Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini seminar biosekuriti | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SEMINAR ONLINE II: PANDEMI VS BIOSEKURITI, PERLU DICERMATI PETERNAK UNGGAS

Seminar Pandemi vs Biosekuriti yang dihadiri oleh akademisi, pemerintah, swasta dan asosiasi bidang peternakan. (Foto: Dok. Infovet)

PT Gallus Indonesia Utama melalui GITA Organizer dan Infovet kembali menyelenggarakan Seminar Online Kedua mengenai “Pandemi vs Biosekuriti pada Peternakan Unggas”. Seminar yang diselenggarakan Kamis (18/6/2020) diikuti oleh akademisi, pemerintah, swasta dan asosiasi peternakan.

Serupa dengan seminar pertamanya, kegiatan yang kedua kalinya ini kembali menghadirkan National Technical Advisor FAO ECTAD Indonesia, Alfred Kompudu dan Poultry Technical Consultant, Baskoro Tri Caroko, serta dimoderatori langsung oleh Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Bambang Suharno.

Dalam sesi pertama, Alfred Kompudu menyampaikan mengenai implementasi biosekuriti tiga zona di usaha peternakan unggas. Dalam paparannya, ia memaknai biosekuriti sebagai tindakan atau pengamanan hidup yang perlu dicermati oleh peternak.

“Sebagai pengamanan hidup karena prinsip dari biosekuriti itu sendiri adalah mencegah mikroba masuk, berinteraksi, tumbuh dan berkembang, serta menyebar ke seluruh area kandang. Adapun elemen dari biosekuriti tersebut adalah isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi,” kata Alfred.

Manisfestasi dari biosekuriti dimaksud Alfred adalah dengan mengimplementasikan biosekuriti tiga zona, yakni dengan cara membagi areal kandang dalam tiga zona, yakni zona merah, kuning dan hijau, dengan tujuan memberi keuntungan pada peternak.

“Keuntungan dari mencegah mikroba menginfeksi unggas, menyaring mikroba hingga tiga lapisan perlakuan, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak kandang, memiliki daya saing perunggasan dari sisi kualitas produk yang dihasilkan, menurunkan ancaman resistensi antibiotik (AMR) bagi konsumen dan yang pasti telah sesuai dengan Good Farming Practices,” jelasnya. 

Terkait dengan bagaimana cara mengimplementasikan biosekuriti tiga zona tersebut, dijelaskan Alfred secara rinci, yaitu dimulai dari membuat layout (denah) kandang, penentuan areal mana saja yang dimasukkan ke dalam zona merah (areal kotor), kuning (areal perantara) dan hijau (areal bersih), kemudian membuat daftar risiko dari orang, benda dan hewan (OBH), lalu urutkan daftar risiko tersebut dari yang tertinggi, pikirkan bagaimana pengendalian daftar risiko dapat dilakukan dengan elemen biosekuriti, serta terakhir sosialisasikan dan berkomitmen untuk intens menerapkannya.

“Jika telah diimplementasikan, hal yang perlu dilakukan adalah monitoring dan evaluasi kegiatannya, mulai dari anak kandang, ternak dan produksinya, serta kesehatan dari ternak yang dipelihara,” ucap dia.

Pembicara seminar Baskoro dan Alfred, bersama Moderator Bambang Suharno. (Foto: Dok. Infovet)

Sementara pada sesi kedua, Baskoro Tri Caroko menyampaikan hal berkaitan dengan pentingnya disinfeksi pada peternakan unggas. Menurut dia, disinfeksi pada dasarnya adalah kegiatan pembasmian hama. Pelaksanaannya ditujukan untuk menonaktifkan virus dan mikroba lain pada berbagai karakteristik hidup yang dimilikinya.

“Fakta lapangan, vaksinasi saja tidak cukup atau tidak mampu memproteksi unggas hingga 100%, padahal risiko penularan penyakit sangat tinggi dari berbagai macam sumber penularan, sehingga upaya disinfeksi diperlukan agar ayam tetap sehat, serta dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal,” kata Baskoro.

Ia pun mengimbau kepada peternak untuk dapat menerapkan One Health, yakni mengendalikan penyakit lebih dini untuk kesehatan manusia, hewan dan lingkungan yang optimal.

“Implementasinya dapat dilakukan dengan cara menerapkan biosekuriti tiga zona, melakukan disinfeksi dengan baik dan tepat guna, amankan unggas dari sumber penularan penyakit, serta istirahatkan kandang selama 14 hari sebelum diisi kembali,” imbuhnya.

Ia juga mengajak peternak untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit menular di usaha peternakan unggas semasa pandemi COVID-19 melalui penerapan biosekuriti tersebut.

Upgrade manajemen pemeliharaan dan kesehatan, serta lakukan vaksinasi tepat guna, tepat waktu, tepat aplikasi dan terprogram dengan baik,” tandasnya. (Sadarman)

GITA DAN INFOVET GELAR PERDANA ZOOM ONLINE SEMINAR BIOSEKURITI


Selasa 19 Mei 2020 jam 10.00 – 12.00 GITA Organizer dan Majalah Infovet menggelar Online Seminar Biosekuriti dengan tema : “Pandemi vs. Biosekuriti (Pada Peternakan Unggas) diikuti 120 peserta dari seluruh tanah air terdiri dari Akademisi (Unsrat Manado, Unlam Banjarmasin, Unram Lombok, IPB Bogor, Unpad Bandung, Unbra Malang, Unud Bali, Polbangtan Gowa, UNU Blitar, Unair Surabaya, UNP Kediri dll). Seminar ini adalah seminar perdana yang didukung oleh perusahan obat hewan nasional yaitu PT Romindo Primavetcom, PT Biomin dan PT Zoetis.
Alfred Kompudu
Seminar yang diselenggarakan di tengah maraknya Pandemi Covid 19 ini, menghadirkan pakar Biosekuriti yang masing-masing sudah lama malang melintang di bidangnya yaitu Alfred Kompudu, S Pt, MM (Master Trainer Biosekuriti dari  Australian Centre for International Agriculture Research) dengan materi : “Implementasi Biosekuriti 3-Zone di Peternakan Unggas” dan Drh. Baskoro Tri Caroko (National Poultry Technical Consultant) dengan materi : “Desinfeksi Yang Tepat Untuk Peternakan”. Sebagai moderator Bambang Suharno, Pemimpin Umum/Redaksi Infovet.
Baskoro Tri Caroko

Alfred Kompudu sebagai pembicara pertama mengawali dengan mengemukakan kasus merebaknya wabah Flu Burung (Avian Influenza) di Cina yang disebabkan virus H5N1 di Hunan – Cina yang merupakan provinsi pusat penyebaran virus Corona (Kompas.com), disamping mengemukakan terjadinya kematian puluhan unggas akibat wabah Flu Burung di Bondowoso – Jatim dan enam ribu ayam mati karena wabah penyakit unggas yang sama di Sidrap - Sulawesi  yang praktis waktunya hampir bersamaan dengan kemunculan Covid 19.

Pembicara menekankan bahwa untuk menghadapi kedua virus tersebut (baik Flu Burung maupun Covid 19) perlu dipegang 3 Prinsip Biosekuriti (Bio = Hidup, Sekurity = pengamanan) yaitu mencegah kuman masuk, tumbuh/berkembang dan menyebar, sedangkan elemen biosekuriti yang wajib diaplikasikan ialah isolasi, kontrol lalu-lintas/pergerakan (orang/kendaraan/barang/hewan lain) dan sanitasi (Cleaning & Desinfection).

Selanjutnya Alfred merekomendasikan “Biosekuriti 3-Zona” (Zona Merah = kotor, Zona Kuning = perantara/buffer dan Zona Hijau = bersih) untuk Peternakan Unggas dengan tujuan 1) Mencegah kuman/mikroorganisma menginfeksi unggas/ayam 2) Menjaring kuman hingga 3 lapisan perlakuan 3) PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) 4) Daya saing perunggasan (kualitas produk, ancaman AMR) 5) Sesuai dengan GFP (Good Farming Practise). Pada akhir penyajian materi Alfred meyakinkan peserta seminar dengan Analisa Ekonomi Implementasi Bio 3-Zona di Farm, bahwa peternakan ayam petelur (Layer) yang menerapkan akan menurunkan penggunaan Antibiotik 40%, penurunan penggunaan Desinfektan 30%, penghematan biaya OVK hingga Rp 10 jt (USD 770 – Kurs saat itu), HD (Hen Day) telur rata=rata 90% atau 56 kg/1.000 ekor Layer. Pada peternakan ayam pedaging (Broiler) yang menerapkan Bio 3-Zona ternyata mampu memperoleh tambahan profit (keuntungan) Rp 1.048,-/ekor/siklus.

Searah Jarum Jam: Drh Sulaxono,
Bambang Suharno, Baskoro, Alfred
Pembicara kedua Drh. Baskoro Tri Caroko mengemukakan bahwa berdasarkan fakta lapangan vaksinasi saja tidak cukup untuk mencegah suatu wabah penyakit unggas karena vaksin tidak memberikan proteksi 100%, disamping sumber penularan (Zoonotik Pools) sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit dan kita mengharapkan ayam tetap sehat agar tumbuh sempurna sehingga berproduksi optimal.

Selanjutnya Baskoro menekankan pentingnya Prinsip Pengendalian Penyakit Unggas ialah “One Health”, dalam arti bahan desinfektan yang digunakan harus mempertimbangkan 1) Efektif dan tidak berbahaya bagi pekerja, masyarakat dan makhluk hidup sekitarnya 2) Tidak menimbulkan kerusakan atau pencemaran, bebas polusi dan ramah lingkungan serta tidak menyebabkan residu antibiotik atau bahan berbahaya lainnya pada unggas maupun produk turunannya.

Seminar diakhiri dengan acara tanya-jawab yang nampak peserta sangat antusias, bahkan sempat menyinggung standar dosis dan jenis-jenis desinfektan yang boleh digunakan untuk menghadapi wabah virus yang menyerang manusia seperti Covid 19 dan virus Flu Burung yang menyerang hewan dan manusia. Para peserta yang hadir mendapatkan softcopy materi dan E-Sertificate. Seminar model “Online” ini diharapkan terus berlanjut dengan topik yang menarik dan dibutuhkan insan perunggasan khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. (S.Alam)





ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer