Webinar interaktif dan menambah wawasan |
Naiknya harga berbagai macam bahan baku pakan membuat formulator dan peternak harus memutar otak dalam formulasi pakan agar harganya tetap terjangkau. Atas dasar keresahan tersebut PDHI bersama Samyou International menggelar webinar bertajuk “Energi Mahal, Peranan Lipozyme Memaksimalkan Energi dalam Pakan” pada Jumat (7/1). Webinar terrsebut juga digelar dalam menyambut Hari Ulang Tahun PDHI yang ke-69 yang jatuh pada 9 Januari 2022.
Drh
Muhammad Munawaroh selaku Ketua Umum PB PDHI mengatakan bahwa tingginya harga
pakan menjadi concern tersendiri bagi
PDHI. Hal ini tentunya akan menjadi beban bagi peternak karena pakan merupakan
komponen tersbesar dalam suatu usaha budidaya ternak.
“Untuk
itu dengan digelarnya acara ini peternak dan para formulator di produsen pakan
diharapkan dapat lebih efisien dalam formulasi pakan dan outputnya dapat mengurangi harga pakan agar lebih terjangakau,”
tutur Munawaroh.
Prof
Budi Tangendjaja yang menjadi pembicara dalam webinar tersebut memaparkan bahwa
mindset peternak masih saja salah
terkait pakan. Menurut beliau, masih banyak peternak Indonesia menganggap bahwa
pakan yang baik adalah pakan dengan kadar protein yang tinggi.
“Ini
salah, padahal yang terpenting adalah nilai energinya dan terpenuhinya unsur –
unsur makro dan mikro yang ada di dalam pakan. Makanya ini harus diluruskan,
nah untuk energi ini kan mahal, jadi bagaimana caranya supaya energi di dala
pakan ini cukup dan harganya murah,” tutur Budi.
Dalam
suatu formulasi ransum pada pakan ternak Budi mengatakan bahwa ada lebih dari
30 jenis nutrient yang dibutuhkan dan nutrient – nutrient tersebut berasal dari
beragam bahan baku. Oleh karenanya kecakapan formulator tidak hanya dinilai
dari terpenuhinya suatu nilai gizi pada suatu formulasi pakan, tetapi juga dari
segi ekonomis pakan.
“Singkatnya
pakan itu harus bergizi, murah, dan aman bagi yang memakan (ternak). Formulator
yang jago harus bisa menggunakan keahliannya dalam meracik pakan,” kata Budi.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa energi dalam pakan diperoleh dari jagung, namun karena
ketersediaan dan kualitasnya, para formulator harus mencari substituent dari
jagung. Sebut saja minyak, Indonesia merupakan salah satu penghasil CPO
terbesar di dunia dimana CPO ini dapat dijadikan substituent jagung sebagai
sumber energi.
Namun
kata Budi, tidak semua ternak dapat mencerna minyak dengan baik, terutama pada
ternak yang berusia muda dimana aktivitas enzim pankreasnya belum bekerja
secara maksimal. Oleh karenanya dibutuhkan suplementasi enzim lipase secara
eksogen dalam mempermudah ternak muda terutama ayam dalam mencerna minyak,
dalam hal ini lemak.
“Anak
ayam sampai umur 8 hari enzim pankreatiknya belum bekerja, bahkan bisa dibilang
dia tidak punya enzim lipase yang bekerja di dalam ususnya, nah makanya ada
penelitian yang menyebutkan bahwa penambahan enzim lipase dalam pakan membantu
kecernaan lemak dan energi pada anak ayam,” tutur Budi.
Sementara
itu Dr Zhang Yang selaku Direktur Teknik dan Aplikasi Nutrisi Hewan Mianyang
Habio Engineering menyebutkan bahwa lemak merupakan unsur yang mengandung lebih
banyak nutrisi daripada karbohidrat. Bahkan nilainya sampai 2,25x dari
karbohidrat.
“Oleh
karena itu sayang apabila ini tidak dimanfaatkan, apalagi Indonesia merupakan
penghasil CPO terbesar yang merupakan sumber lemak pada ransum ternak,” tutur
Dr Zhang.
Lebih lanjut, Zhang mengatakan bahwa lemak juga
merupakan bahan pakan yang paling mahal di antara semua bahan saat ini. Namun,
karena lemak kasar dalam bahan pakan umumnya tidak banyak dimanfaatkan, hal itu
menyebabkan pemborosan biaya pakan yang besar. Beberapa alasan mengapa lipase
digunakan antara lain lipase yang ada dalam tubuh tidak mencukupi, terutama
ketika ternak berada di bawah pengaruh kepadatan yang tinggi, stres, dan adanya
penyakit sub klinis.
“Solusinya adalah dengan memilih enzim lipase
spesifik yang sesuai dengan karakteristik saluran pencernaan ternak serta
memilih enzim lipase yang memiliki efisiensi enzimolisis tinggi untuk lemak
kasar yang ada dalam beberapa bahan pakan,” pungkasnya. (CR)