Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Surra | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

JANGAN SAMPAI MERANA KARENA SURRA

Trypanosoma evansi pada ruminansia (kiri) dan Trypanosoma equiperdum pada kuda (kanan). (Foto: Istimewa)

Infeksi parasit darah oleh agen penyakit Trypanosoma evansi menjadi masalah pada ternak ruminansia dan kuda di daerah tropis termasuk Indonesia. Beberapa kasus sporadik muncul saat ternak atau satwa dalam kondisi stres akibat perubahan cuaca, perpindahan tempat dengan perjalanan jauh, perubahan komposisi pakan, dan lingkungan pemeliharaan.

Pada ternak sapi yang mengalami imunosupresif karena infeksi virus penyakit jembrana, trypanosomiasis akan bisa ditemukan di antara populasi sapi yang ada. Sapi teramati secara klinis sehat, tetapi gejala surra akan muncul saat kondisi stres.

Penyakit surra bisa diobati dan dikendalikan. Pengenalan gejala klinis awal, pemeriksaan ulas darah di lapangan adalah penting dalam pengendalian penyakit. Penyebaran penyakit dari satu ternak atau satwa terinfeksi ke ternak atau satwa lain yang sehat melalui perantara vektor mekanik, lalat pengisap darah seperti Tabanus rubidus, Stomoxys calcitrans, dan Glossina spp. Peningkatan populasi vektor mekanik di lapangan berkorelasi dengan penyebaran kasus surra pada populasi ternak.

Pengendalian populasi vektor mekanik sangat membantu mengendalikan distribusi penyakit di samping pengobatan. Trypanosoma equiperdum pada kuda bisa menular melalui coitus.

Siklus Hidup Trypanosomiasis
Siklus hidup Trypanosoma evansi dan Trypaosoma equiperdum cukup sederhana. Trypanosoma memperbanyak diri dalam aliran darah dan jaringan induk semang dalam bentuk trypomastigote. Trymastigote berpindah ke induk semang yang baru melalui gigitan lalat.

Gejala Klinis
Gejala klinis surra terdiri dari beberapa tahap. Pada tahap pertama saat terjadi. Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya

Peneliti Bblitvet Presentasi Makalah Trypanosomosis di Kantor OIE Paris

April H Wardhana saat menyampaikan presentasi makalahnya (Foto: Istimewa)

Peneliti  Balai Besar Penelitian Veteriner (Bblitvet), April H Wardhana SKH MSi PhD mewakili Indonesia dalam pertemuan jejaring internasional Non-Tsetse Transmitted Animal Trypanosomosis (NTTAT) yang ke-4 diselenggarakan pada 29 Juni 2018 di kantor OIE di Paris. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, pertemuan tahun ini dilanjutkan dengan kegiatan menuju laboratorium rujukan Trypanosomosis pada tanggal 2-6 Juli 2018 di Montpellier, Perancis.

Agenda utama pertemuan ini adalah membahas dua Trypanosomosis yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi (Surra) dan Trypanosoma equiperdum (Dourine). Dalam pertemuan tersebut, April berkesempatan memaparkan presentasi tentang dua wabah Surra yang terjadi pada tahun 2010-2012 di Pulau Sumba dan tahun 2013-2014 di Provinsi Banten.

Kedua wabah tersebut memiliki sejarah yang berbeda sehingga jumlah kematian ternak yang ditimbulkan akibat infeksi T. evansi juga berbeda. Terjadinya wabah Surra di Sumba perlu mendapat penanganan yang serius, sehingga Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) memasukkan Surra kembali ke dalam daftar Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS).

“Ketika pemaparan, saya memperoleh perhatian yang cukup besar dari para peserta dengan banyaknya pertanyaan yang diberikan. Apresiasi juga diberikan oleh para peneliti terkait informasi kronologis terjadi wabah yang runut dan strategi pengobatan Surra yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia,” ungkap April kepada Infovet pekan lalu.

Lebih lanjut, April menerangkan pertemuan di Montpellier juga membahas potensi Trypanosomosis pada hewan sebagai zoonosis baru. Berdasarkan literatur, dugaan sebagai zoonosis pernah dipublikasikan pada tahun 1903 di India, namun hal tersebut tidak banyak menarik perhatian.

Ketika kejadian Surra pada tahun 2004 yang mengifeksi peternak sapi di India, membuat para peneliti mulai menganalisis hingga ke aras molekular. Saat itu diketahui bahwa peternak yang terjangkit Surra tidak memiliki Apolipoprotein 1 (Apo L1) di dalam darahnya, sehingga parasit mampu berkembang biak di dalam darah.

Protein ini bersifat trypanolitik (membunuh Trypanosoma dalam darah manusia normal). Ketika itu, para peneliti sepakat bahwa Apo L1 adalah kunci faktor yang menjawab mengapa manusia dapat terinfeksi Trypanosoma dari hewan.

Pendapat tersebut kurang tepat setelah terjadinya kasus Surra yang menginfeksi wanita di Vietnam pada tahun 2015. Wanita tersebut memiliki Apo L1 norma ldalam darahnya, tetapi parasit ini masih mampu berkembang biak dalam tubuhnya. Disamping T. evansi, spesies lainnya yang menginfeksi manusia adalah T. lewisi. Parasit ini banyak ditemukan pada tikus, termasuk tikus rumah.

Selanjutnya, para peneliti Trypanosoma di dunia membuat jejaring internasional yang diberi nama Network on Atypical Human Infection by Animal Trypanosomes (NAHIAT). Jejaring ini dikoordinasi oleh Institute of Research for Development (IRD) dan Center for International Collaboration on Agricultural Research for Development (CIRAD) yang didukung oleh Food and Agriculture Organization (FAO), Office International de Epizooties (OIE), World Health Organization (WHO) dan beberapa lembaga penelitian internasional dan universitas lainnya.

Para peneliti dari berbagai negara 
NAHIAT memiliki tugas untuk mengumpulkan informasi dan melaporkan kasus trypanosomiasis pada manusia yang diinfeksi oleh Trypanosoma pada hewan seperti T. evansi dan T. lewisi, termasuk memberikan rekomendasi langkah-langkah yang harus dilakukan agar kasus ini tidak tersebar lebih meluas.

Menurut April, OIE menyediakan dana cukup besar untuk negara-negara anggota dalam rangka melakukan kegiatan penelitian terkait pengembangan metode deteksi dan pengobatan. Topik kegiatan penelitian difokuskan pada Surra dan Dourine dengan melibatkan beberapa anggota jejaring internasional NTTAT.

“Proposal penelitian dirancang oleh beberapa anggota dan harus diselesaikan pada Agustus 2018, sehingga diharapkan kegiatan penelitian dapat dilakukan tahun 2019,” pungkasnya. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer