Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini peternakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

LALAT SERBU RUMAH WARGA, PETERNAKAN AYAM DIDUGA MENJADI PENYEBAB

Lalat Berkerumun di Sekitar Pemukiman Warga
(Sumber : Istimewa)

Pemandangan tidak biasa terlihat di pemukiman warga di Lembang Pata'padang pada, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, sejak (22/4). Ratusan lalat tiba-tiba menyelimuti daerah tersebut bahkan masuk ke rumah warga. Serangan lalat tersebut memenuhi rumah warga, mulai di teras, ruang tamu, kamar, hingga ruang makan dan dapur.

Warga menduga bahwa serangan lalat pemukiman warga tersebut berasal dari peternakan ayam potong. Hal ini dibantah Kepala Lembang Pata'padang, Matius Allokaraeng. Ia mengatakan bahwa di wilayahnya tidak ada peternakan ayam.

"Di sini tidak ada. Mungkin lokasinya sekitar perbatasan Lembang Pata'padang dan Lembang Tallung Penanian, masih masuk Kecamatan Sanggalangi. "Kalau di Lembang kami, tidak ada peternakan ayam (potong)," tuturnya.

Ia juga mengaku sudah mendapatkan laporan terkait serangan lalat tersebut.

"Sudah dapat informasi dari masyarakat di Dusun Buntualang bahwa banyak kerumunan lalat di rumah warga. Kami sudah sampaikan ke Dinas Pemukiman dan Lingkungan Hidup, Kepala Puskesmas Tombang Kalua, dan dokter Peternakan di Toraja Utara," jelasnya.

Ia berharap masalah ini cepat dapat diatasi dan kondisi kembali normal.

"Semoga kembali normal, dan ada bantuan maupun tindakan dari dinas terkait, dan menyelidiki apakah benar serbuan lalat tersebut dari peternakan," tutupnya. (INF)


BRIN BERSAMA INFOVET GELAR WEBINAR RISNOV TERNAK #2

Webinar Risnov Ternak #2. (Foto-foto: Dok. Infovet)

“Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan” menjadi tema dalam webinar Risnov Ternak #2 yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Peternakan bersama Majalah Infovet, Kamis (21/3/2024).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk berbagi informasi perkembangan riset dan inovasi bidang peternakan (risnov ternak), dengan menghadirkan narasumber di antaranya Hidayaturohman dari Jatinom Grup Blitar sekaligus Pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia. Kemudian Prof Dr Ir Arnold P. Sinurat MS (Pakar Nutrisi Unggas BRIN) dan Dr Ir Tike Sartika (Pemulia Ayam Lokal BRIN). Webinar dipandu oleh moderator Dr Hardi Julendra dari BRIN.

Para narasumber dan MC dari BRIN.

Webinar diikuti oleh 300 orang melalui zoom dan lebih dari 20 orang melalui kanal YouTube Majalah Infovet, terdiri dari kalangan peneliti, akademisi, industri pakan, obat hewan, peternak, pemerintah, serta stakeholder lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Acara diawali dengan sambutan kepala OR Pertanian dan Pangan BRIN, Dr Puji Lestari, dan Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Pada kesempatan tersebut, Hidayat yang membahas materi “Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan Menghadapi Gejolak Perunggasan” mengemukakan apa yang menjadi harapan peternak dalam menjalankan bisnisnya dan meningkatkan produktivitas ternak, salah satunya menyoal pakan seperti harga jagung dan bahan baku lainnya yang diharapkan bisa berimbang.

“Kalau jagung impor memang harganya murah, namun ongkos transportasinya cukup besar. Oleh karena itu, bahan pakan sumber energi lainnya seperti ketela, sorgum, dan sebagainya bisa dimanfaatkan,” katanya.

Pakan memang mempunyai kontribusi biaya tertinggi dalam usaha ayam petelur. Jumlah pakan/bahan pakan yang dibutuhkan terus meningkat menyebabkan harga pakan melambung. Oleh sebab itu, perlu dilakukan peningkatan efisiensi. Hal itu seperti dikatakan oleh Prof Arnold.

Adapun strategi nutrisi yang ditawarkan olehnya untuk meningkatkan efisiensi (ekonomis dan teknis) di antaranya dengan menggunakan bahan pakan yang tersedia dan lebih ekonomis dengan menerapkan prinsip-prinsip formulasi pakan yang benar, menerapkan teknologi seperti penggunaan imbuhan pakan yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam bahan pakan, dapat menggunakan bahan pakan berserat seperti BIS lebih banyak dalam pakan.

Webinar Risnov Ternak #2.

“Kemudian dengan menggunakan salah satu produk hasil teknologi dalam negeri yang sudah dihasilkan adalah enzim BS4,” jelasnya. Enzim pemecah serat tersebut dihasilkan dengan membiakkan Eupenicilium javanicum pada substrat bungkil kelapa. Di isolasi dari biji sawit, dimaksudkan untuk meningkatkan kecernaan gizi produk ikutan industri sawit (solid, BIS).

Selain pakan, dalam meningkatkan jumlah produktivitas telur secara nasional, potensi ternak ayam lokal juga bisa dimanfaatkan. Seperti disampaikan Tike Sartika, ayam lokal dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bisa di branding sebagai telur omega tinggi, warna kuning telurnya juga lebih oranye sehingga termasuk dalam kategori pasar niche market. (INF)

Rekaman webinar dapat dilihat di YouTube Majalah Infovet berikut ini.

PONDOK PESANTREN INI BISA MANDIRI BERKAT USAHA PETERNAKAN

Suasana di Kandang Sapi Milik Ponpes Assalam
(Sumber : Istimewa)

Sejak pertama berdiri, Pondok Pesantren Assalam Kutai Barat sudah mengembangkan bisnis peternakan lewat penggemukan sapi. Walaupun masih menggunakan pola sederhana, kini mereka sudah mampu memasok kebutuhan sapi kurban internal pesantren dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Dengan total sekitar seribu santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam rutin menyembelih 40-50 ekor sapi setiap tahunnya untuk kebutuhan kurban. Oleh sebab itu, sejak berdiri 32 tahun lalu, sudah diinisiasi dengan usaha peternakan lewat penggemukan sapi mandiri.

“Sistemnya belum sematang sekarang. Bisa dibilang sejak 1992-2018 itu pondok belum punya kandang sendiri, belum punya lahan untuk pakan. Jadi sistemnya gaduh, pondok yang punya modal dan sapi dititipkan untuk dirawat oleh masyarakat. Nanti dipanen untuk dijual dan kebutuhan pondok,” beber Manajer Operasional Unit Usaha Ponpes Assalam Adam Ridho Muzakki.

Skalanya diakui tidak besar, kurang dari 20 sapi. Selain itu, juga ada kambing yang ikut dikembangkan dengan pola serupa. Masuk 2018, dimulai inisiasi membangun kandang pribadi, lokasinya tak jauh dari ponpes.

Dengan kapasitas 20 sapi. Tidak lagi menggunakan sistem gaduh, sapi dibeli mulai bibit dan digemukkan di kandang. Pondok mempekerjakan empat orang untuk operasional.Seiring waktu, usaha terus berkembang.

“Ponpes Assalam mendapat kesempatan menjadi mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim. Dari situ, mulai lebih matang untuk usaha peternakannya. Mulai fokus ke sapi, sekarang sudah ada kandang yang lumayan di daerah Rejo Basuki, Barong Tongkok. Di atas lahan milik pondok seluas satu hektare, kapasitas kandang itu 80-100 sapi,” lanjut Ridho.

Di lahan yang sama, dibangun juga rumah untuk penjaga lahan. Ada pula lahan khusus untuk ditanami rumput guna kebutuhan pakan seluas 2 hektare. Benar-benar fokus dan serius mengembangkan kemandirian pesantren lewat peternakan.

Dijelaskan Ridho, jika pasar terbesar usaha peternakan itu, yakni saat momen Iduladha. Seiring tahun, masyarakat sekitar pondok juga sudah mengenal jika pondok memiliki usaha peternakan khususnya sapi. Sehingga, tak jarang yang mencari sapi kurban datang langsung ke pondok atau ke kandang.

Diakui Ridho jika sampai saat ini, usaha tersebut memang fokus untuk memenuhi kebutuhan internal pondok terutama saat Iduladha. Barulah diperjualbelikan.

“Kebutuhan pondok banyak, apalagi kalau kurban itu harga tinggi. Kualitas sapi untuk dibeli dalam jumlah banyak juga terbatas karena permintaan juga tinggi. Jadi, untuk meminimalkan pengeluaran pondok beli sapi di luar, kami ternak sendiri. Kualitas terjamin dan harga sapi bersaing,” jelasnya.

Setiap tahun, mereka memiliki pelanggan tetap. Selain masyarakat sekitar, juga beberapa perusahaan sekitar. “Ada yang rutin beli 9-10 ekor sapi. Selain untuk kurban, masyarakat yang sudah tahu, juga ada yang datang ke kandang di luar momen kurban untuk beli sapi. Umumnya untuk acara,” sebutnya.

Perlahan tapi pasti. Walau kapasitas produksi masih di bawah 100 ekor sapi per tahun, namun perkembangan itu tetap ada. Apalagi, permintaan sapi kurban selalu meningkat setiap tahun.

“Di Kutai Barat ini jumlah penduduk sedikit, bisa dibilang rumah potong hewan (RPH) itu hampir enggak ada. Masyarakat yang jual daging ya jagal sendiri, jadi ke depan harapannya kami bisa punya RPH juga. Bagian dari pengembangan usaha,” lanjut dia.

Selain RPH, harapan besar yang tersimpan yakni memiliki unit usaha turunan.

“Selama ini, jual sapi hidup kan lebih murah ketimbang sudah jadi daging. Jadi mau ke arah sana. Tapi, terdekat mau wujudkan RPH dulu. Kami sudah dapat pembekalan terkait, bagaimana penggemukan sapi dan pemotongan steril dan terstandar,” jelas Ridho.

Berharap bisa melebarkan usaha, misal membuat olahan sapi siap saji. 

“Kaya buat rendang, usaha pembuatan pentol daging atau bakso. Jadi, produk turunan itu bisa meningkatkan ekonomi pesantren lebih lagi. Alhamdulillah, sejauh ini dari peternakan sudah sangat cukup membantu perekonomian pesantren secara mandiri,” tutupnya. (INF)

NE & KOKSIDIOSIS: DYNAMIC DUO PEMBAWA KERUGIAN

Perdarahan hebat pada usus, gejala klinis yang biasa diamati pada kasus NE. (Foto: Dok. Gold Coin)

Kombinasi dari dua jenis yang berbeda atau yang biasa disebut dengan istilah duet juga berlaku dalam penyakit unggas. Sangat familiar dengan penyakit CRD kompleks sebagai penyakit mematikan pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi Mycoplasma gallisepticum dan E. coli. Tak kalah mematikan yakni duet antara nekrotik enteritis (NE) dan koksidiosis. Kombinasi keduanya “sukses” membuat peternak ketar-ketir.

Awal Mula
Jika peternak ditanya apakah ayamnya sudah pernah kena koksidiosis atau NE? Pasti peternak sepakat menjawab “Jangan sampai kena,”. Koksidiosis dan NE, keduanya sama-sama “beroperasi” di saluran cerna, utamanya usus. Bedanya disebabkan oleh protozoa (Eimeria sp.) dan bakteri (Clostridium perfringens).

Berdasarkan buku teks atau diktat perkuliahan penyakit unggas, secara keseluruhan ada 12 jenis eimeria yang dibedakan berdasarkan lokasi lesio, bentuk lesio, bentuk, dan ukuran berbagai stadium perkembangan (ookista, schizont, merozoit), lokasi di jaringan dan waktu sporulasinya.

Dari ke-12 jenis eimeria tersebut, ada sembilan spesies yang mampu menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E. necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella, dan E. hagani. Namun dari kesembilan spesies itu tidak kesemuanya bersifat patogen pada ayam. Ada lima spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E. tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina, dan E. brunetti, kesemuanya menjadi momok bagi peternak.

Serupa dengan koksidiosis, NE juga mengakibatkan kerusakan pada usus, penyakit bakterial ini bersifat sporadik pada ayam yang disebabkan infeksi Clostridium perfringens tipe A dan C. Seperti yang disebutkan di atas, di lapangan kasus koksidiosis dan NE biasanya berjalan seirama.

Hal ini bisa terjadi karena saat koksidia menyerang terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan pada ileum yang men-trigger adanya kolonisasi bakteri anaerob, yaitu Clostridium perfringens. Adanya kolonisasi bakteri anaerob tentunya berujung pada serangan NE atau kematian jaringan usus.

Tak Kenal Ampun
Pada sebuah webinar beberapa waktu lalu, Drh Lussya Eveline, menyatakan bahwa kedua penyakit yang sering “hangout bareng” ini benar-benar mematikan. “Kalau sudah kena penyakit ini akan benar-benar merepotkan, terutama koksidia, karena protozoa itu berbeda dengan bakteri dan virus, jadi agak susah dieradikasi,” katanya. 

Ia melanjutkan, secara normal di dalam usus ayam yang sehat terdapat bakteri C. perfringens sebagai bakteri komensal (tidak menyebabkan terjadinya outbreak penyakit). Namun, hubungan ini bisa berubah menjadi parasitisme di saat kondisi ayam sedang buruk atau tidak fit dan didukung dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman (tantangan agen penyakit, stres, toksin, dan lain sebagainya), maka wabah NE dapat terjadi.

Pada ayam yang mati karena NE, jumlah C. perfringens yang dapat diisolasi pada usus ialah > 107-108 CFU per gram isi usus, sedangkan jumlah bakteri C. perfringens di dalam usus ayam pedaging yang sehat berkisar 0-105 CFU tiap gram isi usus.

Jika berbicara mengenai kerugian, serangan koksidiosis (apalagi kombinasi dengan NE) adalah jagonya. Tingkat kematian yang disebabkan bisa mencapai 80-90% dari total populasi pada ayam broiler. Sedangkan pada ternak layer, produksi telurnya sudah pasti terganggu. Seakan tidak puas sampai di situ, serangan koksidiosis juga akan menimbulkan efek imunosupresif yang menjadikan ayam rentan terhadap infeksi penyakit lainnya.

Bagaimana bisa imunosupresif? Lussya menerangkan, hal pertama yang terjadi adalah kerusakan pada jaringan mukosa usus menyebabkan proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi tidak optimal. Akibatnya terjadi defisiensi nutrisi pembentukan antibodi jadi terganggu.

Kedua, Peyer's patches dan caeca tonsil  (organ pertahanan di mukosa usus) mengalami kerusakan, jika kedua organ ini rusak akan mengakibatkan ayam lebih rentan terinfeksi penyakit lainnya.

Ketiga, di sepanjang jaringan mukosa usus terdapat jaringan limfoid penghasil antibodi (IgA), dimana IgA akan terakumulasi di dalam darah. Kerusakan mukosa usus akan mengakibatkan keluarnya plasma dan sel darah merah, sehingga kadar IgA sebagai benteng pertahananan di lapisan permukaan usus menurun.

“Sudah menyebabkan kematian, produksi turun, imunosupresif, kurang mengerikan apalagi duet penyakit ini?,” ucap dia.

Kalau Sudah Kena, Harus Bagaimana?
Bagaimana cara mengobati koksidiosis? Apakah yang harus dilakukan jika di suatu peternakan terjadi wabah koksidiosis plus NE? Jawabannya sederhana, namun implementasi di lapangannya kadang sulit dilakukan.

Menurut Product Manager Pharmaceutical PT Agrinusa Jaya Sentosa, Drh Endah Soelistyowati, yang harus dilakukan utamanya adalah pencegahan. “Kalau ditanya peternak begitu, saya suruh afkir semuanya dulu. Karena jawaban saya adalah jangan sampai kena,” sergahnya.

“Memberantas gabungan koksidiosis dan NE bukannya mustahil, tetapi memakan banyak waktu, tenaga, dan tentunya biaya dengan hasil yang pasti tidak sebanding.”

Ia menjelaskan bahwa peternak harus mengetahui dengan pasti musuh sebenarnya. “Siklus hidup eimeria itu panjang untuk menjadi sebuah individu sempurna. Oleh karenanya, kita harus memotong rantai siklus hidupnya sehingga ia tidak bisa berkembang lebih lanjut,” paparnya.

Lebih lanjut, semua dimulai dari dari fase ookista. Ookista dikeluarkan bersama dengan feses ayam, jika lingkungan sekitar lembap dan basah, ookista akan terus berkembang dan bersporulasi hingga akhirnya mampu menginfeksi ayam. “Supaya ookistanya tidak lanjut bersporulasi, kuncinya peternak juga harus rajin, program biosekuriti secara ketat harus dijalankan,” ucapnya.

Jika ookista sudah dihentikan sporulasinya, siklus hidupnya tidak langsung berhenti. Perlu diketahui, ookista dari eimeria tahan terhadap disinfektan yang banyak dijual. Tidak hanya tahan terhadap banyak disinfektan, kata Endah, ookista berukuran sangat kecil sehingga ia mudah diterbangkan oleh angin dan tersebar. Ookista juga mudah terbawa peralatan kandang, manusia, transportasi, serangga, atau hewan lainnya untuk menyebar.

“Yang paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk memberantas ookista yakni memberikan kapur atau soda kaustik pada permukaan litter yang lembap dan basah,” jelasnya. Kapur dan soda kaustik merupakan bahan aktif yang bersifat basa. Ketika kedua bahan tersebut larut dalam air atau media yang basah (litter), maka akan menghasilkan suhu tinggi.

Sementara, ookista tidak tahan terhadap suhu ekstrim panas > 55° C. Ookista juga dapat mati jika berada pada kondisi suhu sangat dingin (suhu beku) dan kekeringan yang ekstrem. Inilah mengapa istirahat kandang juga menjadi poin penting dalam penyebaran ookista koksidia. 

Endah mengingatkan kepada peternak agar jangan lupa menerapkan manajemen pemeliharaan ayam yang baik dan benar. Karena ookista dapat berkembang dengan baik pada litter yang lembap, sebisa mungkin kualitasnya diperhatikan. Lakukan pembolak-balikan untuk mencegah litter basah.

“Pada masa brooding, kalau bisa litter sering dibolak-balikkan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4-14 hari. Ini yang biasanya peternak suka malas lakukan,” tukasnya.

Litter basah dan menggumpal sebaiknya segera diganti. Jika gumpalan litter sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal atau basah banyak, sebaiknya tumpuk dengan yang baru hingga gumpalan tidak tampak.

Jika semua sudah dilakukan, namun serangan penyakit masih terjadi dan berulang, menurut beberapa literatur memang infeksi koksidia bisa menstimulasi pembentukan kekebalan. Namun, kekebalan akibat koksidia baru terbentuk setelah 3-4 siklus hidupnya di dalam tubuh ayam. Sedangkan terkadang kasus di lapangan baru satu siklus saja kebanyakan ayam sudah tepar.

Untuk kekebalan yang cukup instan di beberapa negara biasanya ada program vaksinasi koksidia. Pemberian vaksin juga salah satu cara pencegahan koksidiosis dengan dihasilkannya kekebalan dari koksidia dalam tubuh ayam, hanya saja vaksin juga memliki kelemahan, hal ini pernah diceritakan Prof Charles Rangga Tabbu.

“Enggak ada kekebalan silang antar spesies, jadi penggunaan vaksin koksidiosis tidak akan efektif kalau strain vaksin koksidiosis berbeda dengan strain yang menyerang. Kalau seperti ini identifikasinya harus benar,” katanya. (CR)

INOVASI DOSEN UNP CIPTAKAN KANDANG KAMBING "HEBAT"

Maiyontoni, Pencipta Model Kandang Kambing "HEBAT"


Dosen Prodi Peternakan UNP Sijunjung, Ir. Maiyontoni, menghadirkan solusi jitu untuk beternak kambing yang inovatif dan revolusioner. Dirinya menciptakan model kandang kambing 'HEBAT' yaitu hemat biaya dan tempat.

Dikutip Detaksumut, Model 'HEBAT' menawarkan banyak keunggulan dengan instalasi pemisah feses dan urin, gudang di bawah kandang, akses jalan di kanan kiri ruang kandang untuk memudahkan kontrol dan perawatan ternak, ventilasi memadai, akses pintu fleksibel untuk memindahkan kambing, ruang teras untuk istirahat, sehingga desain kandang ini menciptakan nyaman bagi ternak, meringankan kerja peternak dan ramah terhadap lingkungan.

Desain dan kontruksi kandang kambing 'HEBAT' ini bermanfaat untuk mendukung peningkatan produktivitas dan efektivitas manajemen pemeliharaan ternak kambing. Hasilnya, mampu meningkatkan penghasilan peternak kambing, memperbaiki kualitas kambing serta kandang bebasbau dan limbah. Semua limbah yang dihasilkan dapat menghasilkan uang dan menghemat biaya pemeliharaan.

Model HEBAT sudah diuji coba dari tahun 2020 hingga saat ini dan terbukti berhasil di Nagari Palaluar Koto Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung. Model yang diciptakan ini sedang dalam proses PATEN di Universitas Negeri Padang yang menjadi milik UNP.

Kaprodi Peternakan Rini Elisia, mengatakan akan membentuk tim dosen peneliti mengkaji pengembangan ternak kambing.

"Kita akan membentuk tim dosen peneliti pada prodi Peternakan yang akan mengkaji lebih lanjut tentang percepatan pengembangan ternak kambing," ujarnya dikutip Detaksumut pada Jumat, 23 Februari 2024.

Sejalan dengan itu, Kaprodi Agroteknologi Santi Diana juga menyatakan komitmen dosen Agroteknologi dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak kambing untuk tanaman perkebunan dan hortikultura. 

"Prodi Agribisnis dan tim dosen akan mengkaji tentang analisa ekonomi usaha ini untuk pengembangan model beternak kambing HEBAT," sambung Kaprodi Agribisnis Roni Jarlis.

"Kolaborasi antara ketiga prodi penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan baik dari segi produksi ternak, pengolahan limbah dan peningkatan ekonomi dengan beternak kambing HEBAT," demikian dikutip dari situs UNP. (INF)


STIPER KUTIM: PERLU KAJIAN STRATEGI TINGKATKAN JIWA KEPEMIMPINAN & KEWIRAUSAHAAN

Foto bersama dalam seminar nasional “Membangun Karakteristik Kepemimpinan dan Kewirausahaan di Kalangan Generasi Millenial dan Generasi Z”. (Foto: Infovet/Sadarman)

Menghadapi kemajuan teknologi yang pesat, pengembangan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan di kalangan generasi muda terdidik menjadi semakin mendesak. Hal ini bertujuan agar mereka tidak hanya memiliki keterampilan sebagai pekerja, tetapi juga mampu memimpin dan memiliki semangat kewirausahaan untuk menghadapi tantangan yang kompleks dalam dunia kerja, terutama mengingat terjadinya perubahan teknologi yang pesat.

Sebuah solusi kreatif untuk mengatasi pengangguran terdidik adalah dengan memotivasi mereka untuk menjadi pengusaha mandiri, bukan sekadar pekerja. Dalam konteks ini, pemberdayaan generasi muda sebagai entrepreneur menjadi strategi penting dalam menanggapi dinamika ekonomi global saat ini.

Pemikiran tersebut mencuat dalam seminar nasional “Membangun Karakteristik Kepemimpinan dan Kewirausahaan di Kalangan Generasi Millenial dan Generasi Z”, yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Kutai Timur bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Alumni IPB Kalimantan Timur. Seminar berlangsung hybrid pada akhir Desember lalu, di Kantor Bupati Kutai Timur di Sangatta.

Bupati Kutai Timur, Drs H Ardiansyah Sulaiman, dalam paparannya menyoroti pentingnya memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di daerahnya. Beliau menegaskan perlunya persiapan sumber daya manusia (SDM) melalui pendirian sekolah dan perguruan tinggi di Kutai Timur, dengan tujuan menghasilkan tenaga kerja terdidik yang siap memasuki dunia kerja.

Ia juga menyoroti kebutuhan untuk mengantisipasi habisnya sumber daya mineral tambang dan mendorong persiapan SDM yang mampu memanfaatkan sumber daya alam non-mineral, seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan kelautan. “Berwirausaha di bidang peternakan masih sangat menjanjikan, untuk itu mengapa harus takut tidak dapat pekerjaan setelah selesai kuliah, bukankah Anda sudah memegang lisensi sebagai tenaga muda terdidik di bidang peternakan?,” tanya Bupati kepada peserta seminar.

Sementara, Wakil Gubernur Sumatra Barat, Dr Ir Audy Joinaldy, yang juga turut hadir menyampaikan ada lebih dari sejuta sarjana yang menganggur saat ini. “Setiap tahun Indonesia menghasilkan 3 juta sarjana, namun kuota PNS hanya 700 ribu orang, peluangnya sangat kecil, diperebutkan, lalu yang tidak lulus masuk ke ranah pengangguran. Akibatnya pada 2021, Indonesia menjadi salah satu penyumbang sarjana terbanyak yang tidak memiliki perkerjaan di dunia,” kata Joinaldy.

Ia menjelaskan, penyebab tingginya angka pengangguran sarjana antara lain rendahnya pertumbuhan ekonomi, skill, dan cara berpikir para alumni yang terlalu maju, banyak lulusan bidang sosial yang minim skill, sehingga kurangnya kreativitas untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. Padahal, Indonesia dengan populasi terbesar di Asia Tenggara (271 juta dari total 655 juta orang), memiliki persentase wirausaha perpenduduk yang paling kecil di antara negara-negara ASEAN, yaitu hanya 2%, sedangkan Thailand 4%, Malaysia 5%, dan Singapura 9%. Solusi yang ditawarkan adalah tentu membuka usaha di bidang-bidang peternakan dari hulu sampai hilir.

Prof Dr Ir Nafiatul Umami, Guru Besar Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta, yang juga turut menjadi pembicara, menyampaikan bahwa bidang peternakan menyajikan beragam unit usaha yang menjadi potensi bisnis menarik bagi generasi muda. Beberapa di antaranya mencakup bisnis benih atau bibit tanaman pakan, usaha hijauan pakan, produksi pakan awetan hijauan (silase), dan penyediaan pakan olahan dalam bentuk lainnya.

Peluang bisnis tersebut, lanjut dia, telah berkembang pesat di Thailand dan sedang tumbuh di Indonesia. Nafiatul melihat potensi bisnis tersebut sangat sesuai dikembangkan di Kutai Timur, terutama dengan lahan yang luas.

“Kutai Timur memiliki lahan bekas tambang yang dapat direhabilitasi menjadi lahan hijauan pakan, sehingga pemanfaatan lahan tersebut diharapkan dapat menghasilkan hijauan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak,” katanya. (Sadarman/Infovet Daerah Riau)

BERINVESTASI PADA BIOSEKURITI

Ilustrasi biosekuriti. (Sumber: ahdb.org.uk)

Pentingnya aspek biosekuriti juga membuat orang terkadang salah kaprah, oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mendalam. Selain itu, kini penerapan biosekuriti dapat berbuah manis bagi siapapun yang mengaplikasikannya.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010) yakni kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, serta kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, sewaktu FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan sedang giat menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer di sana. Bersama akademisi dari UNILA, dinas peternakan setempat, dan perusahaan swasta yang berkecimpung di dunia peternakan, FAO memberikan penyuluhan dan mengajak peternak untuk “hijrah” agar sistem beternak mereka lebih baik dan mengutamakan biosekuriti.

Salah satu peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, Kusno Waluyo, bercerita mengenai keputusannya mengubah  sistem beternak konvensional menjadi rasional. Bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak berusia 48 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya dengar kalau ini bagus, makanya saya coba ikut. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Ia mengatakan bahwa salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah disaat ayam menginjak usia sekitar 29 minggu produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi. “Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati, enggak seperti sebelumnya,” ungkap dia.

Selain itu, Kusno sudah sejak lama tidak menggunakan antibiotik tertentu dalam upaya pencegahan penyakit. Ia bahkan bekerja sama dengan peneliti dari UGM terkait penggunaan sediaan herbal (jamu) untuk meningkatkan performa dan mencegah penyakit.

“Kami sudah bekerja sama sejak lama, awalnya coba-coba, tetapi kini saya mulai berkonsultasi dan bekerja sama dengan UGM. Hasilnya lebih dari yang saya harapkan, performa naik, penggunaan antibiotik berkurang, dan kami berhasil membuka pasar untuk produk telur herbal kami,” tukasnya.

Disinfeksi sebelum masuk dan keluar kandang. (Foto: Istimewa)

Diwajibkan Pemerintah
Pentingnya aspek biosekuriti di unit usaha peternakan telah lama digaungkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian. Unit usaha yang bergerak di bidang peternakan dan menghasilkan produk pangan asal hewan wajib memiliki sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner). Sertifikat NKV ini adalah bukti sah bahwa telah diterapkannya praktik higiene dan sanitasi yang baik di unit usaha tersebut, dimana penerapan higiene dan sanitasi merupakan bagian dari biosekuriti.

Sejak 2005 melalui Permentan No. 381/2005 pemerintah telah mengatur hal tersebut (Sertifikasi NKV). Belakangan pemerintah melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Ditjen PKH, kembali menunjukkan sikap bernasnya dalam sertifikasi NKV. Peraturan baru terkait NKV tertuang dalam Permentan No. 11/2020 yang gencar disosialisasikan.

Direktur Kesmavet, Drh Syamsul Maarif, mengatakan bahwa di Indonesia program jaminan mutu dan keamanan pangan sudah diatur oleh banyak peraturan perundangan. “Permentan ini dibuat khususnya dalam mencegah dari risiko penyakit zoonotik yang dapat ditularkan melalui produk-produk asal hewan seperti susu, telur, dan produk olahan asal hewan lainnya,” tutur Syamsul.

Ia mengatakan bahwa sudah menjadi tugas pemerintah untuk memastikan produk pangan asal hewan yang dikonsumsi masyarakat adalah produk yang ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal), serta terjamin mutunya.

Lalu apa hubungannya NKV, biosekuriti, dan peternakan? Seperti yang sudah disampaikan bahwa NKV adalah bukti suatu unit usaha telah menerapkan sanitasi dan higene pada unit usahanya, dimana kedua aspek tersebut merupakan bagian dari biosekuriti.

Drh Ira Firgorita dari Direktorat Kesmavet mengatakan bahwa beberapa unit usaha peternakan langsung menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi, misalnya peternakan layer, peternakan sapi, dan kambing perah. Hal ini tentunya membutuhkan jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi.

“Oleh karenanya dibutuhkan penerapan biosekuriti yang baik dan kita akan berikan NKV jika memang memenuhi. Kalau di ayam broiler produknya tidak langsung dikonsumsi, jadi yang kita wajibkan NKV itu di RPA-nya (rumah pemotongan ayam),” kata Ira.

Ira juga bilang bahwa nantinya unit usaha penghasil produk ternak seperti peternakan penghasil telur dan susu wajib memiliki NKV. Apabila kedapatan tidak memiliki NKV akan diberikan sanksi berupa denda hingga kurungan penjara.

“Ayo dilakukan penerapan biosekuritinya, terus kita audit dan bimbing supaya bisa dapat NKV, banyak keuntungan juga kalau punya NKV,” tutur Ira. Keuntungan yang dimaksud yakni ada pada nilai tambah produk. Dengan kata lain, produk-produk yang memiliki sertifikat NKV lebih memiliki daya saing di tingkat retail bahkan ekspor. Hal ini dikarenakan produk yang hendak diekspor wajib memiliki NKV, dimana persyaratan yang ada pada NKV mirip dengan persyaratan produk ekspor. Hal itu juga yang dikatakan oleh Syamsul Maarif.

“Kami menyamakan prasyarat tersebut tentunya dengan merujuk pada peraturan internasional, jadi kalau sudah terpenuhi semuanya yang ada di situ otomatis sudah sama dengan ketentuan yang ada dan berlaku di tingkat internasional. Jadi tidak main-main,” kata Syamsul.

Melalui sertifikasi NKV ini, ia berharap agar peternak semakin peduli dengan biosekuriti di kandangnya, utamanya peternak penghasil susu dan telur. Namun begitu, bukan berarti juga bahwa peternak selain penghasil telur dan susu boleh abai pada biosekuriti. Ia tetap mengimbau agar peternak concern dengan biosekuriti. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AUDY JOINALDY RESMI JABAT KETUA PB ISPI PERIODE 2024-2029

Kongres XIII PB ISPI resmi memilih Audy Joinaldy sebagai ketua periode 2024-2029. (Foto: Istimewa)

Dr Ir Audy Joinaldy SPt MSc MM IPM ASEAN Eng, resmi terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) periode 2024-2029, pada Kongres XIII PB ISPI yang dilaksanakan di Emersia Hotel, Bandar Lampung, 19-21 Januari 2024.

Pada kesempatan tersebut, Audy yang merupakan Wakil Gubernur Sumatra Barat, mengharapkan dukungan penuh dari keluarga besar ISPI atas kepercayaannya sebagai pemimpin tertinggi ISPI.

“Terima kasih atas kepercayaan dari rekan-rekan semua, saya mohon dukungannya dari segenap anggota maupun para senior di ISPI. Tidak mudah mengurus rumah besar kita ini, tapi mari kita terus tingkatkan sinergi dan kolaborasi agar organisasi bisa berkembang,” ujar Audy.

Pada kongres itu juga terpilih Suaedi Sunanto sebagai Sekretaris Jenderal PB ISPI yang baru periode 2024-2029. Pada kesempatannya, Suaedi juga berharap dengan dukungan dari seluruh anggota ISPI dapat terus menguatkan kelembagaan ISPI agar bisa terasa manfaatnya bagi masyarakat.

Audy dan Suaedi, keduanya merupakan alumni Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Sebelumnya Audy dikenal sebagai pengusaha perunggasan Perkasa Group dan aktif di berbagai organisasi salah satunya Himpunan Alumni Fakultas Peternakan IPB (Hanter). Sedangkan Suaedi banyak berkarya di industri obat hewan dan sekarang memimpin Nutricell Pacific

Terpilihnya Audy dan Suaedi resmi menggantikan pimpinan periode sebelumnya (2018-2023), Ketua Umum Didiek Purwanto dan Sekjen Joko Susilo. Didiek merupakan alumni Fapet Universitas Brawijaya Malang, seorang pengusaaha feedlot, dan juga Ketua Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo). Sementara Joko merupakan alumni Fapet UGM yang juga aktif di Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN).

Seperti diketahui, ISPI berfungsi sebagai wadah dan bentuk kerja sama para insinyur peternakan dan sarjana peternakan dengan berbagai pihak di Indonesia untuk memajukan, mengembangkan, dan mengamalkan ilmunya dalam pembangunan nasional. ISPI juga berusaha membantu, menggiatkan, serta meningkatkan usaha masing-masing anggota dalam rangka tanggung jawab bersama dalam pembangunan nasional, serta mengadakan hubungan dan kerja sama dengan badan-badan lain, baik di dalam maupun di luar negeri yang menyangkut masalah pembangunan peternakan. (INF)

TERAPI BETERNAK UNTUK NARAPIDANA ALA LAPAS MAGELANG

Salah Satu Narapidana Memberi Pakan Ternak

Sebuah inisiatif unik di Lapas Magelang menandai terapi ternak sebagai sarana pembinaan kemandirian bagi narapidana. Program ini, yang memadukan aspek pertanian dan rehabilitasi, membuka peluang bagi narapidana untuk menemukan kemandirian mereka melalui aktivitas peternakan.

Dengan merawat dan mengelola ternak, narapidana tidak hanya membangun keterampilan praktis dalam bidang peternakan, tetapi juga menemukan terapi yang mendalam. Interaksi dengan hewan ternak tidak hanya memberikan kegembiraan dan kepuasan emosional, tetapi juga membuka jalan untuk memahami arti tanggung jawab dan perhatian.

Sebagaimana dikutip dari Kumparan.com, Bambang Wijanarko Kepala Lapas Magelang memberikan tanggapan terhadap kegiatan tersebut. 

"Terapi ternak membuka pintu menuju kemandirian dan pemulihan emosional bagi narapidana. Mereka belajar untuk mengatasi stres, membangun rasa disiplin, dan menemukan makna dalam perhatian yang diberikan kepada ternak," kata dia.

Program ini menciptakan lingkungan yang mendukung narapidana untuk melibatkan diri secara positif dan mendapatkan keterampilan yang bermanfaat dalam proses rehabilitasi mereka. 

"Terapi ternak adalah langkah inovatif dalam membantu narapidana membangun kemandirian mereka. Melalui interaksi dengan hewan ternak, mereka menemukan hubungan yang memberikan dampak positif pada kesejahteraan mental dan emosional," tambah Kepala Lapas.

Terapi ternak di Lapas Magelang bukan hanya tentang mengembangkan keterampilan peternakan, tetapi juga menciptakan pengalaman yang memberdayakan dan membangun kemandirian narapidana. Program ini menjadi langkah maju dalam pembinaan yang holistik, membuktikan bahwa terapi ternak dapat menjadi alat efektif dalam proses rehabilitasi narapidana. (INF)

BEGINI CARA AMERIKA SERIKAT TINGKATKAN MINAT GENERASI MUDA TERHADAP PETERNAKAN

Salah Satu Sudut National Western Stock Show 2024
(Sumber : VOA)

Di Denver, Colorado, Amerika Serikat, sebuah pameran pertanian dan peternakan berusaha menarik minat generasi muda. Remaja dan anak dilibatkan dalam berbagai kegiatan untuk menumbuhkan minat mereka terhadap sektor yang semakin miskin peminat itu. 

Dalam pameran tahunan yang disebut National Western Stock Show 2024 yang digelar 6 hingga 21 Januari lalu, anak dan remaja mendapat perhatian khusus. Mereka didorong tidak hanya untuk menonton, tapi juga unjuk kemampuan, berkompetisi dan terlibat dalam riset ilmiah.

Di tempat itu, contohnya, ada kompetisi sapi khusus untuk peternak junior. Sapi yang mereka bawa ke tempat itu dilombakan dan dinilai berdasarkan kelurusan punggung dan sudut kaki-kakinya.

Beberapa dari mereka membawa kuda pertunjukan untuk dinilai berdasarkan keseimbangan, otot, dan presentasi.

Beberapa lainnya membawa domba mereka untuk dinilai, bersama dengan diri mereka sendiri, dalam acara yang disebut Pertunjukan Pasar Domba Junior.

Bagi pengunjung yang sangat muda, di sana ada hewan ternak yang bisa disentuh dan dielus-elus. Tiketnya gratis, namun pengunjung dianjurkan membeli pakan yang disediakan panitia untuk diberikan kepada hewan-hewan.

Colorado State University, sebagai penyelenggara utama, berusaha menjangkau pengunjung muda dengan pameran langsung tentang ilmu pertanian dan peternakan, termasuk genetika pemuliaan tanaman.

“Kami memiliki benih-benih terbaik, dan itulah yang akan kami tanam tahun depan. Kemudian kami menyimpan benih-benih dari tanaman-tanaman terbaik dan menanamnya tahun depan. Pokoknya selama 10.000 tahun, kita akan punya cukup jagung!,” kata Katharine Eshelman, dosen ilmu pertanian di perguruan tinggi tersebut.

Menurut Eshelman, anak-anak diajarkan mengenai ilmu pembiakan tanaman selektif dengan cara sederhana. Mereka diminta mencampurkan berbagai cat warna hingga menghasilkan warna yang mereka inginkan, persis bagaimana para ilmuwan menggabungkan berbagai sifat positif tanamana melalui rekayasa genetika sehingga menghasilkan tanaman unggul.

Di pameran itu, ada juga lomba menunggang kuda Equicross, khusus untuk mereka yang berusia 14 hingga 18 tahun. Equicross adalah lomba keterampilan berkuda yang terdiri dari empat kegiatan, termasuk menyelamatkan orang, berebut bendera, dan berebut tali lubang.

Zuri George dan Grace Bejarano, dua remaja putri yang ikut serta dalam acara itu. George menjelaskan bagaimana ia dan rekannya bersiap untuk ikut lomba tersebut.

“Saya menunggu lampu berubah menjadi hijau. Kuda yang saya tunggangi kemudian akan berlari, dan saya mengambil orang yang saya harus selamatkan. Kami berdua berkomunikasi dan berlatih sebelumnya. Saya yang menunggang kuda, dan Grace menjadi orang yang saya selamatkan.”

Pemenang Equicross remaja menerima beasiswa lebih dari $1,200. (INF)

PETERNAKAN SAPI MILIK MILENIAL INI BEROMSET MILIARAN RUPIAH

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani tijau peternakan sapi beromset miliaran rupiah yang digawangi anak muda di Banyuwangi
(Sumber : Istimewa)


Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin pernah membeli sapi dari peternakan “Enzo Farm” Banyuwangi, Jawa Timur untuk dikurbankan pada hari raya Idul Adha. 

Ternyata peternakan ini digawangi oleh anak muda, dan baru didirikan tiga tahun lalu. Meski peternakan itu masih baru, namun peternakan di Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari tersebut telah beromset miliaran rupiah.

Adalah Adam Sugandha, pemuda 28 tahun yang mulai merintis usaha ternak sapi tiga tahun lalu. Berawal dari coba-coba merawat lima ekor sapi pada 2020 lalu, kini Enzo Farm memiliki 50 ekor sapi. Sapi-sapi milik Adam mayoritas merupakan sapi jenis unggul dengan berat mencapai 1.200 kg.

Ada jenis Limosin dan Simental. Kami juga punya Pegon dan Madura untuk konsumen yang menginginkan harga ekonomis,” kata Adam, Sabtu (20/1/2024).

Adam menceritakan, awal membeli sapi saat istrinya mengandung anak pertama di 2020. “Waktu itu istri lagi ngidam ingin beli sapi. Makanya saya beli 5 ekor. Itupun tidak saya rawat sendiri, melainkan dititipkan ke orang lain sembari ingin belajar beternak sapi,” ujarnya.

Setelah mengetahui seluk beluk beternak sapi, enam bulan kemudian Adam memutuskan untuk merawat sendiri sapi miliknya. Adam juga mulai berbisnis jual beli sapi. Selain sapi potong, adam juga jual beli sapi kontes dengan harga fantastis.

“Semakin serius menggeluti, saya semakin hobi. Saya mulai tertarik mengikuti kontes sapi di berbagai daerah. Alhamdulillah sering juara. Dari sanalah, relasi dan jaringan saya bertambah sehingga pasar saya juga semakin luas,” ungkapnya.

Adam menjelaskan sistem yang dia lakukan adalah penggemukan. “Biasanya saya beli yang bobot 400-500 kg, kemudian saya gemukkan sendiri. Saya rawat 1-4 bulan baru dilepas, tergantung permintaan konsumen mau yang bobot berapa,” ujarnya.

Adam menyebut, dalam setahun dirinya mampu menjual sebanyak 300 ekor sapi dengan omzet mencapai Rp5 miliar. Selain Banyuwangi, permintaan datang dari Jakarta, Bogor, Kediri, dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Harganya pun bervariasi antara Rp15 – Rp150 juta.

“Momen Idul Adha itu paling ramai. Seperti tahun lalu, Pak Presiden dan Wapres juga beli sapi dari kami. Milik Pak Jokowi 1,2 ton jenis Simental, sedangkan milik Pak Ma’ruf Amin 1,1 ton jenis Limosin,” ujarnya.

Tak selalu mulus, Adam mengaku pernah mengalami kerugian dalam menjalankan bisnis peternakannya. “Pernah ada yang mati 5 ekor. Per ekornya seharga Rp 30-50 juta,” ungkapnya.

Namun hal itu tidak membuat Adam putus asa. Sebaliknya dia terus menjalankan usahanya dengan sepenuh hati sehingga menghasilkan sapi berkualitas tinggi. (INF)

MUHAMMADIYAH BERKONTRIBUSI TINGKATKAN KETERAMPILAN PETERNAK MELALUI PUSDIKLAT

Peresmian PUSDIKLAT Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM)


Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Romadhoni meresmikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar pada Rabu (17/1).  

Dosen Universitas Gadjah Mada ini menuturkan bahwa PUSDIKLAT ini dapat menjadi tempat interaksi antar peternak yang tergabung dalam JATAM serta menjadi tempat belajar bagi mereka.

“PUSDIKLAT memiliki potensi besar sebagai tempat di mana Jamaah Tani dapat saling berinteraksi dengan lebih mendalam, sekaligus menjadi pusat pembelajaran yang berharga bagi mereka,” tuturnya.

Turut serta perwakilan dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, Novie Syaiful Hidayat, ia menuturkan bahwa kehadiran PUSDIKLAT ini dapat menjadi ladang pemberdayaan bagi masyarkat serta meningkatkan nilai jual mereka. 

“PUSDIKLAT hadir bukan hanya sebagai fasilitas, melainkan sebagai ladang pemberdayaan masyarakat. Dengan begitu ia dinilai mampu meningkatkan keterampilan dan nilai jual produk peternakan mereka,” ucapnya.

Acara peresmian diwarnai dengan serangkaian kegiatan, termasuk penandatanganan MoU kerjasama penyediaan hewan kurban oleh Ibnu Khalid selaku Ketua MPM LH PDM Karanganyar dan juga Ketua PCM Kebayoran. Para tamu undangan juga berkesempatan untuk mendapatkan pengecekan kesehatan gratis pasca acara selesai

“Harapan kami Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang baru saja diresmikan dapat menjadi pusat pendidikan, pelatihan serta pusat bisnis untuk peternak yang tergabung dalam JATAM maupun tidak,”  tutur Ahmad Romadhoni pada akhir sambutannya.

Acara tersebut juga dihadiri tokoh-tokoh Muhammadiyah, pejabat daerah, dan pelaku usaha pertanian. Mereka hadir untuk memberikan dukungan dan pengakuan terhadap upaya pembangunan sektor pertanian dan peternakan, menciptakan suasana yang penuh semangat dan kolaboratif. 

Rangkaian acara ditutup dengan kunjungan ke Kandang Domba yang difungsikan sebagai Pudiklat bagi peternak. Para peserta diajak untuk menjelajahi fasilitas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam peternakan. Kehadiran program ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan sektor peternakan dan memperkuat kolaborasi antara para peternak. (INF)

GUBERNUR LAMPUNG AJAK ISPI BERKOLABORASI MEWUJUDKAN SEKTOR PETERNAKAN SEBAGAI LOKOMOTIF PEMBANGUNAN PERTANIAN

Gubernur Lampung Menghadiri Konges ISPI XIII

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi membuka Kongres XIII Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), di Ballroom Hotel Emersia, Bandar Lampung, Jum'at 19 Januari 2024. Dalam acara itu Gubernur Arinal mendorong pimpinan dan pengurus ISPI berkolaborasi dengan semua stakeholder menjadikan sektor peternakan sebagai lokomotif Pembangunan Pertanian di Indonesia.

"Semoga dapat menghasilkan pimpinan dan pengurus ISPI yang dapat bekerja secara sinergis dan berkolaborasi dengan semua stakeholder terkait agar dapat menjadikan sektor peternakan menjadi lokomotif Pembangunan Pertanian di Indonesia," ujar Arinal.

Kongres ini sendiri mengusung tema "Membumikan Profesi Insinyur Peternakan Menunj Indknesia Emas 2045". Kongres akan berlangsung 19- 21 Januari 2024.

Gubernur Arinal menjelaskan bahwa melalui Kongres ini diharapkan menjadi sarana koordinasi dan komunikasi antar pengurus ISPI dalam rangka sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan Subsektor Peternakan agar dapat bersinergi dan berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan baik pusat maupun daerah dalam ruang lingkup pencapaian sasaran strategis Nasional.

Sektor pertanian merupakan sektor strategis yang menjadi tulang punggung dan tumpuan ekonomi Provinsi Lampung. 

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Provinsi Lampung Tahun 2022 sebesar 414,13 Triliun rupiah, dan lapangan usaha Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menyumbang proporsi terbesar sebanyak 27,9% dari PDRB Provinsi Lampung, sehingga Lampung dikenal secara luas sebagai sentra penghasil beberapa komoditas seperti kopi, jagung, lada, kakao, tebu, sapi potong dan kambing.

"Dengan segala potensi ini, saya harapkan keberadaan ISPI dapat memperkuat pencapaian visi Gubernur Lampung yaitu Rakyat Lampung Berjaya," kata Arinal. 

Gubernur Arinal sangat berharap tersusunnya dokumen peta permasalahan dan rencana kerja penanganan permasalahan peternakan di Provinsi Lampung dalam pertemuan tersebut.

"Saya juga berharap terbitnya nota kesepahaman antar para pemangku peternakan yang berisi komitmen untuk berperan serta mendukung program dan kegiatan pembangunan peternakan secara bersama-sama, serta diperoleh data dan informasi mengenai potensi daerah", kata Arinal. 

Sebelum mengakhiri sambutannya, Gubernur Arinal berharap Kongres dapat memberikan masukan dalam pengembangan peternakan ke depan.

Sehingga tujuan dari Kongres sesuai tema yakni Membumikan Profesi Insinyur Peternakan Menuju Indonesia Emas 2045 dapat tercapai. Pada kesempatan ini juga, Gubernur Arinal secara resmi dikukuhkan menjadi Anggota Kehormatan ISPI.  (INF)

MENYONGSONG KONGRES ISPI KE-13 DI LAMPUNG


Pengurus Besar Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) bersama dengan Pengurus Wilayah ISPI Lampung akan menggelar Kongres XIII di Hotel Emersia, Bandar Lampung, 19-21 Januari 2024. Selain akan memilih Ketua Umum dan pengurus PB ISPI periode 2024-2028, kegiatan akan dirangkai dengan seminar nasional bertajuk “Membumikan Profesi Insinyur Peternakan Menuju Indonesia Emas 2045”.

Melalui siaran resminya, Senin (15/1/2024), Ketua Pelaksana Kegiatan, Aris Susanto SPt, mengatakan Kongres ISPI XIII merupakan kedaulatan tertinggi dalam organisasi ISPI di tingkat Nasional. “Lampung diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi tuan rumah kegiatan ini,” ujar Aris.

Menurutnya, Kongres XIII diadakan untuk menilai pertanggungjawaban pengurus PB ISPI dalam menjalankan amanah yang diberikan pada kongres sebelumnya. Lalu menyusun program kerja kepengurusan dan memilih Ketua Umum dan pengurus PB ISPI untuk periode berikutnya.

“Atas dasar ini maka PB ISPI bersama dengan PW ISPI Lampung akan melaksanakan Kongres XIII sebagai bentuk dinamika organisasi dan proses pengaderan organisasi,” kata Aris yang juga Ketua PW ISPI Lampung.

Sementara itu, Ketua Umum PB ISPI, Ir Didiek Purwanto IPU, menuturkan dalam perjalanan pembangunan peternakan nasional menuju Indonesia emas 2045, ISPI dengan insinyur keprofesiannya terpanggil untuk berperan aktif berkontribusi mempercepat penyediaan protein hewani asal hewan. Hal ini merupakan kontribusi nyata profesi insinyur peternakan dalam pembangunan nasional. Untuk itu, pada Kongres XIII ISPI di Lampung juga akan digelar seminar nasional.

Seminar yang akan dilaksanakan pada Jumat (19/1/2024), rencananya dihadiri oleh Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Peternakan Indonesia, Dr Rahmat Hidayat SPt MSi, yang akan membawakan materi “Kompetensi Lulusan Fapet dengan Kebutuhan Dunia Usaha”. Kemudian Ketua BK Keinsinyuran, Prof Dr Ir Ali Agus DEA DAA IPU ASEAN Eng, dengan materi “Pengakuan Profesi Keinsinyuran Peternakan Dalam Dunia Kerja”. Lalu Ketua Tim Perubahan UU PKH-PB ISPI, Prof Ir Budi Guntoro SPt MSc PhD IPU ASEAN Eng, yang membawakan materi “Substansi Rancangan Perubahan UU No. 18/2009 Jo UU No. 41/20 tentang PKH”.

Seperti diketahui, ISPI berfungsi sebagai wadah dan bentuk kerja sama para insinyur peternakan dan sarjana peternakan dengan berbagai pihak di Indonesia untuk memajukan, mengembangkan, dan mengamalkan ilmunya dalam pembangunan nasional. ISPI juga berusaha membantu, menggiatkan, serta meningkatkan usaha masing-masing anggota dalam rangka tanggung jawab bersama dalam pembangunan nasional, serta mengadakan hubungan dan kerja sama dengan badan-badan lain, baik di dalam maupun di luar negeri yang menyangkut masalah pembangunan peternakan.

Saat ini jumlah sarjana peternakan yang lulus dari 22 fakultas dan jurusan peternakan di seluruh Indonesia diperkirakan sebanyak 13.593 orang S1 yang di antaranya melanjutkan sampai lulus berjenjang S2 sebanyak 896 orang, dan berjenjang S3 sebanyak 156 orang. Jumlah insinyur peternakan dengan peringkat IPP, IPM, dan IPU juga terus bertambah. (INF)

MENYIAPKAN KONSENTRAT BERKUALITAS UNTUK SAPI PERAH

Ternak sapi perah memerlukan asupan pakan yang baik, berkualitas dan tersedia sepanjang tahun. (Foto: Dok. Fapet UGM)

Untuk dapat mengoptimalkan produktivitas ternak sapi perah, pakan konsentrat sapi perah harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang baik, serta berasal dari bahan baku pakan yang tepat, sehingga tidak hanya terjaga performa ternaknya, peternak pun dapat meraih margin keuntungan yang nyata dari budi daya sapi perah.

Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya. Adapun konsentrat, merupakan pakan yang kaya akan sumber protein dan/atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.

Dalam memilih bahan baku pakan dalam penyusunan konsentrat harus memperhatikan beberapa persyaratan, seperti memiliki kandungan nutrien yang baik, tersedia dalam jumlah banyak dan mudah diperoleh, harga relatif murah, serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan penyusun konsentrat untuk sapi perah berasal dari bahan pakan sumber energi, yakni berasal dari pakan butiran (serealia), ubi-ubian, hasil samping industri-agro, serta bahan pakan sumber protein yang berasal dari kacang-kacangan dan hasil samping industri-agro.

Kelebihan dan kekurangan berbagai bahan baku pakan sumber energi. (Sumber: Hernaman, 2021)

Kelebihan dan kekurangan berbagai bahan baku pakan sumber protein. (Sumber: Hernaman, 2021)

Maksimum penggunaan berbagai bahan baku dalam konsentrat. (Sumber: Hernaman, 2021)

Dalam sebuah pendampingan manajemen pakan untuk peternak sapi, pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI), Dr Iman Hernaman IPU, menjelaskan tentang penggunaan bahan baku pakan untuk ternak sapi perah yang tidak boleh berasal dari hewan, seperti meat bone meal (MBM) atau tepung tulang dan daging.

Hal itu mengacu pada regulasi yang ada, yakni Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/4/2009 tentang syarat dan tata cara pendaftaran pakan. Pada Pasal 8 ayat 4 dalam Permentan disebutkan, untuk pakan konsentrat ternak ruminansia tidak diperbolehkan menggunakan bahan baku pakan asal hewan ruminansia seperti tepung daging dan tulang.

Di samping itu, penggunaan bahan baku pakan juga harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan baku digunakan, karena agar dapat mengoptimalkan manfaat nutrisi yang terkandung di dalamnya, hal itu juga untuk mengantisipasi adanya zat anti-nutrisi yang ada. Zat anti-nutrisi adalah senyawa yang terdapat dalam pakan, yang sistem kerjanya adalah mengganggu metabolisme nutrien. Oleh karena itu, para ahli telah merekomendasikan penggunaan maksimum berbagai bahan baku pakan dalam penyusunan ransum.

Pembuatan konsentrat pada sapi perah dibedakan atas umur dan statusnya, hal itu untuk menyesuaikan kebutuhan nutrisinya, sehingga pemberian pakan dapat berjalan optimal dan ekonomis. Jenis-jenis konsentrat itu di antaranya:

• Konsentrat dara, yakni pakan konsentrat untuk sapi perah umur lebih dari enam bulan sampai dengan umur 12 bulan dan/atau sudah dikawinkan.

• Konsentrat laktasi, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah setelah beranak sampai bunting lagi dengan umur kebuntingan tujuh bulan.

• Konsentrat produksi tinggi, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah setelah beranak sampai sapi bunting lagi dengan umur kebuntingan tujuh bulan, dengan produksi susu rata-rata lebih dari 15 liter/hari.

• Konsentrat kering bunting, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah dua bulan sebelum beranak kedua dan seterusnya setelah periode laktasi selama 10 bulan.

• Konsentrat pemula-1, yakni pakan konsentrat untuk pedet yang baru lahir sampai dengan umur tiga minggu.

• Konsentrat pemula-2, yakni pakan konsentrat untuk sapi perah umur lebih dari tiga minggu sampai dengan enam bulan.

• Konsentrat pejantan, yakni pakan konsentrat yang diperuntukkan untuk sapi pejantan.

Cara Pemberian Konsentrat
Untuk metode pemberian konsentrat pada sapi perah, Iman Hernaman menyarankan pemberiannya berkisar pada 1-2% dari bobot sapi, dengan waktu dua kali sehari yakni pagi dan sore. Adapun perbandingan komposisi jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum sapi perah atas dasar bahan kering yang disarankan adalah 60% hijauan dan 40% konsentrat, serta komposisi tersebut tergantung kualitas hijauan. Sebaiknya pemberian pakan konsentrat sebelum pakan hijauan dan diberikannya ada jeda. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen. Konsentrat juga sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, dengan penyediaan air tidak dibatasi.

Hal lain yang harus diperhatikan yakni pemberian konsentrat harus diberikan secara bertahap selama enam minggu pertama laktasi dan konsentrat dapat diberikan pada sapi perah laktasi sebanyak 50% dari tampilan produksi susunya, atau dengan perbandingan 1:2.

Periode kolostrum (sejak lahir sampai tujuh hari). Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, maksimum dua jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak dua liter. Selanjutnya dalam jangka waktu delapan jam setelah pemberian pertama diberikan sebanyak dua liter dan pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari sebanyak minimum empat liter. Apabila kurang dari empat liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60° C hingga kolostrum mencair sampai suhu 40° C.

Adapun metode tahapan pemberian konsentrat untuk hasil terbaik, maka sebaiknya mengacu pada Permentan No. 100/Permentan/OT.140/7/2014 tentang pedoman pemberian pakan sapi perah, yang diklasifikasikan dalam tujuh periode, yakni:

• Periode kolostrum (sejak lahir sampai tujuh hari). Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, maksimum dua jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak dua liter, selanjutnya dalam jangka waktu delapan jam setelah pemberian pertama diberikan sebanyak dua liter dan pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari sebanyak minimum empat liter. Apabila kurang dari empat liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60° C hingga kolostrum mencair sampai suhu 40° C.

• Periode pedet pra-sapih (umur delapan hari sampai tiga bulan). Diberikan susu atau susu pengganti sebanyak 4-8 liter/hari dengan pengaturan berkurang secara bertahap sampai dengan tidak diberikan susu pada umur tiga bulan, pada umur satu bulan mulai diberikan serat berkualitas secukupnya, seperti rumput star grass atau rumput lapangan, diberikan pakan padat dalam bentuk calf starter (konsentrat pedet) berkualitas dengan kandungan protein kasar (PK) 18-19%, dan total digesti nutrien (TDN) 80-85% dengan jumlah pemberian mulai 100 gram dan meningkat sampai mampu mengonsumsi 1,5 kg/ekor/hari, serta diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).

• Periode pedet lepas sapih (umur di atas 3-12 bulan). Diberikan pakan konsentrat berkualitas PK 16% dan TDN 75% sebanyak 1,5 kg/ekor/hari dan meningkat sampai mampu mengonsumsi 2 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan, diberikan hijauan pakan berkualitas sebanyak 7 kg/ekor/hari dan ditingkatkan secara bertahap sampai mampu mengonsumsi 25 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan (atau 10% dari berat badan), dan diberikan air minum tidak terbatas.

• Periode dara siap kawin (umur 12-15 bulan). Diberikan hijauan pakan sebanyak 25-35 kg/ekor/hari, diberikan konsentrat berkualitas minimum PK 15%, dan TDN 75% dengan jumlah 2-3 kg/ekor/hari. Pemberian konsentrat di bawah PK 15%, diberikan penambahan sumber pakan lain sebagai protein seperti ampas tahu dan bungkil kedelai, serta diberikan air minum secara adlibitum.

• Periode dara bunting (setelah umur 15 bulan sampai beranak pertama 24 bulan). Diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat badan dan konsentrat berkualitas PK 16%, serta TDN 75% sebanyak 2-3 kg/hari dan diberikan air minum secara adlibitum.

• Periode laktasi (setelah beranak sampai dengan kering kandang). Diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat badan sebelum sapi diberi konsentrat untuk menghindari asidosis, diberikan konsentrat sesuai periode laktasi (produksi susu) dengan PK 16-18%, dan TDN 70-75% sebanyak 1,5-3% dari berat badan, serta pemberian air minum tidak terbatas.

• Periode bunting kering/kering kandang (setelah tidak diperah sampai beranak). Diberikan hijauan pakan berkualitas dalam jumlah adlibitum, diberikan konsentrat minimum PK 14% dan TDN 65% sebanyak 2 kg/ekor/hari sampai dengan dua minggu sebelum beranak, serta mulai ditingkatkan secara bertahap sampai mampu mengonsumsi konsentrat sesuai estimasi produksi sapi laktasi awal dan diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum). ***


Ditulis oleh:
Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer