Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Unggas Layer | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Kapan dan Bagaimana Transfer Pullet ke Kandang Produksi

Alat ukur panjang kaki dengan jangka sorong.

Bila dicermati pada budidaya ayam petelur alias pullet maka pemeliharaannya terbagi dalam beberapa tahapan, sejak masih DOC (Day Old Chick) hingga ayam pada tahapan tumbuh-kembang menjadi ayam dara siap produksi hingga dewasa. Sejak ayam petelur ini baru menetas berumur harian (DOC) dari tempat penetasan (hatchery) kemudian dipelihara peternak melalui tahapan pemeliharaan Starter-Grower-Layer.

Langsung pada pokok bahasan, ketika anak ayam petelur ini sudah berumur dara, yakni berusia lebih-kurang 12-14 pekan, maka saatnya tiba pullet harus dipindahkan dari kandang peremajaan ke kandang produksi.

Model kandang pada peremajaan ayam layer bisa menggunakan tipe kandang terbuka (open house) maupun model kandang tertutup (closed house). Sedangkan jika ditinjau dari model lantai kandangnya, maka ada tiga tipe lantai yang biasa digunakan peternak, yakni model/tipe postal (litter), tipe panggung (slat) dan tipe sangkar (cage).

Masing-masing tipe dan model kandang tersebut, bisa menggunakan tempat minum dan tempat pakan manual dan atau otomatis. Tentu saja masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Namun fokusnya adalah pada waktu paling tepat untuk pemindahan ayam dara ini ke kandang produksi.

Kapan ke Kandang Produksi
Dari ukuran anatomi kaki ayam, transfer pullet ke kandang produksi saat yang tepat adalah ketika panjang kakinya (shank) sudah mencapai 100 mm. Biasanya saat ayam mencapai umur 12, 13 atau 14 minggu, bergantung pada masing-masing performance yang bisa dicapai oleh peternak. Tapi jika pencapaian panjang kaki 100 mm (10 cm) semakin cepat, maka hal ini sebagai tanda baik kualitas pullet-nya.


Apabila panjang kaki belum mencapai 100 mm, artinya pertumbuhan anatominya belum mencapai titik maksimum. Belum dewasa tubuh. Pada kondisi seperti ini tidak boleh dipaksakan naik ke kandang produksi, karena ada resiko jangka panjangnya dapat terjadi nantinya banyak layer yang akan menjadi lumpuh (fatiq cage = lelah kandang).


Resiko lain jika panjang kaki belum 100 mm adalah pullet akan sulit untuk menjangkau air minum, terutama air minum dengan nipple. Bagi ayam, sedikit minum, sedikit makan atau tidak minum dan tidak makan akan berakhir pada kematian.

Sehingga transfer pullet jika telah memenuhi syarat anatomi terkait panjang kaki/shank pada usia ayam 12 atau 13 minggu bisa saja dilakukan, namun pemindahan ke kandang produksi pada ayam umur 15 pekan sepertinya lebih ideal. Memang jika bisa lebih dini pemindahan kandang produksi, keuntungannya masa adaptasi ayam sebelum produksi cukup lama.

Alat ukur panjang kaki khusus.

Bagaimana Seharusnya Pemindahan Pullet

Pemindahan alias transfer pullet pada umur 15 minggu lebih dianjurkan, karena selain sudah dewasa tubuh, program vaksinasinya juga sudah komplit sampai vaksin ND+IB+EDS killed.

Namun apabila pada umur 15 minggu panjang kaki ayam dara itu belum mencapai 100 mm sebaiknya tidak dipaksakan pindah kandang. Dan ini merupakan kasus dalam budidaya ayam petelur yang menjadi problem serius. Artinya pada ayam layer dengan usia itu tidak tercapai target panjang shank-nya bisa divonis lambat tumbuh alias terjadi stunting (kerdil).


Seyogyanya pullet ditransfer pada umur 15 minggu + 1 hari (106 hari), tidak lebih. Karena layer modern, awal produksinya cenderung maju, yaitu produksi rata-rata mingguan (Hen Week = HW) 5% bisa dicapai pada umur 18-19 minggu. Pada hal setelah dipindahkan perlu waktu adaptasi di kandang produksi 2-3 minggu pertama.

Kapan saat terbaik pemindahan ayam dara itu? Sebaiknya transfer pullet dilakukan pada sore sampai malam hari, tujuannya untuk menghindari tambahan stres akibat udara panas selain dampak kontak fisik selama pemindahan.


Untuk itu pastikan kondisi pullet sehat karena saat proses pemindahan menyebabkan ayam stres relatif berat. Maka bila ayam masih dalam kondisi kurang fit atau bahkan sakit, harus disembuhkan terlebih dahulu di kandang peremajaan.

Ada catatan yang wajib hukumnya dilakuakan sebelum melakukan pemindahan pullet, yaitu pada H-4, pullet terlebih dahulu diterapi anti-endo parasit (cacing) dan anti-ekto parasit (kutu, gurem) satu hari sebelumnya dan lakukan pengobatan dengan preparat (sediaan) obat anti-parasit per oral. Dosisnya bisa mengikuti petunjuk dari pabrikan pembuatnya. Kemudian dilanjutkan dengan pengobatan antibiotika spektrum pencernaan dan pernapasan selama tiga hari untuk membersihkan pernapasan dan pencernaannya. Tujuannya agar pullet yang ditransfer ke kandang produksi tidak membawa penyakit.

Catatan berikutnya, untuk pemindahan sebaiknya saat mengisi pullet ke dalam keranjang plastik (boks) tidak melebihi kapasitas. Misal box berkapasitas 20 kg maka isilah dengan 15 ekor pullet saja yang bobotnya rata-rata 1,3 kg/ekor. Boks diisi pullet dahulu semua di tempat yang teduh di dalam kandang, baru dinaikkan ke atas truk yang dinding sampingnya dibuka sebagian atau seluruhnya (bak terbuka) supaya tidak panas dan ada ventilasi udara.

Sesampainya di tujuan, kemudian turunkan semua boks isi pullet itu di tempat yang teduh atau ke dalam kandang, baru kemudian pullet dimasukkan ke sangkar (cage) produksi. Prinsipnya, pullet jangan dibiarkan kepanasan di atas truk, baik saat mau berangkat mau pun saat tiba di tujuan kandang produksi.

Kandang produksi hendaknya sudah disiapkan air minum yang telah ditambah multi-vitamin plus elektrolit (anti-stres), selama 3 hari, berturut-turut. Di kandang produksi ini pula hendaknya disiapkan pakan standar developer, bisa ditambah pakan broiler starter 20% untuk keperluan seminggu. Tujuannya untuk segera memulihkan penurunan bobot badan selama proses transfer dan masa adaptasi. Pada pekan kedua di kandang produksi, pakan broiler starter, dosisnya dikurangi, tinggal 10%. Dan pada minggu ketiga, tinggal 5%. Pada minggu keempat sudah tanpa tambahan pakan broiler starter.

Di dalam kandang produksi jangan sampai lupa untuk menyalakan lampu, yakni: Pada hari pertama, lampu dihidupkan mulai pukul 18:00 sampai dengan pukul 06:00 waktu setempat (12 jam). Kemudian pada hari kedua, terang lampu pada kandang produksi mulai pukul 18:00 sampai pukul 24:00 saja pada waktu setempat (6 jam). Dan hari ketiga lampu menyala mulai pukul 18:00-21:00 waktu setempat (3 jam). Pada hari ke empat tanpa penyinaran tambahan. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat masa adaptasi terhadap lingkungan baru.

Bila pullet berasal dari kandang dimana air minumnya tidak menggunakan nipple, yaitu pakai galon manual atau otomatis model “bel” (bell drinker), pindah ke kandang produksi yang air minumnya pakai talang (pipa PVC belah), tidak ada masalah dengan proses minumnya ayam. Namun bila di kandang produksi air minumnya memakai nipple, maka wajib untuk mengajari, memberitahu dan menunjukkan ke ayam di mana ayam tersebut bisa minum. Caranya nipple harus ditutul-tutul atau dipencet-pencet tiap jam supaya air minum keluar dari nipple dan ayam segera tahu dimana sumber air minumnya. Pembelajaran dan pengenalan air minum via nipple biasanya perlu waktu 3-7 hari pertama saja.

Pengalaman yang pernah penulis lakukan saat pertama kali menggunakan nipple drinker pada tahun 1994 di Pare Kediri, Jawa Timur, yakni dengan melakukan pengukuran intake air minum ayam yang keluar dari tandon di kandang menuju pipa nipple. Hasilnya, pada hari pertama water intake hanya 25%, hari kedua 50% dan pada hari ketiga 75% dari yang seharusnya. Padahal water intake saat pullet, seharusnya setara 2,0 kali dari feed intake-nya. 

Setelah tujuh hari masa pengenalan cara minum dari nipple, barulah pullet bisa minum via nipple dengan baik. Di kandang produksi bila air minumnya pakai nipple, maka upayakan agar ayam segera bisa minum banyak, karena jika tidak demikian ada resiko bobot badannya jadi turun drastis dibanding sebelum ditransfer. Maka dari itu, perhatikan benar soal minumnya ayam dara tersebut setelah di kandang produksi yang menggunakan air minum model nipple. Persoalan intake air minum ini harus ditangani secara baik, karena penanganan makannya ayam akan jauh lebih mudah mengelolanya. ***

Drh Djarot Winarno
Penulis adalah pelaku bisnis dan konsultan
budidaya ternak unggas (ayam), domba-kambing dan sapi.
Tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer