Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini SDM Peternakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

ILC SERI VI: KAMPUS MERDEKA, IMPLEMENTASINYA DI PERGURUAN TINGGI PETERNAKAN

Seminar online ILC #edisi06, Sabtu (25/7/2020).

Keterkatian antara dunia usaha dan dunia industri saat ini makin dibutuhkan. Untuk menyiapkan mahasiswa dalam dunia kerja, perguruan tinggi dituntut dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan secara optimal.

Terlebih lagi dengan adanya kebijakan Kampus Merdeka oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hal itu sangat untuk diterapkan pada pendidikan tinggi peternakan guna menjawab tantangan permasalahan tenaga kerja peternakan di Indonesia.

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi06 yang mengusung tema “Kampus Merdeka: Implementasinya di Perguruan Tinggi Peternakan” Sabtu (25/7/2020). Acara diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Indonesia Livestock Alliance (ILA), Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Peternakan Indonesia (FPPTPI) dan Perhimpunan Ilmuwan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia (PERSEPSI).

Hadir sebagai narasumber penting dalam acara itu yakni tiga guru besar dari kampus peternakan terkemuka di Indonesia, yakni Dekan Fakultas Peternakan Univ Brawijaya yang sekaligus Sekjen FPPTPI, Prof Dr Agr Suyadi IPU, kemudian Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, serta Guru besar sekaligus Dekan Fakultas Peternakan IPB, Prof Dr Sumiati MSc.

Dijelaskan Suyadi, kriteria kebutuhan kinerja sumber daya manusia (SDM) peternakan saat kini dan mendatang adalah kreatif, inovatif, efektif, efisien, cepat, disiplin, jujur, ulet, pekerja keras dan tepat waktu.

“Adapun SDM yang diperlukan bagi dunia peternakan ke depan yakni visioner, kreatif-inovatif, berdaya saing, tanggap terhadap perubahan, tahan terhadap goncangan, dinamis mengikuti irama zaman, berjiwa wirausaha dan penguasaan dan implementasi informasi teknologi yang menjadi tren masa depan,” ujar Suryadi.

Hal penting yang mendasari regulasi kampus merdeka tersebut untuk segera diterapkan, yakni era industri 4.0 menuntut individu harus memiliki keterampilan yang berbeda berdasarkan kebutuhan industri saat ini.

“Complex problem solving berada pada urutan teratas untuk keterampilan yang dibutuhkan. Juga individu harus mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang kompleks dan sering ditemui saat bekerja di industri. Regulasi Kampus Merdeka membolehkan mahasiswa untuk belajar di program studi yang berbeda, sehingga hal itu diharapkan dapat melatih mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan dari berbagai pendekatan sudut pandang,” pungkasnya. (IN)

MENDAMBAKAN SDM UNGGUL DI INDUSTRI PERUNGGASAN MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL

Dibutuhkan SDM peternakan yang brilian, mumpuni, berkarakter dan berdaya saing dalam membela perunggasan dalam negeri demi memenangkan persaingan global. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam industri perunggasan yang meliputi produksi, pakan, pemasaran, serta jasa dan sarana produksi ternak, kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang tinggi merupakan peluang emas bagi para lulusan perguruan tinggi peternakan. Namun, dalam pasar bebas global seperti saat ini, hal itu dapat mengubah peluang tersebut menjadi ancaman jika tidak menyiapkan diri, dalam arti SDM lokal hanya akan menjadi penonton di bangsanya sendiri.

Indonesia yang oleh banyak pihak diperkirakan bakal memanen puncak bonus demografi pada kurun waktu 2028-2035, berupa lebih dari 65 juta tenaga kerja muda produktif dalam rentang umur 15-29 tahun. Indonesia juga sangat jelas memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di era pasar tunggal ASEAN karena jumlah penduduk Indonesia mencapai 40% dari total keseluruhan penduduk ASEAN, terlebih lagi jumlah usia produktif Indonesia akan mencapai 64% pada 2020.

Bonus demografi berupa angka tenaga kerja produktif di usia muda harus dikelola dengan baik, agar benar-benar teralisasi sebagai sebuah bonus demografi, bukan malah menjadi beban berupa angka pengangguran yang tinggi.

Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi03 mengangkat topik bahasan itu dengan pada Sabtu (4/7/2020), melalui sebuah aplikasi daring. ILC diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) bekerjasama dengan Indonesia Livestock Alliance (ILA), Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Peternakan Indonesia (FPPTPI) dan Majalah Poultry Indonesia.

Narasumber yang hadir dalam diskusi rutin ini yakni, Prof Suyadi (Sekjen FPPTPI), Prof Ali Agus (Dekan Fapet UGM) dan Syafri Afriansyah (Business Unit Human Capital (BUHC) Head for Poultry Business PT Charoen Pokphand Indonesia).

Prof Suyadi mengatakan, pengembangan pembelajaran atau (kurikulum) periode 2018 - 2020 yang menekankan agar capaian pembelajaran dapat dipenuhi dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai keadaan sosial, ekonomi dan budaya, maupun akademik.

“Pembelajaran juga perlu untuk adaptif terhadap revolusi industri 4.0, penguatan muatan IT pada pembelajaran, memasuki era entrepreneurship dan sistem industri, muatan livestock engineering dan kesejahteraan ternak dalam setiap pembelajaran,” katanya. 

Di bidang perunggasan Indonesia, tantangan SDM dalam kancah perdagangan global semakin kompleks di era milenial dan digital ini, sehingga dibutuhkan SDM yang brilian, mumpuni, berkarakter dan berdaya saing tinggi dalam membela perunggasan dalam negeri demi memenangkan persaingan perunggasan global.

“Dan hal yang tidak boleh dilupakan adalah pembangunan SDM dari sisi budi daya peternakan ayam, agar tercapai efektivitas dalam budi daya sehingga menghasilkan produk unggas yang efisien dan berdaya saing,” ucapnya.

Dalam hal efisiensi budi daya, negara tropis seperti Indonesia dengan kelembapan dan temperatur tinggi sering menyebabkan ayam stres, sehingga produktivitas menjadi rendah. Adanya teknologi seperti closed house dapat membuat lingkungan bisa disesuaikan dengan kebutuhan ternak sehingga produktivitas ternak lebih baik. SDM perunggasan harus memahami dan menguasai teknologi budi daya unggas seperti itu.

Bonus demografi akan menjadi berkah jika semua pihak secara strategis dapat menyiapkan pembekalan pada generasi muda milenial tersebut. Pembekalan pendidikan, keterampilan dan tata krama yang berkualitas baik, merata dan terjangkau oleh para generasi muda, akan menghasilkan SDM perunggasan Indonesia yang terampil, kompeten, berkualitas dan mampu memanfaatkan peluang di depan mata dengan baik. 

Menciptakan SDM Indonesia yang unggul dan memiliki daya di tingkat regional, bahkan global, sangat dibutuhkan adanya pendidikan yang berkualitas. Sinergi antara para pemangku kepentingan akan sangat kondusif untuk tercapainya SDM unggul tersebut. Pencapaian SDM unggul tersebut tentunya melibatkan masyarakat, perusahaan, industri swasta dan Badan Usaha Milik Negara, serta pemerintah pusat dan daerah.

“Hal dimaksudkan untuk membuka peluang jangkauan yang lebih luas dengan hasil yang lebih optimal agar SDM Indonesia dapat memenangi persaingan di kancah internasional,” pungkasnya. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer