Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Wabah ASF | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BALAI KARANTINA CEK PETERNAKAN BABI AKIBAT LAPORAN ASF DARI SINGAPURA

Babi, Andalan Ekspor Indonesia ke Singapura

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang Aris Hadiyono mengatakan tim mereka bersama otoritas terkait akan mengunjungi peternakan babi di Pulau Bulan, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa (25/4/2023). 

Hal ini menindaklanjuti berita bahwa Singapura menghentikan impor babi hidup dari Pulau Bulan, karena pihak Badan Makanan Singapura (SFA) menemukan babi dari Pulau Bulan terinfeksi penyakit babi Afrika (African swine fever/ASF).

Adapun tim yang akan mendatangi Perternakan Babi di Pulau Bulan, yaitu tim dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Kemudian dari Balai Veteriner Bukittinggi dan Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang.

Aris menyampaikan pihaknya belum dapat memastikan babi dari Pulau Bulan terinfeksi ASF. Karena sejauh ini, baru klaim dari pihak Badan Makanan Singapura (Singapore Food Agency).

“Baru dari pihak Singapuranya, makanya temen-temen mau lihat dulu, bener gag di situ ada ASF, kita kan belum tau, apakah dari pemotongan sana atau pemotongan sini,” katanya.

Menurutnya, peternakan babi di Pulau Bulan memiliki Biosecurity yang cukup ketat. Sehingga perlu dipastikan lagi kebenaran mengenai babi di sana terinfeksi ASF atau tidak.

“Makanya besok mau kita lihat hasilnya,” kata dia. 

Berdasarkan data pada sistem informasi Barantan, IQFAST ekspor babi asal pulau ini untuk tujuan negara Singapura, tercatat sejak Januari-November 2022 mencapai 240.117 ekor babi. Dengan nilai ekonomi mencapai Rp 785 miliar. (INF)

VIETNAM SIAP DISTRIBUSIKAN VAKSIN ASF KE SELURUH DUNIA

Vaksin ASF Asal Vietnam, Siap Didistribusikan ke Seluruh Dunia 
(Sumber : Vietnampuls.vn)

Vaksin demam babi Afrika (ASF) dengan merk AVAC ASF LIVE yang dikembangkan dan diproduksi oleh AVAC Vietnam Co., Ltd akan segera didistribusikan secara nasional mulai Februari tahun ini,  hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam, Phung Duc Tien.

Hal ini disampaikannya pada pertemuan tentang pengawasan kualitas pada 31 Januari 2023 di Hanoi. Tien meminta AVAC Vietnam untuk terus mengevaluasi tingkat kekebalan vaksin setelah penyuntikan, dan memberikan pedoman dan rekomendasi yang ketat bagi para peternak.Rencananya sebanyak 600.000 dosis vaksin AVAC ASF LIVE akan digunakan pada batch pertama di bulan Februari.

Pengujian vaksin AVAC ASF LIVE dimulai di peternakan babi sejak Maret 2022 dengan tingkat efikasi mencapai 95%. Vaksin tersebut telah disetujui untuk diedarkan pada 8 Juli 2022 dan mulai digunakan di bawah pengawasan petugas yang berwenang di Vietnam.

Setelah disetujui untuk diedarkan, Departemen Kesehatan Hewan Vietnam, MARD terus memantau kualitas 10 batch vaksin pertama yang diproduksi. Mereka juga terus mengevaluasi efektivitas 600.000 dosis vaksin AVAC ASF LIVE pada babi berumur antara 8-10 minggu.

Menurut Nguyen Van Diep, Direktur AVAC Vietnam, pada awal Januari, empat batch pertama vaksin AVAC ASF LIVE yang diproduksi pada tahun 2022 telah diuji dan memenuhi persyaratan kualitas.

AVAC Vietnam juga bekerja sama dengan CP Livestock Joint Stock Company (CP Vietnam) untuk mengadakantriak  terhadap 600.544 babi di 545 peternakan, dan mengambil 5.958 sampel untuk pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93,34% sampel memenuhi persyaratan teknis.

Pada pertemuan tersebut, para peserta menyampaikan bahwa AVAC Vietnam dan CP Vietnam konsisten dan terus meningkatkan sampling rate untuk mendapatjab penilaian yang lebih akurat.

Tien juga meminta unit terkait agar senantiasa mencatat laporan teknis sedetail mungkin dalam trial tersebut agar MARD bisa membuat penilaian yang akurat sebelum vaksin tersebut digunakan dalam skala besar.

Sejauh ini Vietnam menjadi negara pertama yang berhasil mengembangkan dan memproduksi dua jenis vaksin  ASF. (CR)

ASF MASIH MENGHANTUI PETERNAKAN BABI DI NTT

Babi yang Mati di Provinsi NTT

Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan informasi bahwa 233 ekor babi di provinsi berbasis kepulauan itu mati mendadak selama periode Desember 2022 hingga Januari 2023.

“Data yang kami terima sudah ada 233 ekor babi di wilayah NTT ini yang dilaporkan mati mendadak oleh para peternak babi,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT Melky Angsar, melansir Antaranews.com, Senin, 23 Januari 2023.

Dikatakannya, hal ini berkaitan dengan perkembangan kasus mati mendadak sejumlah ternak babi di NTT yang dikhawatirkan akibat African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika.

Melky menjelaskan bahwa 233 kasus itu tersebar di enam kabupaten kota di Nusa Tenggara Timur dan kasus terbanyak ada di kabupaten Kupang dengan kasus terbanyak.

Dia menyebutkan untuk babi yang mati di Kabupaten Kupang berdasarkan data terakhir jumlah babi yang mati mencapai 51 ekor. Sementara itu untuk kota Kupang ada 45 ekor, Flores Timur 33 ekor babi, kabupaten Sikka 41 ekor, kabupaten Ende 43 ekor dan Sumba Barat Daya 20 ekor.

“Ini data resmi yang masuk ke Dinas Peternakan Provinsi dari Dinas Kabupaten/Kota. Data di luar angka di atas, saya tidak bertanggungjawab,” ujar dia.

Dia menambahkan bahwa Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur menyiapkan 39.200 liter disinfektan untuk kemudian dibagikan kepada pemerintah daerah yang membutuhkan untuk mencegah menyebarnya virus African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika tersebut.

Menurut dia, saat ini dari 22 kabupaten/kota di NTT potensi penyebaran virus ASF masih sangat tinggi. Hal ini karena sisa-sisa virus itu masih ada di sejumlah daerah itu. Sehubungan dengan itu, Dinas Peternakan NTT sudah mengimbau kepada Dinas Peternakan kabupaten Kota untuk meningkatkan pengawasan di wilayah kerja masing-masing.

“Sosialisasi ke masyarakat untuk lebih berhati-hati saat hendak memasukkan babi ke kandang dan babi dipastikan sehat,” tegas dia.

Kementan Ambil Langkah Cegah Virus ASF

Kementerian Pertanian akan melakukan gerakan pemetaan, mitigasi dan simulasi, terutama di daerah yang populasi babinya tinggi di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah masuknya virus african swine fever (ASF) yakni virus yang menyerang hewan babi ke Indonesia.

"Mitigasi lapangan dilakukan dengan mencegah masuknya sampah pesawat terutama dari negara-negara yang sudah tercemar virus ASF," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah saat menjadi pembicara utama pada Seminar ASF: The Emergence Preparedness for Indonesia di Kota Bogor, Sabtu, 21 Januari 2023 lalu. 

Menurut dia, potensi penyebaran virus ASF selain dari sampah pesawat, adalah dapat menempel pada manusia. Ketika manusia berdekatan dengan babi maka virusnya dapat terbawa.

"Virus ASF itu tidak menyerang manusia, tapi dapat menempel di tubuh manusia, dan pada saat manusia itu berada di dekat babi, virusnya dapat menyerang babi," katanya.

Ia juga menambahkan virus ASF bereaksi dengan cepat dan dapat mematikan babi di populasinya sampai 100 persen.

"Kondisi ini dapat merugikan peternak babi, sehingga harus segera diantisipasi," katanya (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer