Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Zoetis | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

ZOETIS BUKA LEARNING CENTER BIODEVICE PERTAMA DI ASIA PASIFIK

Peresmian Learning Center Zoetis
(Sumber : Istimewa)

Zoetis, salah satu supplier dalam industri peternakan dan kesehatan hewan membuka fasilitas learning center pertamanya di Asia Pasifik. Learning center tersebut berlokasi di Pathumthani pada 8 Maret 2023 yang lalu, Thailand. 


Inisiatif ini merupakan bukti nyata komitmen Zoetis dalam mendukung dan melayani customer dan koleganya di kawasan Asia Pasifik. Nantinya fasilitas ini diharapkan dapat menjadi sarana pemebalajaran berkelanjutan bagi para kolega dan juga sarana dalam melakukan training dan workshop bagi para pelanggan, terutama pada lini produk Embrex yang merupakan andalan Zoetis dalam vaksinasi in ovo.


“Kami telah mengamati peningkatan permintaan yang signifikan pada peralatan biodevice untuk vaksinasi dan layanan in ovo diantara pemilik bisnis hatchery dan mereka yang mengoperasikan hatchery di seluruh Asia Tenggara dan Asia Selatan," tutur Arkhom Cheewakriengkrai, selaku Vice President Zoetis Asia Tenggara dan Selatan.


"Karena kolega adalah kekuatan utama dibalik kesuksesan perusahaan kami dan yang membedakan kami dari persaingan di pasar, kami memprioritaskan untuk berkontribusi pada pembelajaran dan kemajuan kolega biodevice kami untuk mengakomodir perluasan perusahaan kami dan ambisi yang mereka miliki untuk karir profesional mereka," lanjutnya.


Arkhom melanjutkan bahwa Zoetis membuka Pusat Pembelajaran Biodevice pertama di kawasan Asia Pasifik dengan sangat terbuka dan senang hati. Tujuan dari fasilitas ini adalah untuk memberi pelanggan dan kolega dari seluruh dunia kesempatan untuk mencoba peralatan teknologi biodevice generasi berikutnya dan memanfaatkan pusat pembelajaran ini untuk tujuan pembelajaran dan pengembangan.

Selain itu, Zoetis juga memiliki fasilitas pelatihan serupa di Madrid, Spanyol, dan Durham, Carolina Utara, Amerika Serikat. Pusat pembelajaran Zoetis tersebut memungkinkan program pelatihan dan peningkatan spesialis layanan reguler, serta kunjungan pelanggan untuk melakukan demonstrasi perangkat. (INF)

ZOETIS UNDANG REKTOR IPB UNIVERSITY DALAM LEADERSHIP TRAINING

Prof Arif Satria Bersama Para Peserta ZEAL

Memiliki sumber daya manusia dengan kualitas dan kapabilitas kepemimpinan yang mumpuni tentunya jadi dambaan semua perusahaan. Berangkat dari situ PT Zoetis Animal Health Indonesia menginisiasi suatu program leadership training khusus internal bernama Zoetis Emerging & Aspiring Leader Program (ZEAL).

Hal tersebut dikemukakan oleh Drh Ulrich Erik Ginting General Manager PT Zoetis Animal Health Indonesia pada Selasa (30/8) lalu. Program tersebut menurut pria yang akrab disapa Erik merupakan inisiatif Zoetis Indonesia.

"Tentunya melalui program ini kami memfasilitasi para staff kami untuk mendapatkan pelatihan kepemimpinan. Harapannya nanti setelah mengikuti serangkaian program ini muncul calon pemimpin baru untuk berkualitas yang memiliki kapabilitas mumpuni. Yang perlu digaris bawahi  ini bukan ajang pencarian pemimpin baru Zoetis ya, hanya saja melatih soft skill para pesertanya terutama dalam bidang leadership," tutur Erik.

Erik juga menyebutkan bahwa pelatihan tersebut dapat diikuti oleh seluruh karyawan Zoetis dari berbagai divisi. Pesertanya pun tidak terbatas dari Indonesia saja, melainkan di seluruh kawasan operasional Zoetis di Asia Tenggara secara hybrid. Dirinya juga mengungkapkan program ZEAL tersebut sudah dimulai sejak awal tahu 2022 di bulan Januari, dan sudah sampai pada seri keempat di bulan Agustus 2022 ini.

"Rencananya kami hendak membuat program ini sampai seri ke-10, dan program ini didesain sebaik mungkin, narasumber yang kami hadirkan pun merupakan orang - orang yang sudah diakui berkompeten kepemimpinannya," tukas Erik.

Dalam seri keempat yang digelar pada Selasa (30/8) di Vimala Pullman Hotel & Resort lalu, narasumber yang dihadirkan yakni Rektor IPB University, Prof Arif  Satria. Dalam presentasinya Prof Arif mengambil tema "Critical Thinking, Problem Solving & Decision Making Toward Complexity and Uncertainity (Post Pandemic Covid-19)".

Ia memaparkan problema mega disrupsi yang kini dihadapi oleh dunia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan iklim, revolusi industri 4.0, pandemi covid-19, dan bahkan Konflik Rusia - Ukraina.

"Di zaman yang mengalami perubahan serba cepat seperti ini manusianya juga harus mau untuk berubah dan beradaptasi dengan zaman. Ini wajib, karena suatu yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri yang sekarang sedang kita hadapi bersama," tutur Prof Arif.

Prof Arif juga menyampaikan bahwa diera ini mindset dari manusianya juga harus berubah dari fixed mindset ke growth mindset.

"Kebanyakan manusia masih terpaku pada fixed mindset, sehingga potensi dirinya menjadi terbatas padahal attitude tersebut harus diubah, hambatan, rintangan, dan kegagalan semua bukanlah batas akhir dari kemampuan kita. Dari situ justru kita bisa belajar mengenali kelemahan kita, memperbaikinya, dan menjadi lebih baik sampai tujuan akhir yang kita inginkan bisa didapatkan," kata dia.

Mantan dekan termuda IPB University tersebut juga menyebutkan bahwa untuk menjadi sukses tidak melulu dibutuhkan kecerdasan, kerja keras, dan skill yang mumpuni. Justru menurut berbagai penelitian ia menyebutkan karakter dari seseoranglah yang memegang peran utama dari sebuah kesuksesan.

"IQ itu menurut penelitian berdada di posisi ke-23, apa yang nomor 1?, kejujuran. Yang kedua disiplin, kemudian mudah bergaul. Setidaknya ada 10 karakter utama yang dibutuhkan seseorang yang dapat mendukungnya hingga menjadi sukses, jadi jangan minder kalau IPK kita enggak sampai 4.0 atau hanya berkisar dua koma," pungkasnya. (CR)


ZOETIS ANTIBIOTIC STEWARDSHIP SEMINAR

Foto bersama seluruh peserta dan panitia seminar Zoetis di Senayan, Jakarta. (Foto: Infovet/Ridwan)

Antimicrobial Resistance (AMR) atau resistensi antimikroba telah muncul sebagai salah satu tantangan kesehatan terbesar di berbagai belahan dunia. Persoalan tersebut terus menjadi isu hangat yang dibicarakan dan semakin menyita perhatian para pemangku kepentingan maupun industri yang bidang peternakan di seluruh dunia.

Resistensi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri,  virus, jamur dan parasit mengalami perubahan, sehingga obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan menjadi tidak efektif. Contoh dari resistensi antimikroba adalah penggunan antibiotika yang tidak bijak, di peternakan khususnya industri perunggasan salah satunya penggunaan antibiotic growth promoter (AGP) yang saat ini sudah dilarang pemerintah awal 2018 kemarin.

PT Zoetis Animalhealth Indonesia yang merupakan perusahaan kesehatan hewan global, terus berkontribusi memberikan edukasi dan informasi terbaru dalam rangka meminimalisir adanya AMR di Indonesia dengan menggelar “Zoetis Responsible Use of Antibiotics Stewardship Seminar” secara maraton pada 17-18 Juli 2019.

“Topik AMR terus berkembang dan menjadi pembicaraan di berbagai tempat di dunia. Di Indonesia aturan mengenai AMR sudah diatur pemerintah awal 2018 kemarin, kita tentunya berusaha untuk mengimplementasikan peraturan tersebut,” ujar General Manager Zoetis Indonesia, Drh Ulrich Eriki Ginting, saat menyambut peserta seminar, Kamis (18/7/2019), di Mulia Hotel, Senayan, Jakarta.

Ia mengatakan, pihaknya terus memberikan komitmennya dalam membantu sektor perunggasan yang bijak dalam menggunakan antibiotik. “Zoetis berkomitmen untuk memberikan informasi baru yang relevan terkait AMR, sehingga efektivitas atau produktivitas di industri peternakan bisa dicapai. Kami juga terus berdiskusi bersama pemangku kebijakan, sebab komunikasi menjadi hal penting untuk membawa perubahan  yang lebih baik,” katanya.

Pada seminar tersebut menghadirkan tiga pembicara yang ahli dibidangnya, diantaranya Ben Santoso (Senior Analyst - Animal Protein Raboresearch Food & Agribusiness), Dr Jeffrey L. Watts, PhD (Research Director External Innovation - Anti-Infectives Zoetis Inc) dan Dr Choew Kong Mah DVM (Director International COE Outcomes Research Zoetis Inc), serta dimoderatori Prof Wayan T. Wibawan (Guru Besar FKH IPB).

Sehari sebelumnya, pada Rabu (17/7/2019), Zoetis Indonesia juga melaksanakan agenda serupa dengan mengundang instansi pemerintah yang bergerak di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Seminar digelar di Aston Hotel TB Simatupang. (RBS)

ZOETIS GUT HEALTH WORKSHOP VII

Foto bersama Zoetis Gut Health Workshop VII. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kebijakan berbagai negara termasuk Indonesia terkait pelarangan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (AGP) yang berlaku sejak Januari 2018 lalu, yang tertuang dalam Permentan No. 14/2017, masih menjadi polemik bagi peternak. Sebab, selama ini AGP sangat lumrah digunakan peternak untuk meningkatkan performa dan menekan pertumbuhan bakteri di saluran pencernaan unggas.

Beberapa kalangan menyebut, sejak pelarangan AGP diberlakukan, banyak kasus penyakit saluran pencernaan bermunculan di lapangan dan kerap menghantui peternak dan ternaknya. Hal itu menjadi kepedulian PT Zoetis Animalhealth Indonesia, menyelenggarakan 2019 APAC Poultry Gut Health Workshop VII bertajuk “Enhance Poultry Performance by Managing Gut Health in Antibiotic Stewardship Era”, 19-20 Maret 2019.

“Workhshop ini sebagai bukti kepedulian kami untuk meningkatkan kesehatan ternak, khususnya pada saluran pencernaan dalam melawan tantangan koksi dan nekrotik enteritis. Kami secara konsisten memfasilitasi forum ini sejak 2012,” ujar General Manager Zoetis Indonesia, Drh Ulrich Eriki Ginting, saat menyambut peserta yang hadir di Jakarta.

Ia menambahkan, para peserta yang hadir dari beberapa negara, seperti India, Thailand, Taiwan, Vietnam dan lainnya, bisa mendapat pengetahuan yang baik mengenai antisipasi tantangan pada kesehatan saluran pencernaan unggas.

“Saya yakin topik yang dibahas pada forum kali ini akan sangat bermanfaat untuk peserta, sekaligus menjadi ajang diskusi dengan para pakar perunggasan untuk mencari solusi mengenai tantangan kesehatan saluran pencernaan,” ucapnya.

Dimoderatori oleh Prof Dr Drh I Wayan T. Wibawan, MS dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, workshop menampilkan pembicara Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Private Poultry Consultant Dr Tony Unandar, Senior Director Commercial Development & Lifecycle Management Poultry Dr Dieter Vancraeynest DVM PhD dan Outcomes Research Director APAC & Greater China Cluster Dr Choew Kong Mah DVM.

Selain menggelar seminar, PT Zoetis Animalhealth Indonesia juga mengadakan pelatihan diagnosis dan identifikasi Eimeria bagi peserta. Pelatihan dilakukan di laboratorium protozoologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, dengan narasumber Prof Dr Drh Umi Cahyaningsih MS.

Menurut salah satu peserta seminar, Drh Eko Prasetio selaku commercial poultry farm consultant, mengatakan, seminar yang diselenggarakan Zoetis sangat bermanfaat bagi praktisi perunggasan.

“Kalau melihat program Zoetis yang secara berkala dilakukan untuk mengedukasi peserta terkait kebijakan pemerintah (AGP-banned) yang akhir-akhir ini membuat kesehatan pencernaan menjadi problem utama. Kegiatan ini secara keseluruhan sangat bermanfaat, khususnya bagi praktisi. Seminar dan pelatihannya sangat membantu memberi gambaran di lapangan ketika ada kasus dan menjadi lebih terarah dalam memberikan rekomendasinya,” katanya. (RBS)

Zoetis Gelar Hatchery Seminar 2018

Foto masa kini seluruh peserta Zoetis Hatchery Seminar 2018.
Time to Change: Maximaze Poultry Performance Through Technology and Automation” menjadi tema yang diangkat PT Zoetis Animalhealth Indonesia dalam acara Zoetis Hatchery Seminar 2018, yang terselenggara di Fairmont Hotel Jakarta, Kamis (29/3).

“Seminar kali ini tentunya sangat istimewa untuk bertukar pikiran dan saling berbagi informasi yang dapat membantu kita. Mengacu kepada tema time to change, seperti pepatah populer yang menyabut tiada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri,” kata General Manager PT Zoetis Animalhealth Indonesia, Drh Ulrich Eriki Ginting dalam sambutannya.

Ia menambahkan, beragam perubahan terjadi dalam industri perunggasan di Indonesia yang tentunya membawa hal-hal positif. “Salah satunya teknologi hatchery vaksinasi yang mulai familiar. DI sini akan kita informasikan tren teknologi tersebut. Karena kami percaya dengan teknologi akan mempermudah pekerjaan kita dan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, serta daya saing perunggasan Indonesia untuk semakin maju dan kuat,” tambahnya seraya disambut tepuk tangan peserta dan pembicara yang hadir.

Acara yang dimulai pukul 09:00 WIB menghadirkan pembicara pertama selaku Pengamat Ekonomi Agribisnis, Dr Ir Arief Daryanto M.Ec. Ia memaparkan, kans industri perunggasan yang kian tumbuh harus dibarengi dengan kemampuan teknologi yang mumpuni, dengan memperhatikan sumber daya alam.

Sementara, Poultry Consultant, Tony Unandar, menyebut dengan peningkatan teknologi seperti vaksinasi, turut membantu mengantisipasi dampak buruk yang terjadi pada ternak, salah satunya akibat perubahan iklim yang ekstrim. Sehingga diperlukan pemberian vaksinasi sedini mungkin.

Ia menyatakan, pentingnya pemberian vaksinasi saat hatchery untuk meminimalisir tingkat stress yang terjadi. “Kita harus liat juga kondisi lapang, perbaikan genetik ayam membuat metabolismenya menjadi tinggi, dan itu bisa menjadi faktor stress internal apabila pemberian vaksinasi dilakukan di kandang,” kata Tony.

Adapun pembicara lain yang hadir diantaranya, Dr. Tarsicio Villalobos, Director BioDevice Technical Services, Global BioDevice yang membahas mengenai “The Contribution of Inovo Vaccination to Chick Quality” dan “The Succes Factors for Inovo Vaccination and its Advantage over Subcutaneous Injection”, serta Gerry St. Pierre, Regional Commercial Specialist, Global BioDevice soal “Hatchery Automation”. (RBS)

Zoetis Gut Health Seminar 2018

Foto bareng Zoetis Gut Health Seminar 2018.
Bertempat di Fairmont Hotel Jakarta, PT Zoetis Animalhealth Indonesia, kembali menyelenggarakan acara rutin tahunan yakni Zoetis Gut Health Seminar, yang dilaksanakan pada Kamis, 15 Maret 2018.

Bahasan seminar kali ini berfokus pada peningkatan performa unggas tanpa penggunaan antibiotik yang pada tahun ini Indonesia telah resmi melakukan pelarangannya. Menurut General Manager PT Zoetis Indonesia, Ulrich Eriki Ginting, mangatakan, lewat seminar ini diharapkan peserta mendapat pemahaman dan pengertian yang lebih baik mengenai bagaimana meningkatkan performa ternak dan penggunaan antibiotik pada unggas.

“Diharapkan dari acara ini kita bisa bagaimana ke depannya meningkatkan performa unggas menjadi lebih baik lagi dan penggunaan antibiotik bisa lebih bijaksana serta bertanggung jawab. Tentunya ini adalah hal yang ingin kita lakukan bersama-sama demi menciptakan pangan yang sehat bagi masyarakat,” ujar Eriki dalam sambutannya.

Ia menambahkan, materi kali ini juga berkaitan dengan peraturan pemerintah mengenai pelarangan penggunaan antibiotik khususnya untuk pertumbuhan (AGP). “Intinya bagaimana kita bisa melaksanakan Permentan 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan dan Permentan 22/2017 tentang Pendaftaran dan Peredaran Pakan, di mana kita semua terlibat di dalamnya,” tambahnya seraya mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dan pembicara yang hadir.

Pada kesempatan itu, turut hadir sebagai pembicara adalah Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur Pakan kementerian Pertanian Ir Sri Widayati yang diwakili Kasubdit Mutu dan Keamanan Pakan Ossy Ponsia, kemudian Senior Director, Technical Services Poultry USA Drh Jon Schaeffer dan Peneliti Bidang Nutrisi dan Pakan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Prof Budi Tangendjaja, serta Poultry Consultant Dr Tony Unandar.

Seminar sehari yang dimulai sejak pagi hari pukul 09:00 WIB ini rata-rata dihadiri peserta dari beberapa perusahaan pakan di Indonesia. Diakui oleh salah satu peserta, Sony Martahadi dari PT Cargill Indonesia, seminar yang menampilkan pakar-pakar yang handal dibidangnya ini sangat baik dan bermanfaat.

“Terutama dari segi teknis bahasannya. Dengan begitu peternak nantinya jadi lebih yakin bahwa feedmill ini berusaha untuk menyajikan pakan yang berkualitas dan bisa menggantikan fungsi AGP, khususnya dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan,” katanya. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer