Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Kerbau | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DI BALIK PENGGEMUKAN, ADA LIMBAH KERBAU YANG MENGUNTUNGKAN

Kotoran kerbau di kandang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. (Foto: Shutterstock)

Dengan perlakuan khusus namun sederhana, limbah kerbau bisa memperbaiki profil tanah dan menyuburkan tanaman. Meski musim kemarau panjang, tanamaan jagung dan sayur tetap tumbuh dan subur. Salah satu berkah dari metode penggemukan kerbau secara intensif.

Pertengahan Oktober lalu udara di sekitar perkebunan jagung di Kampung Sepang Tatakan, Kota Serang Banten, masih terasa panas. Padahal jarum jam sudah menunjukkan angka tiga. Musim kemarau yang menyengat tahun ini memang begitu terasa teriknya hingga jelang matahari terbenam.

Di perkebunan jagung yang bersebelahan dengan kandang kerbau, tampak Sudayat sibuk membersihkan rumput dan menebar pupuk dari kotoran kerbau yang sudah dikeringkan. Kotoran kerbau yang sudah berubah warna keabu-abuan itu di tebarkan di sekitar pangkal tanaman jagung.

Meski tanah di perkebunan milik lelaki 60 tahun ini kering, namun daun tanaman jagung dan sayuran terlihat hijau dan segar. Tak mengering atau layu, seperti yang terjadi di kebun lainnya. Apa rahasianya?

“Saya pakai pupuk kotoran kerbau yang sudah dikeringkan selama 40 hari. Cukup ditebar di sekitaran tanaman, jagung dan sayuran di kebun saya tetap tumbuh subur, meskipun kekurangan air,” ujar Sudayat kepada Infovet pada Oktober lalu.

Profesi Sudayat sebenarnya bukan petani, melainkan peternak kerbau. Sudah 40 tahun lebih warga Kampung Sepang Tatakan ini menjalani usaha ternak kerbau. Kini di kandangnya yang tampak sederhana terdapat 50 ekor kerbau dengan postur yang semuanya gemuk.

“Dulu kerbau saya enggak segemuk ini. Dulu kurus, ada juga yang agak gemuk, tapi enggak segemuk seperti sekarang. Ini saya dibimbing sama Pak Hilal, beliau yang ngajarin saya cara pelihara kerbau biar cepat gemuk,” tuturnya.

Proses penggemukan yang dilakukan Sudayat menggunakan metode yang diterapkan oleh Samsu Hilal, praktisi penggemukan kerbau. Kotoran kerbau di kandangnya dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman di ladang kebunnya yang ditanami jagung dan sayuran, setelah melalui proses pengeringan.

“Alhamdulillah, meskipun kemarau dan kesulitan air buat siram tanaman, saya pakai kotoran kerbau ini, tanaman tetap subur meskipun tidak seperti di musim hujan. Daun jagung dan sayuran tetap hijau dan hasilnya tetap bagus,” ungkapnya.

Di lokasi yang sama, Infovet juga berbincang dengan Samsu Hilal tentang seputar pemanfaatan limbah kerbau dari kandang penggemukan milik Sudayat. Praktisi penggemukan kerbau yang juga Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten ini menjelaskan, kotoran kerbau dari hasil penggemukan sangat baik untuk perbaikan kondisi tanah secara fisik.

“Unsur hara dalam tanah akan pulih dengan baik setelah beberapa kali digunakan untuk bertanam. Singkatnya, limbah kerbau ini juga berfungsi untuk perbaikan profil tanah,” kata Hilal.

Untuk mendapatkan hasil pupuk kandang yang maksimal pemanfaatannya, limbah kerbau yang sudah dikumpulkan dijemur hingga kering dengan ditutup Jerami. Dijemur selama 40 hari, menurut Hilal, tujuannya agar amoniak di dalam kotoran bisa keluar dan sifat dingin dari limbah kerbau sudah muncul setelah melalui proses jemur.

Dengan proses yang sederhana tersebut, setelah 40 hari, sudah bisa langsung diaplikasikan ke berbagai jenis tanaman, seperti jagung, sayuran, dan lainnya. Dengan menggunakan pupuk limbah kerbau ini, tanaman tumbuh subur meskipun di musim kemarau dan kekurangan air seperti sekarang. Ini sudah terbukti dilakukan para petani di wilayah Banten di bawah bimbingan Hilal.

“Ternak dengan proses penggemukan yang saya terapkan, limbahnya pun bisa dimanfaatkan. Ini model pengelolaan pertanian dan peternakan yang terintegrasi. Kerbaunya bisa cepat gemuk, kotorannya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman yang sangat subur dan aman dari pestisida,” ucap Hilal yang juga CEO Rumah Kerbau Indonesia ini.

Sistem Dry Lot
Hilal memaparkan, pada zaman dulu kerbau menjadi simbol kekayaan masyarakat di pedesaan. Orang desa yang memiliki lebih dari 50 ekor kerbau bisa disebut sebagai “juragan kerbau”. Pola beternak yang dilakukan pada zaman dulu sangat sederhana, hanya disediakan pakan dan minum yang cukup, ternak kerbau bisa menghasilkan.

Saat ini, sudah tak mudah lagi mendapati peternak kerbau dalam jumlah besar. Di desa-desa umumnya hanya beternak tak lebih dari 10 ekor. Hanya orang-orang yang memiliki modal besar dan minat beternak yang mau menjalankan usaha ruminansia ini.

Menurut Hilal, usaha-usaha untuk mengembangkan ternak kerbau sudah banyak dilakukan. Tetapi usaha penggemukan kerbau belum banyak, sehingga belum memenuhi kebutuhan sebagai sumber ternak potong. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kata dia, diperlukan metode khusus agar usaha pengembangan ternak dapat berhasil dan efisien.

“Saya memiliki metode penggemukan kerbau yang sudah diuji dan alhamdulillah hasilnya bagus. Usaha penggemukan kerbau harus diterapkan secara serius, agar dapat mencapai bobot sesuai yang diharapkan dengan jangka waktu target 90 hari atau tiga bulan,” tegasnya.

Metode penggemukannya memiliki kesamaan dengan sistem penggemukan kereman atau dry lot, tetapi tingkatnya masih sangat sederhana dan alamiah. Sekadar informasi, dry lot fattening merupakan sistem penggemukan modern yang diterapkan pada ternak sapi yang dilakukan dengan memperbanyak pemberian pakan konsentrat. Pakan hijauan diberikan hanya sedikit sehingga peternak dapat mengefisiensikan biaya pakan.

Proses penanganan tidak dilakukan di alam liar, tetapi di dalam kandang atau di karantina. Hilal menjelaskan, ada dua persiapan yang dilakukan, yakni pembuatan kandang karantina dan teknik pemeliharaan penggemukan ternak kerbau.

Beternak yang Efisien
Beternak kerbau dengan menerapkan metode penggemukan yang Hilal lakukan, bukan hanya menguntungkan dari sisi penjualan kerbaunya yang memiliki bobot tinggi. Metode yang ia temukan ini juga membentuk siklus dalam manajemen beternak yang efisien.

Siklusnya, limbah kerbau bisa digunakan sebagai pupuk kandang rumput gajah atau sumber pakan ternak lainnya. Rumput gajah akan tumbuh sangat subur dengan menggunakan limbah kerbau yang telah melalui proses pengeringan. Hasil rumput diberikan kepada kerbau selama masa proses penggemukan. Siklus ini tentu saja akan mengurangi biaya pakan bagi ternak.

Menurut Hilal, pakan yang segar itu pilihan lebih baik untuk konsumsi setiap saat dan kebutuhan pakan kerbau kontinu diberikan sampai kerbau berhenti makan karena kenyang. Dalam program penggemukan ini, kerbau yang sehat memiliki kemampuan menghabiskan pakan rata-rata 25 kg/ekor/hari.

“Tanda kerbau yang mudah untuk gemuk biasanya saat kenyang makan akan berbaring atau tidur dan hal ini dikondisikan agar berat bobot dapat meningkat karena aktivitas kerbau yang tidak terlalu banyak,” ujarnya.

Untuk menghasilkan bobot kerbau yang maksimal, Hilal juga menerapkan rutinitas kerbau berendam di air. Pengondisian kerbau untuk berendam di air kubangan menjadi aktivitas penting.

“Ini dilakukan untuk membantu kerbau menjaga suhu tubuhnya. Disarankan aktivitas kerbau berendam dilakukan sehari dua kali, pagi dan sore, selama satu hingga dua jam sekali berendam. Biasanya kalau sudah puas berendam kerbau akan kembali ke kandang untuk makan dan istirahat,” jelasnya.

Selain itu, pengasapan di kandang juga penting dilakukan. Aktivitas tidur kerbau penting untuk diperhatikan karena merupakan bagian dari rangkaian proses dalam penggemukan. Maka itu, kandang dibuat senyaman mungkin dengan menghilangkan pengganggu tidur kerbau.

Metode beternak kerbau yang efektif ini jika diterapkan konsisten, diyakini akan menghasilkan keuntungan ganda. Keuntungan pertama, hasil penggemukan kerbau akan menaikkan harga kerbau perekornya. Keuntungan kedua, dengan pengelolaan limbah dari kandang kerbau bisa menghasilkan tanaman perkebunan, baik jagung maupun sayuran dan bisa lebih maksimal hasil panennya. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

MUSYAWARAH NASIONAL PPSKI KE-IX 2020

Munas PPSKI XI 2020 melalui daring. (Foto: Istimewa)

Sabtu, 12 Desember 2020, Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) resmi melaksanakan Musyawarah Nasional yang ke-IX.

Dihadiri sebanyak 128 orang terdiri dari Pengurus Pleno DPP PPSKI, 20 DPD PPSKI dari 22 Anggota PPSKI se-Indonesia dan peternak sapi/kerbau, pelaku usaha/asosiasi peternakan sapi dan kerbau, pemerintah bidang peternakan, lembaga penelitian/perguruan tinggi/mahasiswa peternakan dan tamu undangan.

Melalui keterangan tertulis dari PPSKI, Munas kali ini mengangkat tema “Reposisi dan Reaktualisasi PPSKI dalam Meningkatkan Daya Saing Peternak Rakyat di Era Digital”. Sebagai organisasi profesi peternak sapi dan kerbau tertua di Indonesia, PPSKI akan mereposisi dan mereaktualisasi organisasi baik secara internal dan eksternal dalam pengembangan sapi dan kerbau di Indonesia.

Adapun hasil yang dicapai dalam Munas IX tersebut:
1. Penetapan Ketua Umum PPSKI 2020-2025. Telah dipilih secara aklamasi Ketua Umum DPP PPSKI adalah Drh Nanang Purus Sumbendro, seorang peternak/pengurus DPD PPSKI Provinsi Lampung.

2. Menetapkan AD/ART PPSKI. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diterima dengan beberapa catatan kecil untuk diperbaiki, yaitu penambahan struktur organisasi ketua bidang advokasi/penyuluhan, serta domisili organisasi.

3. Menetapkan program kerja PPSKI 2020-2025. Menetapkan garis besar program kerja dalam ruang lingkup kerja komoditi ternak sapi perah, sapi daging, kerbau dan advokasi kepada peternak. Dalam program kerja ini, kegiatan kerja PPSKI akan disetarakan aktivitas masing-masing komoditi ternak.

4. Resolusi peternak sapi dan kerbau 2020. Resolusi peternak sapi dan kerbau merupakan sikap PPSKI yang merespon perkembangan teknologi dan zaman.

Resolusi peternak sapi dan kerbau Indonesia 2020, berdasar kepada eksisting kondisi, potensi yang dimiliki negeri ini dan dalam rangka membangun peternakan sapi dan kerbau nasional melalui ketahanan pangan, menuju kedaulatan pangan protein hewani, maka para peternak sapi dan kerbau Indonesia mengajukan resolusi sebagai berikut:

• Bidang Peternakan Sapi Pedaging dan Kerbau
1. Penyelamatan sapi/kerbau betina produktif (SBP) dilakukan secara konsisten. Sebagian SBP dari kawasan padat ternak dapat direlokasikan ke wilayah pengembangan di perkebunan kelapa sawit atau lahan bekas tambang. Untuk hal ini, diperlukan instrumen kebijakan pemerintah dan inisiatif untuk daerah, peternak dan pelaku usaha.

2. Revitalisasi Village Breeding Centre, melalui pola klaster sapi/kerbau di kawasan-kawasan prudusen sapi/kerbau. Program pengembangan klaster ini dilakukan dengan kemitraan antara peterna rakyat dengan perusahaan. Pelaksanaan IB dapat dibarengi dengan InKA untuk meningkatkan calving rate dan dukungan pembangunan feed bank berbasis sumber daya lokal.

3. Mempercepat pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak, terutama sawit-sapi dan/kerbau dengan mendorong PTPN, swasta dan masyarakat, dengan memanfaatkan sapi lokal/kerbau maupun bibit komersial dengan dukungan insentif bagi pelaku usaha.

4. Revitalisasi RPH berlandaskan “kesejahteraan ternak” menuju terciptanya rantai dingin dalam ketersediaan daging sapi nasional, secara bertahap menghentikan pemotongan ternak sapi/kerbau di luar RPH (kecuali untuk keperluan keagamaan/sosial budaya).

5. Dalam upaya meningkatkan populasi ternak sapi/kerbau, diharapkan pemerintah menerbitkan kebijakan kemitraan pengembangan betina produktif maupun penggemukan, bagi industri penggemukan dan importir daging dalam kegiatan pembiakan/penggemukan bersama peternak rakyat.

6. Pemberdayaan infrastruktur penunjang bagi pembangunan peternakan sapi/kerbau seperti pasar hewan, karantina, transportasi darat dan laut, sistem logistik dan kebijakan pendukungnya.

7. Perlu adanya penetapan data populasi ternak sapi/kerbau yang akuntabel, sehingga mampu memprediksi pembangunan peternakan sapi dan kerbau secara nasional.

8. Penurunan populasi ternak kerbau merupakan keniscayaan, faktor utamanya disebabkan oleh ketiadaan perhatian pemerintah terhadap upaya pengembangan ternak ini secara nasional. Oleh karenanya diperlukan upaya peningkatkan produksi dan produktivitas kerbau asli indonesia yang tertera dalam rancangan program nasional maupun regional dengan cara memberikan kesetaraan perlakukan antara ternak sapi dan kerbau.

9. Peningkatan populasi kerbau lokal seperti kerbau di wilayah Pampangan Sumatra Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sumbawa, Sulawesi Selatan dan lainnya perlu diukung oleh teknologi dan dukungan dana yang memadai, kebijakan yang berpihak kepada komoditi ternak kerbau, serta melibatkan masyarakat dan dukungan teknologi maupun kearifan lokal.

10. Pemerintah segera meninjau ulang pengembangan ternak sapi-sapi Double Muscle (BB dan GB) yang telah dirilis penyebarannya bagi peternak rakyat, mengingat dampak negatifnya di masa mendatang dan akan merugikan pembangunan peternakan nasional.

• Bidang Peternakan Sapi Perah
1. Menurunya produksi susu sapi nasional sebagai akibat depopulasi sapi perah sebagai dampak dari mahalnya harga daging sapi. Untuk itu, perlu kebijakan perlindungan populasi melalui penyesuaian harga jual susu segar ke Industri Pengolahan Susu, ataupun melalui pengembangan Industri Menengah Persusuan Nasional dan merealisasikan secara konsisten program minum susu segar bagi anak usia sekolah.

2. Dalam rangka meningkatkan produktivitas peternakan sapi perah rakyat, perlu dilakukan pemberdayaan penyebaran sapi-sapi pejantan FH hasil progeny melalui pemberdayaan kelembagaan Asosiasi Holstein Indonesia yang mapan.

3. Pemerintah perlu memberikan dukungan dan fasilitas finansial, peralatan, serta kelembagaan koperasi guna percepatan pengembangan peternakan sapi perah di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini usaha peternakan sapi perah rakyat belum mampu memberikan peningkatan kesejahteraannya. Untuk itu, kiranya pemerintah dapat melakukan revitalisasi asosiasi dan kelembagaan koperasi peternak sapi perah rakyat. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer