.

Analisa Jaringan Kalkun

Jaringan kalkun yang sudah hancur diekstraksikan dalam campuran buffer acetate,ethyl acetate dan diethyleter. Setelah sentrifugasi, lapisan organikdipindahkan, diuapkan sampai kering dan dilarutkan dalam fase aktif(acetonitrile : acetate acid, acetate buffer). Digunakan spherisorb 3 ODS kolom2 dan pendeteksian dilakukan pada 266 nm.


Validasi MetodePada setiap assay (uji), validasi (pembuktian) dilakukan dengan penentuanstatistik kurva kalibrasi, dan menentukan kemiringan (B), standar residual eror(Sr), % koefisien variasi (CV) dan standar eror kemiringan (Sb).

Kandungan bahantambahan ditentukan oleh besarnya konsentrasi. Penentuan residu dibuat saatkurva kalibrasi bertemu dengan kriteria yang telah didefinisikan. Hasilpenentuan sulfaklozin pada otot kalkun bisa dilihat pada Tabel 1.Pada ayam persentase kandungan sulfaklozin dari plasma sangat bagus yaitu90-100% dan dari jaringan nilai berada pada kisaran normal 74-92%.

Namun padakalkun kandungan yang ditemukan lebih rendah, berkisar 26.0 ± 5.8% pada jaringanhati, 45.6 ± 12.4% pada ginjal, 49.7 ± 2.8% pada otot, 46.5 ± 3.7% pada kulitdan 76.8 ± 11.7% pada plasma (n=5-12). Susunan/ pola kandungan yang mirip jugateramati dengan metabolit N-4 asetil.

Ketepatan pemeriksaan, dinilai oleh penampakan analisa replika pada sejumlahsampel kalkun dan penentuan CV, berkisar dari 1.75% (plasma) sampai 4.3% padaginjal, tapi nilai CV lebih tinggi pada kulit (lebih dari 17.2%).

Penelitian Farmakokinetik pada Ayam : Dosis Tunggal70 ekor broiler Cobb (unsexed), umur 4 minggu, dibagi menjadi 10 kelompok dandiberikan dosis tunggal 2ml 16.67% (w/v dalam air) Sulfklozin (lot 5693 S) peroral, setara dengan 100 mg sulfaklozin sodium, tiga kali lebih besar dari dosisrekomendasi 50 mg/ kg BB atau 1.5 kali dari level dosis maksimum yangdisarankan.

Pada jam ke-1, 2, 4, 8, 12, 24 dan 48 setelah perlakuan, sampeldarah diambil melalui jantung dari setiap kelompok ayam kemudian ayam dibunuhdan diafkir. Dua kelompok kontrol diambil darahnya sebelum perlakuan dan 48 jamsetelah perlakuan. Sampel plasma dipisahkan dan digabung dengan lima ayam persampling dari 2 kelompok. Jaringan tidak dikoleksi. Konsentrasi sulfaklozin danN-4 asetilsulfaklozin ditentukan dengan HPLC. Data ditunjukkan pada Tabel 2.

Data yang diperoleh menunjukkan Sulfaklozin mampu mencapai kadar maksimum dalamplasma setelah 4-8 jam dengan waktu paruh (half-life) 19 jam, dengan modelkinetik ruangan tunggal. Kurang dari 2% berada dalam bentuk asetilasi padadarah, dan perbandingan sulfaklozin yang terasetilasi tidak bergantung padawaktu pengambilan sampel. Analisa kinetik yang lebih detil tidak dapatditunjukkan karena sampel menjadi satu.

Studi Farmakokinetik pada Ayam: perlakuan selama 5 hariCobb broiler umur 4 minggu diberi perlakuan selama 5 hari berturut-turut denganESB-3 (batch 5693) dengan dosis 2 g/lt via air minum. Berdasarkan berat badandan konsumsi air kira-kira mengandung 200 mg/ kg sulfaklozin perhari, dua kalilebih besar dari dosis rekomendasi. Kadar sulfaklozin dalam plasma dan jaringanditentukan dengan HPLC. Dalam tiap-tiap group dimasukkan 5 atau 6 ayam.

Kadar sulfaklozin dalam plasma mencapai188 ppm 72 jamsetelah perlakuan dan turun dengan cepat menjadi 5.8 ppm 24 jam setelahperlakuan tidak dilanjutkan.

Pada masa akhir pemberian konsentrasi sulfaklozindalam jaringan sangat tinggi (12.4 ppm pada kulit/ lemak, 22.3 ppm pada otot,34.1 ppm pada hati), tetapi satu hari setelah akhir pemberian, konsentrasimenurun drastis menjadi (2.5, 0.8 dan 2.0). Kemudian kadar konsentrasisulfaklozin dalam jaringan turun secara perlahan, dan beberapa aktivitasresidunya dapat terdeteksi 10 hari setelah pemberian akhir melalui air minum.

Jelas bahwa pemberian sulfaklozin via air minum akan lebih cepat diabsorpsi. Dansulfaklozin juga tidak terakumulasi, hal ini dapat dilihat konsentrasinya dalamplasma tidak mengalami peningkatan selama masa perlakuan. Sulfaklozin jugadieliminasi dengan cepat, dapat dilihat dengan turunnya konsentrasi dalam plasmadan jaringan secara drastis dalam 24 jam setelah akhir pemberian.

Studi Farmakokinetik pada Spesies lain

Seperti yang dilaporkan oleh Jabert, farmakokinetik sulfaklozin juga ditelitipada hewan domestik lain. Pada anjing dengan dosis terapeutik sulfaklozin,kadarnya dalam plasma meningkat cepat untuk mencapai puncaknya dalam 1 sampai 3jam. Pada ternak dengan pemberian oral, kadar puncak dicapai dalam 1 sampai 6jam dan kemudian turun dengan cepat, dalam 18 jam setelah perlakuan sulfaklozintidak dapat terdeteksi.

Pada babi, dengan diberikan intramuskuler, konsentrasimaksimum sulfaklozin dalam darah tercapai dalam 30 menit, dan tetap stabilselama 3 jam, konsentrasi menurun dan tidak terdeteksi setelah 12 jam.Metabolisme pada hewan ini sama, dan metabolit utamanya adalah derivat N-asetil,namun pada kelinci glucoro-konjugat adalah metabolit utamanya.

Konklusi dari Studi Farmakokinetik

Ketika diberikan secara oral, baik dengan alat atau melalui air minum ataudengan jalan lain, sulfaklozin dengan cepat diabsorpsi pada unggas dan hewanlainnya dan konsentrasi plasma yang stabil dapat dicapai. Sulfaklozin tidakterakumulasi selama perlakuan namun lebih cepat diekskresikan. Hanya sebagiankecil (<2%)>

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer