Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Produk Peternakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

“Gelatin”, Produk Peternakan yang (juga) masih Impor

Indonesia memiliki potensi besar memproduksi gelatin dalam negeri.
(Sumber: Daily Health Post)
Perubahan zaman yang semakin menuju modern menjadikan perubahan lifestyle yang sangat cepat. Banyak produk makanan menggunakan gelatin sebagai bahan tambahan. Sebuah ironi dengan kebutuhan gelatin semakin hari semakin meningkat, namun pemenuhan gelatin dalam negeri masih tergantung dari impor.

Indonesia mengimpor sekitar 2.000-3.000 ton gelatin per tahun. Wajar bila kebutuhan gelatin tinggi melihat keunikan dan sifat fungsionalnya yang luas untuk aplikasi dalam berbagai industri dan juga untuk meningkatkan kandungan protein pada bahan pangan. Namun, masyarakat Indonesia tidak mengerti mengenai produk maupun manfaat gelatin. Manfaat gelatin dalam kehidupan sehari hari sangat banyak. Untuk industri pangan digunakan sebagai bahan pengikat (binder agent), penstabil (stabilizer), pembentuk gel (gelling agent), perekat (adhesive), pengikat viskositas (viskositas agent) dan pengemulsi (emulsifier).

Penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim, sehingga masalah kehalalan gelatin menjadi utama. Pertimbangannya asal tulang atau kulit yang digunakan sebagai bahan baku gelatin sering tidak dicantumkan sumber jenis hewan ternak yang digunakan. Di luar negeri tidak dapat dipastikan bahan baku yang digunakan, gelatin dapat terbuat dari tulang dan kulit babi, serta hewan-hewan lainnya yang pemotongannya tidak menggunakan syariat islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembuatan gelatin dari babi memang jauh lebih murah dibandingkan dengan gelatin yang berbahan baku kulit atau tulang ternak lainnya. Kontribusi gelatin dunia dipasok dari 44% gelatin yang berasal dari babi dan 56% berasal dari tulang dan kulit sapi. Hal inilah yang menimbulkan keraguan kehalalan pada masyarakat Indonesia bila pemenuhan gelatin masih tergantung impor. Ketergantungan akan gelatin impor harus dicarikan solusi alternatif, salah satu solusinya yaitu dengan memanfaatkan bahan baku lokal sebagai bahan baku gelatin.

Cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang tertuang pada UUD 1945 dan UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Selain itu, demi mewujudkan ketahanan pangan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68/2002 tentang Ketahanan Pangan, menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketergantungan akan impor harus ditanggulangi agar tersedianya pangan yang cukup dan aman bagi masyarakat Indonesia.

Gelatin dari hasil ikutan pemotongan ternak
sapi dan unggas. (Foto: Antara)
Gelatin merupakan protein yang didapat dari proses pengolahan kolagen dari kulit, jaringan ikat dan tulang hasil ikutan pemotongan hewan. Sampai saat ini bahan baku yang banyak digunakan untuk produksi industri gelatin adalah tulang sapi, kulit sapi dan kulit babi. Sumber bahan baku gelatin yang saat ini telah banyak diteliti dan dilaporkan antara lain berasal dari tulang dan kulit ikan, tulang domba serta kaki (ceker) ayam. Pemotongan ternak di Indonesia cukup besar, dengan jumlah ternak yang dipotong setiap tahunnya sebesar 1.207.170 ekor sapi, 34.960 ekor kerbau, 212.589 ekor kambing dan 99.987 ekor domba (BPS, 2015).

Pemenuhan kebutuhan gelatin dalam negeri dengan melihat potensi kulit yang ada akan tercukupi. Dengan asumsi bobot potong 350 kg (sapi), 360 kg (kerbau), 30 kg (domba dan kambing). Dengan rata-rata persentase kulit yang telah diketahui pada masing-masing ternak, maka kulit yang akan dihasilkan sebesar 35.321.749,2 kg untuk sapi, 1.341.624,96 kg untuk kerbau, 398.604,37 kg untuk kambing dan 259.766,226 kg untuk domba. Karena rendemen pada setiap jenis ternak telah diketahui maka Indonesia memiliki potensi produksi gelatin sebesar 5.495.697,6 kg, bila konversi dalam rupiah akan mencapai nilai Rp 549.569.760.000, asumsi harga per kg Rp 100.000. Hanya perlu memerlukan 70% dari setiap jenis ternak yang disembelih telah memenuhi kebutuhan nasional apabila 100% produksi kulit digunakan untuk produksi gelatin. Bahan baku tersebut dapat bertambah apabila dapat memanfaatkan ternak lain beserta hasil ikutan lainnya seperti tulang.

Dengan memanfaatkan potensi hasil ikutan ternak menjadi bahan baku produksi gelatin harusnya dapat dilakukan karena pertimbangan untuk mengurangi impor yang dapat mengakibatkan ketergantungan, serta menghilangkan keraguan kehalalan di masyarakat. Di sisi lain, mayoritas jumlah ternak yang dipotong setiap tahunnya tinggi dan menghasilkan hasil ikutan pemotongan ternak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pengolahan hasil ikutan menjadi gelatin dapat digunakan sebagai alternatif utama dalam mengoptimalkan hasil ikutan pemotongan ternak sebagai upaya memenuhi kebutuhan gelatin dalam negeri dengan melihat potensi bahan baku berupa ternak nasional. Karena itu tak heran jika Indonesia masih memiliki potensi besar untuk memproduksi gelatin dalam negeri. ***

Rifqi Dhiemas Aji, S.Pt
Konsultan Peternakan, PT Natural Nusantara

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer