Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini aplikasi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SI - ENAK, APLIKASI PETERNAKAN INOVASI DKP3 BALANGAN

Aplikasi Si-Enak Diharapkan Bisa Membantu Peternak Mendapatkan Informasi

Banyak peternak bingung mendapatkan informasi terkait hewan ternak yang mereka pelihara. Berdasarkan keresahan tersebut Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Balangan luncurkan Inovasi berbasis Aplikasi peternakan yang bernama Si-Enak. 

Inovasi tersebut bernama Si-Enak (Sistem Informasi Elektronik Peternakan) merupakan sebuah inovasi dari Bidang Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Balangan yang sudah diluncurkan sejak tahun 2022 dengan berbentuk aplikasi yang bisa diunduh pada Play Store.

Disampaikan Adminstrator dari Si-Enak, Indara Nugraha, inovasi ini ditujukan untuk para peternak dalam mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor peternakan serta mempermudah dalam melakukan pelaporan hasil kegiatan di lapangan.

“Inovasi ini dibuat tentunya untuk menjadi wadah bagi para petugas untuk menyampaikan data hasil kegiatan serta sebagai sarana informasi bagi para peternak,” sampainya.

Lanjut Indra, untuk data-data yang disajikan pada inovasi Si-Enak meliputi jumlah ternak, kepemilikan aset-aset peternakan, data vaksin dan lain-lain.

“Si-Enak sendiri menyajikan beberapa informasi seperti jumlah hewan ternak, aset seperti kandang dan kelengkapan ternak lainnya,” katanya.

Inovasi Si-Enak terbentuk karena masih adanya pencatatan data yang dilakukan secara manual, sehingga data tersebut bisa mengalami rusak atau terkena hujan.

“Awalnya seperti vaksinasi, pengobatan dicatat secara manual sehingga dari situ maka kita bentuk inovasi Si-Enak untuk mempermudah hal tersebut,” ujarnya.

Terakhir Indra berharap agar inovasi Si-Enak dapat disosialisasikan secara luas dan bisa diakses oleh masyarakat serta data yang disajikan bisa selalu update dan berkesinambungan. (INF)

SIZE 2.0 APLIKASI TEPAT UNTUK DETEKSI DAN RESPON CEPAT PENYAKIT INFEKSI BARU

Tampilan antarmuka SIZE 2.0

Merebaknya wabah Coronavirus jenis baru (2019-nCoV), Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyatakan bahwa tindakan dini untuk mendeteksi dan mengendalikan penyakit menggunakan pendekatan One Health sangat diperlukan. 

"Belajar dari pengalaman sebelumnya, yakni wabah SARS dan MERS CoV, untuk mengendalikan penyakit infeksi baru (PIB) diperlukan adanya integrasi deteksi dan respons dari berbagai sektor terutama kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan satwa liar," jelas I Ketut Diarmita, Dirjen PKH di Jakarta, 07/02/2020. 

Menurutnya, walaupun memang belum ada kepastian bahwa 2019-nCoV ini berasal dari hewan, kewaspadaan terhadap kemungkinan ini harus tetap ditingkatkan. Ia menyatakan bahwa cara yang efektif dalam mencegah dan mengendalikan PIB atau Emerging Infectious Disease (EID) adalah dengan berbagi informasi secara real-time dengan data yang terintegrasi, sehingga respon terhadap penyakit dapat dilakukan tepat waktu, efisien, dan akurat oleh sektor terkait. 

"Kementan bersama dengan FAO Indonesia dan didukung oleh USAID telah memprakarsai pembangunan platform berbagi informasi One Health yang dikenal dengan SIZE 2.0 (Sistem Informasi Zoonosis dan EID versi 2.0)," tambahnya. 

Ketut menyatakan bahwa SIZE 2.0 akan memfasilitasi pertukaran data dan informasi serta komunikasi antara semua sistem pengawasan dari sektor kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan satwa liar. Integrasi sistem pelaporan ini memungkinkan adanya deteksi dan respon penyakit secara dini.

“SIZE 2.0 menghubungkan tiga sistem informasi yakni Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), Kemenkes dan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) Kementan, serta Sistem Informasi Kesehatan Satwa Liar (SehatSatli), KLHK. SIZE 2.0 ini dikoordinasikan oleh Kemenko PMK,” imbuhnya.

Sementara, Ketua Tim Unit Khusus FAO di Bidang Kesehatan Hewan (FAO ECTAD) Indonesia, James McGrane mengatakan bahwa SIZE 2.0 menjawab kebutuhan akan sistem informasi pengawasan terintegrasi lintas sektoral.

“SIZE 2.0 menekankan pada peran petugas lapangan dari tiga sektor yang berbeda. Platform ini juga memfasilitasi kolaborasi lintas sektoral dan koordinasi dari petugas lapangan hingga pengambil keputusan, untuk berbagi data guna menghasilkan informasi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi dari hewan ke manusia atau zoonosis,” tambahnya.

James menerangkan bahwa SIZE 2.0 masih dalam tahap penyempurnaan dan sedang diujicobakan di empat kabupaten percontohan One Health di Indonesia, yaitu Minahasa di Sulawesi Utara, Ketapang di Kalimantan Barat, Boyolali di Jawa Tengah, dan Bengkalis di Riau.

Salah satu pengguna SIZE 2.0, yakni Afiani Rifdania, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali menyampaikan bahwa dengan adanya SIZE 2.0, maka berbagi data dan informasi sekarang menjadi lebih mudah 

"Satu klik dan kita bisa melihat kasus-kasus yang terjadi di sektor lain,” ujarnya. Afiani menaruh harapan bahwa ke depan SIZE 2.0 yang masih dalam proses penyempurnaan ini dapat digunakan di seluruh Indonesia, sehingga Pemerintah selalu siap untuk mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi baru/berulang yang sebagian besar menular dari hewan ke manusia.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer