Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Reovirus | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SLOW GROWTH, PERMASALAHAN KESEHATAN YANG MASIH PERLU MENDAPAT PERHATIAN

Bobot badan tidak sesuai standar pada kasus Slow Growth. (Foto: Istimewa)

Slow Growth atau pertumbuhan yang terlambat pada ayam komersil (khususnya broiler) merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian tersendiri oleh peternak. Slow Growth sendiri umumnya teramati pada saat ayam berumur 1-6 minggu, dimana pertumbuhan berat badan ayam akan berada di bawah standar. Padahal seperti diketahui bersama bahwa pencapaian bobot badan standar pada umur-umur awal merupakan indikasi bahwa ayam dalam kondisi sehat, sistem kekebalan tubuh yang dapat berkembang dengan baik dan menunjukkan potensi produksi yang menjanjikan.

Slow Growth dapat disebabkan oleh faktor infeksius dan non-infeksius. Faktor non-infeksius yang mempengaruhi terjadinya Slow Growth umumnya adalah kualitas day old chick (DOC) dan faktor manajemen pemeliharaan di umur awal. Sedangkan faktor infeksius meliputi agen infeksius yang masuk ke dalam tubuh ayam (bakteri, virus dan protozoa). 

Salah satu agen infeksi yang utama menyebabkan terjadinya Slow Growth adalah Reovirus. Virus ini merupakan virus RNA yang dapat bertahan selama 48 minggu pada suhu 37° C dan peka terhadap chloroform, pH 3, H2O2, Lysol 2% dan formalin 3%. Virus ini tidak peka terhadap ether dan dapat ditularkan secara vertikal (dari induk ke anak) maupun horizontal melalui oral atau saluran pernapasan (Kementerian Pertanian, 2014).

Reovirus dapat menyebabkan arthritis, stunting-runting syndrome, respiratory distress dan malabsorption syndrome (Hernomoadi dkk., 2001). Pada kasus awal Slow Growth dapat terlihat adanya diare di ayam. Karakteristik lain yang kemudian teramati adalah ayam menjadi lesu, pertumbuhan lambat, pigmentasi pucat (di area kulit, kaki, atau paruh), pertumbuhan bulu lambat, adanya pakan yang tidak tercerna dalam feses, bulu sayap terbalik dan menonjol keluar (helicopter disease), keseragaman berat badan yang kurang, serta feed convertion rate (FCR) yang buruk. Wahyuwardhani dkk. (2000), menyebutkan bahwa secara patologis gejala yang dapat terlihat (walaupun tidak ditemukan pada setiap kasus) adalah atropi timus, hiperemi timus, atropi pankreas, atropi bursa, proventrikulus membesar, usus berisi gas dan tipis. Secara histopatologi pankreatitis, enteritis dengan dilatasi kelenjar Lieberkuhn kripta usus halus dan atropi timus merupakan perubahan yang sangat sering ditemui pada kasus Slow Growth. Gangguan pada saluran cerna terutama usus dan proventrikulus ini yang menyebabkan makanan sulit dicerna dan diserap tubuh ayam. Gangguan pada timus dan bursa yang terjadi membuat ayam rentan terhadap serangan infeksi sekunder. Syafriati dkk. (2000), menyebutkan bahwa laju pertumbuhan atau berat badan terhambat akibat Reovirus ini dapat mencapai 23,4%. Hambatan pertumbuhan ini akan lebih parah pada kasus kombinasi dengan agen infeksi patogen lainnya.

Penanganan kasus Slow Growth membutuhkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2021. (Adv/Sanbio Laboratories)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer