Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini peternakan ayam petelur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEMPERSIAPKAN AYAM PETELUR TETAP PRIMA

Vaksinasi untuk mencegah penyakit. (Foto: Dok. Infovet)

Persiapan menjelang produksi dalam pemeliharaan ayam petelur harus dipersiapkan dengan tepat sehingga produksi telur yang dihasilkan akan optimal. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum masuk masa produksi tersebut.

Selain genetik, nutrisi, dan faktor manajemen, lingkungan juga turut andil dalam memengaruhi performa dan produksi ternak. Performa dan produksi ternak, serta keuntungan finansial adalah aspek yang menjadi parameter kesuksesan dalam beternak. Untuk mencapai parameter keberhasilan tersebut, maka produksi telur yang dilihat dari kuantitas dan kualitasnya harus mampu dicapai dengan maksimal.

Penyakit Bikin Tambah Rumit
Selain faktor non-infeksius seperti yang disebutkan dalam artikel sebelumnya, faktor infeksius serta lingkungan juga akan sangat krusial untuk diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan.

Penyakit-penyakit infeksius tentu menjadi tantangan bagi peternak dalam membudidayakan ayam petelur, terlebih karena masa pemeliharannya yang panjang. Otomatis rintangan ini harus dapat dihadapi dengan kesiapsiagaan.

Menyoal penyakti infeksius pada ayam petelur, fokus utamanya adalah penyakit yang mampu merusak atau menganggu kinerja sistem reproduksi. Infeksi agen infeksius tersebut menyebabkan penurunan produksi dan kualitas telur.

Beberapa penyakit penyebab penurunan tersebut yakni newcastle disease (ND), avian influenza (AI), infectious bronchitis (IB), dan egg drop syndrome (EDS). Veterinary Service Manager Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar, menuturkan bahwa penurunan produksi telur akibat serangan virus IB bisa mencapai 70%. Hal tersebut berdasarkan data yang timnya kumpulkan selama beberapa tahun di seluruh Indonesia.

Selain IB, penyakit seperti EDS dapat menurunkan produksi telur sekitar 20-40% dan AI bisa mencapai 80%, sedangkan pada kasus ND produksi telur mengalami penurunan bervariasi mulai dari 7-60% (Medion, 2021).

Untuk serangan AI masih didominasi low pathogenic avian influenza (LPAI) yakni subtipe H9N2 yang cenderung menyerang sistem reproduksi dan pada serangan tunggal, hal tersebut disampaikan oleh Technical Education & Consultation Manager PT Medion, Drh Christina Lilis selaku.

“AI H9N2 ini tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi. Pada perkembangannya, virus AI memiliki dua mekanisme dalam mengganggu organ reproduksi ayam, yaitu pembendungan pembuluh darah di ovarium dan rusaknya permukaan ovarium pada saat budding exit atau keluarnya virus dari sel. Kedua mekanisme ini akan mengakibatkan penurunan bahkan menghentikan produksi telur,” tutur Lilis.

Ia melanjutkan, infeksi AI juga memengaruhi kualitas telur. Serangannya menyebabkan telur kehilangan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024. (CR)

UNTUK PERTAMA KALINYA PAPUA PRODUKSI TELUR OMEGA 3 SENDIRI

Drh Sabelina Fitriani (kedua dari kanan) bersama pemilik Peternakan Permata Farm Timika

Permata Farm yang berlokasi di Kelurahan Karang Senang, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua Tengah saat ini menjadi peternakan pertama di Tanah Papua yang menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3.

Diketahui telur dengan kandungan Omega 3 ini dari segi kualitasnya jauh lebih baik dari telur yang biasa dikarenakan mengandung Omega 3 & 6, Vitamin B & E, Selenium, Zinc, dan Mangan. Untuk tahap awal ini, Permata Farm Timika dapat menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3 kurang lebih 252 mika perhari

Terkait hal ini Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Mimika, drh. Sabelina Fitriani menyampaikan dari populasi 40 ribu ayam petelur, Hal ini disiasati oleh dinas peternakan dan kesehatan hewan untuk bekerja sama dengan Permata Farm dengan mempasok pakan sebanyak 326 sak pakan ternak yang mengandung omega tiga dan mengembangkan sebanyak 2.800 ekor ayam untuk menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3.

“Ini merupakan hasil telur dengan kandungan Omega 3 yang pertama di Papua dan ini diproduksi pertama kali di Timika,” jelasnya saat ditemui di Peternakan Permata Farm Timika, Rabu (21/2)

Dijelaskan kualitas dan perbedaan telur dengan kandungan Omega 3 ini bisa di lihat dari cangkang dan kuning telur yang warnanya lebih pekat dari telur biasanya serta putih telurnya juga lebih kental.

“Yang kita harus tau bahwa telur ini memiliki kualitas yang baik terutama untuk kesehatan. Dalam pemeliharaannya, ayam petelur yang menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3 tidak menggunakan antibiotik, semua secara alami sehingga sangat bagus kualitasnya,” ujarnya

Sabelina berharap telur dengan kandungan Omega 3 ini dapat diproduksi lebih banyak karena sangat bagus untuk kesehatan terutama untuk dikonsumsi pasien di rumah sakit.

“Jadi untuk ayam yang menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3 ini ada perlakuan khusus, jadi Permata Farm ini jadi contoh, sehingga tahun depan kita akan coba berikan kepada binaan kami para peternak OAP, untuk mengembangkan, ” ungkapnya

Owner Permata Farm Timika, Oki Permana menyampaikan, saat ini ada 2.800 ekor ayam yang menghasilkan lebih dari 2.500 butir telur dengan kandungan Omega 3. Untuk penjualan telur dengan kandungan Omega 3 lanjutnya saat ini baru ada dsalah satu supermarket di area Kuala Kencana. Telur dengan kandungan Omega 3 dijual dalam kemasan berisi 10 butir dengan harga Rp 45.000.

“Satu hari kami bisa produksi sekitar 252 mika, sementara masih di Primo karena permintaan banyak juga,” katanya. (INF)

RAGAM PENYAKIT YANG MENGHAMPIRI & BAGAIMANA PREDIKSINYA

Ayam mengalami gangguan akibat serangan penyakit. (Foto: Istimewa)

Banyak masalah yang merintangi budi daya perunggasan, mulai dari cost pakan hingga kesehatan hewan. Penyakit merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi oleh peternak unggas. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Yang Terjadi Bisa Diprediksi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam menerka dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka rutin menyajikan data dan memprediksi penyakit unggas dalam beberapa tahun terakhir di negara tempat mereka beroperasi, salah satunya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2023. Dimana Ceva secara rutin mengunggahnya di website mereka sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum dapat mengaksesnya. Data tersebut diunggah secara berkala setiap bulannya.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Ceva melalui program GPS, sampai Desember 2023 setidaknya ada lima penyakit yang dominan menjangkiti peternakan ayam broiler maupun petelur. Kelima penyakit tersebut yakni IBD (gumboro) 12%, chronic respiratory disease (CRD) 11%, dan newcastle disease (ND) 11%.

Pada ternak broiler, serangan ND masih mendominasi sebanyak 14% kasus, IBD 12%, dan CRD 12%. Sedangkan pada ayam petelur kejadian kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

BERSAMA MENYUSUN STRATEGI BUDI DAYA AYAM PETELUR YANG EFEKTIF

Foto Bersama Para Peserta Seminar
(Sumber : CR)

Di masa kini, sektor peternakan khususnya unggas petelur banyak dihadapkan dengan berbagai masalah. Mulai dari harga bahan baku pakan yang meroket, iklim dan cuaca yang tidak menentu, hingga penyakit infeksius yang masih mengancam. Namun begitu bukan berarti peternak dan stakeholder harus kehilangan akal sehat dalam beternak dan menyerah begitu saja. 

Kesemua masalah tersebut dibahas dalam sebuah seminar bertajuk Layer Solutions Day yang diprakarsai oleh 3 perusahaan yakni PT BEC Feed Solutions Indonesia, PT Big Dutchman Agriculture Indonesia, dan Hendrix Genetic. Bertempat di Swiss-Belhotel Serpong, pada Selasa (14/11) yang lalu seminar tersebut dilangsungkan. 

Dalam sambutannya, Eric Borren selaku Managing Director PT Big Dutchman Agriculture Indonesia mengatakan bahwa para pelaku bisnis budi daya selain dihadapkan dengan berbagai macam tantang juga harus memikirkan strategi agar lebih efisien. Oleh karenanya salah satu tujuan seminar ini adalah memberikan solusi dan berbagai macam opsi yang dapat dilakukan dalam mengefisienkan operasional peternakan. 

Dalam kesempatan yang sama General Manager Hendrix Genetics Indonesia, Henry Hendrix  mengatakan bahwa peningkatan genetik pada ras ayam petelur harus betul - betul bisa dimaksimalkan oleh para peternak. Dimana menurut dia, tiap negara memiliki tantangan yang berbeda dalam berbagai aspek, namun ia yakin peternak dan pelaku industri di Indonesia mampu mengatasinya dengan cara masing - masing. 

Sementara itu, Anjasmoro Diono selaku National Sales & Marketing Manager PT BEC Feed Solutions Indonesia menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi kehadiran para peserta. Menurutnya ini adalah pertama kalinya BEC melakukan seminar di kawasan Jabodetabek, karena sebelumnya lebih banyak berseminar di sentra - sentra peternakan layer di daerah. Menurutnya animo peserta di Jabodetabek tidak kalah tinggi ketimbang di sentra peternakan layer lainnya. 

Pembicara dalam seminar tersebut yakni Paul Grignon Dumoulin (Global Poultry Veterinarian dari Hendrix Genetics), Ansyar (Area Sales Manager Sumatra PT Big Dutchman Indonesia), Edi Hidayat (Area Sales Manager of West Java PT Big Dutchman Indonesia), dan Mega Saragi (Nutritionist PT BEC Feed Solutions Indonesia).

Dalam presentasinya Paul Grignon banyak membicarakan masalah manajemen pemeliharaan ayam petelur untuk memaksimalkan potensi genetik. Secara khusus ia menekankan kepada maintencance bobot badan layer saat fase sexual maturity.

"Bobot telur yang dihasilkan oleh ayam ditentukan oleh berat badan mereka saat memasuki sexual maturity. Apabila berat badan ayam pada saat itu stabil dan cukup, maka telur yang dihasilkan sampai afkir nanti akan memiliki bobot yang stabil juga. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa modifikasi berat badan 80 gram pada sexual maturity menginduksi variasi berat telur sebesar 1 gram," tutur dia. 

Sementara itu Ansyar banyak menjelaskan mengenai isu lingkungan yang kerap dihadapi oleh peternak. Isu yang dimaksud adalah bau yang dihasilkan oleh peternakan ayam, yang bahkan sampai membuat suatu peternakan ditutup karenanya. 

Untuk itu kini Big Dutchman merekomendasikan kandang closed house dengan sistem kandang baterai yang berbentuk H-frame dengan tempat pengumpul kotoran di dalam kandang. Dimana model ini memudahkan peternak untuk membersihkan kotoran. Bahkan, ada juga tempat pengumpul kotoran yang bergerak secara otomatis ke suatu tempat penampung untuk diolah lebih lanjut, sehingga dapat mengurangi isu bau tak sedap tersebut. 

Setelahnya Edi Hidayat berfokus pada pembicaraan mengenai kebersihan dan kualitas air minum. Dimana menurutnya saat ini masalah biofilm yang terbentuk pada saluran air minum sangat sukar untuk dienyahkan. Oleh karenanya Big Dutchman memberikan solusi dengan cara penggunaan teknologi ultrasonik yang selain dapat mengenyahkan masalah biofilm, dapat pula mengurangi pemakaian disinfektan untuk air minum. 

Mega Saragi dalam presentasinya membahas mengenai kestabilan vaksin yang diberikan melalui air minum. Menurut berbagai hasil penelitian, susu skim yang sering dijadikan penstabil vaksin memiliki berbagai macam kekurangan, sehingga sudah jarang digunakan. 

BEC memiliki produk penstabil vaksin yang dapat menggantikan susu skim tersebut. Efek yang didapatkan pada penggunaan produk tersebut yakni dapat menstabilkan pH air minum, menambah efektivitas vaksin, dan mengurangi risiko kegagalan vaksin yang dilakukan melalui air minum (CR). 

PETERNAKAN DISEGEL, 30 RIBU EKOR AYAM PETELUR TERANCAM MATI

Lokasi peternakan ayam PT Sube Rezeki Semesta di Serang, Banten.
(Sumber : Istimewa)

Sebanyak 30 ribu ekor ayam petelur di Desa Sukamenak, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, terancam mati di kandang usai adanya penyegelan peternakan oleh Pemerintah Kabupaten Serang, Banten.

Kepala Seksi Penindakan dan Pengawaaan Dinas Satpol PP Kabupaten Serang, Yogi Hernanto, mengatakan pihaknya melakukan penyegelan lantaran adanya aduan dari warga.

"Biar kondusif, kita (Dinas Satpol PP) lakukan penyegelan kembali. Kalau dipaksakan juga tidak bisa. Yang dikhawatirkan tidak kondusif," kata Yogi saat dikonfirmasi, Jumat, 21 Juli 2023.

Sementara penjaga kandang milik PT Sube Rezeki Baru Semesta, Ariah, mengatakan pihaknya telah menjelaskan  puluhan ribu ayam di kandang tidak bisa dibiarkan hidup begitu saja tanpa pasokan makanan dari mesin pakan. Menurutnya, Dinas Satpol PP juga sengaja menghentikan aliran air untuk minum unggas tersebut. 

"Saya pribadi sedih, karena harus meninggalkan ayam tanpa makan dan minum begitu. Pakan yang ada di kandang hanya bertahan sampai pagi nanti. Kemungkinan bisa mati separuhnya atau semua kalau dibiarkan," jelas Ariah.
 
Sebagai informasi sebelumnya Dinas Sat Pol PP telah melaksanakan kegiatan penutupan aktivitas peternakan tersebut beberapa bulan lalu lantaran dinilai melanggar peraturan daerah. (INF)

AGAR LAYER TETAP EKSIS BERTELUR

Fenanza Perkasa Putra, punya solusi tingkatkan persistensi bertelur layer

Peternak mana yang tidak mau jika ayam petelurnya nya memiliki performa yang baik dan konsisten?. Pastinya memiliki ayam petelur dengan performa yang konsisten menjadi dambaan semua peternak. Atas tujuan tersebut PT Fenanza Putra Perkasa mengadakan webinar bertajuk "Maintaining Persistency and Egg Shell Quality in Modern Laying Birds" pada hari Rabu (2/6) yang lalu. 

Tidak tanggung - tanggung, konsultan perunggasan sekelas Tony Unandar didapuk menjadi pembicara dalam webinar tersebut. Seperti yang diduga, webinar tersebut ramai dibanjiri oleh para peserta yang mencapai kurang lebih 200 orang. 

Memahami Genetik Layer Modern

Dalam paparannya Tony Unandar mengatakan bahwa ayam petelur modern sangat berbeda dengan ayam petelur jadul. Perbedaannya terutama pada masa pemeliharaan, kecepatan tumbuh, juga performa produksi. Secara rataan kata Tony, ayam petelur modern dapat bertelur hingga 500 butir dalam satu siklus pemeliharaan dalam waktu hingga 100 minggu. Sangat berbeda dengan ayam jadul yang hanya mampu menghasilkan setengahnya.

"Nah, karena genetik dari mereka sangat berbeda, perlakuan dan cara pemeliharaan yang harus diaplikasikan juga harus berbeda, jangan memelihara ayam modern dengan sistem jadul. Peternak kita kebanyakan masih belum terbuka mindset-nya," kata Tony.

Tony juga menyebutkan bahwa ada beberapa titik kritis pada masa pertumbuhan ayam petelur modern yang perlu diperhatikan. Misalnya dari DOC hingga pullet, ayam harus dipersiapkan dengan baik sehingga target bobot badannya pada saat memasuki masa laying tercapai dengan komposisi yang proporsional.

"Hingga usia 7 - 8 minggu itu perkembangan organ dalam, baru setelahnya (8-16) minggu perkembangan frame (tulang) dan otot ikut berkembang. Proporsi otot dan tulang serta perlemakan di tubuh ayam harus diperhatikan. Jadi bukan hanya bobotnya saja yang masuk, tapi perototan dan pertulangan harus memiliki proporsi yang baik, dengan konformitas yang baik, dan keseragamannya baik," tutur Tony.

Ia menyebutkan kebanyakan pada fase pullet peternak "malas" menyortir alias grading. Seperti yang tadi disebutkan, jika sudah terlihat masuk bobotnya maka ayam dianggap siap berproduksi, padahal dibutuhkan kondisi paling prima dan proporsional agar ayam dapat berproduksi secara baik dan konsisten di masa laying.

Selain itu Tony juga menyebutkan bahwa kebanyakan peternak kurang memperhatikan diet ayam pada masa pullet. Karena terlalu mengejar bobot badan, ayam diberikan pakan dengan energi yang terlampau tinggi, sehingga ayam terlihat gemuk dan bobotnya tercapai tetapi yang tumbuh bukanlah otot dan frame-nya tetapi justru gemuk karena lemak.

Menyadari Pentingnya Fungsi Hati

Hati merupakan organ yang perannya sangat penting dalam tubuh, termasuk ayam petelur. Tony Unandar menjabarkan lebih spesifik mengenai fungsi dan peran hati pada ayam petelur. Dimana hati sangat berperan dalam proses metabolisme dan detoksifikasi berbagai zat yang ada dalam tubuh ayam.

"Kalau saya melihat hati itu seperti organ yang dianaktirikan. Padahal hati ini ada hubungannya dengan produksi telur dan keberlangsungan fase bertelur pada laying period," tutur Tony.

Di dalam organ hati kata Tony, terjadi metabolisme lemak, protein, dan segala macam nutrisi lainnya. Nah, dalam hal ini nutrisi terutama glukosa akan dimetabolisme menjadi asam lipoprotein yang kemudian didistribusikan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Dimana VLDL digunakan sebagai sumber pemebntuk oosit (sel telur), yang jika jumlahnya berlebih akan ditimbun pada jaringan adiposa. Nah proses pembentukan VLDL di hati ini akan berjalan dengan smooth apabila fungsi organ hati berada dalam keadaan yang prima.

"Kebanyakan karena salah manajemen, di lapangan yang saya temukan adalah sindrom fatty liver, dengan bentukan hati yang pucat agak kekuningan. Jika ada temuan seperti ini, bisa dipastikan bahwa ayam tidak akan perform dengan baik, makanya ini jangan sampai terjadi," pungkas Tony.

Agar Hati Tetap Terjaga

Kita mungkin pernah mendengar potongan sajak ini "Hati itu kerajaan tubuh, kalau lalim anggota pun rubuh". Jika sajak tersebut dimaknai secara dentotatif, hal yang sama alias buruk juga akan terjadi. Oleh karenanya, mengigat pentingnya organ hati pada ayam petelur, patut kita beri perhatian lebih agar organ ini senantiasa dalam keadaan yang prima.

Alexander Peron Strategic Marketing & Technology Director Provimi memiliki salah satu solusi dalam menjaga organ hati agar tetap prima. Tim Provimi sadar betul bahwa problem yang tadi disebutkan oleh Tony tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

"Kami juga melihat ini juga menjadi masalah di seluruh dunia. Organ hati itu sangat penting dan harus dijaga agar fungsinya tetap prima, karena kaitannya dengan keberlangsungan laying period serta kualitas, dan kuantitas telur," tukas Alexander.

Solusi yang ditawarkan oleh Alexander yakni berupa produk dengan pemberian produk milik Provimi yang berisi asam - asam organik serta garamnya. Dengan menambahan produk tersebut, ayam jadi lebih prima, persistensi bertelurnya meningkat, dan kualitas dan kuantitas dari produksi telur yang dihasilkan juga baik.

"Kami sudah melakukan trial di berbagai negara, dan hasilnya memuaskan. Keuntungan jadi bertambah dan yang terpenting ternak dalam keadaan prima," tutup Alexander. 

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer