Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini anjing | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

LANGKAH DARURAT PEMERINTAH RESPON PENINGKATAN KASUS RABIES

Vaksinasi rabies digeber untuk merespon peningkatan kasus. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) merespon peningkatan kasus rabies di beberapa daerah, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan mengambil langkah darurat penyediaan vaksin rabies tambahan, peningkatan kapasitas petugas, dan kampanye kesadaran masyarakat tentang rabies.

Hal tersebut disampaikan Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin dalam keterangan tertulisnya Minggu (18/6/2023). “Tahun ini Kementan telah mengalokasikan vaksin rabies senilai Rp 6,92 Milliar secara nasional,” kata Nuryani.

Kendati demikian, Nuryani bilang jumlah vaksin yang disiapkan belum mencukupi, sehingga pihaknya tengah berupaya mengakses vaksin rabies dari World Organisation for Animal Health (WOAH) dengan total 400 ribu dosis yang akan dikirimkan secara bertahap.

“Untuk respon darurat kita kirimkan tambahan vaksin rabies ke daerah yang kasusnya meningkat seperti di NTT,” jelasnya  “Fokus utama vaksinasi di desa tertular dan dilanjutkan di desa-desa lain di wilayah tertular. Minimal 70% populasi anjing di wilayah tertular harus divaksinasi.”

Ia mengungkapkan bahwa vaksinasi tidak hanya melindungi hewan dari ancaman rabies, namun juga agar siklus rabies di hewan berhenti dan masyarakat terlindungi dari ancaman rabies.

“Saya harap kerja sama dan peran aktif masyarakat mendukung kegiatan vaksinasi ini dan saya juga minta masyarakat memastikan anjingnya dikandangkan atau diikat dulu,” imbuhnya.

“Kami juga telah menggandeng kerja sama kemitraan untuk ketahanan Kesehatan Indonesia-Australia (AIHSP) untuk mendukung pengendalian rabies, khususnya untuk peningkatan kapasitas petugas, pengujian laboratorium, dan KIE.”

Peningkatan kasus rabies pada hewan dan manusia disebut merupakan dampak dari adanya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan penurunan kegiatan vaksinasi rabies dalam tiga tahun terakhir.

Sebagai informasi, sebelumnya juga telah dilaksanakan pelatihan kepada 35 petugas vaksinator di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) NTT. Pelatihan serupa juga akan dilaksanakan di wilayah tertular lainnya. “Untuk pelatihan pengendalian rabies secara daring akan dibuka untuk seluruh Indonesia,” tambahnya.

Selain itu, untuk bisa menuntaskan rabies di daerah tertular, pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta Kementerian Kesehatan terkait kemungkinan penggunaan dana siap pakai (DSP) melalui penetapan tanggap darurat wabah rabies ataupun siaga darurat rabies.

“Ini segera kita lakukan pembahasan karena beberapa kabupaten telah menetapkan kejadian luar biasa, bahkan ada yang telah menetapkan tanggap darurat wabah rabies,” ucap Nuryani.

Pihaknya juga akan mendorong pembahasan terkait potensi penggunaan sumber pendanaan lain, seperti dana desa untuk mendukung pengendalian rabies. “Ada beberapa contoh desa yang berhasil menggunakan dana desa untuk mendukung pengendalian rabies, sehingga harapannya jika di semua desa tertular bisa mengakses dana ini, saya yakin akan lebih mudah mengendalikan dan memberantas rabies,” tandasnya. (INF)

VAKSINASI MASSAL TEKAN RABIES DI TIMOR TENGAH SELATAN

Vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), melakukan vaksinasi masal terhadap hewan anjing di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, pasca penetapan kejadian luar biasa wabah rabies.

Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan, Nuryani Zainuddin, melalui keterangan tertulisnya, Minggu (4/6/2023), mengatakan Kementan telah bergerak cepat memantau langsung pendataan di wilayah penyebaran virus rabies.

“Kami telah mengalokasikan 15 ribu dosis vaksin rabies untuk Provinsi NTT dan saat ini juga memberikan bantuan tambahan sebanyak 5 ribu dosis vaksin untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan,” kata Nuryani.

“Kamis hingga Sabtu kemarin berturut-turut kita laksanakan vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan ini akan terus berlanjut hingga target vaksinasi tercapai.”

Nuryani membeberkan, Kementan telah menjalankan program pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, antara lain melalui vaksinasi di wilayah tertular atau wilayah bebas yang terancam, surveilans, pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR), manajemen populasi HPR, dan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka penanganan kasus gigitan yang terjadi.

Ia menyebutkan terdapat delapan provinsi bebas rabies, meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan 25 provinsi lainnya di Indonesia menjadi endemik rabies.

Ia juga katakan Kementan telah mengirim tim pusat untuk pelaksanaan vaksinasi dan melakukan diseminasi informasi dan edukasi yang benar tentang rabies, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan semua pihak.

Sementara Bupati Timor Tengah Selatan, Egusem Pieter Tahun, mengatakan adanya bantuan vaksin dan kehadiran tim vaksinator secara langsung ke lokasi sangat membantu mempercepat pengendalian wabah rabies.

“Kondisi saat ini sudah 128 orang dengan lokasi penyebarannya  di 11 kecamatan, 37 desa, dan kami sudah ke sana sudah tertata dengan kesiapan tenaga medis dan petugas dari peternakan” ujar Egusem.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, Dianar Ati, mengatakan vaksinasi massal rabies ini merupakan tonggak awal untuk terus dilakukannya vaksinasi terhadap seluruh hewan anjing yang ada di daerah ini.

“Mulai hari ini dan seterusnya vaksinasi harus selalu dilakukan, tadi bapak Bupati berpesan agar setiap hari harus melaporkan ke beliau seberapa banyak capaian pada hari tersebut,” kata Dianar.

“Saat ini sebanyak 2.500 dosis akan kami fokuskan di Kecamatan Kota Soe, kemudian kami juga mengarah ke kecamatan yang saat ini dikategorikan zona merah.” (INF)

VAKSIN RABIES PERORAL PERTAMA DI DUNIA DISETUJUI WOAH

Vaksinasi Pada Anjing Penting Untuk Mencegah Rabies

Sejumlah vaksin rabies oral, baik virus yang dilemahkan maupun rekombinan, telah dikembangkan dan dilisensikan untuk satwa liar, akan tetapi belum ada satu pun vaksin yang mendapatkan persetujuan regulatory untuk anjing.


Seperti untuk satwa liar, perlu dipastikan bahwa vaksin rabies oral, serta umpannya, harus memiliki efektivitas, aman, dan menarik untuk anjing. Sebagian besar kandidat vaksin potensial hanya digunakan secara eksperimental pada anjing, baik di laboratorium maupun di lapangan.

Baru-baru ini, vaksin rabies oral pertama untuk anjing dilaporkan menunjukkan efikasi, imunogenisitas, dan tingkat keamanan yang tinggi baik pada riset yang dilakukan di laboratorium maupun di lapangan. Vaksin ini sedang dalam proses persetujuan penggunaan atau regulatory secara luas.

Vaksin yang aman dan memiliki efikasi yang baik, baik berupa virus hidup yang dimodifikasi (modified live) atau hasil bioteknologi, merupakan pilar utama program ORV untuk anjing. Dilansir dari website miliknya, World Organisation of Animal Health (WOAH) telah menetapkan standar internasional yang ketat terkait efikasi dan keamanan vaksin rabies oral baik untuk satwa liar maupun anjing.

Sehubungan dengan vaksin untuk anjing, standar WOAH melebihi persyaratan untuk target satwa liar dan mencakup penilaian risiko pada manusia yang mempertimbangkan kemungkinan seseorang melakukan kontak dengan vaksin, serta potensi dampak kesehatan akbiat kontak tersebut. (WF)

ILMUWAN TIONGKOK BERHASIL KEMBANGKAN ANJING GMO PERTAMA DI DUNIA


Ilmuwan Cina mengklaim berhasil membuat anjing GMO pertama di dunia

Ilmuwan dari Key Laboratory of Regenerative Biology di Guangzhou Institutes of Biomedicine and Health, Cina, mengklaim sebagai yang pertama menggunakan modifikasi genom untuk menggandakan massa otot anjing.

Temuan mereka, baru-baru ini diterbitkan dalam edisi terbaru Journal of Molecular Cell Biology, temuan ini dikatakan telah membuka jalan baru di bidang rekayasa genetika. Untuk penelitian terbaru ini, para ilmuwan menggunakan 65 embrio anjing beagle, dengan fokus pada gen yang dikodekan untuk myostatin, protein yang menghambat pertumbuhan otot. Dengan menyuntikkan kompleks enzim CRISPR-Cas9 ke dalam embrio, tujuannya adalah untuk melumpuhkan gen myostatin dalam DNA gigi taring. Dengan myostatin dihapus, anjing beagle akan dapat mencapai tingkat pertumbuhan otot yang baru.
Studi terobosan menghasilkan kelahiran 27 anak anjing. Para ilmuwan melaporkan hanya dua ekor anjing dari hasil percobaan tersebut, yakni anjing jantan yang mereka beri nama Hercules dan seekor anjing betina yang mereka beri nama Tiangou, mengalami gangguan pada gen myostatin mereka.

Para peneliti mengatakan bahwa pengeditan gen ternyata tidak lengkap di Hercules, hal ini memungkinkan persentase sel ototnya untuk terus memproduksi myostatin. Tetapi dengan Tiangou, pengeditan gen benar-benar selesai, menghasilkan otot paha yang tumbuh jauh lebih besar daripada otot-otot lainnya. Para ilmuwan mengatakan anjing-anjing itu memiliki lebih banyak otot dan diharapkan memiliki kemampuan berlari yang lebih kuat, yang bisa menjadi anjing pemburu dan militer yang unggul.
Jauh sebelum itu, di masa lalu, ilmuwan Cina telah melakukan penyuntingan gen pada kambing, kelinci, tikus, monyet, dan bahkan embrio manusia. Sementara para ilmuwan mengatakan studi khusus ini dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang modifikasi gen untuk perawatan penyakit manusia, seperti Parkinson dan distrofi otot, sulit untuk tidak bertanya-tanya apa lagi yang mungkin mereka lakukan. (CNBC/CR)

KASUS RABIES MELUAS HINGGA KE BIMA NTB, 14 WARGA DIGIGIT ANJING

Kasus gigitan anjing yang semula terjadi di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), kini sudah meluas ke Kabupaten Bima, daerah yang berbatasan langsung dengan Dompu. Dilaporkan ada 14 orang warga yang digigit anjing. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB mencatat ada 14 warga Bima menjadi korban gigitan anjing yang dilaporkan dan telah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) hingga 16 Februari 2019.

Jumlah korban gigitan terbanyak di Kecamatan Donggo dan Kecamatan Sanggar, masing-masing sebanyak 5 orang. Saat ini, 19 sampel otak hewan penggigit telah dikirim ke Denpasar untuk dilakukan uji laboratorium.

"Bertetangga dengan Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima saat ini tengah waspada terhadap penyebaran penyakit rabies, terutama beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Dompu di antaranya Kecamatan Madapangga, Donggo, Sanggar, dan Tambora. Hal ini mengingat jumlah populasi HPR di Bima, saat ini mencapai 16.100 ekor," kata Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Budi Septiani., yang diterima detikcom, Minggu (17/02/2019). 


(ilustrasi : huertalaweb.com)

Untuk mencegah penyebaran virus rabies di berbagai kecamatan dengan resiko tinggi, Dinas Peternakan Kabupaten Bima telah menerima bantuan vaksin rabies sebanyak 2.000 dosis dan 100 gram strichnine. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB menerangkan soal kasus gigitan anjing pembawa rabies (APR) juga telah ditemukan di Kabupaten Sumbawa.

Kejadian dimulai saat hewan penular rabies (HPR) menyerang salah seorang warga di Desa Labuhan Aji, Kecamatan Tarano, Sumbawa, pada tanggal 31 Januari 2019. Sampel otak hewan penggigit lalu diambil kemudian dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar.

Pemda Sumbawa mencatat sebanyak 19 orang menjadi korban gigitan anjing. 4 sampel otak anjing dinyatakan positif mengadung rabies dari 19 sampel yang dikirim. Seluruh korban gigitan telah diberikan vaksin anti rabies (VAR). Saat ini, Pemda Sumbawa tengah gencar melakukan program pengendalian rabies karena memiliki populasi HPR tinggi, yaitu sebanyak 26.100 ekor anjing.

Guna melakukan pencegahan, dinas terkait telah menerima bantuan vaksin rabies dari Kementrian Pertanian sebanyak 3.200 dosis. Selain vaksin, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB juga memberikan bantuan 100 gr strichnine guna pengendalian populasi HPR tak berpemilik. Jumlah vaksin tersebut, difokuskan kepada daerah yang memiliki resiko tinggi terhadap penularan rabies yaitu Kecamatan Tarano dan Kecamatan Empang. (Sumber: detik.com)

BANGKAI ANJING TERINDIKASI RABIES DIBUANG KE LAUT, WARGA ENGGAN MAKAN IKAN


Anjing yang diduga terinfeksi virus rabies dimusnahkan oleh masyarakat dan bangkainya dibuang di laut sekitar Dompu, NTB. Sebagian warga yang mengetahui itu enggan mengkonsumsi ikan laut karena menganggap ikan tak lagi steril.

Pembuangan bangkai anjing ke laut itu dilakukan di pesisir laut Desa Soro, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu, NTB, pada Kamis (14/2/2019). Tiga ekor anjing dimusnahkan oleh warga dan bangkainya dibuang begitu saja ke laut.

"Kami tahunya itu lewat media sosial, ada anjing yang dibuang di laut, tepatnya di Soro. Sejak mengetahui itu, saya enggan makan ikan," ungkap warga Dompu, Andiman, kepada detik.com, Jumat (15/2/2019).

(Ilustrasi gambar : derryjournal.com)

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Dompu, Zainal Arifin, membenarkan kejadian itu. Namun dia memastikan bangkai anjing itu tidak sempat dimakan oleh ikan karena cepat dievakuasi oleh tim pengendali penyakit rabies.

"Kita langsung cek info itu dan tim langsung turun tangan. Sebenarnya itu tidak dibuang ke laut, melainkan dibuang di selokan oleh warga yang terbawa oleh arus banjir hingga ke laut. Saat itu juga dievakuasi dan dikubur oleh warga," ungkap Zainal terpisah.

Sementara itu, Kepala Dinas kelautan dan Perikanan Dompu, Wahidin, menepis soal adanya ikan yang terjangkit virus rabies karena sudah memakan bangkai anjing sehingga warga Dompu enggan mengkonsumsi ikan.

Dia menyebut memang daerah tempat ditemukan bangkai anjing di laut merupakan salah satu daerah penghasil ikan terbesar di Dompu. Namun hal itu tidak masuk akal jika bangkai anjing dimakan oleh ikan sehingga ikan bisa langsung terjangkit rabies, sementara jenis virus rabies ini menyerang hewan atau binatang berliur, seperti, anjing, kucing, dan hewan berkaki lainnya."Ikan yang ditangkap oleh para nelayan itu sangat jauh, sementara bangkai yang ditemukan di pinggir sungai berdekatan dengan laut," tutur Wahidin. (sumber : Detik.com)

KLB RABIES, 264 EKOR ANJING DI SUMBAWA DIMUSNAHKAN

Warga di 9 kecamatan di Kabupaten Sumbawa melaporkan adanya korban yang digigit anjing. Pemerintah Kabupaten Sumbawa tengah berkoordinasi untuk membentuk tim penanggulangan rabies dan upaya eliminasi terhadap anjing liar.

"Ada 9 kecamatan yang melaporkan adanya kasus gigitan hewan penular rabies," ucap Kabag Humas Setda Sumbawa Tajuddin saat dimintai konfirmasi, Senin (18/2/2019). Sembilan kecamatan yang disebut Tajuddin adalah Tarano, Sumbawa, Labangka, Lenangguar, Utan, Plampang, Labuan Badas, Empang dan Rhee.


Rabies, zoonosis yang masih menjadi momok di Indonesia (ilustrasi : medicaltoday.com)

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbawa menyebut hingga Sabtu (16/2) tidak kurang dari 18 orang yang dilaporkan digigit anjing dan 4 orang dinyatakan positif terjangkit rabies. Pemkab juga telah menyatakan kejadian luar biasa (KLB) atas kasus rabies tersebut sejak 8 Februari lalu dan diumumkan satu minggu setelahnya.

Salah satu upaya untuk memutus mata rantai persebaran virus rabies, Pemkab Sumbawa telah mengeliminasi sekitar 264 ekor anjing di Kecamatan Tarano dan Empang. Eliminasi anjing-anjing liar itu dilakukan dengan cara diracun. "Eliminasi anjing liar yang selama ini dilakukan dengan racun," ungkap Tajuddin.

Koordinasi Pemkab Sumbawa sementara menyatakan eliminasi berikutnya akan dilakukan juga dengan melibatkan Perbakin. "Ada keinginan untuk melibatkan Perbakin Sumbawa untuk membantu eliminasi," ujarnya.

Penanggulangan hewan pembawa rabies (HPR) juga dilakukan dengan upaya vaksinasi hewan peliharaan. Setidaknya ada 3200 vial stok vaksin bantuan yang diterima Disnakeswan. Pemkab Sumbawa juga telah membentuk tim reaksi cepat untuk penanggulangan rabies. (Sumber : Detik.com)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer